Bisakah
Orang Kristen Kehilangan Keselamatan?
oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
1)
Kalau semua janji Tuhan dalam Injil diberi persyaratan ‘asal orang percaya itu
tidak mundur / murtad’, maka janji itu menjadi tidak ada harganya.
Robert Louis
Dabney: “I am well aware that the
force of these and all similar passages has been met, by asserting that in all
gospel promises there is a condition implied, viz: That they shall be fulfilled,
provided the believer does not backslide, on his part, from his gospel
privileges. But is this all which these seemingly precious words mean? Then they
mean nothing. To him who knows his own heart, what is that promise of security
worth, which offers him no certainty to secure him against his own weakness?
‘All his sufficiency is of God.’ See also Rom. 7:21. If his enjoyment of the
promised grace is suspended upon his own perseverance in cleaving to it, then
his apostasy is not a thing possible, or probable, but certain. There is no hope
in the gospel” (= Saya sadar bahwa kekuatan dari text-text ini dan
text-text yang serupa telah dijawab dengan menegaskan bahwa dalam semua
janji-janji Injil secara implicit ada suatu syarat, yaitu: bahwa janji-janji itu
akan digenapi, asal orang percaya itu tidak mundur, dari hak-hak injil. Tetapi
apakah ini arti dari semua kata-kata yang berharga itu? Maka janji-janji itu
tidak berharga apa-apa. Bagi dia yang mengenal hatinya sendiri, apa nilai dari
janji keamanan itu, yang tidak menawarkan kepadanya kepastian untuk mengamankan
dia terhadap kelemahannya sendiri? ‘Semua kecukupannya adalah dari Allah’.
Lihat juga Ro 7:21. Jika kemungkinan menikmati kasih karunia yang dijanjikan itu
tergantung pada ketekunannya dalam berpegang kepadanya, maka kemurtadannya bukan
hanya mungkin terjadi, tetapi pasti terjadi. Maka tidak ada pengharapan dalam
injil) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 693-694.
Catatan:
Kutipan ayat dari 2Kor 3:5b versi KJV.
Dabney lalu
menambahkan:
“And
when such a condition is thrust into such a promise as that of Jno. 10:27:
‘None shall pluck them out of My hand,’ provided they do not choose to let
themselves be plucked away; are we to suppose that Christ did not know that
common Bible truth, that the only way any spiritual danger can assail any soul
successfully, is by persuasion: that unless the adversary can get the consent of
the believer’s free will, he cannot harm him? ... Surely Jesus knew this; and
if this supposed condition is to be understood, then this precious promise would
be but a worthless and pompous truism. ‘Your soul shall never be destroyed,
unless in a given way,’ and that way, the only and the common way, in which
souls are ever destroyed. ‘You shall never fall, as long as you stand
up.’” (= Dan pada saat persyaratan
seperti itu dimasukkan ke dalam suatu janji seperti Yoh 10:27: ‘seorangpun
tidak akan merebut mereka dari tanganKu’, asalkan mereka tidak memilih untuk
membiarkan diri mereka direbut; apakah kita menganggap bahwa Kristus tidak tahu
akan kebenaran umum dari Alkitab, bahwa satu-satunya jalan melalui mana bahaya
rohani bisa menyerang jiwa dengan sukses, adalah melalui bujukan: bahwa kecuali
sang musuh / setan bisa mendapatkan persetujuan dari kehendak bebas orang
percaya, ia tidak bisa menyakiti / merugikannya? ... Jelas Yesus mengetahui hal
ini; dan jika syarat ini ada dalam janji itu, maka janji yang berharga itu
menjadi tak berharga dan hanya merupakan suatu kebenaran yang dibesar-besarkan.
‘Jiwamu tidak akan pernah dihancurkan, kecuali dengan cara tertentu’, dan
cara itu adalah satu-satunya cara dan merupakan cara yang umum, melalui mana
jiwa-jiwa dihancurkan. ‘Engkau tidak akan pernah jatuh, selama engkau
berdiri’) - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 694.
Catatan:
ayat yang dimaksud sebetulnya bukan Yoh 10:27 tetapi Yoh 10:28.
Mungkin
kata-kata Dabney ini agak mbulet dan sukar dimengerti oleh orang kristen yang
tidak terbiasa dengan bahasa theologia. Karena itu saya mencoba untuk
menjelaskannya dengan kata-kata saya sendiri di bawah ini.
Kejatuhan
manusia selalu terjadi karena adanya bujukan setan yang lalu dituruti oleh
manusia. Jadi ini merupakan jalan yang umum untuk jatuh. Yesus sendiri pasti
mengetahui hal ini. Dan karena itu Ia tidak mungkin memberikan janji sebagai
berikut: ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu, asalkan
mereka tidak menyerah pada bujukan setan’. Mengapa? Karena
perkecualian yang Ia berikan justru merupakan jalan yang umum bagi manusia untuk
jatuh. Dengan memberikan perkecualian seperti ini, maka janji itu menjadi tidak
ada harganya.
Illustrasi:
ada seseorang yang berlatih angkat besi dengan maksud mengikuti suatu kejuaraan
angkat besi. Lalu ada seorang pelatih angkat besi yang melatihnya, dan
memberinya jaminan sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti menang, asalkan
waktu mengangkat barbel, engkau bertekun sehingga barbel itu naik ke atas’.
Bukankah ini suatu lelucon? Semua lifter gagal dalam kejuaraan angkat besi,
karena mereka tidak berhasil mengangkat barbelnya. Dengan demikian jaminan yang
ia berikan merupakan jaminan yang kosong.
Demikian juga
adanya perkecualian yang diberikan oleh orang Arminian terhadap janji-janji dari
Injil, menyebabkan janji-janji Injil itu kosong dan tak berguna.
Dabney
menambahkan lagi:
“the
promise in Jer. 32:40, ... most expressly engages God to preserve believers from
this very thing - their own backsliding. Not only does He engage that He will
not depart from them, but ‘He will put His fear in their heart, so that they
shall not depart from Him.’” (= janji
dalam Yer 32:40, ... dengan cara yang paling jelas mengikat Allah dengan janji
untuk menjaga orang-orang percaya justru dari hal yang satu ini - kemunduran
mereka sendiri. Ia bukan hanya berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka,
tetapi ‘Ia akan menaruh rasa takutNya dalam hati mereka, sehingga mereka tidak
akan meninggalkan Dia’) - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 694.
Yer 32:40
- “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan
membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh
takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu”.
Inilah ajaran
Reformed! Allah bukan hanya berjanji untuk menyelamatkan, tetapi juga berjanji
akan menolong mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan murtad!
2)
Ajaran Arminian ini menghancurkan damai, sukacita dan kepastian dari kehidupan
kristen.
A. H. Strong
mengutip kata-kata Adolph Saphir sebagai berikut:
“My
objection to the Arminianism or semi-Arminianism is not that they make the
entrance very wide; but that they do not give you anything definite, safe and
real, when you have entered. ... Do not believe the devil’s gospel,
which is a chance of salvation: chance of salvation is chance of damnation”
(= Keberatan saya terhadap Arminianisme atau semi-Arminianisme bukan bahwa
mereka membuat jalan masuk sangat lebar; tetapi bahwa mereka tidak memberikan
kepadamu apapun yang pasti, aman, dan nyata, pada saat kamu masuk. ... Jangan
percaya kepada injil setan, yang merupakan suatu kesempatan untuk
selamat: kesempatan keselamatan adalah kesempatan penghukuman)
- A. H. Strong, ‘Systematic Theology’, hal 605.
Catatan:
kata-kata Strong ini bukan main kerasnya. Ia menyebut ajaran Arminian sebagai ‘injil
setan’!
Loraine
Boettner: “A consistent Arminian,
with his doctrine of free will and of falling from grace, can never in this life
be certain of his eternal salvation. He may, indeed, have the assurance of his present
salvation, but he can have only a hope of his final salvation. He may
regard his final salvation as highly probable, but he cannot know it as a
certainty. He has seen many of his fellow Christians backslide and perish
after making a good start. Why may not he do the same thing?” (=
Seorang Arminian yang konsisten, dengan doktrinnya tentang kehendak bebas dan
kemurtadan, tidak akan pernah dalam hidup ini mempunyai keyakinan akan
keselamatan yang kekal. Ia memang bisa mempunyai keyakinan untuk keselamatannya
saat ini, tetapi ia hanya bisa mempunyai pengharapan tentang keselamatan
akhirnya. Ia bisa menganggap keselamatan akhirnya sebagai sangat memungkinkan,
tetapi ia tidak bisa mengetahuinya sebagai suatu kepastian. Ia telah melihat
banyak sesama Kristennya mundur dan binasa setelah melakukan permulaan yang
baik. Mengapa ia tidak bisa melakukan hal yang sama?) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 193.
Loraine
Boettner: “The assurance that
Christians can never be separated from the love of God is one of the greatest
comforts of the Christian life. To deny this doctrine is to destroy the grounds
for any rejoicing among the saints on earth; for what kind of rejoicing can
those have who believe that they may at any time be deceived and led astray? ...
It is not until we duly appreciate this wonderful truth, that our salvation is
not suspended on our weak and wavering love to God, but rather upon His eternal
and unchangeable love to us, that we can have peace and certainty in the
Christian life” (= Kepastian bahwa orang-orang Kristen tidak pernah bisa
dipisahkan dari kasih Allah adalah salah satu penghiburan terbesar dari
kehidupan Kristen. Menyangkal doktrin ini sama dengan menghancurkan dasar untuk
sukacita apapun di antara orang-orang kudus di bumi; karena jenis sukacita apa
yang bisa mereka miliki jika mereka percaya bahwa pada setiap saat mereka bisa
ditipu dan disesatkan? ... Hanya kalau kita menghargai dengan seharusnya
kebenaran yang hebat ini, bahwa keselamatan tidak tergantung pada kasih kita
yang lemah dan berubah-ubah kepada Allah, tetapi pada kasihNya yang kekal dan
tak berubah kepada kita, maka kita bisa mendapatkan damai dan kepastian dalam
kehidupan Kristen) - Loraine Boettner, ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 194-195.
Alan P. F. Sell
mengutip kata-kata Thomas Watson (1620-1686) sebagai berikut:
“How
despairing is the Arminian doctrine of falling from grace! To-day a saint,
to-morrow a reprobate; to-day a Peter, to-morrow a Judas. This must needs cut
the sinews of a Christian endeavour, and be like boring a hole in a vessel: to
make all the wine of joy run out ... What comfort were it to have one’s name
written in the book of life, if it might be blotted out again? But be assured,
for your comfort, grace, if true, though never so weak, shall persevere”
(= Alangkah tidak ada harapannya doktrin Arminian tentang kemurtadan! Hari ini
seorang kudus, besok seorang yang ditetapkan binasa; hari ini seorang Petrus,
besok seorang Yudas. Ini pasti memotong otot dari usaha Kristen, dan seperti
melubangi bejana: untuk membuat semua anggur sukacita keluar ... Penghiburan apa
untuk mendapati nama seseorang tertulis dalam kitab kehidupan, jika itu bisa
dihapus lagi? Tetapi yakinlah, karena penghiburan dan kasih karuniamu, jika itu
benar, sekalipun tidak pernah begitu lemah, akan bertekun)
- ‘The Great Debate, Calvinism, Arminianism and Salvation’, hal 30.
Loraine Boettner:
“The saints in heaven are happier but no more secure than are true
believers here in this world” (= Orang-orang kudus di surga lebih bahagia
tetapi tidak lebih aman dari pada orang-orang percaya yang sejati di sini di
dunia ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali