(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Minggu, tgl 6 Mei 2012, pk 08.00 & pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
Maut /
kematian(2)
8) Tuhan
mengeraskan orang-orang yang memang Ia tetapkan harus mati.
Yang
seperti ini ada beberapa contoh:
a)
1Sam 2:22-25 - “(22) Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya
segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa
mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah
Pertemuan, (23) berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu melakukan hal-hal
yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang
perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan
kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan
pelanggaran. (25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah
yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang
menjadi perantara baginya?’ Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan
ayahnya itu, sebab TUHAN hendak
mematikan mereka”.
Kalau
dilihat dari terjemahan kita, maupun terjemahan-terjemahan dari semua Kitab Suci
bahasa Inggris, maka ‘kehendak Tuhan untuk membunuh mereka’ merupakan
penyebab sehingga mereka dikeraskan oleh Tuhan dan tidak mau mendengarkan
nasehat ayah mereka. Tetapi ada penafsir-penafsir yang mengubah kata ‘sebab’ menjadi ‘karena
itu’.
Jadi kalimat terakhir dari ay 25 itu menjadi “Tetapi
tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, karena itu TUHAN hendak mematikan mereka”.
Dengan demikian, maka ‘tidak mendengarnya mereka terhadap nasehat ayah
mereka’ merupakan penyebab dari kehendak Tuhan untuk membunuh mereka. Saya
memberi 4 contoh penafsir yang menafsirkan seperti itu.
Jamieson,
Fausset & Brown:
“‘They
hearkened not unto the voice of their father, because (it should be
‘therefore’) the Lord would slay them.’ It was not God’s pre-ordination,
but their own willful and impenitent disobedience, which was the cause of their
destruction”
[= ‘Mereka tidak mendengarkan suara dari ayah mereka,
karena (itu seharusnya ‘karena itu’) Tuhan akan membunuh mereka’.
Bukan penentuan lebih dulu dari Allah, tetapi ketidak-taatan yang sengaja dan
tidak mau bertobat dari mereka sendiri, yang merupakan penyebab dari kehancuran
mereka].
Word
Biblical Commentary (tentang 1Sam 2:25): “his
sons did not listen to him. Their disobedience facilitated Yahweh’s plans
to kill them (vv 22–25). ... Their failure to listen to their father or obey
him functions much like the hardening of Pharaoh’s heart: it justifies
Yahweh’s death threat against them. Since they would not hear, he took
pleasure in killing them”
[= anak-anaknya tidak mendengarkannya. Ketidak-taatan mereka memudahkan
rencana Yahweh untuk membunuh mereka (ay 22-25). ... Kegagalan mereka untuk
mendengarkan ayah mereka atau mentaatinya berfungsi seperti pengerasan hati
Firaun: itu membenarkan ancaman kematian dari Yahweh terhadap mereka. Karena
mereka tidak mau mendengar, Ia berkenan membunuh mereka].
The
Bible Exposition Commentary: Old Testament:
“Hophni
and Phinehas had no respect for the Lord or for the office of their father the
high priest, so all God could do was judge them and replace them with faithful
servants”
(= Hofni dan Pinehas tidak mempunyai rasa hormat untuk Tuhan ataupun untuk
jabatan dari ayah mereka sang imam besar, sehingga semua yang Allah bisa lakukan
adalah menghakimi mereka dan menggantikan mereka dengan pelayan-pelayan yang
setia).
Adam
Clarke (tentang 2Sam 2:25):
“‘Because
the Lord would slay them.’ The particle kiy,
which we translate ‘because,’ and thus make their continuance in sin the
effect of God’s determination to destroy them, should be translated
‘therefore,’ as it means in many parts of the sacred writings. See
Noldius’ Particles, where the very text in question is introduced: Sed non
auscultarunt, etc.; IDEO voluit Jehova eos interficere; ‘But they would not
hearken, etc.; THEREFORE God purposed to destroy them.’ It was their not
hearkening that induced the Lord to will their destruction”
(= ‘Karena Tuhan hendak membunuh mereka’. Partikel
KIY, yang kita terjemahkan ‘karena’, dan dengan demikian membuat ‘terusnya
mereka dalam dosa’ sebagai hasil / akibat dari ‘penentuan Allah untuk
membunuh mereka’, harus diterjemahkan ‘karena itu’, sebagaimana itu
merupakan artinya dalam banyak bagian dari tulisan-tulisan kudus. lihat
Noldius’ Particles, dimana text yang dipersoalkan ini dinyatakan: Sed
non auscultarunt, etc.; IDEO voluit Jehova eos interficere; ‘Tetapi
mereka tidak mau mendengarkan, dst.; Karena
itu Allah bermaksud / memutuskan untuk menghancurkan mereka’. Adalah
ketidak-mauan mereka mendengarkan yang menyebabkan Tuhan untuk menghendaki
kehancuran mereka).
Ada beberapa
hal yang perlu saya jelaskan tentang kata-kata Clarke ini:
1.
Saya tak bisa menemukan dalam kamus Ibrani bahwa kata Ibrani KI bisa
diterjemahkan ‘karena itu’.
2.
Adalah aneh kalau Clarke mengatakan bahwa dalam tulisan-tulisan kudus ada
banyak penterjemahan seperti itu, tetapi ia tidak memberikan satu
contohpun.
3.
Saya mencarinya sendiri dengan menggunakan ‘Young’s
Analytical Concordance to the Bible’. Buku konkordansi ini menunjukkan
bahwa dalam KJV kata ‘therefore’
yang berasal dari kata Ibrani KI, hanya satu, yaitu dalam Kej 29:32.
Kej
29:32 - “Lea mengandung, lalu
melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya:
‘Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku
akan dicintai oleh suamiku.’”.
KJV: ‘And
Leah conceived, and bare a son, and she called his name Reuben: for she said, Surely the LORD hath looked upon my affliction; now therefore
my husband will love me.’ (= Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia
memanggil / menyebut namanya Ruben: karena ia berkata, Pastilah TUHAN
telah melihat penderitaanku; karena itu sekarang suamiku akan mencintai
aku).
NKJV:
“So Leah conceived and bore a son, and
she called his name Reuben; for she said, ‘The LORD has surely looked
on my affliction. Now therefore, my husband will love me.”.
Catatan: dalam ayat ini ada 2 x kata Ibrani
KI, yang pertama diterjemahkan ‘surely’
(= pastilah), dan yang kedua diterjemahkan ‘therefore’
(= karena itu).
Tetapi
saya berpendapat terjemahan KJV/NKJV ini menjadikan kalimatnya aneh, dan
RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan yang pertama ‘because’
(= sebab) dan yang kedua ‘surely’
(= pastilah). ASV menterjemahkan
yang pertama ‘because’ (= sebab)
dan yang kedua ‘for’ (= karena).
RSV:
“And Leah conceived and bore a son, and
she called his name Reuben; for she said, ‘Because the LORD has looked
upon my affliction; surely now my husband will love me.’” (= Dan Lea mengandung,
dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia memanggil / menyebut namanya
Ruben; karena ia berkata, ‘Sebab TUHAN telah melihat penderitaanku; karena
itu sekarang suamiku akan mencintai aku’.).
NIV:
“Leah became pregnant and gave birth to
a son. She named him Reuben, for she said, ‘It is because the LORD has
seen my misery. Surely my husband will love me now.’” (= Lea menjadi
mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamainya Ruben: karena ia
berkata, Adalah karena / sebab TUHAN telah melihat penderitaanku. Pastilah
suamiku akan mencintai aku sekarang).
NASB:
“Leah conceived and bore a son and named
him Reuben, for she said, ‘Because the LORD has seen my affliction; surely
now my husband will love me.’” (= Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak
laki-laki dan menamainya Ruben, karena ia berkata, Sebab / karena TUHAN
telah melihat penderitaanku; pastilah sekarang suamiku akan mencintai
aku).
ASV:
“And Leah conceived, and bare a son, and
she called his name Reuben. For she said, Because Jehovah hath looked
upon my affliction. For now my husband will love me” (= Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang
anak laki-laki, dan ia memanggil / menyebut namanya Ruben. Karena ia berkata, Sebab
/ karena TUHAN telah melihat penderitaanku. Karena sekarang suamiku
akan mencintai aku).
Jadi
kesimpulannya, sebetulnya tidak ada satu kasuspun dalam Alkitab dimana kata
Ibrani KI harus diterjemahkan ‘therefore’
(= karena itu)! Dan setahu saya memang tidak ada Kitab Suci bahasa Inggris
manapun yang menterjemahkan 1Sam 2:25b seperti terjemahan Clarke itu.
KJV:
‘Notwithstanding they hearkened not unto
the voice of their father, because the LORD would slay them’ (= Sekalipun
demikian mereka tidak mendengarkan suara ayah mereka, karena TUHAN mau
membunuh mereka).
RSV:
‘But they would not listen to the voice
of their father; for it was the will of the LORD to slay them’ (= Tetapi
mereka tidak mau mendengarkan suara ayah mereka; karena merupakan
kehendak TUHAN untuk membunuh mereka).
NIV:
‘His sons, however, did not listen to
their father’s rebuke, for it was the LORD's will to put them to
death’ (= Tetapi anak-anaknya tidak mendengar
teguran ayah mereka, karena merupakan kehendak TUHAN untuk membunuh
mereka).
NASB:
‘But they would not listen to the voice
of their father, for the LORD desired to put them to death’ (=
Tetapi mereka tidak mau mendengarkan suara ayah mereka, karena TUHAN
berkeinginan untuk membunuh mereka).
ASV:
‘Notwithstanding, they hearkened not
unto the voice of their father, because Jehovah was minded to slay
them’ (= Sekalipun demikian, mereka tidak
mendengarkan suara ayah mereka, karena Yehovah telah menentukan untuk
membunuh mereka).
NKJV:
‘Nevertheless they did not heed the
voice of their father, because the LORD desired to kill them’ (= Namun
mereka tidak memperhatikan suara ayah mereka, karena TUHAN menginginkan
untuk membunuh mereka).
Dalam
Bible Works 8 ada 32 versi bahasa Inggris dan 30 diantaranya menterjemahkan
dengan menggunakan kata ‘because’
atau ‘for’ atau ‘since’,
yang semuanya berarti ‘karena’ / ‘sebab’. Lalu yang dua lagi adalah yang
di bawah ini.
a.
YLT: ‘and they hearken not to the
voice of their father, though Jehovah hath delighted to put them to
death’ (= dan mereka tidak mendengarkan suara
ayah mereka, sekalipun Yehovah senang untuk membunuh mereka).
Terjemahan ini rasanya tidak masuk akal, karena kalimatnya jadi sangat aneh; tetapi ini beda dengan terjemahan Clarke.
b.
GWN: ‘But they wouldn’t listen to their father’s warning-the LORD wanted
to kill them’ (= Tetapi
mereka tidak mau mendengar pada peringatan ayah mereka-TUHAN mau / ingin
membunuh mereka).
Terjemahan ini membuang kata KI itu dan menggantikan dengan -. Ini juga
aneh; tetapi ini juga beda dengan terjemahan Clarke.
Mari
kita bandingkan dengan kata-kata dalam buku tafsiran Keil & Delitzsch yang
memang ahli dalam bahasa Ibrani, dan juga dengan tafsiran dari para penafsir
yang lain.
Keil
& Delitzsch: “But
Eli’s sons did not listen to this admonition, which was designed to reform
daring sinners with mild words and representation; ‘for,’ adds the
historian, ‘Jehovah was resolved to slay them.’ The father’s reproof made
no impression upon them, because they were already given up to the judgment of
hardening” (= Tetapi anak-anak Eli tidak mendengarkan pada nasehat ini, yang
dirancang untuk mereformasi orang-orang berdosa yang berani dengan kata-kata dan
gambaran yang ringan; ‘karena’, sang sejarawan menambahkan,
‘Yehovah memutuskan untuk membunuh mereka’. Teguran sang ayah tidak membuat
pengaruh pada mereka, karena mereka telah diserahkan pada penghukuman dari
pengerasan).
Jadi
jelas bahwa penafsir ini menterjemahkan kata KI sebagai ‘for’
(= karena), sama seperti semua terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
Barnes’
Notes: “‘Because
the LORD would slay them.’ ... It may be explained by saying that in the case
of Hophni and Phinehas God’s will to kill them was founded upon His
foreknowledge of their impenitence; while from another point of view, in which
God’s will is the fixed point, that impenitence may be viewed in its relation
to that fixed point, and so dependent upon it, and a necessary step to it” (= ‘Karena TUHAN
mau membunuh mereka’. ... Itu bisa dijelaskan dengan mengatakan bahwa dalam
kasus Hofni dan Pinehas kehendak Allah untuk membunuh mereka didasarkan pada
pra-pengetahuanNya tentang tidak mau bertobatnya mereka; sementara
dari sudut pandang yang lain, dalam mana kehendak Allah adalah titik yang
tertentu / pasti, suatu ketidak-mauan bertobat bisa dipandang dalam hubungannya
dengan titik yang tertentu / pasti itu, dan begitu tergantung padanya, dan
merupakan suatu langkah yang perlu kepadanya).
Catatan:
yang saya beri garis bawah tunggal adalah pandangan Arminian, dan yang saya beri
garis bawah ganda adalah pandangan Reformed / Calvinist.
Matthew
Henry (tentang 2Sam 2:25b):
“They
‘hearkened not to their father,’ though he was also a judge. They had no
regard either to his authority or to his affection, which was to them an evident
token of perdition; it was ‘because the Lord would slay them.’ They had long
hardened their hearts, and now God, in a way of righteous judgment, hardened
their hearts, and seared their consciences, and withheld from them the grace
they had resisted and forfeited. Note, Those that are deaf to the reproofs of
wisdom are manifestly marked for ruin. The Lord has ‘determined to destroy
them,’ 2 Chron 25:16. See Prov 29:1” (= Mereka
‘tidak mendengarkan ayah mereka’, sekalipun ia juga adalah seorang hakim.
Mereka tidak mempunyai hormat pada otoritasnya ataupun pada kasihnya, yang bagi
mereka merupakan ‘suatu tanda yang jelas dari kebinasaan’; itu adalah
‘karena Tuhan hendak membunuh mereka’. Mereka telah lama mengeraskan hati
mereka, dan sekarang Allah, dengan suatu cara penghakiman yang benar,
mengeraskan hati mereka, dan menghanguskan hati nurani mereka, dan menahan dari
mereka kasih karunia yang telah mereka tolak dan hilang dari mereka. Perhatikan,
Mereka yang tuli terhadap hikmat secara nyata / jelas ditandai untuk kehancuran.
Tuhan telah ‘menentukan untuk menghancurkan mereka’, 2Taw 25:16. Lihat Amsal 29:1).
Amsal
29:1 - “Siapa bersitegang leher,
walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat
dipulihkan lagi”.
2Taw
25:16 akan kita lihat di bawah.
Saya
secara mutlak memilih terjemahan-terjemahan / penafsiran-penafsiran ini. Jadi,
memang Tuhan sudah mempunyai kehendak untuk membunuh Hofni dan Pinehas, dan
karena itu, Ia mengeraskan hati mereka, sehingga mereka tidak mau mendengarkan
nasehat ayah mereka.
Bandingkan
ini dengan kata-kata Pdt. Stephen Tong: “Alkitab
tidak pernah mencatat si anu mati di dalam kehendak Allah. Lagi pula, mana
mungkin Allah menghendaki seorang mati?”.
Dengan
kata-kata ‘mana mungkin Allah menghendaki seorang mati?’,
saya kira Pdt. Stephen Tong melupakan ayat-ayat ini:
Yes 55:8-9
- “(8) Sebab rancanganKu bukanlah
rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9)
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu
dan rancanganKu dari rancanganmu”.
Ro 11:33-34
- “(33) O, alangkah dalamnya
kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki
keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34)
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang
pernah menjadi penasihatNya?”.
b) Ul
2:24,30 - “(24) Bersiaplah kamu, berangkatlah dan
seberangilah sungai Arnon. Ketahuilah, Aku menyerahkan Sihon, raja Hesybon,
orang Amori itu, beserta negerinya ke dalam tanganmu; mulailah menduduki
negerinya dan seranglah Sihon. … (30) Tetapi Sihon, raja Hesybon, tidak mau
memberi kita berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras
kepala dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti
yang terjadi sekarang ini”.
Calvin
(tentang Ul 2:24):
“Scripture,
as we see, has not placed God in a watch-tower, from which He may behold at a
distance what things are about to be; but teaches that He is the director (moderatorem) of all things; and that He subjects to His will,
not only the events of things, but the designs and affections of men also. ...
why did God harden the heart of Sihon? that ‘He might deliver him into the
hand’ of His people to be slain; because He willed that he should perish, and
had destined his land for the Israelites”
(= Kitab
Suci, seperti yang kita lihat, tidak menempatkan Allah di sebuah menara penjaga,
dari mana Ia bisa melihat dari jarak jauh hal-hal apa yang akan terjadi; tetapi
mengajar bahwa Ia adalah pengarah dari segala sesuatu; dan bahwa Ia menundukkan
pada kehendakNya, bukan hanya peristiwa-peristiwa, tetapi juga rancangan dan
perasaan-perasaan manusia. ... mengapa Allah mengeraskan hati Sihon? supaya
‘Ia bisa menyerahkannya ke dalam tangan’ dari umatNya untuk dibunuh; karena
Ia menghendaki bahwa ia harus mati, dan telah menentukan tanah / negaranya bagi
orang-orang Israel).
Adam
Clarke menghubungkan pengerasan Allah terhadap Sihon dengan pengerasan Allah
terhadap Firaun (Kel 4:21), dan ia menganggap, bahwa semua ini hanya
merupakan sesuatu yang diijinkan oleh Allah!
Kel
4:21 - “Firman TUHAN kepada Musa:
‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala
mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun.
Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu
pergi”.
Adam
Clarke (tentang Kel 4:21):
“All
those who have read the Scriptures with care and attention, know well that God
is frequently represented in them as doing what he only permits to be done. So
because a man has grieved his Spirit and resisted his grace he withdraws that
Spirit and grace from him, and thus he becomes bold and presumptuous in sin.
Pharaoh made his own heart stubborn against God, Ex
9:34; and God gave him up to judicial blindness, so that he rushed on
stubbornly to his own destruction. From the whole of Pharaoh’s conduct we
learn that he was bold, haughty, and cruel; and God chose to permit these
dispositions to have their full sway in his heart without check or restraint
from divine influence” (=
Semua mereka yang telah membaca Kitab Suci dengan teliti dan perhatian, tahu
dengan baik bahwa Allah sering digambarkan dalam Kitab Suci sebagai melakukan
apa yang Ia hanya ijinkan untuk dilakukan. Jadi karena seseorang telah
mendukakan RohNya dan menolak kasih karuniaNya, Ia menarik Roh dan kasih karunia
itu dari dia, dan dengan demikian ia menjadi berani dan sombong / kurang ajar
dalam dosa. Firaun membuat hatinya sendiri tegar terhadap Allah, Kel 9:34; dan
Allah menyerahkannya pada kebutaan yang bersifat penghakiman, sehingga ia lari
dengan keras kepala pada kehancurannya sendiri. Dari seluruh tingkah laku Firaun
kita belajar bahwa ia adalah berani, sombong, dan kejam; dan Allah memilih untuk
membiarkan kecenderungan-kecenderungan ini untuk mendapatkan pengaruh yang penuh
dalam hatinya tanpa pencegahan atau pengekangan dari pengaruh ilahi).
Ada
beberapa hal yang bisa diberikan sebagai jawaban terhadap kata-kata Clarke ini:
1.
Ayatnya tidak menggunakan kata ‘ijin’ atau ‘mengijinkan’, tetapi
‘membuat keras’, ‘mengeraskan’ dan sebagainya.
2.
Kalau itu dianggap hanya sebagai sekedar / semata-mata ijin, maka itu
menyebabkan rencana Allah tergantung kepada manusia.
3.
Dalam kasus Firaun, perlu diketahui bahwa dari dua hal ini, yaitu
‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’, dan ‘Firaun mengeraskan hatinya
sendiri’, yang muncul pertama adalah ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’,
yaitu dalam Kel 4:21. Lalu terjadi lagi dalam Kel 7:3. Kel 5 hanya
menunjukkan penolakan Firaun, tetapi tidak ada kata-kata ‘Firaun mengeraskan
hatinya’. Ini baru muncul dalam Kel 7:13-14,22
Kel 8:15. Lalu dalam Kel 9:12 dikatakan lagi ‘Tuhan
mengeraskan hati Firaun’, dan Kel 9:34-35 dikatakan lagi bahwa ‘Firaun
mengeraskan hati’. Kel 10:20,27 Kel 11:10 muncul lagi ‘Tuhan mengeraskan hati
Firaun’.
Juga
setelah Firaun membiarkan bangsa Israel pergi, lalu dikatakan lebih dulu bahwa
‘Tuhan mengeraskan hatinya’ (Kel 14:4,8), dan ini yang menyebabkan
Firaun mengejar bangsa Israel. Di sini tak dikatakan ‘Firaun mengeraskan
hatinya’. Hanya diceritakan kalau ia mengejar bangsa Israel.
Jadi
adalah mustahil untuk menafsirkan bahwa karena Firaun mengeraskan hatinya, maka
Tuhan membiarkan / mengijinkan ia keras hati. Sebetulnya semua orang yang tidak
percaya keras hatinya, dan baru bisa bertobat kalau Tuhan melunakkan hatinya.
Yeh
11:19 - “Aku akan memberikan mereka
hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan
dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat”.
Yeh
36:26 - “Kamu akan Kuberikan hati yang
baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu
hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat”.
Dalam
kasus-kasus dimana Allah memang menghendaki seseorang binasa, maka Ia tidak
melunakkan hati orang itu (ini sama dengan mengeraskan hati orang itu), sehingga
orang itu tetap jahat, atau bahkan bertambah jahat, dan lalu Tuhan membinasakan
mereka.
4.
Apa bedanya Firaun dengan Paulus? Keduanya sama-sama jahat, kejam dan
sebagainya. Mengapa Paulus bertobat dan Firaun tidak? Karena Firaun tegar dan
Paulus tidak? Kalau begitu Paulus selamat dan Firaun tidak, karena Paulus lebih
baik dari pada Firaun. Ini jelas kesimpulan yang sesat, tetapi inilah yang
didapatkan kalau kita tidak meletakkan pertobatan mereka sepenuhnya dalam tangan
/ kehendak Allah!
c)
Yos 11:19-20 - “(19) Tidak ada satu kotapun yang mengadakan
ikatan persahabatan dengan orang Israel, selain dari pada orang Hewi yang diam
di Gibeon itu, semuanya telah direbut mereka dengan berperang. (20) Karena TUHAN
yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang
melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi
dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
d)
2Taw 25:16 - “Waktu nabi sedang berbicara,
berkatalah Amazia kepadanya: Apakah kami telah mengangkat engkau menjadi
penasihat raja? Diamlah! Apakah engkau mau dibunuh?’ Lalu diamlah nabi itu
setelah berkata: ‘Sekarang aku tahu, bahwa Allah telah menentukan akan
membinasakan engkau, karena engkau telah berbuat hal ini, dan tidak
mendengarkan nasihatku!’”.
Bdk.
2Taw 25:20 - “Tetapi
Amazia tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah yang
hendak menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas, karena mereka telah mencari
allah orang Edom”.
Penolakan
Amazia terhadap nasehat nabi membuat nabi itu yakin / tahu bahwa Allah telah menentukan
supaya Amazia tidak mendengarkan nasehatnya, karena Allah hendak menyerahkannya
ke tangan Yoas. Jelas bahwa penolakan Amazia terhadap nasehat nabi, yang jelas
merupakan suatu dosa, termasuk dalam pelaksanaan Rencana Allah.
9)
Kel 9:12-16 - “(12) Tetapi TUHAN
mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan mereka - seperti yang
telah difirmankan TUHAN kepada Musa. (13) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
‘Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Firaun dan katakan kepadanya:
Beginilah firman TUHAN, Allah orang Ibrani: Biarkanlah umatKu pergi, supaya
mereka beribadah kepadaKu. (14) Sebab sekali ini Aku akan melepaskan segala
tulahKu terhadap engkau sendiri, terhadap pegawai-pegawaimu dan terhadap
rakyatmu, dengan maksud supaya engkau mengetahui, bahwa tidak ada yang seperti
Aku di seluruh bumi. (15) Bukankah sudah
lama Aku dapat mengacungkan tanganKu untuk membunuh engkau dan rakyatmu
dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas bumi; (16)
akan tetapi inilah sebabnya Aku
membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatanKu,
dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi”.
Ay
15 terjemahan KJV salah.
KJV:
‘For now I will stretch out my
hand, that I may smite thee and thy people with pestilence; and thou shalt
be cut off from the earth’ (= Karena sekarang Aku
akan mengulurkan tanganKu, supaya Aku bisa memukul engkau dan rakyatmu
dengan wabah / penyakit sampar; dan engkau akan dihapuskan dari bumi).
RSV:
‘For by now I could have put forth my
hand and struck you and your people with pestilence, and you would have been cut
off from the earth;’ (= Karena Aku bisa telah
mengulurkan tanganKu dan memukul engkau dan rakyatmu dengan wabah / penyakit
sampar; dan engkau akan sudah dihapuskan dari bumi).
NIV/NASB ≈
RSV.
Kel 9:15-16
ini secara sangat jelas menunjukkan bahwa orang itu hidup atau mati semuanya
tergantung Tuhan! Tuhan bisa saja telah membunuh mereka dari dulu. Kalau Ia
menahan diri dari hal itu, itu disebabkan Ia mempunyai rencana tertentu.
Matthew
Henry: “Note,
God sometimes raises up very bad men to honour and power, spares them long, and
suffers them to grow insufferably insolent, that he may be so much the more
glorified in their destruction at last. See how the neighbouring nations, at
that time, improved the ruin of Pharaoh to the glory of God. Jethro said upon
it, ‘Now know I that the Lord is greater than all gods,’ ch. 18:11”
(= Perhatikan, Allah kadang-kadang membangkitkan /
menaikkan orang-orang yang sangat jahat pada kehormatan dan kuasa, menyimpan
mereka untuk waktu yang lama, dan membiarkan mereka untuk bertumbuh menjadi
kurang ajar secara tak tertahankan, supaya pada akhirnya Ia bisa begitu jauh
lebih dipermuliakan dalam kehancuran mereka. Lihat bagaimana bangsa-bangsa
tetangga, pada saat itu, menjadi lebih baik dalam memuliakan Allah karena
kehancuran Firaun. Yitro berkata tentangnya, ‘Sekarang aku tahu bahwa Tuhan
itu lebih besar dari semua allah-allah / dewa-dewa’, pasal 18:11).
Kel
18:8-12 - “(8) Sesudah itu Musa menceritakan kepada mertuanya segala yang
dilakukan TUHAN kepada Firaun dan kepada orang Mesir karena Israel dan segala
kesusahan yang mereka alami di jalan dan bagaimana TUHAN menyelamatkan mereka.
(9) Bersukacitalah Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada
orang Israel, bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir.
(10) Lalu kata Yitro: ‘Terpujilah TUHAN, yang telah menyelamatkan kamu dari
tangan orang Mesir dan dari tangan Firaun. (11) Sekarang aku tahu, bahwa
TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini
dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh
terhadap mereka.’ (12) Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban
bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua
Israel datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah”.
10) Dan
5:23 - “Tuanku meninggikan diri
terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari BaitNya dibawa orang kepada
tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik
tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa
dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat
atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang
menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku”.
Matthew
Henry: “not
only from his hand our breath was at first, but ‘in his hand our breath is’
still; it is he that ‘holds our souls in life,’ and, if he ‘take away our
breath, we die.’ Our times being ‘in his hand,’ so is our breath, by which
our times are measured. ‘In him we live, and move, and have our being;’ we
live by him, live upon him, and cannot live without him. ‘The way of man is
not in himself,’ not at his own command, at his own disposal, ‘but his are
all our ways;’ for our hearts are in his hand, and so are the hearts of all
men, even of kings, who seem to act most as free-agents” (= bukan hanya dari tanganNya nafas kita
mula-mula, tetapi nafas kita tetap ada dalam tanganNya; adalah Dia yang memegang
jiwa kita dalam kehidupan, dan jika Ia mengambil nafas kita, kita mati. Waktu
kita ada dalam tanganNya, demikian juga nafas kita, dengan mana waktu kita
diukur. ‘Dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada’; kita hidup oleh
Dia, hidup dalam Dia, dan tidak bisa hidup tanpa Dia. ‘Jalan manusia bukan
dalam dirinya sendiri’, bukan ada dalam kuasanya sendiri, ada dalam kontrol
kita, ‘tetapi semua jalan kita adalah milikNya’; karena hati kita ada dalam
tanganNya, dan demikian juga hati semua manusia, bahkan hati dari raja-raja,
yang kelihatannya bertindak sebagai agen-agen yang paling bebas).
Kis 17:28
- “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,
seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari
keturunan Allah juga”.
Yer 10:23
- “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia
tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa
untuk menetapkan langkahnya”.
Barnes’
Notes: “that
great Being who keeps you in existence, and who has power to take away your life
at any moment. What is here said of Belshazzar is true of all men - high and
low, rich and poor, bond and free, princes and people. It is a deeply affecting
consideration, that the breath, on which our life depends, and which is itself
so frail a thing, is in the ‘hand’ of a Being who is invisible to us, over
whom we can have no control; who can arrest it when he pleases; who has given us
no intimation when he will do it, and who often does it so suddenly as to defy
all previous calculation and hope. Nothing is more absolute than the power
which God holds over the breath of men, yet there is nothing which is less
recognized than that power, and nothing which men are less disposed to
acknowledge than their dependence on him for it”
(= Allah yang besar itu yang menjaga kamu untuk tetap ada, dan yang mempunyai
kuasa untuk mengambil nyawamu pada setiap saat. Apa yang dikatakan di sini
tentang Belsyazar adalah benar tentang semua manusia - tinggi dan rendah, kaya
dan miskin, budak atau merdeka, pangeran-pangeran dan rakyat. Merupakan suatu
pertimbangan yang mempengaruhi secara mendalam, bahwa nafas, pada mana hidup /
nyawa kita tergantung, dan yang merupakan sesuatu yang begitu lemah, ada dalam
tangan dari Allah yang tak terlihat oleh kita, atas siapa kita tidak bisa
mempunyai kontrol; yang bisa menahan / menghentikannya pada saat yang Ia
senangi; yang tidak memberi kita isyarat kapan Ia akan melakukannya, dan yang
seringkali melakukannya dengan begitu mendadak sehingga menentang semua
perhitungan dan pengharapan sebelumnya. Tak ada apapun yang lebih mutlak dari
pada kuasa yang Allah pegang atas nafas manusia, tetapi tidak ada apapun
yang lebih kurang dikenali / disadari dari pada kuasa itu, dan tidak ada apapun
yang manusia kurang mau untuk mengakui dari pada ketergantungan mereka kepadaNya
untuk itu).
11) Maz
139:16 - “mataMu melihat selagi aku
bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan
dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
KJV:
‘my members’ (=
anggota-anggotaku).
RSV/NASB/ASV/NKJV:
‘the days’ (= hari-hariku).
NIV:
‘All the days’ (= Semua
hari-hariku).
Barnes’
Notes: “‘All
my members were written.’ The words ‘my members’ are not in the original.
The Hebrew is, as in the margin, ‘all of them.’ The reference may be, not to
the members of his body, but to his ‘days’ ... and then the sense would be,
all my ‘days,’ or all the periods of my life, were delineated in thy book.
That is, When my substance - my form - was not yet developed, when yet an
embryo, and when nothing could be determined from that
by the eye of man as to what I was to be, all the future was known to God, and
was written down - just what should be my form and vigor; how long I should
live; what I should be; what would be the events of my life”
(=
‘Semua anggota-anggotaku telah ditulis’. Kata-kata ‘anggota-anggota’
tidak ada dalam bahasa aslinya. Bahasa Ibraninya adalah seperti pada catatan
tepi, ‘semua mereka’. Hubungannya mungkin bukan pada anggota-anggota
tubuhnya, tetapi pada ‘hari-hari’nya ... dan lalu artinya akan menjadi,
semua ‘hari-hari’ku, atau semua periode dari hidupku, digambarkan /
dituliskan dalam kitabMu. Artinya, Pada waktu zatku - bentukku - belum
berkembang, pada waktu masih suatu embrio, dan pada waktu tidak ada apapun bisa
ditentukan dari itu oleh mata manusia berkenaan dengan aku akan jadi apa,
seluruh masa depan diketahui oleh Allah, dan dituliskan - bagaimana bentukku dan
kekuatanku; berapa lama aku harus hidup; aku akan jadi apa; bagaimana
peristiwa-peristiwa dari hidupku).
Word
Biblical Commentary:
“Yahweh
has foreknowledge of all the psalmist’s days, the period of his life (cf. Gen
25:7). ... Here divine foreknowledge of length of life is evidently in view (cf.
Exod 32:32–33; Job 14:5; Ps 69:29 [28] [Gunkel, 588; Weiser, 806])”
[= Yahweh mempunyai pra pengetahuan tentang semua hari dari sang pemazmur,
masa / priode dari hidupnya (bdk. Kej 25:7). ... Di sini pra pengetahuan ilahi
tentang panjangnya kehidupan tampak dengan jelas {bdk. Kel 32:32-33; Ayub
14:5; Maz 69:29 (28) (Gunkel,
588; Weiser, 806)}] -
Libronix.
James
Montgomery Boice (tentang Maz 139:16): “From
that very first moment, God knew him and had ordained what his life was to be”
(= Dari saat paling awal itu, Allah mengenalnya dan
telah menentukan hidupnya harus menjadi apa) - Libronix.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali