Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 5 Januari 2014, pk 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331 / 0819-455-888-55)

[email protected]

 

3.   Yoh 3:5 - “Jawab Yesus: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.”.

 

Saya menyoroti kata-kata ‘dilahirkan dari air dan Roh’.

‘Dilahirkan dari Roh’ jelas menunjuk pada kelahiran baru, tetapi apa artinya ‘dilahirkan dari air’?

 

Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:

 

a.   ‘Air’ menunjuk pada baptisan (bdk. Ef 5:26  Tit 3:5).

Ada orang-orang yang mengambil pandangan ini tetapi menganggap bahwa baptisan hanya merupakan tanda lahiriah dari kasih karunia rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri seseorang. Jadi baptisan dipercaya bukan sebagai cara untuk mendapatkan kelahiran baru, tetapi hanya merupakan tanda lahiriah dan peneguhan / pengesahan dari kelahi­ran baru.

 

Tetapi ada yang mengambil pandangan ini dan yang menganggap bahwa baptisan itu melahirbarukan dan menyelamatkan seseorang.

 

Calvin (tentang Yoh 3:5): “Chrysostom, with whom the greater part of expounders agree, makes the word Water refer to baptism. The meaning would then be, that by baptism we enter into the kingdom of God, because in baptism we are regenerated by the Spirit of God. Hence arose the belief of the absolute necessity of baptism, in order to the hope of eternal life.” (= Chrysostom, dengan siapa bagian terbesar dari penafsir-penafsir setuju, membuat kata ‘air’ menunjuk pada baptisan. Maka artinya menjadi, bahwa oleh baptisan kita masuk ke dalam kerajaan Allah, karena dalam baptisan kita dilahir-barukan oleh Roh Allah. Karena itu muncul kepercayaan tentang mutlak perlunya baptisan, untuk mendapat pengharapan tentang hidup yang kekal.).

 

Pandangan ini merupakan pandangan Gereja Roma Katolik - (‘Catechism of the Catholic Church’ 1992, no 976-987,1256-1284), dan pandangan inilah yang saya persoalkan dalam point ini.

 

Keberatan terhadap ajaran ini:

 

(1)  Baptisan kristen belum ada pada saat itu. Sukar dibayangkan bahwa Yesus berbicara kepada Nikodemus tentang sesuatu yang saat itu belum ada.

 

(2)  Baptisan jelas bukan merupakan syarat untuk selamat, dan baptisan juga tidak menjamin kelahiran baru ataupun keselamatan. Ini terlihat dari:

 

(a)  Ada orang-orang yang dibaptis, tetapi tidak selamat karena tidak sungguh-sungguh percaya. Contoh: Yudas Iskariot, dan juga Simon tukang sihir.

Bdk. Kis 8:13-23 - “(13) Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. (14) Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. (15) Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. (16) Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (17) Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. (18) Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, (19) serta berkata: ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.’ (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.’.

Sekalipun  dalam ay 13 dikatakan Simon menjadi percaya dan dibaptis, tetapi kata-kata Petrus kepadanya dalam ay 20-23 terlalu keras untuk ditujukan kepada orang yang sungguh-sungguh sudah percaya. Jelas bahwa kata-kata ‘menjadi percaya’ dalam ay 13 diberikan karena ia mengaku percaya / kelihatannya percaya.

 

(b)  Penjahat yang bertobat di kayu salib tidak pernah dibaptis, tetapi toh selamat (Luk 23:42-43).

 

(c)  Ada orang-orang yang mengalami kelahiran baru dan menerima Roh Kudus (yang tidak bisa tidak, menunjukkan bahwa mereka sudah selamat) sebelum mereka dibaptis (Kis 10:44-48).

 

Kis 10:44-48 - “(44) Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. (45) Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, (46) sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus: (47) ‘Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?’ (48) Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.”.

 

Ingat bahwa ini bukan lagi jaman Perjanjian Lama, dimana bisa saja seseorang menerima Roh Kudus, tetapi bukan orang percaya. Contoh raja Saul.

1Sam 10:6,10 - “(6) Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan (bernubuat) bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain. (10) Ketika mereka sampai di Gibea dari sana, maka bertemulah ia dengan serombongan nabi; Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan (bernubuat) seperti nabi di tengah-tengah mereka..

1Sam 11:6 - Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat..

 

Tetapi pada jaman Perjanjian Baru (setelah hari Pentakosta) ini tidak mungkin terjadi (dengan Kis 8:12-17 sebagai satu-satunya perkecualian), karena Roh Kudus memang diberikan kepada orang-orang percaya, bukan saja untuk memimpin kehidupan orang-orang percaya (Yoh 16:13), tetapi juga untuk menjadi jaminan keselamatan orang-orang percaya (2Kor 1:22  2Kor 5:5  Ef 1:14).

Yoh 16:13 - “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”.

2Kor 1:22 - “memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.”.

2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.”.

Ef 1:14 - “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya.”.

 

Jadi, kalau Kornelius dan keluarganya sudah menerima Roh Kudus, tidak bisa tidak mereka pasti bukan hanya sudah percaya, tetapi bahkan pasti juga sudah selamat. Dan ini terjadi sebelum mereka dibaptis! Dari peristiwa ini jelas bahwa baptisan bukanlah syarat keselamatan!

 

Calvin (tentang Kis 10:47): “as Luke saith that these had the Holy Ghost given them who were not as yet baptized, he showeth that the Spirit is not included in baptism.” (= karena Lukas mengatakan bahwa orang-orang ini telah diberikan Roh Kudus kepada mereka, yang belum dibaptis, ia menunjukkan bahwa Roh tidak termasuk dalam baptisan.).

Catatan: saya kira kata-kata terakhir itu maksudnya adalah baptisan tidak menyebabkan diberikannya Roh Kudus.

 

Matthew Henry (tentang Kis 10:44-48): The Holy Ghost fell upon others after they were baptized, for their confirmation; but upon these Gentiles before they were baptized: as Abraham was justified by faith, being yet in uncircumcision, to show that God is not tied to a method, nor confines himself to external signs. The Holy Ghost fell upon those that were neither circumcised nor baptized; for ‘it is the Spirit that quickeneth, the flesh profiteth nothing. (= Roh Kudus turun kepada orang-orang lain setelah mereka dibaptis, untuk peneguhan mereka; tetapi kepada orang-orang non Yahudi ini sebelum mereka dibaptis: seperti Abraham dibenarkan oleh iman, sekalipun dalam keadaan tidak bersunat, untuk menunjukkan bahwa Allah tidak terikat pada satu metode, ataupun membatasi dirinya sendiri dengan tanda-tanda lahiriah. Roh Kudus turun kepada mereka yang belum disunat ataupun dibaptis; karena ‘adalah Roh yang menghidupkan, daging tidak berguna apa-apa’.).

Catatan:

·        Ayat yang dikutip dari Yoh 6:63a - “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.”.

·        Abraham dibenarkan dalam Kej 15:6, dan baru disunat dalam Kej 17.

 

A. T. Robertson (tentang Kis 10:47): Here the baptism of the Holy Spirit had preceded the baptism of water (Acts 1:5; 11:16). ‘The greater had been bestowed; could the lesser be withheld?’ (Knowling). [= Di sini baptisan Roh Kudus telah mendahului baptisan air (Kis 1:5; 11:16). ‘Yang lebih besar telah diberikan; bisakah yang lebih kecil ditahan?’ (Knowling)].

Kis 1:5 - “Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’”.

Kis 11:16 - “Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”.

 

Bible Knowledge Commentary (tentang Kis 10:47-48): Cornelius and his household, though uncircumcised (11:3), were baptized because they had believed in Christ, as evidenced by their receiving the Holy Spirit. The order of these events was believing in Christ, receiving the Holy Spirit, speaking in tongues, and being baptized in water. [= Kornelius dan keluarganya, sekalipun tak disunat (11:3), dibaptis karena mereka telah percaya kepada Kristus, seperti dibuktikan dengan penerimaan mereka akan Roh Kudus. Urut-urutan dari peristiwa-peristiwa ini adalah percaya kepada Kristus, menerima Roh Kudus, berbicara dalam bahasa Roh, dan dibaptis dalam / dengan air.].

Kis 11:3 - “Kata mereka: ‘Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.’”.

Catatan: saya tak tahu apakah istilah ‘orang-orang yang tidak bersunat’ dalam Kis 11:3 ini betul-betul menunjukkan bahwa Kornelius belum disunat, atau hanya sekedar berarti ‘orang-orang non Yahudi’.

 

Sekarang mari kita membandingkan Kis 10:44-48 di atas dengan Kis 11 dimana Petrus mempertanggung-jawabkan baptisan terhadap Kornelius kepada orang-orang Yahudi Kristen.

Kis 11:15-17 - “(15) Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. (16) Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. (17) Jadi jika Allah memberikan karuniaNya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?’”.

 

Calvin (Kis 11:16): “But if any man trusting to this testimony do make baptism a cold spectacle, and void of all grace of the Spirit, he shall be also greatly deceived. For the Holy Scripture useth to speak two manner of ways of the sacraments. For because Christ is not unfaithful in his promises, he doth not suffer that to be vain which he doth institute; but when as the Scripture doth attribute to baptism strength to wash and regenerate, it ascribeth all this to Christ, and doth only teach what he worketh by his Spirit by the hand of man and the visible sign. Where Christ is thus joined with the minister, and the efficacy of the Spirit with the sign, there is so much attributed to the sacraments as is needful, (Titus 3:5;) but that conjunction must not be so confused, but that men’s minds, being drawn from mortal and frail things, and things like to themselves, and from the elements of the world, they must learn to seek for salvation at Christ’s hand, and to look unto the power of his Spirit alone; because he misseth the mark of faith, whosoever turneth aside even but a little from the Spirit unto the signs; and he is a sacrilegious person who taketh even but an inch of Christ’s praise, that he may deck man therewith.” [= Tetapi jika orang manapun yang mempercayai kesaksian ini membuat / menjadikan baptisan sebagai suatu pertunjukan yang dingin / mati, dan kosong / hampa dari semua kasih karunia dari Roh, ia juga akan sangat ditipu. Karena Kitab Suci biasa berbicara dengan dua cara tentang sakramen-sakramen. Sebab, karena Kristus bukannya tidak setia pada janji-janjiNya, Ia tidak membiarkan apa yang Ia adakan menjadi sia-sia; tetapi pada waktu Kitab Suci menghubungkan dengan baptisan kekuatan untuk mencuci dan melahir-barukan, itu menganggap semua ini berasal dari Kristus, dan hanya mengajar bahwa Ia bekerja oleh Rohnya oleh tangan manusia dan tanda lahiriah /  kelihatan. Dimana Kristus digabungkan seperti itu dengan pendeta, dan kemujaraban dari Roh digabungkan dengan tanda, disana ada begitu banyak yang dihubungkan dengan sakramen-sakramen dari pada yang perlu, (Titus 3:5); tetapi penghubungan itu tidak boleh dicampur-adukkan sedemikian rupa, tetapi bahwa pikiran manusia, ditarik dari hal-hal yang fana dan lemah, dan hal-hal seperti diri mereka sendiri, dan dari elemen-elemen dari dunia, mereka harus belajar untuk mencari keselamatan dari tangan Kristus, dan memandang kepada kuasa Roh saja; karena siapapun berbelok bahkan sedikit saja dari Roh kepada tanda-tanda, meleset dari iman; dan ia adalah orang yang melanggar kesucian yang mengambil bahkan 1 inci dari pujian terhadap Kristus, sehingga ia bisa mendandani manusia dengannya.].

Tit 3:5 - “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,”.

 

Kata-kata Calvin di atas ini sangat penting berkenaan dengan pokok yang sedang kita bahas ini, karena menunjukkan pandangannya bahwa:

·        Kristus tidak mau bahwa tanda (baptisan) yang Ia adalah dianggap remeh / sesuatu yang sia-sia, dan karena itu maka ada banyak ayat yang menghubungkan dengan baptisan, lebih dari yang seharusnya.

·        Pada waktu kita menafsirkan ayat-ayat seperti itu, kita harus menyadari bahwa hal-hal itu hanya didapat dari Kristus saja, bukan dari tanda / baptisannya!

·        Kalau kita berbelok sedikit saja dari hal ini (dalam arti kalau kita menganggap bahwa hal-hal itu memang didapatkan dari baptisan), maka kita sudah meleset dari iman.

 

Sekarang mari kita melihat pada Sidang Gereja Yerusalem, dimana Petrus menyaksikan peristiwa Kornelius ini lagi.

Kis 15:7-9 - “(7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.”.

Catatan: kata-kata ‘dan menjadi percaya’ pada akhir ay 7, sebetulnya salah terjemahan, karena kata ‘menjadi’ sebetulnya tidak ada.

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘and believe’ (= dan percaya).

 

Mari kita soroti Kis 15:8nya saja.

Kis 15:8 - “Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita,”.

KJV: bare them witness, (= memberi kesaksian kepada mereka,).

NKJV: acknowledged them (= mengakui mereka).

NIV menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia, sedangkan RSV/NASB/ASV menterjemahkan seperti KJV.

Mengapa bisa berbeda-beda seperti ini? Sebetulnya yang terjemahannya hurufiah adalah KJV/RSV/NASB/ASV. Tetapi perhatikan komentar di bawah ini.

Adam Clarke (tentang Kis 15:8): “‘Bare them witness.’ ... It is properly remarked by learned men, that marturein ‎‎tini‎, to bear witness to any person, signifies to approve, to testify in behalf of.” (= ‘Memberi kesaksian kepada mereka’. ... Secara benar telah dikatakan oleh orang-orang yang terpelajar, bahwa marturein ‎‎tini, memberi kesaksian kepada siapapun, berarti ‘menyetujui, menyaksikan demi kepentingan dari’.).

Jadi, sebetulnya Kitab Suci Indonesia, NKJV, NIV memberikan arti yang cukup baik. Karena itu, ayat ini menunjukkan bahwa pemberian Roh Kudus itu menunjukkan bahwa mereka diterima oleh Allah!

 

Calvin (tentang Kis 15:7): “Peter annexeth the visible graces of the Spirit unto faith, as, assuredly, they were nothing else but an addition thereof. ... Peter take for a thing which all men grant, that which was known, that God had sealed in Cornelius and his cousins [relatives] his free adoption by the visible grace of the Spirit, as if he should point out his children with his finger.” (= Petrus menghubungkan kasih karunia yang kelihatan dari Roh dengan iman, karena pastilah bahwa hal itu bukan lain dari pada suatu penambahan dari itu. ... Petrus menganggap / menerima suatu hal yang dianggap semua orang sebagai benar, yang dikenal / diketahui, bahwa Allah telah memeteraikan dalam Kornelius dan keluarganya pengadopsian yang cuma-cuma oleh kasih karunia yang kelihatan dari Roh, seakan-akan ia menunjukkan anak-anakNya dengan jariNya.).

 

Lalu Calvin membahas ay 9nya yang mengatakan “sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Jadi pemberian Roh Kudus dalam ay 8 terjadi sebelum Allah menyucikan hati mereka oleh iman! Jadi, urut-urutan yang benar dalam peristiwa Kornelius ini adalah:

Mereka beriman => mereka disucikan hatinya => mereka diberi Roh Kudus => mereka dibaptis.

 

Calvin (tentang Kis 15:9): “‘Seeing that by faith he hath purified.’ ... he addeth farther, that this purity did consist in faith. Therefore he teacheth, first, that the Gentiles have true holiness without ceremonies, which may suffice before God’s judgment seat. Secondly, he teacheth that this is attained unto by faith, and from it doth it flow. In like sort, Paul gathereth, that uncircumcision doth not hinder a man but that he may be counted holy and just before God, (Romans 4:10;) because circumcision did follow after righteousness in the person of Abraham, and by order of time it was latter, (posterior.)” [= ‘Melihat bahwa oleh iman ia telah menyucikan’. ... ia menambahkan lebih jauh, bahwa penyucian ini ada karena iman. Karena itu ia mengajar, pertama, bahwa orang-orang non Yahudi mempunyai kekudusan yang benar tanpa upacara-upacara, yang bisa mencukupi di hadapan kursi penghakiman Allah. Kedua, ia mengajar bahwa ini dicapai oleh iman, dan itu mengalir dari iman. Mirip dengan itu, Paulus menyimpulkan, bahwa keadaan tidak bersunat tidak menghalangi seseorang untuk bisa dianggap sebagai kudus dan benar di hadapan Allah, (Ro 4:10); karena sunat memang mengikuti kebenaran dalam diri Abraham, dan dalam urut-urutan waktu, itu terjadi belakangan (kemudian).].

Ro 4:9-11 - “(9) Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran. (10) Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. (11) Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka,”.

 

Jadi, sebagaimana Abraham bisa percaya dan dibenarkan sebelum disunat (sakramen pertama Perjanjian Lama), demikian juga Kornelius bisa percaya dan dibenarkan sebelum dibaptis (sakramen pertama Perjanjian Baru). Ini secara mutlak membuktikan bahwa baptisan BUKANLAH SYARAT MUTLAK UNTUK KESELAMATAN!

 

(d)  Yesus, Petrus, dan Paulus, tidak membaptis sendiri, tetapi menyerahkan tugas itu kepada orang-orang lain. Ini merupakan sesuatu yang tidak masuk akal, kalau baptisan memang punya andil dalam menyelamatkan seseorang.

Yoh 3:26 - “Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.’”.

Yoh 4:1-2 - “(1) Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes (2) - meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-muridNya, -”.

Kis 10:48 - “Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.”.

1Kor 1:14-17 - “(14) Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus, (15) sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan, bahwa kamu dibaptis dalam namaku. (16) Juga keluarga Stefanus aku yang membaptisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu, entahkah ada lagi orang yang aku baptis. (17) Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.”.

 

Kalau baptisan memang menyelamatkan, bisakah saudara bayangkan bahwa Paulus bersyukur karena ia hanya membaptis sedikit orang? (1Kor 1:14,16). Lebih-lebih bahwa ia mengatakan bahwa ‘Kristus mengutus aku BUKAN UNTUK MEMBAPTIS, tetapi untuk memberitakan Injil’ (1Kor 1:17)?

 

Supaya ‘tidak / sedikitnya ia membaptis’ dianggap orang-orang sebagai pelalaian tugas, Paulus menambahkan kata-kata dalam ay 17, yang menunjukkan bahwa tugas utamanya adalah memberitakan Injil, bukan membaptis. Dengan kata-kata ini ia bukannya menentang Mat 28:19 yang jelas memerintahkan untuk memberitakan Injil maupun membaptis, tetapi ia menunjukkan mana yang primer dan mana yang sekunder.

Dan adalah mustahil ia menyekunderkan baptisan, seandainya baptisan memang mempunyai andil untuk menyelamatkan!

 

Calvin (tentang 1Kor 1:17): “For Christ sent me not. He anticipates an objection that might, perhaps, be brought against him - that he had not discharged his duty, inasmuch as Christ commands his Apostles to baptize as well as teach. Accordingly he replies, that this was not the principal department of his office, for the duty of teaching had been principally enjoined upon him as that to which he should apply himself. For when Christ says to the Apostles, (Matthew 28:19, Mark 16:15,) Go, preach and baptize, he connects baptism with teaching simply as an addition or appendage, so that teaching always holds the first place. Two things, however, must be noticed here. The first is, that the Apostle does not here absolutely deny that he had a command to baptize, for this is applicable to all the Apostles: Go and baptize; and he would have acted rashly in baptizing even one, had he not been furnished with authority, but simply points out what was the chief thing in his calling.”.

 

Adam Clarke (tentang 1Kor 1:17): “‘For Christ sent me not to baptize.’ Dr. Pearce translates thus: ‘For Christ sent me, not so much to baptize as to preach the Gospel:’ and he supports his version thus - ‘The writers of the Old and New Testaments do, almost every where (agreeably to the Hebrew idiom) express a preference given to one thing beyond another by an affirmation of that which is preferred, and a negation of that which is contrary to it: and so it must be understood here, for if Paul was not sent at all to baptize, he baptized without a commission; but if he was sent, not only to baptize but to preach also, or to preach rather than baptize, he did in fact discharge his duty aright.’ It appears sufficiently evident that baptizing was considered to be an inferior office; and though every minister of Christ might administer it, yet apostles had more important work. Preparing these adult heathens for baptism by the continual preaching of the word was of much greater consequence than baptizing them when thus prepared to receive and profit by it.” (= ).

 

Catatan: kedua kutipan ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.

 

b.   ‘Air’ menunjuk pada Roh Kudus.

Calvin menafsirkan bahwa kata-kata ‘air dan Roh’ artinya adalah ‘air, yaitu Roh Kudus’. Jadi, kata bahasa Yunani KAI yang biasanya diterjemahkan ‘and’ (= dan), oleh Calvin diartikan ‘yaitu’ (seperti dalam Ro 1:5).

 

Calvin (tentang Yoh 3:5): “he employed the words Spirit and water to mean the same thing, ... it is not unusual to employ the word ‘and’ instead of ‘that is,’ when the latter clause is intended to explain the former.” (= Ia menggunakan kata-kata ‘Roh’ dan ‘air’ untuk memaksudkan hal yang sama, ... bukanlah sesuatu yang tidak biasa untuk menggunakan kata ‘dan’ dan bukannya ‘yaitu’, pada waktu anak kalimat yang belakangan dimaksudkan untuk menjelaskan yang lebih dulu.).

 

Sebuah kamus Yunani - Inggris yang disusun oleh Barclay M. Newman, Jr. mengatakan bahwa KAI bisa diartikan sebagai:

(1)        And (= dan).

(2)        Also (= juga).

(3)        But (= tetapi).

(4)        Even (= yaitu).

(5)        That is (= yaitu).

(6)        Namely (= yaitu).

Jadi jelas, bahwa ditinjau dari sudut bahasa Yunani, penafsiran Calvin bukannya tanpa dasar.

 

Calvin juga memberikan contoh penggunaan yang seperti itu dalam Alkitab:

Mat 3:11b - “Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.”.

Luk 3:16b - “Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.”.

 

c.   ‘Air’ menunjuk pada purification (= penyucian).

Alasan / dasar pandangan ini:

(1)  Dalam Perjanjian Lama, air sering menunjuk pada pembasuhan dan penyucian dari polusi dosa (Yeh 36:25  Zakh 13:1).

(2)  Dalam baptisan Yohanes, air juga melambangkan penyucian dosa (Mark 1:4  Luk 3:3).

(3)  Dalam baptisan Yesus, air juga dianggap melambangkan penyucian dosa (Yoh 3:22-26).

 

d.   Leon Morris (NICNT) memberikan penafsiran yang menarik tentang bagian ini sebagai berikut:

Ia mengatakan bahwa kata-kata:

(1)        ‘Water’ (= air).

(2)        ‘Rain’ (= hujan).

(3)        ‘Dew’ (= embun).

(4)        ‘Drop’ (= tetes).

sering digunakan untuk menunjuk pada ‘male semen’ (= air mani laki-laki).

 

Kalau di sini air diartikan seperti itu, maka ada 2 kemungkinan:

(a)  ‘dilahirkan dari air’ menunjuk pada kelahiran jasmani, sedangkan ‘dilahirkan dari Roh’ menunjuk pada kelahiran baru / rohani. Jadi maksud ay 5 itu adalah: setelah mengalami kelahiran jasma­ni, kita harus mengalami kelahiran rohani, baru bisa selamat.

(b) ‘air dan Roh’ digabung dan dianggap menunjuk pada ‘spiritual seed’ (= benih rohani), sehingga istilah ‘air dan Roh’ sebetulnya sama saja dengan ‘Roh’ (bdk. ay 6,8).

Ay 6,8: “(6) Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. ... (8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.’”.

Leon Morris lebih condong pada arti ke 2 ini.

 

4.   1Pet 3:20-21 - “(20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. (21) Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan - maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah - oleh kebangkitan Yesus Kristus,”.

 

a.   Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan.

Mari kita perhatikan kata-kata ‘diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kiasan’ adalah ANTITUPON.

Bdk. Ro 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang”.

Kata ‘gambaran’ diterjemahkan dari kata Yunani TUPOS, dan dalam NASB diterjemahkan ‘a type’ (= suatu TYPE), dan pada catatan kaki dari NASB diberikan terjemahan alternatif, yaitu ‘foreshadowing’ (= pembayangan lebih dulu).

Jadi kata ANTITUPON dalam 1Pet 3:21 ini bisa diartikan anti-type.

Dengan demikian penyelamatan Nuh dan keluarganya melalui air itu dianggap sebagai TYPE dari baptisan kristen, atau sebaliknya, baptisan Kristen adalah anti-TYPE dari penyelamatan Nuh dan keluarganya melalui air itu.

 

Jamieson, Fausset & Brown: “Water saved Noah, not of itself, but by sustaining the ark built in faith on God’s word: it was to him the sign and mean of a regeneration of the earth. ... The antitypical water, namely, baptism, saves you also, not of itself, but the spiritual thing conjoined with it, repentance and faith, of which it is the seal, as Peter explains. Compare the union of the sign and thing signified, John 3:5; Eph. 5:26; Titus 3:5: cf. 1 John 5:6” (= Air menyelamatkan Nuh, bukan dari dirinya sendiri, tetapi dengan menopang bahtera yang dibangun dalam iman pada kata-kata Allah: bagi dia itu merupakan tanda dan cara dari suatu kelahiran baru dari bumi. ... Anti-Type dari air, yaitu baptisan, menyelamatkan engkau juga, bukan dari dirinya sendiri, tetapi hal rohani yang digabungkan / disatukan dengannya, pertobatan dan iman, dari apa baptisan itu merupakan tanda, seperti dijelaskan oleh Petrus. Bandingkan persatuan dari tanda dan hal yang ditandakan / digambarkan, Yoh 3:5; Ef 5:26; Tit 3:5: bdk. 1Yoh 5:6).

 

Pulpit Commentary: “the water which is saving you is the antitype of the water of the Flood. That water was made the means of saving a few; it bore up the ark in which they were. It saved them, perhaps, from the malice of the ungodly; it saved them from that corruption which was almost universal; it was the means of saving the race of men as by a new birth through death into a new life, a new beginning; it washed away the evil, those who suffered for evil-doing, and so saved those who had doubtless been suffering for well-doing. Thus it is the figure (tupon) of the antitype (antitupon) baptism” [= air (baptisan) yang menyelamatkan kamu adalah anti-type dari air dari air bah. Air itu dibuat sebagai jalan / cara penyelamatan sedikit orang; air itu menahan bahtera dalam mana mereka berada. Air itu menyelamatkan mereka, mungkin dari kebencian / niat jahat dari orang-orang jahat; air itu menyelamatkan mereka dari kejahatan yang hampir universal; air itu merupakan cara menyelamatkan umat manusia seperti oleh suatu kelahiran baru melalui kematian ke dalam suatu kehidupan yang baru, suatu permulaan yang baru; air itu menghanyutkan orang jahat, mereka yang menderita karena perbuatan jahat, dan dengan demikian menyelamatkan mereka yang tak diragukan telah menderita karena perbuatan baik. Demikianlah itu adalah gambaran (tupos) dari anti-type (antitupon) baptisan] - hal 137.

 

Jay E. Adams: “It is altogether important to note that it was the water by which (not ‘from which’) they were saved. The same water that destroyed others lifted the eight persons who were in the ark above the destruction” [= Adalah sangat penting untuk memperhatikan bahwa adalah air itu ‘oleh mana’ (bukan ‘dari mana’) mereka diselamatkan. Air yang sama yang menghancurkan orang-orang lain, mengangkat 8 orang yang ada dalam bahtera di atas penghancuran] - hal 115.

 

Penafsiran-penafsiran di atas ini kelihatannya aneh, karena:

(1)  Sebetulnya Nuh dan keluarganya diselamatkan bukan oleh air, tetapi dari air, dan bahteralah yang menyelamatkan mereka.

Ibr 11:7 - “Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya”.

(2)  Kata-kata oleh air’ pada akhir ay 20 itu seharusnya adalah melalui air’.

 

Tetapi perhatikan apa yang dikatakan oleh buku tafsiran di bawah ini.

Word Biblical Commentary: “‘were saved through water.’ The preposition DIA could be local or instrumental, and the meaning of the verb would differ accordingly: i.e., either ‘brought safely through the water’ (in which water is the threat; ...), or ‘saved through water’ (in which water is the means of salvation; ...). Taken by themselves in the natural situation of a life-threatening flood, these words are more plausibly understood in the first of these senses ..., but v 21a seems to settle the matter in favor of the second: water (i.e., baptism) is that which saves ... The likely meaning is that Noah and his family were brought safely through the flood by means of the flood waters themselves .... If it is objected that they escaped only because Noah built an ark that would float, the appropriate (and only possible) answer is that Peter is interested in ‘water’ in the story, not in ‘wood’ ..., because there is something he wants to say about Christian baptism. If the question is asked, ‘From what were Noah and his family saved?’ the answer is that they were saved from death - not merely from sinners or from a hostile environment .... As they were ‘saved through water’ from physical death, baptism saves from eternal death” [= ‘diselamatkan melalui air’. Kata depan DIA bisa bersifat lokal atau bersifat sebagai alat, dan arti dari kata kerjanya akan berbeda sesuai dengannya: yaitu, atau ‘dibawa dengan aman melalui air’ (dimana air adalah ancamannya; ...), atau ‘diselamatkan melalui air’ (dimana air adalah jalan / cara keselamatan; ...). Diambil sendirian dalam situasi yang wajar dari suatu banjir yang mengancam kehidupan, kata-kata ini lebih masuk akal untuk dimengerti dalam arti yang pertama ..., tetapi ay 21a kelihatannya menyelesaikan persoalan dengan mendukung arti kedua: air (yaitu baptisan) adalah apa yang menyelamatkan ... Arti yang paling memungkinkan adalah bahwa Nuh dan keluarganya dibawa dengan aman melalui air bah dengan memakai air bah itu sendiri .... Jika ada keberatan bahwa mereka lolos hanya karena Nuh membangun suatu bahtera yang mengapung, maka jawaban yang cocok dan satu-satunya yang memungkinkan adalah bahwa dalam cerita itu Petrus berminat terhadap ‘air’, bukan terhadap ‘kayu’ ..., karena ada sesuatu yang ingin ia katakan tentang baptisan Kristen. Jika ditanyakan pertanyaan: ‘Nuh dan keluarganya diselamatkan dari apa?’, maka jawabannya adalah bahwa mereka diselamatkan dari kematian - bukan semata-mata dari orang-orang berdosa atau dari lingkungan yang bermusuhan .... Sebagaimana mereka ‘diselamatkan melalui air’ dari kematian fisik, baptisan menyelamatkan dari kematian kekal].

Catatan: tentang kata-kata terakhir ini, camkan bahwa baptisan lagi-lagi hanya tanda, bukan realitanya.

 

b.   maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah.

 

(1)        maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani’.

Kata ‘maksudnya’ seharusnya tidak ada.

KJV: ‘not the putting away of the filth of the flesh’ (= bukan penyisihan kotoran dari daging).

RSV: ‘not as a removal of dirt from the body’ (= bukan seperti suatu pembersihan kotoran dari tubuh).

NIV: not the removal of dirt from the body (= bukan pembersihan kotoran dari tubuh).

NASB: not the removal of dirt from the flesh (= bukan pembersihan kotoran dari daging).

 

(2)        melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah’.

KJV: ‘but the answer of a good conscience toward God’ (= tetapi jawaban / tanggapan suatu hati nurani yang baik kepada Allah).

RSV: ‘but as an appeal to God for a clear conscience’ (= tetapi sebagai suatu permohonan kepada Allah untuk suatu hati nurani yang bersih).

NIV: but the pledge of a good conscience toward God (= tetapi janji / ikrar dari suatu hati nurani yang baik kepada Allah).

NASB: but an appeal to God for a good conscience (= tetapi suatu permohonan kepada Allah untuk suatu hati nurani yang baik).

 

Kata Yunani yang digunakan adalah EPEROTEMA, yang artinya sebetulnya adalah ‘answer’ (= jawaban / tanggapan).

 

Barnes’ Notes: ‘Not the putting away of the filth of the flesh.’ Not a mere external washing, however solemnly done. No outward ablution or purifying saves us, but that which pertains to the conscience. This important clause is thrown in to guard the statement from the abuse to which it would otherwise be liable, the supposition that baptism has of itself a purifying and saving power. To guard against this, the apostle expressly declares that he means much more than a mere outward application of water. ‘But the answer of a good conscience toward Godhead.’ The word here rendered ‘answer’ ‎eperooteema means properly a question, an inquiry. It is ‘spoken of a question put to a convert at baptism, or rather of the whole process of question and answer; that is, by implication, examination, profession’ - Robinson, Lexicon. It is designed to mark the spiritual character of the baptismal rite in contrast with a mere external purification, and evidently refers to something that occurred at baptism; some question, inquiry, or examination, that took place then; and it would seem to imply: (1) that when baptism was performed, there was some question or inquiry in regard to the belief of the candidate; (2) that an answer was expected, implying that there was a good conscience; that is, that the candidate had an enlightened conscience, and was sincere in his profession; and, (3) that the real efficacy of baptism, or its power in saving, was not in the mere external rite, but in the state of the heart, indicated by the question and answer, of which that was the emblem. [= ‘Bukan pembersihan kotoran dari daging’. Bukan semata-mata pencucian lahiriah, betapapun khidmatnya itu dilakukan. Tak ada pembersihan atau pemurnian lahiriah menyelamatkan kita, kecuali yang berhubungan dengan hati nurani. Anak kalimat yang penting ini dimasukkan untuk menjaga pernyataan dari penyalah-gunaan, yang besar kemungkinan bisa terjadi kalau anak kalimat itu tidak ada, anggapan bahwa baptisan mempunyai dalam dirinya sendiri suatu kuasa yang memurnikan dan menyelamatkan. Untuk menjaga terhadap hal ini, sang rasul secara explicit menyatakan bahwa ia memaksudkan jauh lebih dari pada sekedar suatu penggunaan air secara lahiriah. ‘Tetapi jawaban / tanggapan dari suatu hati nurani yang baik terhadap Allah’. Kata yang di sini diterjemahkan ‘jawaban / tanggapan’ (EPEROOTEEMA) sebetulnya berarti ‘suatu pertanyaan, suatu penyelidikan’. Itu ‘membicarakan tentang suatu pertanyaan yang diberikan kepada seorang petobat pada baptisan, atau lebih tepat tentang seluruh proses tanya jawab; yaitu, sudah termasuk di dalamnya, penyelidikan, pengakuan’ - Robinson, Lexicon. Itu dirancang untuk menandai karakter rohani dari upacara baptisan dalam kontras dengan semata-mata pemurnian / pencucian lahiriah, dan secara jelas menunjuk pada sesuatu yang terjadi pada saat baptisan; beberapa pertanyaan, penyelidikan, atau pemeriksaan, yang terjadi pada saat itu; dan kelihatannya secara implicit menunjukkan: (1) bahwa pada waktu baptisan dilakukan, di sana ada beberapa pertanyaan berkenaan dengan kepercayaan dari si kandidat; (2) bahwa suatu jawaban diharapkan, secara implicit menunjukkan bahwa di sana ada suatu hati nurani yang tulus; artinya, bahwa sang kandidat mempunyai hati nurani yang diterangi, dan tulus dalam pengakuannya; dan (3) bahwa kemujaraban yang sesungguhnya dari baptisan, atau kuasanya dalam menyelamatkan, bukanlah ada dalam semata-mata upacara lahiriah, tetapi dalam keadaan dari hati, ditunjukkan oleh pertanyaan dan jawaban, tentang mana itu merupakan suatu simbol.].

 

c.   oleh kebangkitan Yesus Kristus.

 

Calvin: “By these words he teaches us that we are not to cleave to the element of water, and that what is thereby typified flows from Christ alone, and is to be sought from him. ... the resurrection was victory over death and the completion of our salvation. We hence learn that the death of Christ is not excluded, but is included in his resurrection. We then cannot otherwise derive benefit from baptism, than by having all our thoughts fixed on the death and the resurrection of Christ” (= Oleh kata-kata ini ia mengajar kita bahwa kita tidak boleh berpegang erat-erat / menggantungkan diri pada eleman air, dan bahwa apa yang digambarkan olehnya mengalir dari Kristus saja, dan harus dicari dari Dia. ... kebangkitan adalah kemenangan atas kematian dan penyempurnaan / penyelesaian dari keselamatan kita. Karena itu kita belajar bahwa kematian Kristus tidak dibuang, tetapi tercakup dalam kebangkitanNya. Maka kita tidak bisa mendapatkan manfaat dari baptisan dengan cara lain dari pada dengan memancangkan seluruh pemikiran kita pada kematian dan kebangkitan Kristus) - hal 119.

 

Calvin memang menganggap bahwa kalau dalam Kitab Suci disebutkan tentang kematian Kristus saja, maka kita juga harus mengingat akan kebangkitanNya. Dan juga sebaliknya, kalau hanya disebutkan tentang kebangkitan Kristus saja, maka kita juga harus mengingat akan kematianNya.

 

Calvin: “So then, let us remember that whenever mention is made of His death alone, we are to understand at the same time what belongs to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word ‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we are to understand it as including what has to do especially with His death” (= Jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematian­Nya, kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’: kalau kata itu disebut­kan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.

 

Seluruh ayat ini kelihatannya ruwet dan membingungkan, tetapi semua penafsir menganggap bahwa arti umumnya adalah pasti, yaitu bahwa hanya sekedar baptisan lahiriah, kalau dipisahkan dari iman kepada Kristus, tidak ada gunanya dan tidak akan menyelamatkan siapapun juga.

 

Pulpit Commentary: “Baptism doth save us, but not the mere outward ceremony; ... The outward and visible sign doth not save if separated from the inward and spiritual grace. The first is necessary, for it is an outward sign appointed by Christ; but it will not save without the second” (= Baptisan memang menyelamatkan kita, tetapi bukan semata-mata upacara lahiriahnya; ... Tanda yang bersifat lahiriah dan bisa dilihat ini tidak menyelamatkan kita jika dipisahkan dari kasih karunia yang di dalam dan bersifat rohani. Yang pertama itu perlu, karena itu adalah tanda lahiriah yang ditetapkan oleh Kristus; tetapi itu tidak akan menyelamatkan tanpa yang kedua) - hal 137.

 

Adam Clarke: “Baptism implies a consecration and dedication of the soul and body to God, the Father, Son, and Holy Spirit. He who is faithful to his baptismal covenant, taking God through Christ, by the eternal Spirit, for his portion, is saved here from his sins; and through the resurrection of Christ from the dead, has the well-grounded hope of eternal glory. ... the water of baptism, typifying the regenerating influence of the Holy Spirit, is the means of salvation to all those who receive this Holy Spirit in its quickening, cleansing efficacy. Now as the waters of the flood could not have saved Noah and his family, had they not made use of the ark; so the water of baptism saves no man ... it is not the sprinkling, washing, or cleansing the body, that can be of any avail to the salvation of the soul, but the answer of a good conscience towards God ... We are therefore strongly cautioned here, not to rest in the letter, but to look for the substance (= Baptisan secara tak langsung menunjukkan suatu pengabdian dan penyerahan / pembaktian dari jiwa dan tubuh kepada Allah, Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ia yang setia kepada perjanjian baptisan, mengambil Allah untuk bagiannya, melalui Kristus, oleh Roh yang kekal, diselamatkan di sini dari dosa-dosanya; dan melalui kebangkitan Kristus dari orang mati, mempunyai pengharapan yang mempunyai dasar yang baik tentang kemuliaan yang kekal. ... air baptisan, yang merupakan gambaran / bayangan dari pengaruh yang melahir-barukan dari Roh Kudus, adalah jalan / cara keselamatan dari semua mereka yang menerima Roh Kudus ini dalam kemujarabannya yang menghidupkan dan membersihkan. Sekarang sama seperti air dari air bah tidak bisa menyelamatkan Nuh dan keluarganya, seandainya mereka tidak menggunakan bahtera; demikian juga air baptisan tidak menyelamatkan seorangpun ... bukan pemercikan, pencucian, atau pembersihan tubuh, yang bisa bermanfaat bagi keselamatan dari jiwa, tetapi tanggapan dari suatu hati nurani yang baik kepada Allah ... Karena itu kita diperingati secara kuat di sini, untuk tidak bersandar pada simbol, tetapi mencari realitanya).

 

Barnes’ Notes: “Not the mere application of water, for that idea the apostle expressly disclaims, when he says that it involves not ‘putting away the filth of the flesh, but the answer of a good conscience toward God.’ The sense is, that baptism, including all that is properly meant by baptism as a religious rite - that is, baptism administered in connection with true repentance, and true faith in the Lord Jesus, and when it is properly a symbol of the putting away of sin, and of the renewing influences of the Holy Spirit, and an act of unreserved dedication to God - now saves us” (= Bukan semata-mata penggunaan / pemberian air, karena gagasan itu secara jelas disangkal oleh sang rasul, pada waktu ia berkata bahwa itu tidak mencakup ‘pembuangan kotoran dari daging, tetapi tanggapan dari hati nurani yang baik kepada Allah’. Artinya adalah bahwa baptisan, termasuk semua yang secara benar dimaksudkan oleh baptisan sebagai suatu upacara agama - yaitu, baptisan diberikan / dilaksanakan berhubungan dengan pertobatan yang sejati, dan iman yang benar kepada Tuhan Yesus, dan pada waktu baptisan itu secara benar adalah suatu simbol dari penyingkiran dosa, dan dari pengaruh-pengaruh yang memperbaharui dari Roh Kudus, dan suatu tindakan pembaktian sepenuhnya kepada Allah - sekarang menyelamatkan kita).

 

Calvin: “Now Peter briefly defines the efficacy and use of baptism, when he calls attention to conscience, and expressly requires that confidence which can sustain the sight of God and can stand before his tribunal. For in these words he teaches us that baptism in its main part is spiritual, and then that it includes the remission of sins and renovation of the old man; for how can there be a good and pure conscience until our old man is reformed, and we be renewed in the righteousness of God?” (= Sekarang Petrus dengan singkat mendefinisikan kemujaraban dan penggunaan baptisan, pada waktu ia meminta perhatian pada hati nurani, dan secara jelas menghendaki / mewajibkan keyakinan itu yang bisa menyokong pandangan Allah dan bisa bertahan di hadapan pengadilanNya. Karena dalam kata-kata ini ia mengajar kita bahwa baptisan terutama bersifat rohani, dan lalu bahwa itu mencakup pengampunan dosa dan pembaharuan dari manusia lama; karena bagaimana di sana bisa ada hati nurani yang baik dan murni sampai manusia lama kita direformasi, dan kita diperbaharui dalam kebenaran Allah?) - hal 119.

 

Calvin: “the external symbol is not sufficient, except baptism be received really and effectually: and the reality of it will be found only in a few. ... when we speak of sacraments, two things are to be considered, the sign and the thing itself. In baptism the sign is water, but the thing is the washing of the soul by the blood of Christ and the mortifying of the flesh. ... Let us learn not to tear away the thing signified from the sign (= simbol lahiriah tidak cukup, kecuali baptisan diterima secara sungguh-sungguh dan sepenuhnya: dan realitanya akan ditemukan hanya dalam sedikit orang. ... pada waktu kita berbicara tentang sakramen, 2 hal harus dipertimbangkan, tandanya dan hal itu sendiri. Dalam baptisan tandanya adalah air, tetapi halnya adalah pencucian jiwa oleh darah Kristus dan pematian daging. ... Hendaklah kita belajar untuk tidak menyobek hal yang digambarkan, dari tandanya) - hal 118.

 

Calvin: “We must at the same time beware of another evil, such as prevails among the Papists; for as they distinguish not as they ought between the thing and the sign, they stop at the outward element, and on that fix their hope of salvation. Therefore the sight of the water takes away their thoughts from the blood of Christ and the power of the Spirit. They do not regard Christ as the only author of all blessings therein offered to us; they transfer the glory of his death to the water, they tie the secret power of the Spirit to the visible sign” (= Pada saat yang sama kita harus hati-hati terhadap suatu kejahatan yang lain, seperti yang tersebar luas di antara para pengikut Paus; karena seperti mereka tidak membedakan seperti yang seharusnya mereka lakukan antara hal dan tanda, mereka berhenti pada elemen lahiriah, dan memancangkan padanya pengharapan mereka tentang keselamatan. Karena itu pemandangan terhadap air mengambil pemikiran mereka dari darah Kristus dan kuasa dari Roh. Mereka tidak menganggap Kristus sebagai satu-satunya sumber dari semua berkat-berkat yang ditawarkan kepada kita; mereka memindahkan kemuliaan dari kematianNya kepada air, mereka mengikat kuasa rahasia dari Roh kepada tanda yang bisa terlihat) - hal 118.

 

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ