Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 10 Juni 2012, pk 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

 

 

g)   Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang bersifat kekal / selama-lamanya, tanpa ada akhir, pengurangan (ingat bahwa hukuman di neraka bukanlah hukuman yang bersifat memperbaiki, tetapi betul-betul hukuman, dan karenanya tidak ada pengurangan) ataupun istirahat dari hukuman tersebut.

 

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh mengajarkan bahwa neraka itu ada, tetapi begitu orang masuk ke neraka, ia langsung musnah.

 

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Iblis dan para pembantunya juga akan mengalami nasib yang sama (Why 20:10). Konteks seluruh Alkitab menjadi jelas bahwa ‘kematian yang kedua’ ini (Why 21:8) mengartikan bahwa derita yang dialami orang jahat itu adalah penghancuran secara menyeluruh, tuntas. Lalu, apa gerangan yang dimaksud dengan konsep adanya naraka yang menyala-nyala selama-lamanya? Pengamatan yang saksama menunjukkan bahwa Alkitab tidak mengajarkan naraka atau api yang abadi seperti itu” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 426.

Catatan: dalam buku-buku mereka memang ditulis ‘naraka’, bukan ‘neraka’, dan saya tidak tahu mengapa.

 

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Bagaimana sifat api naraka itu? Apakah orang akan dibakar di sana selama-lamanya? ... Kitab Suci mengajarkan bahwa orang jahat akan ‘dilenyapkan’ (Mzm 37:9,34); bahwa mereka akan binasa (Mzm 37:20; 68:2). Mereka tidak hidup dalam keadaan sadar selama-lamanya, melainkan akan dihanguskan (Mal 4:1; Mat 13:30,40; 2Ptr 3:10). Mereka akan dibinasakan (Mzm 145:20; 2Tes 1:9; Ibr 2:14) dilenyapkan (Mzm 104:35).” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 426-427.

Maz 37:9,20,34 - “(9) Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. ... (20) Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap. ... (34) Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalanNya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan.

Maz 68:3 - “Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah”.

Maz 104:35 - Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!”.

Maz 145:20 - “TUHAN menjaga semua orang yang mengasihiNya, tetapi semua orang fasik akan dibinasakanNya.

Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.

Mat 13:30,40 - “(30) Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.’ ... (40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.

2Pet 3:10 - “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

 

Tanggapan saya:

(1)  Orang jahat ‘dilenyapkan’ kalau dilihat kontext (Maz 37:9,34  Maz 104:35) tidak menunjuk pada akhir jaman, tetapi dalam hidup ini. Jadi artinya mereka dilenyapkan dari dunia ini, atau mereka akan mati.

(2)  Kata ‘binasa’ dalam Kitab Suci kalau menunjuk kepada manusia, atau berarti mati, atau menunjukkan bahwa mereka terpisah selama-lamanya dari Allah, yang adalah hidup / sumber kehidupan. Tidak pernah kata ‘binasa’ itu diartikan musnah!

(3)  2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya.

Ayat ini menunjukkan arti dari kata ‘kebinasaan’, yaitu dijauhkan dari Allah, yang adalah hidup / sumber kehidupan. Kalau binasanya kekal, maka juga berarti mereka dijauhkan dari Allah selama-lamanya.

 

William Hendriksen: “One hears the objection, ‘But does not the Scripture teach of the destruction of the wicked’? Yes, indeed, but this destruction is not an instantaneous annihilation, so that there would be nothing left of the wicked; so that, in other words, they would cease to exist. The destruction of which the Scripture speaks is an ‘everlasting destruction’ (2Thess. 1:9). Their hopes, their joys, their opportunities, their riches, etc., have perished, and they themselves are tormented by this, and that forevermore” [= Seorang mendengar keberatan: ‘Tetapi bukankah Kitab Suci mengajar kebinasaan / penghancuran orang jahat?’ Ya, memang, tetapi kebinasaan / penghancuran ini bukan merupakan pemusnahan seketika, sehingga tidak ada apapun yang tersisa dari orang jahat itu. Kebinasaan / penghancuran yang dibicarakan oleh Kitab Suci merupakan suatu ‘kebinasaan / penghancuran kekal’ (2Tes 1:9). Harapan mereka, sukacita mereka, kesempatan mereka, kekayaan mereka, dsb. telah binasa, dan mereka sendiri disiksa oleh hal ini, dan itu berlangsung selama-lamanya] - hal 367.

 

Ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh ini sangat bertentangan dengan begitu banyak ayat Alkitab yang mengatakan bahwa hukuman di neraka itu bersifat kekal, dan ini merupakan kesesatan dari ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh!

 

Kekalnya hukuman di neraka, digambarkan oleh Alkitab dengan:

 

1.   Tidak bisanya orang kaya menyeberang ke surga karena adanya jurang yang tidak terseberangi.

Luk 16:26 - “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

Charles Haddon Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I saw the first chains which span the deep rift through which the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge across the chasm, and men will soon travel where only that which hath wings could a little while ago have found a way. There is, however, one gulf which no human skill or engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there can be no passage from the one world to the other” (= Kepandaian manusia telah menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 414.

Charles Haddon Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

Charles Haddon Spurgeon: “There is only one thing that I know of in which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never being spent” (= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

 

2.         Bermacam-macam kata-kata di bawah ini:

a.   Kata-kata ‘api yang tidak terpadamkan (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).

b.   Kata-kata ‘api yang kekal (Mat 25:41  Yudas 7).

c.   Kata-kata ‘siksaan yang kekal (Mat 25:46).

d.   Kata-kata siang malam tidak henti-hentinya (Wah 14:11).

e.   Kata-kata siang malam sampai selama-lamanya (Wah 20:10).

f.    Kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan mati (Mark 9:44,46,48).

 

‘Api yang tidak bisa padam’ dan ‘ulat yang tidak bisa mati’ diambil dari Yes 66:24 - Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.

E. J. Young (vol 3, hal 537) mengatakan bahwa ini jelas menunjuk pada lembah anak HINNOM atau GEHENNA.

 

Wycliffe Bible Commentary (tentang Mark 9:48): “‘The worm that dieth not’ is a figure of speech drawn from the actual valley of Hinnom, where worms were continually at work. It is a picture of the unending torture and destruction of hell (= ‘Ulat yang tidak mati’ merupakan suatu kiasan yang diambil dari lembah Hinnom yang sesungguhnya, dimana ulat-ulat terus menerus bekerja. Itu adalah suatu gambaran tentang siksaan dan penghancuran yang tanpa akhir dari neraka).

 

William G. T. Shedd: “Had Christ intended to teach that future punishment is remedial and temporary, he would have compared it to a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not to an unquenchable fire” (= Andaikata Kristus bermak­sud untuk mengajar bahwa hukuman yang akan datang itu bersi­fat memperbaiki dan sementara, Ia akan membandingkannya dengan ulat yang bisa mati, dan bukannya dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang tidak dapat dipadamkan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.

 

3.   Tidak ada pengurangan ataupun istirahat dari hukuman / penderitaan di neraka, dan ini terlihat dari:

 

a.   Tidak bisanya Lazarus memberi air kepada orang kaya.

Luk 16:24-26 - “(24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

Andaikata Lazarus bisa memberikan air itu, itu menunjukkan adanya istirahat dari penderitaan atau pengurangan penderitaan di dalam neraka. Tetapi ternyata hal itu tidak bisa dilakukan.

Charles Haddon Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s torments” (= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.

 

b.   Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Kata ‘tidak henti-hentinya’ ini oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘no rest’ (= tidak ada istirahat).

Barnes’ Notes: “‘Day and night’ include all time; and hence, the phrase is used to denote perpetuity - ‘always.’ The meaning here is, that they never have any rest - any interval of pain. This is stated as a circumstance strongly expressive of the severity of their torment. Here, rest comes to the sufferer. The prisoner in his cell lies down on his bed, though hard, and sleeps; the overworked slave has also intervals of sleep; the eyes of the mourner are locked in repose, and for moments, if not hours, he forgets his sorrows; no pain that we endure on earth can be so certain and prolonged that nature will not, sooner or later, find the luxury of sleep, or will find rest in the grave. But it will be one of the bitterest ingredients in the cup of woe, in the world of despair, that this luxury will be denied forever, and that they who enter that gloomy prison sleep no more, never know the respite of a moment, never even lose the consciousness of their heavy doom. Oh how different from the condition of sufferers here! And oh how sad and strange that any of our race will persevere in sin, and go down to those unmitigated and unending sorrows! (= ‘Siang dan malam’ mencakup semua waktu; dan karena itu, ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan kekekalan - ‘selalu’. Artinya di sini adalah, bahwa mereka tidak pernah mempunyai istirahat apapun - waktu istirahat apapun dari rasa sakit. Ini dinyatakan sebagai suatu keadaan yang menyatakan dengan kuat kekerasan dari siksaan mereka. Di sini, istirahat datang kepada si penderita. Orang-orang yang ada di penjara berbaring di ranjangnya, sekalipun keras, dan tidur; budak yang bekerja kelewat batas juga mempunyai waktu tidur; mata dari orang yang berkabung dikunci dalam tidur, dan untuk suatu waktu, mungkin berjam-jam, ia melupakan penderitaannya; tak ada rasa sakit yang kita tahan di bumi bisa begitu pasti dan diperpanjang sehingga alam tidak, cepat atau lambat, mendapatkan kemewahan dari tidur, atau akan mendapatkan istirahat dalam kuburan. Tetapi akan merupakan salah satu dari unsur-unsur yang paling pahit dalam cawan kesengsaraan, dalam dunia keputus-asaan, bahwa kemewahan ini tidak akan didapatkan selama-lamanya, dan bahwa mereka yang memasuki penjara yang suram tidak akan tidur lagi, tidak pernah mengenal istirahat sejenakpun, bahkan tidak pernah kehilangan kesadaran dari nasib / hukuman mereka yang berat. O alangkah berbedanya dari keadaan dari penderita-penderita di sini! Dan betapa menyedihkan dan aneh bahwa ada siapapun dari bangsa kita akan bertekun dalam dosa, dan turun pada kesedihan / penderitaan yang tak berkurang dan tak ada akhirnya!).

 

Illustrasi: Seorang wanita yang mau melahirkan anak, juga mengalami kesakitan yang hebat, tetapi rasa sakit itu tidak datang terus menerus. Ada ‘istirahat’ dari rasa sakit itu, dan ini tentu menyebabkan penderitaan itu jauh berkurang dibandingkan kalau sama sekali tidak ada istirahat.

 

William Hendriksen: “... it will never end. This teaching of Jesus should not be weakened by the philosophical notion that in the universe on the other side of death or of the final judgment there will be no time. Nowhere, not in Isa. 66:24, nor in Rev. 10:6, correctly translated, is there any ground for this assumption” (= ... itu tidak akan pernah berakhir. Ajaran Yesus ini tidak boleh dilemahkan oleh gagasan / pikiran yang bersifat filsafat bahwa dalam dunia setelah kematian atau penghakiman akhir, tidak ada lagi waktu. Tidak ada tempat manapun, baik dalam Yes 66:24, ataupun Wah 10:6, yang diterjemahkan secara benar, ada dasar apapun untuk anggapan ini) - hal 367.

Yes 66:24 - “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup”.

Wah 10:6 - “dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.

KJV: ‘that there should be time no longer:’ (= bahwa di sana tidak ada waktu lagi).

RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘delay’ (= penundaan).

A. T. Robertson: this does not mean that ‎chronos ‎(time), ... will cease to exist, but only that there will be no more delay in the fulfillment of the seventh trumpet (Rev 10:7), in answer to the question, ‘How long?’ (Rev 6:10) [= Ini tidak berarti bahwa KHRONOS (waktu), ... akan berhenti ada, tetapi hanya bahwa disana tidak lagi akan ada penundaan dalam penggenapan dari sangkakala ketujuh (Wah 10:7), sebagai jawaban terhadap pertanyaan ‘Berapa lamakah lagi?’ (Wah 6:10)].

 

Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry God’ (= Orang berdosa dalam tangan Allah yang murka), berkata:

·         “It is everlasting wrath. It would be dreadful to suffer this fierceness and wrath of Almighty God one moment; but you must suffer it to all eternity” (= Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan untuk menderita  kehebatan dan murka Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya sampai kekal).

·         “... you will absolutely despair of ever having any deliver­ance, any end, any mitigation, any rest at all” (= ... kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan / peringanan hukuman, istirahat).

·         “You will know certainly that you must wear out long ages, millions of millions of ages, in wrestling and conflicting with this almighty merciless vengeance; and then when you have so done, when so many ages have actually been spent by you in this manner, you will know that all is but a point to what remains. So that your punishment will indeed be infi­nite” (= Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini, maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas).

 

2 hal terakhir di atas ini, yaitu bahwa penderitaan di neraka itu luar biasa hebatnya dan bersifat kekal / selama-lamanya, membuat neraka itu luar biasa mengerikan. Andaikata penderitaannya hebat tetapi bersifat sementara, atau penderitaannya kekal tetapi tidak terlalu hebat, maka mungkin neraka tidaklah terlalu mengerikan. Tetapi kombinasi / gabungan dari 2 hal itu betul-betul menyebabkan neraka itu sangat mengerikan.

 

Satu hal lagi yang saudara perlu ingat adalah: kalau kita sedang senang / mengalami sesuatu yang enak, maka waktu terasa berlalu dengan cepat. Sebaliknya, kalau kita sedang menderita / sakit, maka waktu terasa begitu lama. Jadi sebetulnya, kalaupun hukuman di neraka itu berlangsung ‘hanya’ 100 tahun saja, maka karena penderitaan yang luar biasa hebatnya itu, waktu yang 100 tahun itu akan terasa seperti selama-lamanya / kekal. Apalagi kalau hukuman di neraka itu memang bersifat kekal; jadi berapa lama rasanya?

 

Karena itu tidak heran kalau Yesus berkata tentang Yudas (yang pasti akan masuk neraka) sebagai berikut: “... celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan” (Mat 26:24).

 

Sekarang, selagi saudara masih hidup, masih ada waktu untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Tetapi kalau saudara sudah mati dan masuk ke neraka, tidak ada kesempatan untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Ajaran yang mengatakan bahwa seseorang yang mati tanpa percaya Yesus akan diberi ‘kesempatan yang kedua’ (second chance) karena mereka akan diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat, yang bertentangan dengan:

 

¨       Luk 16:19-31 yang menunjukkan bahwa orang kaya yang telah masuk ke neraka itu menyesal, tetapi tidak ada gunanya.

Luk 16:23-31 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

 

¨       Maz 88:11-13 - “(11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.

Kalau saudara membaca Maz 88:11-13 ini, saudara bisa melihat bahwa rentetan pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut semuanya harus dijawab dengan ‘tidak’. Jadi, ay 12nya juga harus dijawab ‘tidak’, dan dengan demikian jelaslah bahwa tidak mungkin Injil diberitakan kepada orang-orang mati.

 

¨       Penekanan Kitab Suci bahwa orang harus bertobat dan percaya Yesus secepatnya.

2Kor 6:2 - “Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.

Calvin (tentang 2Kor 6:2): As God specifies a particular time for the exhibition of his grace, it follows that all times are not suitable for that. As a particular day of salvation is named, it follows that a free offer of salvation is not made every day. ... we must keep in view what Paul designs to teach - that there is need of prompt expedition, that we may not allow the opportunity to pass unimproved, inasmuch as it displeases God, that the grace that he offers to us should be received by us with coolness and indifference. ... Unless, however, we embrace the opportunity, we must fear the threatening that Paul brings forward - that, in a short time, the door will be shut against all that have not entered in, while opportunity was afforded (= Karena Allah menentukan suatu waktu yang khusus untuk pertunjukan kasih karuniaNya, akibatnya adalah bahwa tidak semua waktu cocok untuk itu. Karena suatu hari keselamatan yang khusus disebutkan, akibatnya adalah bahwa suatu penawaran yang cuma-cuma dari keselamatan tidaklah dibuat setiap hari. ... kita harus terus memperhatikan apa yang Paulus maksudkan untuk ajarkan - bahwa disana ada kebutuhan tentang perjalanan / kecepatan yang mendesak, bahwa kita tidak boleh mengijinkan kesempatan untuk lewat tanpa dimanfaatkan, karena merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan Allah, bahwa kasih karunia yang Ia tawarkan kepada kita, kita terima dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. ... Tetapi kecuali kita memeluk kesempatan itu, kita harus takut terhadap ancaman yang Paulus ajukan - bahwa, dalam waktu yang singkat, pintu akan ditutup terhadap semua orang yang belum masuk, sementara kesempatan diberikan).

Bdk. Yes 5:6-7 - “(6) Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat! (7) Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya”.

Calvin (tentang Yes 55:6): “‘The time of finding’ ... as the time when God offers himself to us, as in other passages he has limited a fixed day for his good-pleasure and our salvation. (Isaiah 49:8) ... we ought chiefly to remember that God is sought at a seasonable time, when of his own accord he advances to meet us; for in vain shall indolent and sluggish persons lament that they had been deprived of that grace which they rejected. The Lord sometimes endures our sluggishness, and bears with us; but if ultimately he do not succeed, he will withdraw, and will bestow his grace on others [= ‘Waktu penemuan’ ... sebagai waktu pada saat Allah menawarkan diriNya sendiri kepada kita, seperti dalam text-text lain Ia telah membatasi suatu hari yang tertentu untuk perkenanNya yang baik dan keselamatan kita (Yes 49:8). ... kita terutama harus ingat bahwa Allah dicari pada waktu yang sesuai, pada waktu dengan persetujuanNya sendiri Ia maju untuk menemui kita; karena dengan sia-sia orang-orang yang lamban dan malas meratap bahwa mereka telah kehilangan kasih karunia itu yang telah mereka tolak. Tuhan kadang-kadang bertahan terhadap kemalasan kita, dan sabar terhadap kita; tetapi jika akhirnya Ia tidak berhasil, Ia akan menarik, dan akan memberikan, kasih karuniaNya, kepada orang-orang lain].

Catatan: kata-kata Calvin ini tidak berarti bahwa ia tidak mempercayai doktrin ‘Irresistible Grace’ (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak). Saya yakin bahwa di sini ia berbicara dari sudut pandang manusia.

 

¨       Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang belum percaya.

Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

Kalau memang nanti akan ada ‘kesempatan yang kedua’, kita tidak perlu memberitakan Injil pada saat ini. Toh orang yang mati tanpa Kristus akan diinjili oleh Yesus. Tetapi kenyataannya, Yesus memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, dan ini menunjukkan bahwa tidak akan ada kesempatan kedua dalam kehidupan yang akan datang. Juga kalau kita melihat kitab Kisah Para Rasul, maka terlihat dengan jelas bahwa rasul-rasul dan orang-orang Kristen melakukan penginjilan mati-matian, sekalipun mereka harus disiksa dan bahkan dibunuh. Untuk apa semua ini, kalau nanti ada ‘kesempatan yang kedua’?

 

¨       2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).

Jadi, penghakiman akhir jaman hanya didasarkan pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pada waktu masih hidup / pada waktu jiwa / rohnya masih ada dalam tubuhnya. Apapun yang terjadi apapun yang dia lakukan setelah mati / setelah jiwa / rohnya keluar / terpisah dari tubuhnya, tidak mempengaruhi penghakiman yang dilakukan terhadap dia. Jadi, seandainya ada penginjilan setelah kematian, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya Kristus, itu tetap tak punya nilai atau manfaat apapun dalam penghakiman akhir jaman.

 

Jadi, jangan berharap untuk mendapatkan kesempatan bertobat / percaya kepada Yesus setelah saudara mati dan pergi ke neraka. Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sekarang, selagi masih ada kesempatan!

 

 

 

-Amin-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ