Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 1 April 2012, pk 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

 

 

7)   Neraka (Ro 6:23  Wah 21:8).

Yang ini bukan hanya merupakan akibat / hukuman terhadap dosa Adam saja, tetapi dosa setiap orang, karena Ro 6:23a berbunyi: “Sebab upah dosa ialah maut. ‘Maut’ dalam Ro 6:23 ini tidak hanya menunjuk pada kematian biasa, tetapi menunjuk pada kematian kedua / penghukuman kekal di neraka.

 

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.

 

Hal-hal yang perlu diketahui tentang neraka.

 

a)   Neraka itu merupakan suatu tempat yang nyata dan betul-betul ada.

Ada ajaran / orang yang tidak percaya adanya neraka, seperti:

 

1.   Ajaran Saksi Yehuwa, yang begitu menekankan kasih Allah sehingga mengatakan bahwa Allah yang kasih itu tidak mung­kin menghukum manusia selama-lamanya di dalam neraka. Mereka percaya bahwa Allah akan memusnahkan manusia berdosa tetapi tidak menghukum mereka dalam neraka.

Untuk ini perlu diingat bahwa sekalipun Allah itu kasih, Ia juga adalah suci dan adil sehingga Ia membenci dosa dan harus menghukum orang berdosa. Ini sesuai dengan Nahum 1:3 yang berbunyi: “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah” (bdk. Kel 34:6-7).

 

Calvin: He says here that God is ‘slow to wrath.’ Though this saying is taken also from Moses yet the Prophet speaks here for the purpose of anticipating an objection; for he obviates the audacity of the ungodly who daringly derided God, when any evil was denounced on them, - Where is the mercy of God? Can God divest himself of his kindness? He cannot deny himself. Thus profane men, under the pretense of honoring God, cast on him the most atrocious slander, for they deprive him of his own power and office: and there is no doubt but that this was commonly done by many of the ungodly in the age of our Prophet. Hence he anticipates this objection, and concedes that God is slow to wrath. There is then a concession here; but at the same time he says that God is great in strength, and this he says, that the ungodly may not flatter and deceive themselves, when they hear these high attributes given to God, that he is patient, slow to wrath, merciful, full of kindness. ‘Let them,’ he says, ‘at the same time remember the greatness of God’s power, that they may not think that they have to do with a child.’ We now then see the design of the Prophet: for this declaration - that God hastens not suddenly to wrath, but patiently defers and suspends the punishment which the ungodly deserve. This declaration would not have harmonized with the present argument, had not the Prophet introduced it by way of concession; as though he said, - ‘I see that the world everywhere trifle with God, and that the ungodly delude themselves with such Sophistries, that they reject all threatening. I indeed allow that God is ready to pardon, and that he descends not to wrath, except when he is constrained by extreme necessity: all this is indeed true; but yet know, that God is armed with his own power: escape then shall none of those who allow themselves the liberty of abusing his patience, notwithstanding the insolence they manifest towards him.’ (= ).

 

2.   Pandangan yang berkata bahwa neraka adalah penderitaan yang kita alami di dunia ini.

Dalam suatu buku Saat Teduh ada cerita sebagai berikut:

“An evangelist once encountered a skeptic who, when asked to receive Christ, said, ‘I’m not afraid of Hell - all the Hell we get is here on earth! The preacher’s reply was quick and devastating, ‘I’ll give you three reasons why this cannot be Hell! First, I am a Christian, and there are no Christians in Hell! Secondly, there is a place just around the corner where you can slake your thirst, but there is no water in Hell! Thirdly, I have been preaching Christ to you, and there is no Gospel in Hell!’” (= Suatu kali seorang penginjil bertemu dengan seorang skeptik yang, pada waktu diminta untuk menerima Kristus, berkata: ‘Aku tidak takut pada neraka - Neraka yang kita dapatkan adalah di sini di dunia ini!’. Jawaban pengkhotbah itu cepat dan bersifat menghancurkan: ‘Aku akan memberimu 3 alasan mengapa ini tidak mungkin adalah neraka! Pertama, aku adalah seorang Kristen, dan tidak ada orang Kristen dalam neraka! Kedua, ada tempat di dekat sudut itu dimana kamu bisa memuaskan kehausanmu, tetapi tidak ada air dalam neraka! Ketiga, aku telah memberitakan Kristus kepadamu, dan tidak ada Injil dalam neraka!’) - ‘Bread For Each Day’, September 14.

Perlu diketahui bahwa penderitaan dalam dunia, yang bagaimanapun hebatnya, hanyalah semacam cicipan dari hukuman / siksaan yang luar biasa hebatnya dalam neraka.

Karena itu kalau saudara mau bunuh diri untuk lari dari penderitaan dunia ini, maka ingatlah bahwa itu akan menyebabkan saudara justru akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya, dimana saudara akan mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat dari penderitaan saudara dalam dunia ini!

 

Perlu saudara ingat bahwa kalau neraka itu tidak ada, maka:

a.   Semua ayat-ayat Kitab Suci yang berbicara tentang neraka adalah salah dan harus dibuang dari Kitab Suci! Dan ayat-ayat ini cukup banyak jumlahnya!

b.   Allah juga tidak ada.

Mengapa bisa demikian? Semua orang harus mengakui bahwa dalam dunia ini ada banyak ketidakadilan, misalnya: orang saleh justru miskin, orang jahat justru jaya, orang kaya dan berkedudukan menindas orang miskin yang rendah, dsb. Juga ada banyak dosa yang tidak dihukum, mungkin karena dosa itu tidak diketahui orang lain, atau karena pintarnya orangnya mempermainkan hukum. Andaikata neraka tidak ada, maka semua ketidakadilan dan dosa ini tidak dibereskan! Dengan demikian Allah itu tidak adil, dan kalau Allah itu tidak adil, Ia bukanlah Allah. Jadi kalau saudara tidak mempercayai adanya neraka, saudara harus menjadi orang yang atheis!

 

Kalau saudara tidak percaya adanya neraka, saya justru yakin bahwa saudara akan masuk ke neraka. Pada saat itu saudara akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah terlambat!

 

Kesaksian: saya berdebat dari seorang Saksi Yehuwa tentang neraka. Dan saya mengatakan bahwa Charles Taze Russell dulunya tidak percaya adanya neraka, tetapi pada tahun 1917 ia bertobat dari kepercatyaan sesat itu, dan ia lalu percaya adanya neraka. Saksi Yehuwa itu bertanya: ‘Dari mana kamu tahu Charles Taze Russell bertobat dalam hal itu?’. Saya jawab: ‘Kamu itu memang goblok! Charles Taze Russell itu mati pada tahun 1916. Jadi tahun 1917 ia sudah ada di neraka, dan karena itu ia pasti percaya neraka itu ada, karena itu sedang merasakan sakitnya neraka. Dan kamu juga akan menyusul pendirimu, kalau kalau tidak bertobat dari kepercayaan sesat itu!’. Orang itu tidak menjawab.

 

b)   Neraka adalah tempat dimana orang terpisah dari Allah selama-lamanya, tanpa bisa dipulihkan kembali.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.

Perhatikan bahwa istilah ‘kebinasaan’ dalam ayat tersebut di atas tidaklah berarti bahwa orangnya dimusnahkan. Bagian terakhir dari ayat itu menjelaskan apa arti dari kata ‘kebinasaan’ itu, yaitu ‘dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya’. Dan ini berlangsung selama-lamanya!

 

Mungkin dalam pandangan orang kafir, terpisah dari Allah itu bukanlah suatu penderitaan. Tetapi perlu diingat bahwa terpisahnya manusia dengan Allah adalah sumber dari segala penderitaan. Pada waktu Adam dan Hawa masih suci, mereka hidup dekat dengan Allah, dan mereka mempunyai persekutuan yang indah dengan Allah, dan karena itu mereka hidup bahagia. Tetapi pada waktu mereka berdosa, hubungan mereka dengan Allah putus, sehingga mulai muncul segala macam penderitaan.

 

Juga bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:

 

1.   Maz 16:11 - “... di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”.

NIV: “You will fill me with joy in your presence, with eternal pleasures at your right hand” (= Engkau akan mengisi aku dengan sukacita di dalam kehadiranMu, dengan kesenangan yang kekal di tangan kananMu).

 

2.         Maz 62:2 - Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari padaNyalah keselamatanku”.

 

Ayat-ayat di atas ini menunjukkan bahwa kalau seseorang dekat dengan Tuhan, maka ada sukacita, kebahagiaan, dan ketenangan / damai. Secara implicit ayat ini menunjukkan bahwa kalau seseorang terpisah dari Allah, ia tidak akan mempunyai sukacita, kebahagiaan, ataupun ketenangan / damai. Ia memang bisa mendapatkan sukacita / kebahagiaan duniawi yang bersifat semu dan sementara. Tetapi sukacita, kebahagiaan dan damai yang sejati, tidak akan pernah ia miliki.

 

Karena itu, pada waktu seseorang masuk neraka, dan ia dijauhkan dari hadirat Allah selama-lamanya, itu jelas menunjukkan akan adanya penderitaan yang juga bersifat kekal!

 

c)   Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang luar biasa hebatnya.

Ini ditunjukkan oleh:

 

1.   Kata ‘siksaan’ / ‘menyiksa’ / ‘disiksa’.

Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.

Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

 

2.   Dalam cerita Lazarus dan orang kaya, setelah orang kaya itu mati dan masuk ke alam maut / neraka, maka dikatakan bahwa ia ‘menderita sengsara’, ‘sangat kesakitan’, dan ‘sangat menderita’.

Luk 16:23-25 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.

 

Lalu dalam Luk 16:27-28 orang kaya itu menyebut neraka itu sebagai ‘tempat penderitaan’, dan ia tidak ingin saudara-saudaranya masuk ke sana.

Luk 16:27-28 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini”.

 

3.   Kata-kata ‘ratap / ratapan dan kertak gigi’.

Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

Mat 13:42,50 - “(42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. ... (50) lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Mat 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

 

Tentang kata ‘ratap’ / ‘ratapan’ tidak ada persoalan. Orang yang kesakitan pasti akan meratap. Tetapi apa sebabnya mereka mengertakkan gigi? Ada yang beranggapan bahwa ‘kertak gigi’ itu dilakukan karena mereka marah kepada Allah yang menyiksa mereka dengan begitu hebat. Tetapi saya beranggapan bahwa kertak gigi itu dilaku­kan untuk menahan sakit yang begitu hebat yang mereka derita. Yang manapun arti yang benar, tetap menunjukkan bahwa orang-orang ini mengalami penderitaan yang luar biasa.

 

4.         Simbol-simbol tentang neraka, yaitu:

 

a.   Api.

Mat 3:12 - “Alat penampi sudah ditanganNya. Ia akan membersihkan tempat pengirikanNya dan mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan.’”.

Mat 13:42,50 - “(42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. ... (50) lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi”.

Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.

Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.

Luk 16:24 - “Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini”.

Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.

Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Wah 19:20 - “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang”.

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.

 

Api merupakan simbol yang paling umum, dan penggunaan simbol api ini jelas menunjukkan suatu siksaan yang sangat menyakitkan. Kalau saudara terkena api sekitar 1-2 detik, itu sudah sangat menyakitkan. Kalau 15-30 detik, itu sudah merupakan luka bakar yang sangat parah dan menyakitkan. Bisakah saudara bayangkan bagaimana rasanya kalau saudara dibakar secara kekal?

 

b.   Ulat-ulat bangkai.

Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.

 

Pernah terjadi ada orang yang mengalami kecelakaan mobil, sehingga lumpuh total karena syarafnya terjepit pada tulang belakangnya. Di rumah sakit ia terus terbaring pada punggungnya (tidak dibolak balik, karena takut syarafnya yang terjepit itu akan bertambah parah dan membunuh dia), dan akhirnya punggung itu membusuk dan ada zet / ulat bangkainya. Dalam keadaan hidup orang itu merasakan penderi­taan yang begitu hebat karena zet itu menggerogoti tubuhnya! Akhirnya dia mati dan terbebas dari siksaan ulat bangkai duniawi itu. Tetapi kalau seseorang masuk ke neraka, hal seperti ini akan berlangsung selama-lamanya!

 

c.   Kegelapan yang paling gelap.

Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

Mat 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi”.

Ini menggambarkan keadaan dalam penjara Romawi yang ada di bawah tanah di mana sama sekali tidak ada cahaya. Ini menyebabkan seseorang merasa stress, tidak ada harapan, depresi dsb, sehingga bisa gila, bunuh diri, dsb. Dan ini merupakan tempat penderitaan yang luar biasa hebatnya. Kalau tidak demikian, tentu orang Romawi tidak akan menciptakan tempat hukuman semacam itu.

 

Sekarang, apakah api, ulat bangkai, dan kegelapan ini adalah sesuatu yang bersifat hurufiah atau simbol?

 

·         Ada penafsir yang menganggap bahwa api adalah sesuatu yang hurufiah / bukan simbol. Argumentasinya: “Fire is evidently the only word in human language which can suggest the anguish of perdition. It is the only word in the parable of the wheat and the tares which our Lord did not interpret (Matt. 13:36-43). He said: ‘The field is the world,’ ‘the enemy ... is the devil,’ ‘the harvest is the end of the world,’ ‘the reapers are the angels.’ But we look in vain for such a statement as, ‘the fire is ...’ The only reasonable explanation is that fire is not a symbol. It perfectly describes the reality of the eternal burnings” [= Api jelas merupakan satu-satunya kata dalam bahasa manusia yang bisa menunjukkan penderitaan dari penghukuman akhir / neraka. Itu adalah satu-satunya kata dalam perumpamaan gandum dan lalang yang tidak ditafsirkan oleh Tuhan kita (Mat 13:36-43). Ia berkata: ‘ladang ialah dunia’, ‘musuh ... ialah Iblis’, ‘waktu menuai ialah akhir zaman’, ‘para penuai ialah malaikat’. Tetapi kita mencari dengan sia-sia pernyataan seperti ini, ‘api ialah ...’. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah bahwa api bukanlah simbol. Itu secara sempurna menggambarkan kenyataan dari pembakaran kekal] - S. Maxwell Coder, ‘Jude: The Acts of The Apostates’, hal 82.

Saya berpendapat bahwa argumentasi ini tidak kuat dan bisa dijawab dengan mudah. Api tak diberi arti karena apapun yang ada di neraka (juga di surga) tak ada di dunia / alam semesta ini. Jadi, mau disamakan dengan apa?

 

·         Tetapi kebanyakan penafsir beranggapan bahwa semua ini (api, ulat bangkai, kegelapan) adalah simbol! Ini terlihat dari:

*        ‘api’ dan ‘kegelapan’ tidak mungkin bisa bersatu.

*        pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga digunakan simbol (Wah 21:11-21), karena bahan-bahan di surga itu jelas tidak ada di dunia (bdk. 1Kor 2:9). Kalau sorga digambarkan dengan simbol, saya juga percaya bahwa neraka juga digambarkan dengan simbol.

 

Tetapi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan ialah: jangan sekali-kali hal ini membuat saudara menganggap bahwa kalau demikian neraka tidaklah terlalu menakutkan. Pemikiran ‘Toh semua itu hanya simbol, jadi tidak perlu terlalu kita takuti’ adalah pemikiran yang sangat bodoh dan keliru. Perlu saudara ingat bahwa pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga dengan simbol, Kitab Suci menggambarkannya dengan simbol yang indah. Kalau simbolnya indah / mulia, maka aslinya tentu lebih indah / lebih mulia lagi. Sebaliknya pada waktu Kitab Suci menggambarkan tentang neraka, maka Kitab Suci menggunakan simbol-simbol yang mengerikan. Kalau simbolnya mengerikan, maka aslinya tentu lebih mengerikan lagi!

 

d)   Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang bersifat kekal / selama-lamanya, tanpa ada akhir, pengurangan (ingat bahwa hukuman di neraka bukanlah hukuman yang bersifat memperbaiki, tetapi betul-betul hukuman, dan karenanya tidak ada pengurangan) ataupun istirahat dari hukuman tersebut.

 

1.         Bahwa hukuman di neraka bersifat kekal / tidak ada akhirnya digambarkan oleh:

a.   Kata-kata ‘api yang tidak terpadamkan (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).

b.   Kata-kata ‘api yang kekal (Mat 25:41  Yudas 7).

c.   Kata-kata ‘siksaan yang kekal (Mat 25:46).

d.   Kata-kata siang malam tidak henti-hentinya (Wah 14:11).

e.   Kata-kata siang malam sampai selama-lamanya (Wah 20:10).

f.    Kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan mati (Mark 9:44,46,48).

g.   Tidak bisanya orang kaya menyeberang ke surga karena adanya jurang yang tidak terseberangi.

Luk 16:26 - “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

 

William G. T. Shedd: “Had Christ intended to teach that future punishment is remedial and temporary, he would have compared it to a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not to an unquenchable fire” (= Andaikata Kristus bermak­sud untuk mengajar bahwa hukuman yang akan datang itu bersi­fat memperbaiki dan sementara, Ia akan membandingkannya dengan ulat yang bisa mati, dan bukannya dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang tidak dapat dipadamkan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.

 

2.   Bahwa di neraka tidak ada pengurangan ataupun istirahat dari hukuman / penderitaan terlihat dari:

a.   Tidak bisanya Lazarus memberi air kepada orang kaya (Luk 16:24-26).

Andaikata Lazarus bisa memberikan air itu, itu menunjukkan adanya istirahat dari penderitaan atau pengurangan penderitaan. Tetapi ternyata hal itu tidak bisa dilakukan.

b.   Wah 14:11 - ‘siang malam mereka tidak henti-hentinya disik­sa’.

Kata ‘tidak henti-hentinya’ ini oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘no rest’ (= tidak ada istirahat).

Illustrasi: Seorang wanita yang mau melahirkan anak, juga mengalami kesakitan yang hebat, tetapi rasa sakit itu tidak datang terus menerus. Ada ‘istirahat’ dari rasa sakit itu, dan ini tentu menyebabkan penderitaan itu jauh berkurang dibandingkan kalau sama sekali tidak ada istirahat.

 

Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry God’ (= Orang berdosa dalam tangan Allah yang murka), berkata:

·         “It is everlasting wrath. It would be dreadful to suffer this fierceness and wrath of Almighty God one moment; but you must suffer it to all eternity” (= Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan untuk menderita  kehebatan dan murka Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya sampai kekal).

·         “... you will absolutely despair of ever having any deliver­ance, any end, any mitigation, any rest at all” (= ... kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan / peringanan hukuman, istirahat).

·         “You will know certainly that you must wear out long ages, millions of millions of ages, in wrestling and conflicting with this almighty merciless vengeance; and then when you have so done, when so many ages have actually been spent by you in this manner, you will know that all is but a point to what remains. So that your punishment will indeed be infi­nite” (= Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini, maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas).

 

2 hal di atas ini, yaitu bahwa penderitaan di neraka itu luar biasa hebatnya dan bersifat kekal / selama-lamanya, membuat neraka itu begitu mengerikan. Andaikata penderitaannya hebat tetapi bersifat sementara, atau penderitaannya kekal tetapi tidak terlalu hebat, maka mungkin neraka tidaklah terlalu mengerikan. Tetapi kombinasi / gabungan dari 2 hal itu betul-betul menyebabkan neraka itu sangat mengerikan.

 

Satu hal lagi yang saudara perlu ingat adalah: kalau kita sedang senang / mengalami sesuatu yang enak, maka waktu terasa berlalu dengan cepat. Sebaliknya, kalau kita sedang menderita / sakit, maka waktu terasa begitu lama. Jadi sebetulnya, kalaupun hukuman di neraka itu berlangsung ‘hanya’ 100 tahun saja, maka karena penderitaan yang luar biasa hebatnya itu, waktu yang 100 tahun itu akan terasa seperti selama-lamanya / kekal. Apalagi kalau hukuman di neraka itu memang bersifat kekal; jadi berapa lama rasanya?

 

Karena itu tidak heran kalau Yesus berkata tentang Yudas (yang pasti akan masuk neraka) sebagai berikut: “... celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan” (Mat 26:24).

 

Sekarang, selagi saudara masih hidup, masih ada waktu untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Tetapi kalau saudara sudah mati dan masuk ke neraka, tidak ada kesempatan untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Ajaran yang mengatakan bahwa seseorang yang mati tanpa percaya Yesus akan diberi kesempatan kedua (second chance) karena mereka akan diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat yang bertentangan dengan:

¨       Luk 16:19-31 yang menunjukkan bahwa orang kaya yang telah masuk ke neraka itu menyesal, tetapi tidak ada gunanya.

¨       Maz 88:11-13 - “(11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.

Kalau saudara membaca Maz 88:11-13 ini, saudara bisa melihat bahwa rentetan pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut semuanya harus dijawab dengan ‘tidak’. Jadi, ay  12nya juga harus dijawab ‘tidak’, dan dengan demikian jelaslah bahwa tidak mungkin Injil diberitakan kepada orang-orang mati.

¨       Penekanan Kitab Suci bahwa orang harus bertobat dan percaya Yesus secepatnya.

2Kor 6:2 - “Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.

¨       Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang belum percaya.

Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

Kalau memang nanti akan ada kesempatan yang kedua, kita tidak perlu memberitakan Injil pada saat ini. Toh orang yang mati tanpa Kristus akan diinjili oleh Yesus. Tetapi kenyataannya, Yesus memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, dan ini menunjukkan bahwa tidak akan ada kesempatan kedua dalam kehidupan yang akan datang.

 

Jadi, jangan berharap untuk mendapatkan kesempatan bertobat / percaya kepada Yesus setelah saudara mati dan pergi ke neraka. Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sekarang, selagi masih ada kesempatan!

 

 

-o0o-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ