(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tgl 4 September 2011, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
A) Allah itu adil sehingga Ia harus menghukum orang yang berdosa.
1) Dasar Alkitab yang menunjukkan keadilan Allah.
Maz 7:12 - “Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat”.
Maz 11:7 - “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajahNya”.
2) Hal-hal yang seakan-akan menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil.
Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Kitab Suci, kita sering melihat hal-hal yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Misalnya:
a) Dalam penciptaan.
Dalam penciptaan, Allah menciptakan sebagian makhluk sebagai binatang, sebagian lagi jadi manusia. Yang jadi manusia, sebagian hitam sebagian putih, sebagian ganteng / cantik sebagian jelek, sebagian pandai sebagian bodoh, sebagian dalam keluarga kaya sebagian dalam keluarga melarat, sebagian utuh anggota-anggota tubuhnya sebagian cacat, dsb. Kalau saudara diciptakan ganteng / cantik, dalam keluarga kaya, pandai, utuh anggota-anggota tubuhnya, maka mungkin saudara tidak menganggap Allah tidak adil. Tetapi bagaimana kalau saudara diciptakan sebagai orang yang cacat, melarat, bodoh, buruk mukanya dsb?
Juga sebagai orang Kristen, kita bisa ‘merasakan ketidak-adilan Allah’ karena kita merasa bahwa orang Kristen yang lain mempunyai banyak karunia, sedangkan kita hanya sedikit karunia.
Kalau saudara menganggap Allah itu tidak adil dalam hal seperti ini, maka ada beberapa hal yang harus saudara pikirkan:
1. Kalau Allah menciptakan semua makhluk sama, baik dalam jenis makhluknya, bentuknya, jenis kelaminnya, kemampuannya, kepandaiannya, dsb, bayangkan, bagaimana jadinya dunia / alam semesta ini?
2. Allah berhak memberikan atau tidak memberikan apapun kepada saudara; saudara tidak mempunyai hak apapun untuk menuntut sesuatu dari Dia. Kalau Ia tidak memberikan sesuatu kepada saudara dan Ia memberikannya kepada orang lain, itu tidak menunjukkan bahwa Ia tidak adil.
3. Orang-orang yang menerima banyak, juga dituntut banyak.
Luk 12:48b - “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.
Di sini terletak keadilan Allah dalam hal ini. Yang menerima banyak memikul tanggung jawab yang lebih besar. Yang menerima lebih sedikit, memikul tanggung jawab yang lebih kecil. Dan kalau orang yang menerima sedikit menghasilkan sedikit, ia bisa menerima pujian sama dengan orang yang menerima banyak dan menghasilkan banyak.
Mat 25:15-17,20-23 - “(15) Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. (16) Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. (17) Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. ... (20) Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. (21) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. (22) Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. (23) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”.
Catatan: dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia ada sedikit perbedaan antara pujian dalam ay 21 (bagi hamba yang menerima 5 talenta), dengan pujian dalam ay 23 (bagi hamba yang menerima 2 talenta). Tetapi ini salah. Dalam bahasa Inggris maupun bahasa Yunaninya kedua ayat itu bunyinya sama persis!
Matthew Henry mengatakan bahwa Allah menuntut seseorang sesuai dengan apa yang Ia berikan kepada orang itu. Dari orang yang menerima 5 talenta, Ia menuntut 5 talenta. Dan dari orang yang menerima 2 talenta ia menuntut hanya 2 talenta.
Pemberian yang lebih besar / banyak menuntut tanggung jawab yang lebih besar / banyak! Karena itu, jangan malas dalam menggunakan apapun yang ada pada saudara untuk memuliakan Tuhan.
Matthew Henry: “Slothfulness; Thou wicked and slothful servant. Note, Slothful servants are wicked servants, and will be reckoned with as such by their master, for he that is slothful in his work, and neglects the good that God has commanded, is brother to him that is a great waster, by doing the evil that God has forbidden, Prov 18:9. He that is careless in God’s work, is near akin to him that is busy in the devil’s work” (= Kemalasan; ‘Engkau pelayan yang jahat dan malas’. Perhatikan, pelayan-pelayan yang malas adalah pelayan-pelayan yang jahat, dan akan diperhitungkan sebagai pelayan-pelayan yang seperti itu oleh tuan mereka, karena ia yang malas dalam pekerjaannya, dan mengabaikan hal baik yang telah Allah perintahkan, adalah saudara dari dia yang adalah pemboros yang besar, dengan melakukan hal yang jahat yang telah Allah larang, Amsal 18:9. Ia yang ceroboh dalam pekerjaan Allah, adalah keluarga dekat dengan dia yang sibuk dalam pekerjaan Iblis).
Amsal 18:9 - “Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak”.
Dalam cerita / perumpamaan ini hamba yang tidak menggunakan talentanya itu hanya mendapat 1 talenta, tetapi tak diragukan bahwa dalam realitanya ada banyak orang yang mendapat 5 talenta dan tidak menggunakan talentanya untuk Tuhan! Kalau yang mendapat hanya 1 talenta dihukum karena tidak menggunakannya, bagaimana dengan yang mendapat 5 talenta dan tidak mengunakannya? Pasti hukumannya lebih berat! Di sini terletak keadilan Tuhan!
b) Dalam predestinasi.
Ef 1:4-5,11 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, ... (11) Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya”.
Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
Doktrin tentang predestinasi sering ditentang dengan alasan bahwa itu menunjukkan ketidak-adilan Allah. Ada 2 hal yang bisa kita berikan sebagai jawaban terhadap tuduhan ini:
1. Perlu diketahui bahwa ‘adil’ tidak berarti Allah harus memberi secara sama rata.
Mat 20:1-16 - “(1) ‘Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. (2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. (3) Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. (4) Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. (5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. (6) Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? (7) Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. (8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. (9) Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. (10) Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. (11) Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, (12) katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. (13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.’”.
Tuan dalam perumpamaan ini jelas tidak berlaku sama rata. Ia lebih murah hati kepada pekerja-pekerja yang datang belakangan. Tetapi toh ia berkata bahwa ia bukannya berlaku tidak adil. Kalau ia berjanji sedinar sehari, dan ia lalu memberi kurang dari itu, maka itu tidak adil. Tetapi ia memberikan sedinar sehari, jadi pekerja kelompok pertama tidak bisa menyalahkan tuan itu. Ia memang berlaku lebih murah hati kepada pekerja-pekerja yang datang belakangan, tetapi ia berhak menggunakan milik / uangnya sesukanya. Ia tidak berlaku tidak adil, sekalipun ia tidak memberi dengan sama rata!
Demikian juga pada waktu Ia mau memberikan keselamatan hanya pada sebagian manusia, sehingga Ia lalu menentukan sebagian untuk selamat dan sebagian binasa. Ini bukannya tidak adil. Karena itu, predestinasi tidak bertentangan dengan keadilan Allah.
Bdk. Ro 9:14-15 - “(14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’”.
Bdk. Ro 9:19-21 - “(19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.
KJV: ‘honour ... dishonour’ (= yang terhormat ... yang tidak terhormat / yang memalukan).
2. Tidak ada orang yang mendapatkan ketidak-adilan Allah.
Kalau kita mau memikir lebih dalam, maka kita bisa melihat bahwa orang yang dipilih dan diselamatkan, mendapatkan kasih / kemurahan / belas kasihan Allah. Sedangkan orang yang tidak dipilih, mendapatkan keadilan Allah. Tidak ada orang yang mendapatkan ketidak-adilan Allah.
c) Adanya banyak kasus dimana orang saleh justru menderita dan orang jahat hidup enak.
Misalnya:
Ayub 19:6 - “insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan jalaNya atasku”.
Ayub 21:7-15 - “(7) Mengapa orang fasik tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat? (8) Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan anak cucu diperhatikan mereka. (9) Rumah-rumah mereka aman, tak ada ketakutan, pentung Allah tidak menimpa mereka. (10) Lembu jantan mereka memacek dan tidak gagal, lembu betina mereka beranak dan tidak keguguran. (11) Kanak-kanak mereka dibiarkan keluar seperti kambing domba, anak-anak mereka melompat-lompat. (12) Mereka bernyanyi-nyanyi dengan iringan rebana dan kecapi, dan bersukaria menurut lagu seruling. (13) Mereka menghabiskan hari-hari mereka dalam kemujuran, dan dengan tenang mereka turun ke dalam dunia orang mati. (14) Tetapi kata mereka kepada Allah: Pergilah dari kami! Kami tidak suka mengetahui jalan-jalanMu. (15) Yang Mahakuasa itu apa, sehingga kami harus beribadah kepadaNya, dan apa manfaatnya bagi kami, kalau kami memohon kepadaNya?”.
Maz 73:1-14 - “(1) Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. (2) Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. (3) Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. (4) Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; (5) mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. (6) Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. (7) Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. (8) Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. (9) Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. (10) Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. (11) Dan mereka berkata: ‘Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?’ (12) Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! (13) Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. (14) Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi”.
Yer 12:1-2 - “(1) Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? (2) Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka”.
Untuk menjawab problem ini perlu diketahui bahwa:
1. Kepanjang-sabaran Allah menyebabkan Dia sering menunda hukumanNya terhadap orang berdosa, supaya orang itu bisa bertobat.
Ro 2:1-11 - “(1) Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. (2) Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. (3) Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? (4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (9) Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (11) Sebab Allah tidak memandang bulu”.
Ay 4 menunjukkan penundaan hukuman supaya orang berdosa itu bertobat. Tetapi kalau mereka terus tak mau bertobat, ay 5-dst menunjukkan bahwa akhirnya hukuman Allah akan menimpa mereka. Jadi, bukannya orang berdosa itu dibiarkan atau tidak dihukum oleh Allah. Mereka hanya belum dihukum!
2. Keadilan yang sebenarnya memang belum dijalankan pada saat ini, dan baru akan dijalankan pada saat kita mati (bdk. cerita tentang Lazarus dan orang kaya - Luk 16:19-31) / pada pengadilan akhir jaman.
Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Pada pengadilan akhir jaman Allah betul-betul akan memberikan keadilan, dimana Ia akan memberikan pahala / hukuman sesuai dengan kehidupan manusia.
Keadilan Allah ini bukan hanya mengharuskan adanya surga dan neraka, tetapi bahkan mengharuskan adanya tingkatan-tingkatan baik di surga maupun di neraka.
Bahwa surga maupun neraka memang ada tingkatan-tingkatannya terlihat dari ayat-ayat ini:
a. Mat 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.
b. Mat 20:20,21,23,26-28 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ ... (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’ ... (26b) Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Text ini menunjukkan bahwa Yohanes dan Yakobus minta kepada Yesus supaya mereka mendapat tempat di kiri dan kanan Yesus (tempat yang paling terhormat). Sekalipun Yesus menolak permintaan itu, tetapi Yesus sedikitpun tidak membantah akan adanya tempat yang paling terhormat itu, bahkan secara implicit Ia membenarkan hal itu, dan mengatakan bahwa untuk bisa menduduki tempat tertinggi, kita harus mau menjadi hamba bagi semua (ay 26-28). Semua ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat kemuliaan di sorga.
c. Luk 19:16-19 - “(16) Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. (17) Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. (18) Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. (19) Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota”.
Orang yang dari 1 mina menghasilkan 10 mina diberi kekuasaan atas 10 kota, sedangkan orang yang dari 1 mina menghasilkan 5 mina diberi kekuasaan atas 5 kota. Ini jelas menunjukkan adanya perbedaan pahala di sorga nanti.
d. 1Kor 3:10-15 - “(10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api”.
Text ini mengatakan tentang orang yang selamat tetapi seperti dari dalam api. Ini jelas berarti bahwa orang itu masuk surga secara pas-pasan, dan ini menunjukkan adanya tingkat di sorga.
e. Mat 6:20 - “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya”.
Yesus menyuruh kita untuk mengumpulkan harta di sorga. Secara implicit ini menunjukkan ada orang yang mengumpulkan banyak, dan ada yang sedikit.
f. Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
Text ini mengatakan bahwa pada akhir jaman tanggungan Tirus, Sidon, Sodom lebih ringan dari tanggungan Khorazim dan Betsaida, karena sekalipun Khorazim dan Betsaida menyaksikan mujijat-mujijat Yesus mereka tetap tidak bertobat. Ini menunjukkan bahwa dosa mereka dianggap lebih hebat dan karenanya hukuman mereka (dalam neraka) akan lebih berat. Hal yang sama ada dalam Mat 10:15.
Bandingkan keadilan Allah ini dengan pandangan Saksi Yehuwa di bawah ini:
· Orang-orang dari sekte Saksi Yehuwa tidak percaya akan adanya neraka. Mereka beranggapan bahwa orang jahat pada akhirnya akan dimusnahkan, sehingga tidak mempunyai keberadaan lagi (cease to exist). Alasan mereka adalah: Allah yang kasih itu tidak akan tega untuk menghukum orang selama-lamanya dalam neraka. Ini adalah ajaran yang terlalu menekankan kasih Allah sehingga mengorbankan keadilanNya!
· Seorang murid saya yang berasal dari sekte Saksi Yehuwa mengatakan bahwa tidak adil kalau orang berbuat dosa cuma sebentar tetapi dihukum secara kekal. Saya jawab: adil tidak berarti bahwa lamanya hukuman harus sama dengan lamanya berbuat dosa. Kalau memang harus demikian, maka orang yang melakukan pemerkosaan (mungkin hanya 15 menit) harus dimasukkan penjara hanya 15 menit, dan orang yang melakukan pembunuhan (mungkin hanya kurang dari 1 menit) harus dimasukkan penjara selama 1 menit. Ini justru tidak adil. Jadi adil atau tidak, tidak tergantung pada samanya waktu untuk berbuat dosa dan waktu hukuman, tetapi tergantung dari fakta apakah hukuman yang diberikan itu sesuai dengan hukum atau tidak. Kalau hukum menyatakan bahwa pemerkosa bisa dihukum maximum 20 tahun, dan ia dihukum 20 tahun maka itu adil. Demikian juga karena hukum Tuhan / Firman Tuhan menyatakan bahwa orang berdosa akan dihukum secara kekal dalam neraka, maka nanti kalau hal itu terjadi, itu berarti bahwa Allah adil.
d) Ada ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah tidak adil.
Maz 103:8-13 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia”.
Ayat ini bukan hanya kelihatannya menunjukkan ketidak-adilan Allah, tetapi kelihatannya juga bertentangan dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, seperti:
1. Yer 17:10 - “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.’”.
2. Ibr 2:2 - “Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, ...”.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena adanya penebusan oleh Kristus!
Orang-orang yang tidak percaya tidak mempunyai Penebus / pembayar hutang, dan karena itu bagi mereka betul-betul akan diberlakukan keadilan Allah. Dan karena semua mereka adalah orang-orang berdosa, maka semua mereka harus masuk ke neraka selama-lamanya. Bagi orang-orang seperti inilah berlaku ayat-ayat seperti Yer 17:10 dan Ibr 2:2 di atas.
Tetapi bagi orang-orang percaya, hukuman dosanya sudah dipikul oleh Kristus, dan karena itu Allah tidak membalasnya setimpal dengan dosanya. Kalau Allah membalas setimpal dengan dosanya, maka justru menjadi tidak adil, karena satu dosa dihukum 2 x, yaitu 1 x pada diri Kristus, dan ke 2 x nya pada diri orang yang berbuat dosa. Keadilan Allah tidak memungkinkan Ia melakukan hal seperti ini. Ia harus membebaskan orang percaya dari semua hukuman, karena semua dosanya sudah dipikul hukumannya oleh Kristus.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament (tentang Maz 103:8-12): “when Jesus has died for your sins, there is full and free forgiveness available to all who will ask for it. ... The punishment that we deserve was given to Jesus (Isa 53:4-6). ... Were it not for the death of Christ on the cross, there could be no forgiveness of our sins” [= pada waktu Yesus telah mati untuk dosa-dosamu, di sana tersedia pengampunan penuh dan cuma-cuma / gratis bagi semua orang yang mau memintanya. ... Hukuman yang layak kita dapatkan telah diberikan kepada Yesus (Yes 53:4-6). ... Seandainya bukan karena kematian Kristus di salib, tidak bisa ada pengampunan dosa-dosa kita].
Bdk. 1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Renungkan, ‘keanehan’ ayat ini! Mengapa untuk tindakan mengampuni, ditekankan ‘keadilan’ Allah? Bukannya lebih cocok kalau ditekankan kasih / kemurahan / belas kasihan Allah? Tidak. Keadilan Allah memang mengharuskan Ia menghukum. Tetapi ini berlaku bagi orang yang tidak percaya. Tetapi bagi orang percaya, keadilan Allah mengharuskan Ia mengampuni. Bandingkan dengan kutipan di bawah ini.
Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow for the sin, but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid the debt of His people to the last jot and tittle, and received the divine receipt; and unless God can be so unjust as to demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus died as a substitute can ever be cast into hell. It seems to be one of the very principles of our enlightened nature to believe that God is just; we feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not marvelous that this very same belief that God is just, becomes afterwards the pillar of our confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and without a substitute, must be punished; but Jesus stands in my stead and is punished for me; and now, if God is just, I, a sinner, standing in Christ, can never be punished” (= Ingatan melihat ke belakang kepada dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa begitu tidak adil / benar sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu hutang, tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah diterangi, untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa haruslah demikian, dan ini mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi tidakkah merupakan sesuatu yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa Allah itu adil / benar, setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari keyakinan dan damai kita! Jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah menggantikan saya dan dihukum untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum) - ‘Morning and Evening’, September 25, morning.
Keadilan Allah itu menakutkan bagi orang yang tidak percaya, tetapi sangat menghibur bagi orang percaya. Karena itu, percayalah kepada Kristus sekarang juga!
3) Perwujudan keadilan Allah: menghukum manusia yang berdosa.
Yos 24:19 - “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”.
Nahum 1:2-3 - “(2) TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawanNya dan pendendam kepada para musuhNya. (3) TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kakiNya”.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament (tentang Nahum 1:2-8): “a just and holy God cannot see people flouting His law and do nothing about it” (= seorang Allah yang adil dan kudus tidak bisa melihat orang-orang mencemoohkan hukumNya dan tidak melakukan apa-apa tentangnya).
Point ke 3 ini yang saya tekankan dalam pelajaran selanjutnya.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube: