DOKTRIN ALLAH : Theology

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


 PROVIDENCE OF GOD

 

Pendahuluan:

1) Doktrin Providence of God ini penting bagi kita:

Calvin:

2) Siapa saja yang percaya / mengajarkan doktrin Providence of God ini?

Doktrin ini dipercaya dan diajarkan oleh: Agustinus, John Calvin, Martin Luther, Jerome Zanchius, John Owen, Charles Hodge, R.L. Dabney, Louis Berkhof, Loraine Boettner, W.G.T. Shedd, Herman Hoeksema, Herman Bavinck, G.C. Berkouwer, B.B. Warfield, John Murray, Gresham Machen, Arthur W. Pink, dsb. Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada satupun orang Reformed yang sejati yang tidak mempercayai doktrin ini. Juga doktrin ini masuk dalam Westminster Confession of Faith, yang merupakan pengakuan iman dari gereja-gereja Reformed / Presbyterian di Amerika. Karena itu saya berpendapat bahwa orang yang mengaku dirinya Reformed, tetapi tidak percaya pada doktrin ini, sebetulnya hanyalah orang yang Semi-Reformed!

I) Definisi ‘Providence’.

Kalau dilihat dalam kamus, maka ‘Providence’ berarti ‘pemeliharaan baik’. Tetapi dalam Theologia, ‘Providence’ berarti lebih dari sekedar ‘pemelihara-an baik’. ‘Providence’ adalah pelaksanaan yang tidak mungkin gagal dari Rencana Allah, atau, pemerintahan / pengaturan terhadap segala sesuatu sehingga Rencana Allah terlaksana.

B. B. Warfield: "His works of providence are merely the execution of His all-embracing plan" (= PekerjaanNya dalam providence semata-mata merupakan pelaksanaan dari rencanaNya yang mencakup segala sesuatu) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 281.

Jadi sekalipun Providence berbeda dengan Rencana Allah, tetapi keduanya berhubungan sangat erat.

II) Providence tidak mungkin gagal.

A) Rencana Allah sudah ada / direncanakan sejak semula (2Raja-raja 19:25 Maz 139:16 Yes 25:1 Yes 37:26 Yes 46:10 2Tim 1:9) dan Rencana Allah itu tidak mungkin berubah / gagal (Bil 23:19 1Sam 15:29 Maz 33:11).

Charles Hodge:

"Change of purpose arises either from the want of wisdom or from the want of power. As God is infinite in wisdom and power, there can be with Him no unforeseen emergency and no inadequacy of means, and nothing can resist the execution of his original intention" (= Perubahan rencana timbul atau karena kekurangan hikmat atau kekurangan kuasa. Karena Allah itu tidak terbatas dalam hikmat dan kuasa, maka dengan Dia tidak bisa ada keadaan darurat yang tidak dilihat lebih dulu, dan tidak ada kekurangan jalan / cara, dan tidak ada yang bisa menahan / menolak pelaksanaan yang maksud / rencana semula) - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 538-539.

Kalau manusia membuat rencana, maka manusia membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada di SMP kita merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA baru kita merencanakan untuk masuk perguruan tinggi tertentu. Setelah lulus dari perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak mampu melakukan hal itu. Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan.

Tetapi Allah yang maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh RencanaNya sejak semula!

Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa mengubah RencanaNya, dan percaya bahwa Rencana Allah bisa gagal. Sebetulnya ini merupakan suatu penghinaan bagi Allah karena ini menyamakan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencananya dan gagal dalam mencapai rencananya!

Ada banyak alasan / dasar yang menyebabkan kita harus percaya bahwa Allah tidak mungkin mengubah rencanaNya atau gagal dalam mencapai rencanaNya:

Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia tahu bahwa RencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?

Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau ini diubah, maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!

Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa, sehingga tidak mampu untuk mencapai / melaksanakan rencananya. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya (Yes 14:24,26-27 25:1b 37:26 43:13b)!

B) Providence / pelaksanaan Rencana Allah tidak mungkin gagal (Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27 Yes 46:10-11).

Contoh:

Kelihatannya Rencana Allah ini sukar terlaksana karena Rut ada di Moab dan Boas ada di Yehuda. Tetapi Allah yang maha kuasa itu mengatur sehingga hal itu akhirnya terjadi juga, sehingga mereka menikah dan akhirnya menurunkan Yesus (baca Rut 1-4).

C) Problem ‘Allah menyesal’ (Kej 6:5-6 Kel 32:10-14 1Sam 15:1 Yes 38:1,5 Yer 18:8 Yunus 3:10 Amos 7:3,6).

Apakah ini berarti bahwa Allah mengubah RencanaNya? Tidak!

Penjelasan:

1) Prinsip Hermeneutics yang sangat penting adalah: kita tidak boleh menafsirkan suatu bagian Kitab Suci sehingga bertentangan dengan bagian lain dari Kitab Suci. Karena itu, maka penafsiran ayat-ayat pada point C) ini tidak boleh bertentangan dengan ayat-ayat pada point A) dan B). Kalau kita menafsirkan bahwa ‘Allah menyesal’ dalam ayat-ayat di sini memang menunjukkan bahwa Allah mengubah renca-naNya, maka jelas bahwa ayat-ayat ini akan bertentangan dengan ayat-ayat pada point A) dan B).

2) ‘Allah menyesal’ adalah Anthropopathy.

Kitab Suci sering menggunakan bahasa Anthropomorphism (bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia) dan Anthropopathy (bahasa yang menggambarkan Allah dengan perasa-an-perasaan manusia). Kalau Kitab Suci menggunakan bahasa An-thropomorphism, maka tidak boleh diartikan betul-betul demikian. Misalnya kalau dikatakan ‘tangan Allah tidak kurang panjang’ (Yes 59:1), atau pada waktu dikatakan ‘mata TUHAN ada di segala tempat’ (Amsal 15:3). Ini tentu tidak berarti bahwa Allah betul-betul mempu-nyai tangan / mata. Ingat bahwa Allah adalah Roh (Yoh 4:24). Demi-kian juga pada waktu Kitab Suci menggunakan Anthropopathy / meng-gambarkan Allah menggunakan perasaan-perasaan manusia, kita tidak boleh mengartikan bahwa Allahnya betul-betul seperti itu. Con-tohnya adalah ayat-ayat yang menunjukkan ‘Allah menyesal’ ini.

Perlu saudara ingat bahwa manusia bisa menyesal, karena ia tidak maha tahu. Misalnya, seorang laki-laki melihat seorang gadis dan ia menyangka gadis itu seorang yang layak ia peristri. Tetapi setelah menikah, barulah ia tahu akan adanya banyak hal jelek dalam diri istrinya itu yang tadinya tidak ia ketahui. Ini menyebabkan ia lalu menyesal telah memperistri gadis itu.

Tetapi Allah itu maha tahu, sehingga dari semula Ia telah tahu segala sesuatu yang akan terjadi. Karena itu tidak mungkin Ia bisa menyesal!

Kalau Kitab Suci mengatakan bahwa Allah menyesal karena terjadinya sesuatu hal, maka maksudnya hanyalah menunjukkan bahwa hal itu tidak menyenangkan Allah.

3) Pada waktu Kitab Suci mengatakan ‘Allah menyesal’ maka itu berarti bahwa hal itu ditinjau dari sudut pandang manusia.

Illustrasi: Ada seorang sutradara yang menyusun naskah untuk sandi-wara, dan ia juga sekaligus menjadi salah satu pemain sandiwara tersebut. Dalam sandiwara itu ditunjukkan bahwa ia mau makan, tetapi tiba-tiba ada telpon, sehingga ia lalu tidak jadi makan. Dari sudut penonton, pemain sandiwara itu berubah pikiran / rencana. Tetapi kalau ditinjau dari sudut naskah / sutradara, ia sama sekali tidak ber-ubah dari rencana semula, karena dalam naskah sudah direncanakan bahwa ia mau makan, lalu ada telpon, lalu ia mengubah rencana / pikirannya, dsb.

Pada waktu Kitab Suci berkata ‘Allah menyesal’ maka memang dari sudut manusia, Allahnya menyesal / mengubah rencanaNya. Tetapi dari sudut Allah / Rencana Allah, sebetulnya tidak ada perubahan, karena semua perubahan / penyesalan itu sudah direncanakan oleh Allah.

III) Providence berhubungan dengan segala sesuatu.

A) Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu.

Dasar dari pandangan ini:

1) Dasar Kitab Suci:

Semua ini menunjukkan bahwa dalam membuat rencanaNya, Allah bukan hanya merencanakan / menetapkan garis besarnya saja, tetapi lengkap dengan semua detail-detailnya.

2) Bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, juga bisa terlihat dari kemahatahuan Allah:

a) Loraine Boettner:

"Foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination" (= pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu) - Loraine Boettner, ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.

Penjelasan: Bayangkan saat dimana alam semesta, malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Pada saat itu, karena Allah itu maha tahu, maka Ia sudah tahu segala sesuatu (dalam arti kata yang mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan (karena tidak mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu.

b) Dalam persoalan ini perlu saudara ketahui bahwa penentuan itu terjadi bukan karena Allah sudah tahu.

Roma 8:29 (NIV) - "For those He foreknew, He also predestined ..." (= Karena mereka yang Ia ketahui lebih dulu, juga Ia tentukan ...).

Ayat ini sering dipakai oleh orang Arminian sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Allah menentukan karena Dia sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi. Jadi, Allah menentukan supaya si A menjadi orang beriman, karena Ia tahu bahwa orang itu akan menjadi orang beriman. Allah menentukan si B menjadi orang saleh, karena Ia tahu si B akan mentaati Dia, dsb.

Untuk mengerti Ro 8:29 ini mari kita melihat penjelasan di bawah ini:

1. Pembahasan kata ‘know’ (= tahu) dalam Kitab Suci.

o        dalam Perjanjian Lama.

Kata ‘know’ (= tahu) dalam bahasa Ibrani adalah YADA.

Kata YADA ini digunakan dalam Kej 4:1 (KJV/Lit): "Adam knew Eve his wife, and she conceived" (= Adam tahu / kenal Hawa istrinya, dan ia mengandung).

Dari sini bisa kita lihat bahwa ‘to know’ tidak selalu sekedar berarti ‘tahu’, tetapi ada kasih / hubungan intim di dalamnya.

Kata YADA ini digunakan dalam Kej 18:19 dan diterjemahkan ‘memilih’ oleh Kitab Suci Indonesia.

"Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikanNya kepadanya".

RSV, NIV, NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia!

ASV/KJV/NKJV tetap menterjemahkan ‘know’, tetapi kalimatnya jadi aneh.

Kej 18:19 (KJV): "For I know him, that he will command his children and his household after him, and they shall keep the way of the LORD, to do justice and judgment; that the LORD may bring upon Abraham that which he hath spoken of him" (= Karena Aku mengetahui / mengenalnya, bahwa ia akan memerintahkan anak-anaknya dan seisi rumahnya / keturunannya, dan mereka akan hidup menurut jalan TUHAN, melakukan keadilan dan penghakiman; supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dikatakanNya kepadanya).

Dalam Amos 3:2, kata YADA diterjemahkan ‘kenal’ oleh Kitab Suci Indonesia.

"Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu".

KJV/ASV/RSV tetap menterjemahkan ‘know’, tetapi NIV/NASB menterjemahkan ‘choose’ (= memilih).

Tentang kata YADA dalam Amos 3:2 ini B. B. Warfield berkata: "what is thrown prominently forward is clearly the elective love which has singled Israel out for special care" (= apa yang ditonjolkan ke depan secara menyolok jelas adalah kasih yang memilih yang telah memilih / mengkhususkan Israel untuk perhatian istimewa) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 288.

Loraine Boettner: "The word ‘know’ is sometimes used in a sense other than that of having merely an intellectual perception of the thing mentioned. It occasionally means that the persons so ‘known’ are the special and peculiar objects of God’s favor, as when it was said of the Jews, ‘You only have I known of all the families of the earth,’ Amos 3:2." [= Kata ‘tahu’ kadang-kadang digunakan bukan dalam arti sekedar pengetahuan intelektual tentang hal yang disebutkan. Kadang-kadang kata ini berarti bahwa orang yang ‘diketahui’ merupakan obyek istimewa dan khusus dari kemurahan / kebaikan hati Allah, seperti pada waktu dikatakan tentang orang-orang Yahudi: ‘Hanya kamu yang Kukenal / Kuketahui dari segala kaum di muka bumi’ (Amos 3:2)] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 100.

Penggunaan kata YADA yang lain:

o        Kel 2:25 - diterjemahkan ‘memperhatikan’.

o        Maz 1:6 - diterjemahkan ‘mengenal’.

o        Maz 101:4 - diterjemahkan ‘tahu’.

o        Nahum 1:7 - diterjemahkan ‘mengenal’.

Dalam semua ayat-ayat di atas ini kata YADA tidak memungkinkan untuk diartikan sebagai sekedar suatu pengetahuan intelektual.

o        dalam Perjanjian Baru.

Kata ‘know’ (= tahu) dalam bahasa Yunani adalah GINOSKO, dan digunakan dalam Mat 7:23 Yoh 10:14,27 1Kor 8:3 Gal 4:9 2Tim 2:19. Baca ayat-ayat ini dan saudara akan melihat bahwa dalam ayat-ayat inipun kata know / GINOSKO tidak bisa diartikan sekedar sebagai pengetahuan intelektual.

2. Pembahasan kata ‘foreknow’ (= mengetahui lebih dulu) / ‘fore-knowledge’ (= pengetahuan lebih dulu).

Ayat-ayat yang mengandung kata-kata foreknowledge, fore-knew, dsb: Ro 11:2 Kis 2:23 1Pet 1:2 1Pet 1:19-20.

Loraine Boettner:

"Those in Romans 8:29 are foreknown in the sense that they are fore-appointed to be the special objects of His favor. This is shown more plainly in Rom. 11:2-5, where we read, ‘God did not cast off His people whom He foreknew’" (= Mereka dalam Ro 8:29 diketahui lebih dulu dalam arti bahwa mereka ditetapkan lebih dulu untuk menjadi obyek khusus kemurahan hatiNya. Ini ditunjukkan lebih jelas dalam Ro 11:2-5, dimana kita membaca: ‘Allah tidak menolak / membuang umatNya yang dipilihNya / diketahuiNya lebih dulu’) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 100.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah:

o        ‘menentukan karena sudah tahu’ tidak bisa disebut sebagai ‘menentukan’.

o        Kalau Allah sudah tahu bahwa suatu hal akan terjadi, maka hal itu pasti akan terjadi. Lalu apa gunanya ditentukan lagi?

o        Kalau kita menafsirkan Ro 8:29 sebagai ‘menentukan karena sudah tahu’, maka ini akan bertentangan dengan Ef 1:4,5,11.

o        Ef 1:4 mengatakan bahwa kita dipilih supaya menjadi kudus / tak bercacat. Jadi, pemilihan itulah yang menyebabkan kita menjadi kudus / tak bercacat. Jadi, dalam pemikiran Allah, pemilihan itu yang ada dulu, dan tujuannya adalah supaya kita menjadi kudus dan tidak bercacat. Sedangkan kalau diambil penafsiran tadi / penafsiran Arminian, maka ‘kudus / tak bercacat’ inilah yang ada dulu dalam pemikiran Allah, dan sebagai akibatnya maka kita dipilih.

o        Ef 1:5b,11b menunjukkan bahwa kita dipilih sesuai dengan kerelaan kehendak Allah (dalam bahasa Jawa / pasaran mungkin bisa dikatakan ‘saksirnya Allah’). Jadi jelas bahwa pemilihan itu dilakukan oleh Allah bukan karena Ia melihat akan adanya sesuatu yang baik dalam diri kita!

c) Hubungan yang benar tentang kemahatahuan Allah dan penetapan Allah.

B. B. Warfield: "... God foreknows only because He has pre-determined, and it is therefore also that He brings it to pass; His foreknowledge, in other words, is at bottom a knowledge of His own will" (= ... Alah mengetahui lebih dulu hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 281.

B) ‘Providence’ adalah pelaksanaan Rencana Allah dan karena Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, maka ‘Providence’ juga berhubungan dengan segala sesuatu.

Hal-hal alamiah yang kelihatannya terjadi dengan sendirinya (secara otomatis, diatur oleh hukum alam), ternyata juga diatur / diperintah / dikontrol oleh Allah setiap saat.

Contoh:

Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa ‘Providence’ berhubungan dengan segala sesuatu:

Ini sesuai dengan Maz 75:7-8 di atas, dan menunjukkan bahwa orang bisa jadi kaya / miskin karena pekerjaan Tuhan.

C) Bahwa Rencana Allah dan Providence of God berhubungan dengan segala sesuatu menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat secara mutlak!

Kata ‘berdaulat’ dalam bahasa Inggris adalah ‘sovereign’, yang berasal dari bahasa Latin superanus (super = above, over), dan yang dalam Kamus Webster diberikan definisi sebagai berikut:

a)Above or superior to all others; chief; greatest; supreme.

b)supreme in power, rank, or authority.

c)of or holding the position of a ruler; royal; reigning

d)independent of all others.

Karena itu kalau kita percaya bahwa Allah itu berdaulat, maka kita juga harus percaya bahwa Ia menetapkan segala sesuatu, dan Ia melaksana-kan ketetapanNya itu tanpa tergantung pada siapapun dan apapun di luar diriNya!

Jelas adalah omong kosong kalau seseorang berbicara tentang kedaulatan Allah / mengakui kedaulatan Allah, tetapi tidak mempercayai bahwa Rencana Allah dan Providence of God itu mencakup segala se-suatu dalam arti kata yang mutlak!

D) Rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) tidak terlepas dari sifat-sifat Allah, seperti kasih, bijaksana, dan suci.

Loraine Boettner:

"Although the sovereignty of God is universal and absolute, it is not the sovereignty of blind power. It is coupled with infinite wisdom, holiness and love. And this doctrine, when properly understood, is a most comforting and reassuring one. Who would not prefer to have his affairs in the hands of a God of infinite power, wisdom, holiness and love, rather than to have them left to fate, or chance, or irrevocable natural law, or to short-sighted and perverted self? Those who reject God’s sovereignty should consider what alternatives they have left" (= Sekalipun kedaulatan Allah itu bersifat universal dan mutlak, tetapi itu bukanlah kedaulatan dari kuasa yang buta. Itu digabungkan dengan kebijaksanaan, kekudusan dan kasih yang tidak terbatas. Dan doktrin ini, jika dimengerti dengan tepat, adalah doktrin yang paling menghibur dan menenteramkan. Siapa yang tidak lebih menghendaki perkaranya ada dalam tangan Allah yang mempunyai kuasa, kebijaksanaan, kekudusan dan kasih yang tidak terbatas, dari pada menyerahkannya pada nasib / takdir, atau kebetulan, atau hukum alam yang tidak bisa dibatalkan, atau pada diri sendiri yang cupet dan sesat? Mereka yang menolak kedaulatan Allah harus mempertimbangkan alternatif-alternatif lain yang ada) - Loraine Boettner, ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 32.

IV) Providence dan dosa.

1) Rencana Allah dan dosa.

Bahwa dalam Rencana Allah juga tercakup dosa bisa terlihat dari:

a) Dalam point III A di atas sudah ditunjukkan bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, dan itu berarti termasuk dosa.

b) Rencana Allah tentang penebusan dosa oleh Kristus (1Pet 1:19-20) menunjukkan adanya Rencana / penentuan terjadinya dosa.

Bahwa penebusan dosa sudah ditentukan, jelas menunjukkan bahwa:

Charles Hodge: "The crucifixion of Christ was beyond doubt foreordained of God. It was, however, the greatest crime ever committed. It is therefore beyond all doubt the doctrine of the Bible that sin is foreordained" (= Penyaliban Kristus tidak diragukan lagi ditentukan lebih dulu oleh Allah. Tetapi itu adalah tindakan kriminal terbesar yang pernah dilakukan. Karena itu tidak perlu diragukan lagi doktrin Alkitab bahwa dosa itu ditentukan lebih dulu) - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 544.

c) Dosa / kejatuhan Adam mempunyai 3 kemungkinan:

Kemungkinan ini harus dibuang, karena kalau Adam direncanakan untuk tidak jatuh, maka ia pasti tidak jatuh (ingat bahwa Rencana Allah tidak bisa gagal - lihat point II A di atas).

Ini juga tidak mungkin karena kalau Allah mempunyai Rencana / kehendak tentang hal-hal yang remeh / tidak berarti seperti jatuhnya burung pipit ke bumi atau rontoknya rambut kita (bdk. Mat 10:29-30), bagaimana mungkin tentang hal yang begitu besar dan penting, yang menyangkut kejatuhan dari ciptaanNya yang tertinggi, Ia tidak mem-punyai Rencana?

Inilah satu-satunya kemungkinan yang tertinggal, dan inilah satu-satunya kemungkinan yang benar, dan ini menunjukkan bahwa dosa sudah ada dalam Rencana Allah.

d) Dasar Kitab Suci yang menunjukkan adanya dosa dalam Rencana Allah:

Ayat ini menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus, yang jelas adalah suatu dosa, telah ditetapkan oleh Allah.

Sesuatu yang sangat menarik dan sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa ayat paralel dari Luk 22:22 itu, yaitu Mat 26:24, berbunyi sebagai berikut: "Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan".

Dengan membandingkan kedua ayat yang paralel ini, terlihat jelas bahwa tertulisnya pengkhianatan Yudas dalam Kitab Suci (Mat 26:24) berarti bahwa hal itu memang telah ditetapkan oleh Allah (Luk 22:22). Jadi, kalau dalam Kitab Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa Allah hanya tahu hal itu akan terjadi dan lalu memberitahukan hal itu kepada manusia, tetapi berarti bahwa Allah sudah menetapkan hal itu!

e) Penentuan dosa sejalan dengan doktrin-doktrin Reformed yang lain, seperti:

Jika saudara adalah orang yang mengaku Reformed, tetapi tidak percaya Allah tetapkan dosa, maka renungkanlah hal-hal di atas ini!

2) Terjadinya dosa.

a) Dalam hal ini Allah bekerja secara pasif (dalam terjadinya hal-hal yang baik, misalnya dalam kelahiran baru, pengudusan, dsb, Allah bekerja secara aktif). Dengan kasih karuniaNya, Allah mengekang / menahan manusia sehingga tidak berbuat dosa. Pada saat Allah menghendaki dosa terjadi (sesuai dengan RencanaNya), maka Ia mengangkat kasih karuniaNya itu, dan dosapun terjadi.

Perhatikan istilah ‘Allah menyerahkan’ dalam Ro 1:24,26,28 (bdk. Maz 81:12-13). Ini menunjukkan bahwa Allah mencabut kasih karunia-Nya yang tadinya menahan manusia untuk berbuat dosa, dan karena itu dosapun terjadi.

Lihat juga Kis 14:16 yang berbunyi: ‘Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing’.

b) Allah menggunakan ‘second causes’ (= penyebab-penyebab kedua), misalnya:

Contoh:

o        Ayub 1:15,17

o        1Sam 16:14

o        1Raja-raja 22:19-23

o        1Taw 21:1 & 2Sam 24:1

Contoh:

o        1Raja-raja 22:19-23

o        Mat 24:4-5

Kedua point di atas (Allah pasif dan adanya penggunaan ‘second causes’) menyebabkan Allah bukanlah pencipta dosa (God is not the author of sin).

c) Istilah ‘Allah mengijinkan’.

3) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan hubungan Providence & dosa:

Semua ini menunjukkan bahwa penjualan Yusuf ke Mesir, yang jelas adalah suatu dosa, merupakan pekerjaan Allah, yang melakukan semua itu untuk melaksanakan rencana tertentu.

Dalam tafsirannya tentang bagian ini, Calvin berkata:

"Good men are ashamed to confess, that what men undertake cannot be accomplished except by the will of God; fearing lest unbridled tongues should cry out immediately, either that God is the author of sin, or that wicked men are not to be accused of crime, seeing they fulfil the counsel of God. But although this sacrilegious fury cannot be effectually rebutted, it may suffice that we hold it in detestation. Meanwhile, it is right to maintain, what is declared by the clear testimonies of Scripture, that whatever men may contrive, yet, amidst all their tumult, God from heaven overrules their counsels and attempts; and, in short, does, by their hands, what he himself decreed" (= Orang-orang saleh malu mengakui, bahwa apa yang manusia lakukan tidak bisa tercapai kecuali oleh kehendak Allah; karena mereka takut bahwa lidah-lidah yang tidak dikekang akan segera berteriak, bahwa Allah adalah pencipta dosa, atau bahwa orang jahat tak boleh dituduh karena kejahatannya, mengingat mereka menggenapi rencana Allah. Tetapi sekalipun kemarahan yang tidak senonoh ini tidak bisa dibantah secara efektif, cukuplah kalau kita menganggapnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Sementara itu, adalah benar untuk mempertahankan, apa yang dinyatakan oleh kesaksian yang jelas dari Kitab Suci, bahwa apapun yang manusia usahakan / rencanakan, tetapi ditengah-tengah segala keributan mereka, Allah dari surga menguasai rencana dan usaha mereka, dan, singkatnya, melakukan dengan tangan mereka apa yang Ia sendiri tetapkan).

Calvin melanjutkan dengan berkata:

"Good men, who fear to expose the justice of God to the calumnies of the impious, resort to this distinction, that God wills some things, but permits others to be done. As if, truly, any degree of liberty of action, were he to cease from governing, would be left to men. If he had only permitted Joseph to be carried into Egypt, he had not ordained him to be the minister of deliverance to his father Jacob and his sons; which he is now expressly declared to have done. Away, then, with that vain figment, that, by the permission of God only, and not by his counsel or will, those evils are committed which he afterwards turns to a good account" (= Orang-orang saleh, yang takut membuka keadilan Allah terhadap fitnahan dari orang-orang jahat, memutuskan untuk mengadakan pembedaan ini, yaitu bahwa Allah menghendaki beberapa hal, tetapi mengijinkan hal-hal yang lain untuk dilakukan. Seakan-akan ia berhenti dari tindakan memerintah, dan memberikan kebebasan bertindak tertentu kepada manusia. Jika Ia hanya mengijinkan Yusuf untuk dibawa ke Mesir, Ia tidak menetapkannya untuk menjadi pembebas bagi ayahnya Yakub dan anak-anaknya; yang dinyatakan secara jelas telah dilakukannya. Maka singkirkanlah isapan jempol yang sia-sia yang mengatakan bahwa hanya karena ijin Allah, dan bukan karena rencana atau kehendakNya, hal-hal yang jahat itu dilakukan yang setelah itu ia balikkan menjadi sesuatu yang baik).

Dalam tafsirannya tentang bagian ini, Calvin berkata:

"The selling of Joseph was a crime detestable for its cruelty and perfidy; yet he was not sold except by the decree of heaven. For neither did God merely remain at rest, and by conniving for a time, let loose the reins of human malice, in order that afterwards he might make use of this occasion; but, at his own will, he appointed the order of acting which he intended to be fixed and certain. Thus we may say with truth and propriety, that Joseph was sold by the wicked consent of his brethren, and by the secret providence of God" (= Penjualan terhadap Yusuf adalah suatu kejahatan yang menjijikkan karena kekejaman dan pengkhianatannya; tetapi ia tidak dijual kecuali oleh ketetapan dari surga. Karena Allah bukannya semata-mata berdiam diri, dan sambil menutup mata / pura-pura tidak melihat untuk sementara waktu, melepaskan kendali terhadap keinginan jahat manusia, supaya setelah itu ia bisa menggunakan kejadian ini; tetapi, pada kehendakNya sendiri, Ia menetapkan urut-urutan tindakan yang Ia maksudkan untuk menjadi tetap dan tertentu. Jadi kita bisa berkata dengan benar dan tepat, bahwa Yusuf dijual oleh persetujuan jahat dari saudara-saudaranya, dan oleh providensia rahasia dari Allah).

Dua bagian Kitab Suci ini akan bertentangan kecuali kita menafsirkan Allah sebagai first cause (= penyebab pertama), dan setan sebagai second cause (= penyebab kedua) dari peristiwa sensus ini.

Catatan: Orang yang menolak doktrin Providence of God yang diajarkan oleh orang Reformed / Calvinist ini pasti akan kesulitan untuk mengharmoniskan 2 bagian Kitab Suci yang kelihatannya bertentangan ini!

Ini menunjukkan bahwa Allah bekerja sehingga orang-orang itu mau tunduk kepada binatang itu!

Kalau saudara betul-betul ingin mengetahui apakah doktrin Providence of God ini betul-betul merupakan ajaran Kitab Suci, bacalah semua ayat-ayat di atas ini dengan teliti!

4) Sekalipun ada dosa dalam Providence of God, itu tentu tidak berarti bahwa dosa itu merupakan tujuan akhir dari Allah. Kalau Allah menetapkan terjadinya dosa dan lalu melaksanakan rencanaNya itu, maka tentu Ia mempunyai tujuan yang baik.

Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan hal itu:

Kata-kata ‘telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan’ menunjukkan bahwa dalam Providence of God ada dosa, dan kata-kata ‘supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua’ menunjukkan adanya tujuan yang baik di dalam semua itu.

Jadi jelas dari semua contoh di atas ini bahwa dosa akhirnya memang bisa membawa kemuliaan bagi Allah!

Catatan: Tetapi awas, ini tak berarti kita boleh / harus berbuat dosa untuk bisa memuliakan Allah (bdk. Ro 3:7-8 Ro 6:1-2,12-14).

V) Providence dan tanggung jawab manusia:

Adanya Rencana Allah dan Providence of God tidak membuang tanggung jawab manusia.

Alasannya:

1) Kita harus hidup sesuai dengan kehendak Allah yang dinyatakan kepada kita (yaitu Firman Tuhan), bukan berdasarkan kehendak Allah yang tersembunyi / yang tidak kita ketahui.

Ul 29:29 - "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini".

Charles Haddon Spurgeon:

"Let the providence of God do what it may, your business is to do what you can" (= Biarlah providensia Allah melakukan apapun, urusanmu adalahm melakukan apa yang kamu bisa) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 43.

Contoh: Tuhan sudah menentukan / memilih orang-orang tertentu untuk selamat (Ef 1:4,5,11) dan orang-orang tertentu untuk binasa / masuk neraka (Yoh 17:22 Ro 9:22), tetapi kita / manusia tidak tahu siapa yang dipilih untuk selamat dan siapa yang dipilih untuk binasa. Jadi itu adalah kehendak Allah yang tersembunyi dan tidak boleh kita jadikan dasar / pedoman hidup kita, misalnya dengan berpikir / bersikap seperti ini:

Kita harus hidup berdasarkan Firman Tuhan (kehendak Allah yang dinya-takan bagi kita), misalnya:

2) Sekalipun Allah menentukan dan mengatur terjadinya dosa, tetapi pada saat dosa itu terjadi, manusia melakukan dosa itu dengan kemauannya sendiri! Ini menunjukkan bahwa kebebasan manusia tidak dibuang!

Contoh:

Charles Haddon Spurgeon: (tentang tentara yang tak mematahkan kaki Kristus tetapi menusuk Kristus dengan tombak)

"They acted of their own free will, and yet at the same time they fulfilled the eternal counsel of God. Shall we never be able to drive into men’s mind the truth that predestination and free agency are both facts? Men sin as freely as birds fly in the air, and they are altogether responsible for their sin; and yet everything is ordained and foreseen of God. The fore-ordination of God in no degree interferes with the responsibility of man. I have often been asked by persons to reconcile the two truths. My only reply is - They need no reconciliation, for they never fell out. Why should I try to reconcile two friends? Prove to me that the two truths do not agree. In that request I have set you a task as difficult as that which you propose to me. These two facts are parallel lines; I cannot make them unite, but you cannot make them cross each other" (= Mereka bertindak dengan kehendak bebas mereka, tetapi pada saat yang sama mereka menggenapi rencana yang kekal dari Allah. Apakah kita tidak akan pernah bisa menancapkan ke dalam pikiran manusia kebenaran bahwa predestinasi dan kebebasan agen / manusia dua-duanya merupakan fakta? Manusia berbuat dosa sebebas burung-burung yang terbang di udara, dan mereka semuanya bertanggung jawab untuk dosa mereka; tetapi segala sesuatu ditetapkan dan dilihat lebih dulu oleh Allah. Penetapan lebih dulu dari Allah sama sekali tidak mengganggu tanggung jawab manusia. Saya sering ditanya oleh orang-orang untuk mendamaikan dua kebenaran ini. Jawaban saya hanyalah - Mereka tidak membutuhkan pendamaian, karena mereka tidak pernah bertengkar. Mengapa saya harus mendamaikan 2 orang sahabat? Buktikan kepada saya bahwa dua kebenaran itu tidak setuju / cocok. Dalam permintaan itu saya telah memberimu suatu tugas yang sama sukarnya seperti yang kaukemukakan kepada saya. Kedua fakta ini adalah garis-garis yang paralel; saya tidak bisa membuat mereka bersatu, tetapi engkau tidak bisa membuat mereka bersilangan) - ‘A Treasury o f Spurgeon on The Life and Work of Our Lord, vol VI - The Passion and Death of Our Lord’, hal 670-671.

Ini semua menyebabkan manusia tetap bertanggung jawab atas dosa-dosanya, dan ini membedakan manusia dari robot / wayang.

Ini menyebabkan Calvinism / Reformed berbeda dengan Fatalism maupun Hyper-Calvinism, yang karena percaya bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, lalu hidup secara apatis / acuh tak acuh / tak bertanggung jawab!

VI) Keberatan / serangan terhadap doktrin ini:

1) Manusia menjadi seperti robot / wayang.

Jawab: Lihat point V di atas.

2) Kalau Allah sudah menetapkan segala sesuatu, bagaimana mungkin manusia masih bisa mempunyai kebebasan, dan bahkan harus bertanggung jawab atas dosanya?

Jawab:

a) Terus terang, tidak ada orang yang bisa mengharmoniskan 2 hal yang kelihatannya bertentangan ini. Orang Reformed hanya melihat bahwa 2 hal itu sama-sama diajarkan oleh Kitab Suci, tetapi Kitab Suci tidak pernah mengharmoniskannya. Karena itu orang Reformed juga mengajarkan kedua hal itu, tanpa bisa mengharmoniskannya.

Loraine Boettner:

"But while the Bible repeatedly teaches that this providential control is universal, powerful, wise, and holy, it nowhere attempts to inform us how it is to be reconciled with man’s free agency" (= Tetapi sementara Alkitab berulangkali mengajar bahwa penguasaan providence ini bersifat universal, berkuasa, bijaksana, dan suci, Alkitab tidak pernah berusaha untuk memberi informasi kepada kita tentang bagaimana hal itu bisa diperdamaikan / diharmoniskan dengan kebebasan manusia) - Loraine Boettner, ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 38.

Charles Haddon Spurgeon:

"man, acting according to the device of his own heart, is nevertheless overruled by that sovereign and wise legislation ... How these two things are true I cannot tell. ... I am not sure that in heaven we shall be able to know where the free agency of man and the sovereignty of God meet, but both are great truths. God has predestinated everything yet man is responsible" (= manusia, bertindak sesuka hatinya, bagaimanapun dikalahkan / dikuasai oleh pemerintahan yang berdaulat dan bijaksana ... Bagaimana dua hal ini bisa benar saya tidak bisa mengatakan. ... Saya tidak yakin bahwa di surga kita akan bisa mengetahui dimana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah mempredestinasi-kan segala sesuatu tetapi manusia bertanggungjawab) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 10.

Charles Hodge:

"God can control the free acts of rational creatures without destroying either their liberty or their responsibility" (= Allah bisa mengontrol tindakan-tindakan bebas dari makhluk-makhluk rasionil tanpa menghancurkan kebebasan ataupun tanggung jawab mereka) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 332.

Saya berpendapat bahwa bagian yang harus diperhatikan dalam kata-kata Charles Hodge ini adalah ‘God can’ (= Allah bisa).

Kalau saya membuat film, maka saya akan menyusun naskah, dimana setiap pemain sudah ditentukan harus bertindak apa atau berkata apa. Tetapi selalu ada sedikit kebebasan bagi para pemain. Kalau saya tidak memberikan kebebasan sama sekali, maka para pemain itu akan menjadi robot, yang tidak lagi mempunyai kebebasan apapun.

Tetapi Allah berbeda dengan saya atau dengan manusia lain. Allah bisa menentukan dan mengontrol segala sesuatu sampai detail-detail yang sekecil-kecilnya, tanpa menghancurkan kebebasan manusia! Bagaimana Ia bisa melakukan hal itu, merupakan suatu mystery bagi kita, tetapi yang jelas Kitab Suci menunjukkan bahwa Allah memang menentukan dan menguasai segala sesuatu, tetapi manusia tetap mempunyai kebebasan.

b) Dalam hal yang lain, kita juga melihat hal yang sama. Misalnya: kita percaya bahwa Allah itu maha kasih dan mahatahu. Tetapi kita juga percaya bahwa Allah menciptakan neraka dan orang tertentu yang Ia tahu bakal masuk ke neraka. Kalau memang Ia maha kasih dan maha tahu, mengapa Ia tidak hanya menciptakan orang yang akan masuk ke surga? Saya yakin tidak ada orang yang mengharmoniskan 2 hal itu, tetapi toh semua orang kristen percaya dan mengajarkan ke 2 hal itu, karena Kitab Suci memang jelas mengajarkan kedua hal itu. Lalu mengapa dalam hal doktrin Providence of God ini kita tidak mau bersikap sama?

3) Bagaimana Allah yang maha suci bisa menciptakan dosa?

Jawab:

a) Allah memang menetapkan terjadinya dosa dan mengatur sehingga dosa terjadi, tetapi Allah bukan pencipta dosa. Lihat point IV, 2, a,b di atas.

b) Dalam menetapkan dan mengatur terjadinya dosa Allah mempunyai tujuan yang baik. Lihat point IV, 4 di atas.

4) Ada banyak orang yang keberatan dengan diajarkannya doktrin ini karena bisa menimbulkan tanggapan yang negatif, misalnya malah berbuat dosa karena toh sudah ditentukan, marah kepada Allah sebagai penentu penderitaan kita, malas berdoa / memberitakan Injil karena semua toh sudah ditentukan, dsb.

Jawab:

Harus diakui bahwa tanggapan salah seperti itu bisa saja terjadi, tetapi itu adalah kesalahan orang yang mendengar ajaran ini! Jangan lupa bahwa Injilpun bisa menimbulkan tanggapan yang negatif. Misalnya: Kalau ada orang yang mendengar bahwa Yesus sudah mati untuk menebus dosa-dosanya, baik yang dulu, yang sekarang, maupun yang akan datang, maka bisa saja ia lalu malah berbuat dosa karena toh sudah dibayar / ditebus oleh Yesus. Lalu, apakah Injil sebaiknya tidak diajarkan karena bisa menimbulkan tanggapan negatif seperti ini?

John Murray berkata:

"... perversion does not refute the truth of the doctrine perverted" (= penyim-pangan tidak menyangkal kebenaran dari doktrin yang disimpangkan) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.

VII) Guna doktrin ini bagi kita:

Doktrin ini mempunyai banyak manfaat yang penting dalam hidup kita, seperti:

1) Pada saat kita mengalami penderitaan, kesedihan dsb, kita harus ingat bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak / Rencana Allah, dan kita juga harus percaya bahwa semua itu terjadi untuk kebaikan kita yang adalah anak-anakNya / orang pilihanNya (Ro 8:28). Ini akan merupakan penghiburan yang luar biasa di tengah-tengah segala penderitaan / kesedihan.

John Owen:

"Amidst all our afflictions and temptations, under whose pressure we should else faint and despair, it is no small comfort to be assured that we do nor can suffer nothing but what his hand and counsel guides unto us, what is open and naked before his eyes, and whose end and issue he knoweth long before; which is a strong motive to patience, a sure anchor of hope, a firm ground of consolation" (= Di tengah-tengah semua penderitaan dan pencobaan, yang tekanannya bisa membuat kita lemah / takut dan putus asa, bukan penghiburan kecil untuk yakin bahwa kita tidak bisa menderita apapun kecuali apa yang tangan dan rencanaNya pimpin kepada kita, apa yang terbuka dan telanjang di depan mataNya, dan yang akhirnya dan hasilnya Ia ketahui jauh sebelumnya; yang merupakan motivasi yang kuat pada kesabaran, jangkar pengharapan yang pasti, dasar penghiburan yang teguh) - ‘The works of John Owen’, vol 10, hal 29.

2) Dalam keadaan bahaya / kritis, doktrin ini memberikan ketenangan kepada kita karena kalau kita yakin bahwa Allah mengontrol segala sesuatu maka kita tidak perlu kuatir terhadap apapun juga.

3) Pada saat kita mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain, kita bisa lebih mengampuni dan tidak mendendam, kalau kita mengingat bahwa dibalik semua itu ada Rencana Allah dan Providence of God.

Contoh:

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ