(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu, tgl 25 Oktober 2009, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
Bil 11:4-35 - “(4) Orang-orang bajingan yang ada di
antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula
serta berkata: ‘Siapakah yang akan memberi kita makan daging? (5) Kita
teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa,
kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (6)
Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini
saja yang kita lihat.’ (7) Adapun manna itu seperti ketumbar dan
kelihatannya seperti damar bedolah. (8) Bangsa itu berlari kian ke mari untuk
memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam
lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar;
rasanya seperti rasa panganan yang digoreng. (9) Dan apabila embun turun di
tempat perkemahan pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ. (10)
Ketika Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis
di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal itu
dipandang jahat oleh Musa. (11) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: ‘Mengapa
Kauperlakukan hambaMu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih
karunia di mataMu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas
seluruh bangsa ini? (12) Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah
yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti
pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan
dengan bersumpah kepada nenek moyangnya? (13) Dari manakah aku mengambil
daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis
kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan. (14) Aku seorang
diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu
berat bagiku. (15) Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau
membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mataMu, supaya aku tidak
harus melihat celakaku.’ (16) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
‘Kumpulkanlah di hadapanKu dari antara para tua-tua Israel tujuh puluh
orang, yang kauketahui menjadi tua-tua bangsa dan pengatur pasukannya,
kemudian bawalah mereka ke Kemah Pertemuan, supaya mereka berdiri di sana
bersama-sama dengan engkau. (17) Maka Aku akan turun dan berbicara dengan
engkau di sana, lalu sebagian dari Roh yang hinggap padamu itu akan Kuambil
dan Kutaruh atas mereka, maka mereka bersama-sama dengan engkau akan memikul
tanggung jawab atas bangsa itu, jadi tidak usah lagi engkau seorang diri
memikulnya. (18) Tetapi kepada bangsa itu haruslah kaukatakan: Kuduskanlah
dirimu untuk besok, maka kamu akan makan daging; sebab kamu telah menangis di
hadapan TUHAN dengan berkata: Siapakah yang akan memberi kami makan daging?
Begitu baik keadaan kita di Mesir, bukan? - TUHAN akan memberi kamu daging
untuk dimakan. (19) Bukan hanya satu hari kamu akan memakannya, bukan dua
hari, bukan lima hari, bukan sepuluh hari, bukan dua puluh hari, (20) tetapi
genap sebulan lamanya, sampai keluar dari dalam hidungmu dan sampai kamu muak
- karena kamu telah menolak TUHAN yang ada di tengah-tengah kamu dan menangis
di hadapanNya dengan berkata: Untuk apakah kita keluar dari Mesir?’ (21)
Tetapi kata Musa: ‘Bangsa yang ada bersama aku ini berjumlah enam ratus ribu
orang berjalan kaki, namun Engkau berfirman: Daging akan Kuberikan kepada
mereka, dan genap sebulan lamanya mereka akan memakannya! (22) Dapatkah sekian
banyak kambing domba dan lembu sapi disembelih bagi mereka, sehingga mereka
mendapat cukup? Atau dapatkah ditangkap segala ikan di laut bagi mereka,
sehingga mereka mendapat cukup?’ (23) Tetapi TUHAN menjawab Musa: ‘Masakan
kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu? Sekarang engkau akan melihat
apakah firmanKu terjadi kepadamu atau tidak!’ (24) Setelah Musa datang ke
luar, disampaikannya firman TUHAN itu kepada bangsa itu. Ia mengumpulkan tujuh
puluh orang dari para tua-tua bangsa itu dan menyuruh mereka berdiri di
sekeliling kemah. (25) Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada
Musa, kemudian diambilNya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan
ditaruhNya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka,
kepenuhanlah mereka seperti nabi (mereka
bernubuat), tetapi sesudah itu tidak lagi. (26) Masih ada dua orang tinggal
di tempat perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad.
Ketika Roh itu hinggap pada mereka - mereka itu termasuk orang-orang yang
dicatat, tetapi tidak turut pergi ke kemah - maka kepenuhanlah
mereka seperti nabi (mereka bernubuat) di tempat perkemahan. (27)
Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa: ‘Eldad dan Medad kepenuhan seperti nabi (bernubuat) di tempat perkemahan.’
(28) Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa:
‘Tuanku Musa, cegahlah mereka!’ (29) Tetapi Musa berkata kepadanya:
‘Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN
menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi RohNya hinggap kepada mereka!’ (30)
Kemudian kembalilah Musa ke tempat perkemahan, dia dan para tua-tua Israel.
(31) Lalu bertiuplah angin yang dari TUHAN asalnya; dibawanyalah burung-burung
puyuh dari sebelah laut, dan dihamburkannya ke atas tempat perkemahan dan di
sekelilingnya, kira-kira sehari perjalanan jauhnya ke segala penjuru, dan
kira-kira dua hasta tingginya dari atas muka bumi. (32) Lalu sepanjang hari
dan sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah bangsa itu
mengumpulkan burung-burung puyuh itu - setiap orang sedikit-dikitnya
mengumpulkan sepuluh homer -, kemudian mereka menyebarkannya lebar-lebar
sekeliling tempat perkemahan. (33) Selagi daging itu ada di mulut mereka,
sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN
memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar. (34) Sebab itu
dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan orang-orang
yang bernafsu rakus. (35) Dari Kibrot-Taawa berangkatlah bangsa itu ke Hazerot
dan mereka tinggal di situ”.
1) Hal
yang memberatkan dosa Israel di sini adalah bahwa mereka baru saja
bersungut-sungut dan dihukum Tuhan dalam Bil 11:1-3, tetapi sekarang mereka
mengulangi kesalahan mereka.
Bil 11:1-3 - “(1) Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di
hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya
bangkitlah murkaNya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan
merajalela di tepi tempat perkemahan. (2) Lalu berteriaklah bangsa itu kepada
Musa, dan Musa berdoa kepada TUHAN; maka padamlah api itu. (3) Sebab itu orang
menamai tempat itu Tabera, karena telah menyala api TUHAN di antara mereka”.
2) ‘Orang-orang
bajingan’ yang ‘kemasukan nafsu rakus’?
Ay 4: “Orang-orang
bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang
Israelpun menangislah pula serta berkata: ‘Siapakah yang akan memberi kita
makan daging?”.
a)
‘Orang-orang bajingan’.
KJV: ‘the mixt multitude’ (=
orang banyak campuran).
RSV/NIV/NASB: ‘the rabble’
(= gerombolan pengacau).
Barnes menafsirkan bahwa ini adalah orang-orang asing yang mengikuti
mereka keluar dari Mesir (Kel 12:38).
Calvin
menafsirkan berdasarkan KJV dan mengatakan bahwa ada orang-orang luar yang masuk
ke tengah-tengah Israel.
Matthew
Henry: “These
were the scabbed sheep that infected the flock, the leaven that leavened the
whole lump. Note, A few factious, discontented, ill-natured people, may do a
great deal of mischief in the best societies, if great care be not taken to
discountenance them” (=
Orang-orang ini adalah domba-domba berkeropeng yang menulari kawanan, ragi yang
mengkhamiri / mempengaruhi seluruh adonan. Perhatikan, beberapa orang cenderung
menyebabkan perpecahan, tidak puas, bersifat buruk, bisa melakukan kerusakan
yang besar dalam masyarakat yang terbaik, jika tidak diambil perhatian yang
besar untuk tidak merestui mereka).
b)
Ay 4: ‘kemasukan nafsu rakus’.
KJV: ‘fell a lusting’ (=
jatuh dalam nafsu).
NIV: ‘began to crave other food’
(= mulai menginginkan makanan lain).
Calvin menganggap orang-orang luar ini yang mulai bersungut-sungut dan
Israel lalu mengikuti teladan mereka. Dan Calvin berkata bahwa ini mengajarkan 2
hal:
1.
Kita harus menghindari orang-orang jahat, karena kejahatan mereka mudah
menular.
2.
Kalau kita berbuat jahat karena pengaruh pergaulan yang salah, kita tetap
salah.
3) Sikap Israel.
a)
Ay 4-6 (bdk. ay 20b).
Ay 4-6,20: “(4) Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka
kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata:
‘Siapakah yang akan memberi kita makan daging? (5) Kita teringat kepada ikan
yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan
semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (6) Tetapi sekarang kita
kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita
lihat.’ ... (20) tetapi genap sebulan lamanya, sampai keluar dari dalam
hidungmu dan sampai kamu muak - karena kamu telah menolak TUHAN yang ada di
tengah-tengah kamu dan menangis di hadapanNya dengan berkata: Untuk apakah kita
keluar dari Mesir?’”.
Matthew Henry menganggap bahwa apa yang diceritakan dalam Bil 11 ini sama
dengan apa yang ada dalam 1Kor 10:6 - “Semuanya ini telah terjadi sebagai
contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan
hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat”.
Matthew
Henry: “Flesh
is good food, and may lawfully be eaten; yet they are said to lust after evil
things. What is lawful of itself becomes evil to us when it is what God does not
allot to us and yet we eagerly desire it” (= Daging
adalah makanan yang baik dan boleh dimakan; tetapi mereka dikatakan bernafsu /
menginginkan hal-hal yang jahat. Apa yang diijinkan dalam dirinya sendiri
menjadi jahat bagi kita pada saat itu merupakan apa yang Allah tidak berikan
kepada kita tetapi kita sangat menginginkannya).
Barnes’ Notes: “it is only necessary to condemn
them for making this one loss of more account than all their gain” (= adalah perlu untuk mengecam mereka
karena mereka lebih memperhitungkan satu kehilangan ini dari pada semua
keuntungan yang mereka dapatkan) - hal 107.
Penjelasan tentang manna dalam ay 7-9 dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa sikap bangsa Israel ini sebetulnya sangat tidak beralasan.
Kata-kata Israel dalam ay 4-6 bertentangan dengan sikap Paulus dalam
Fil 3:7-8 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi,
karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.
Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus”.
b)
Ay 10: bangsa itu menangis.
Ay 10: “Ketika Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari
setiap kaum, menangis di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN
dengan sangat, dan hal itu dipandang jahat oleh Musa”.
Calvin:
“We
see, therefore, how by the indulgence of their depraved lusts men make
themselves wretched in the very midst of prosperity. ... in their satiety, they
weep as if long abstinence threatened them with death” (= Karena itu kita melihat bagaimana karena mereka menuruti
nafsu bejat mereka maka mereka membuat diri mereka sendiri sangat buruk di
tengah-tengah kemakmuran. ... dalam kekenyangan mereka, mereka menangis
seakan-akan tidak adanya makanan jangka panjang mengancam mereka dengan kematian)
- hal 22.
Ini
bukan hanya merupakan suatu sikap tidak tahu terima kasih, tetapi jelas juga
suatu ketidak-percayaan, dan semua ini membangkitkan murka Allah.
Bdk.
Maz 78:18-22 - “(18) Mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan
meminta makanan menuruti nafsu mereka. (19) Mereka berkata terhadap Allah:
‘Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? (20) Memang, Ia memukul
gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai-sungai; tetapi
sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umatNya?’
(21) Sebab itu, ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas, api menyala menimpa
Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, (22) sebab mereka tidak percaya
kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari padaNya”.
Ay 11-15: “(11) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: ‘Mengapa
Kauperlakukan hambaMu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih
karunia di mataMu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas
seluruh bangsa ini? (12) Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah
yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak
pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan
bersumpah kepada nenek moyangnya? (13) Dari manakah aku mengambil daging untuk
diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan
berkata: Berilah kami daging untuk dimakan. (14) Aku seorang diri tidak dapat
memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. (15)
Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika
aku mendapat kasih karunia di mataMu, supaya aku tidak harus melihat
celakaku.’”.
Kata-kata Musa kepada Tuhan di sini jelas adalah dosa, dan ini menunjukkan
bahwa orang kudus yang paling hebatpun tetap adalah orang berdosa yang lemah.
Pulpit Commentary: “in his indignation at the sin
of the people committed the same sin himself” (= dalam kemarahannya terhadap dosa bangsa
itu ia sendiri melakukan dosa yang sama) - hal 109.
Guru Sekolah Minggu dan Pendeta / Penginjil mudah sekali melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan oleh Musa.
Adam Clarke: “The gracious God never called a
man to perform a work without furnishing him with adequate strength; and to
refuse to do it on the pretence of inability is little short of rebellion
against God” (= Allah yang maha
murah tidak pernah memanggil seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa
memperlengkapinya dengan kekuatan yang secukupnya; dan menolak untuk
melakukannya dengan alasan tidak mampu tidak terlalu berbeda dengan memberontak
terhadap Allah) - hal 654.
1) Tuhan memberikan janji
tentang pemberian daging (ay 18-20).
Ay 18-20: “(18) Tetapi kepada bangsa itu haruslah kaukatakan:
Kuduskanlah dirimu untuk besok, maka kamu akan makan daging; sebab kamu telah
menangis di hadapan TUHAN dengan berkata: Siapakah yang akan memberi kami makan
daging? Begitu baik keadaan kita di Mesir, bukan? - TUHAN akan memberi kamu
daging untuk dimakan. (19) Bukan hanya satu hari kamu akan memakannya, bukan dua
hari, bukan lima hari, bukan sepuluh hari, bukan dua puluh hari, (20) tetapi
genap sebulan lamanya, sampai keluar dari dalam hidungmu dan sampai kamu muak -
karena kamu telah menolak TUHAN yang ada di tengah-tengah kamu dan menangis di
hadapanNya dengan berkata: Untuk apakah kita keluar dari Mesir?’”.
Kata-kata ‘genap sebulan lamanya’ (ay 20), oleh Pulpit
Commentary dianggap sebagai suatu irony, dan tidak perlu ditekankan secara
hurufiah.
2) Ketidak-percayaan
Musa (ay 21-22).
Ay 21-22: “(21) Tetapi kata Musa: ‘Bangsa yang ada bersama aku ini
berjumlah enam ratus ribu orang berjalan kaki, namun Engkau berfirman: Daging
akan Kuberikan kepada mereka, dan genap sebulan lamanya mereka akan memakannya!
(22) Dapatkah sekian banyak kambing domba dan lembu sapi disembelih bagi mereka,
sehingga mereka mendapat cukup? Atau dapatkah ditangkap segala ikan di laut bagi
mereka, sehingga mereka mendapat cukup?’”.
Jumlah 600.000 orang dalam ay 21 itu hanya laki-laki yang berusia 20 tahun
ke atas, dan itupun tak termasuk suku Lewi (bdk. Bil 1:45-47). Perkiraan
jumlah bangsa Israel pada saat itu adalah sekitar 2-3 juta orang. Membawa orang
dengan jumlah yang sebesar itu melewati padang gurun, membutuhkan mujijat yang
luar biasa setiap hari, khususnya untuk mencukupi kebutuhan makanan dan minuman
mereka.
Seorang penulis buku renungan (‘Streams in the desert’, vol 2, August
4) mengatakan bahwa bangsa Israel membutuhkan makanan sebanyak 1500 ton per hari
hanya sekedar untuk menjaga supaya mereka tidak mati kelaparan. Kalau mau
memberi mereka makan secara normal, dibutuhkan makanan 4000 ton per hari, yang
ditaksir harganya $ 4 juta per hari!
Lalu untuk kebutuhan air ia mengatakan bahwa dibutuhkan 11 juta galon air
atau 42 juta liter air per hari (kalau jumlah bangsa Israel 3 juta orang, itu
berarti 14 liter per orang per hari; ini disebabkan karena mereka melewati
padang gurun yang panas dan terus berjalan, sehingga jelas membutuhkan air jauh
lebih banyak dari keadaan normal yang hanya 2-3 liter per orang per hari). Kalau
dihitung dengan truk tangki air yang kapasitasnya 5000 liter, maka dibutuhkan
8000 truk lebih, untuk tiap hari!
Sebetulnya aneh kalau Musa meragukan kemampuan Tuhan, karena apakah ia
tidak melihat bahwa selama ini Tuhan menunjukkan kuasaNya yang luar biasa untuk
mencukupi kebutuhan makanan dan minuman bangsa Israel?
Calvin:
“he
improperly allowed his mind to measure God’s inestimable power by his own
senses” (= secara
salah ia mengijinkan pikirannya untuk mengukur kuasa Allah yang tak terukur
menggunakan indera / pengertiannya)
- hal 31.
3) Jawaban
Tuhan atas keraguan Musa (ay 23).
Ay 23: “Tetapi TUHAN
menjawab Musa: ‘Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu? Sekarang
engkau akan melihat apakah firmanKu terjadi kepadamu atau tidak!’”.
KJV: ‘And the LORD said unto
Moses, Is the LORD’s hand waxed short? thou shalt see now whether my word
shall come to pass unto thee or not’ (= Dan TUHAN berkata
kepada Musa: Apakah tangan TUHAN menjadi pendek? sekarang engkau akan melihat
apakah firmanKu akan terjadi padamu atau tidak).
Saya ingin memberikan suatu renungan yang saya dapatkan dari buku Saat
Teduh saya, yang menggambarkan kuasa Tuhan yang luar biasa.
Streams
in the Desert, vol 2, August 9:
He
... hangeth the earth upon nothing (Job 26:7).
Rest
upon God to do for you more than you can understand. In looking to God for
deliverance of any kind, we are prone to try to discover what material He has on
hand to work on in coming to our relief. It is so human to look and crave for
something in sight that will help the Lord in supplying our needs. In time of
desperation, if we can only find a little something for God to begin on, we seem
so much better satisfied. To need a sum of money and not be able to think of a
friend, a man, or a monied institution from which it might be obtained, gives a
dark background to the scene. The outlook is all liabilities, with no
resources to help out. To God’s child, what is the real situation? Is there
nothing but liabilities? Are there no resources? Yea, thousands, millions,
billions, trillions! Where are they? Above you, below you, around you. Earth and
air are full of wealth untold. Keep your eye on Him. It is not necessary for us
to see any help in sight, nor is it really necessary for God to have any relief
on hand. He does not need anything to begin on. ‘In the beginning
God created the heavens and the earth.’ What did He make them out of? Nothing.
Pretty satisfactory earth to be made of nothing. Remember, not a scrap of
anything was used to make it. ‘He ... hangeth the earth upon nothing.’ It
hangs all right. A God who can make the earth, a sun, a moon and stars out of
nothing, and keep them hanging on nothing, can supply all your needs, whether He
has anything to begin work with or not. Trust Him and He will see you
through, though He has to make your supplies out of nothing.
Saya tidak menterjemahkan, tetapi hanya memberikan intinya saja. Saat
Teduh ini memberikan Ayub 26:7 sebagai dasar perenungannya.
Ayub 26:7 - “Allah
membentangkan utara di atas kekosongan, dan menggantungkan bumi pada
kehampaan”. KJV: ‘He
... hangeth the earth upon nothing’.
Ia lalu mengatakan bahwa kalau kita membutuhkan pertolongan Tuhan, kita
mempunyai kecenderungan untuk mencari hal-hal yang bisa dipakai oleh Tuhan untuk
menolong kita. Misalnya kita membutuhkan uang, dan kita tahu adanya boss atau
orang tua atau teman yang bisa membantu, maka kita merasa lebih percaya bahwa
Tuhan akan menolong kita. Tetapi kalau kita tidak bisa menemukan apapun /
siapapun yang dalam pemikiran kita bisa dipakai oleh Tuhan untuk menolong kita,
maka kita merasa bahwa masa depan itu betul-betul suram. Tetapi ini jelas
merupakan sikap yang salah, karena Tuhan tidak membutuhkan apapun / siapapun
dalam menolong kita. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’.
Dengan apa Ia menciptakan? Dengan tidak menggunakan apa-apa! Setelah itu Allah
menggantungkan bumi pada kehampaan / nothing! Dan bumi bisa menggantung dengan
baik! Allah yang bisa menciptakan bumi, bulan, matahari dan bintang-bintang
tanpa apapun dan menggantungkan semua itu pada kehampaan, bisa menolongmu /
mencukupi kebutuhanmu, apakah Ia mempunyai sesuatu untuk digunakan atau tidak!
4) Tuhan
membuat angin bertiup yang mendatangkan burung puyuh yang luar biasa banyaknya
(ay 31-32).
Ay 31-32: “(31) Lalu bertiuplah angin yang dari TUHAN asalnya;
dibawanyalah burung-burung puyuh dari sebelah laut, dan dihamburkannya ke atas
tempat perkemahan dan di sekelilingnya, kira-kira sehari perjalanan jauhnya ke
segala penjuru, dan kira-kira dua hasta tingginya dari atas muka bumi. (32) Lalu
sepanjang hari dan sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah
bangsa itu mengumpulkan burung-burung puyuh itu - setiap orang sedikit-dikitnya
mengumpulkan sepuluh homer - , kemudian mereka menyebarkannya lebar-lebar
sekeliling tempat perkemahan”.
Bandingkan dengan Maz 104:4 yang mengatakan bahwa angin adalah suruhanNya.
Bdk. Maz 104:4 - “yang membuat angin sebagai
suruhan-suruhanMu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayanMu”.
Kebanyakan penafsir menafsirkan ay 31b bukan bahwa burung-burung itu
bertumpuk-tumpuk setinggi 2 hasta dalam radius sehari perjalanan jauhnya. Mereka
menafsirkan bahwa burung-burung itu terbang rendah setinggi 2 hasta dari tanah,
sehingga dengan mudah bisa ditangkapi oleh bangsa Israel.
Ay 32: lebih dari satu hari mereka mengumpulkan burung-burung itu,
dan setiap orang dikatakan mengumpulkan 10 homer, yang menurut Matthew Poole
sama dengan muatan 10 ekor keledai!
Ay 32 akhir diartikan oleh Editor’s Calvin’s Commentary sebagai
tindakan mengasinkan burung-burung itu.
Pulpit Commentary menganggap ini hanya menunjuk pada pengeringan, karena
mereka tak punya cukup garam untuk mengasinkan.
Tetapi ay 33 menunjukkan bahwa ini semua dimaksudkan sebagai hukuman oleh
Tuhan.
Ay 33: “Selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah,
maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN memukul bangsa itu
dengan suatu tulah yang sangat besar”.
Bdk. Maz 78:26-31 - “(26) Ia
telah menghembuskan angin timur di langit dan menggiring angin selatan dengan
kekuatanNya; (27) Ia menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu
banyaknya, dan hujan burung-burung bersayap seperti pasir laut; (28) Ia
menjatuhkannya ke tengah perkemahan mereka, sekeliling tempat kediaman itu. (29)
Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang
mereka inginkan. (30) Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di
mulut mereka; (31) maka bangkitlah murka Allah terhadap mereka: Ia membunuh
gembong-gembong mereka, dan menewaskan teruna-teruna Israel”.
Bdk. 1Kor 10:6
- “Semuanya ini telah terjadi sebagai
contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan
hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat”.
Seseorang mengatakan: “If
christians spent so much time praying as they do grumbling, they would soon
have nothing to grumble about” (= Jika
orang-orang kristen menggunakan begitu banyak waktu untuk berdoa sama seperti
yang mereka gunakan untuk bersungut-sungut, maka dalam waktu singkat tidak ada
lagi hal untuk mana mereka perlu bersungut-sungut).
Karena itu pada
waktu mempunyai problem / kebutuhan, jangan bersungut-sungut tetapi berdoalah,
dan berdoalah dengan iman.
‘Streams in the Desert’, vol 3, Sept
5:
“Prayer is one of the most sacred and
precious privileges vouchsafed to mortals. The following is a scene from the
life of that mighty Elijah in prayer, Chas. G. Finney. The summer of 1853 was
unusually hot and dry; pastures were scorched. There seemed likely to be a total
crop failure. At the church in Oberlin the great congregation hat gathered as
usual. Though the sky was clear the burden of Finney’s prayer was for the
rain. ‘We do not presume, O Lord, to dictate to Thee what is best for us; yet
Thou didst invite us to come to Thee as children to an earthly father and tell
Thee all our wants. We want rain. Our pastures are dry. The earth is gaping open
for rain. The cows are wandering about and lowing in search of water. Even the
squirrels are suffering from thirst. Unless Thou givest us rain our cattle will
die, and our harvest will come to naught. O, Lord, send us rain, and send it
now! This is an easy thing for Thee to do. Send it now, Lord, for Christ’s
sake.’ In a few minutes he had to cease preaching; his voice could not be
heard because of the roar and rattle of the rain!” (=
Doa merupakan salah satu hak yang kudus dan berharga yang diberikan kepada
manusia. Yang berikut ini merupakan suatu adegan dari kehidupan ‘Elia’ yang
hebat dalam doa, Chas. G. Finney. Musim panas tahun 1853 merupakan musim panas
yang sangat panas dan kering; padang rumput kering / terbakar. Kelihatannya akan
terjadi kegagalan panen. Di gereja di Oberlin jemaat yang besar berkumpul
seperti biasa. Sekalipun langit cerah / tak berawan, beban dari doa Finney
adalah untuk hujan. ‘O Tuhan, kami tidak berusaha mendikteMu tentang apa yang terbaik
untuk kami; tetapi Engkau memang mengundang kami untuk datang kepadaMu seperti
anak-anak kepada bapa duniawinya dan menceritakan kepadaMu semua kebutuhan kami.
Kami membutuhkan hujan. Tanah kami kering. Bumi menganga terbuka karena
kehausan. Kecuali Engkau memberikan hujan maka ternak kami akan mati, dan panen
kami akan musnah. O Tuhan, kirimkanlah hujan, dan kirimkanlah hujan itu
sekarang! Ini merupakan suatu hal yang mudah untuk Kaulakukan. Kirimkanlah hujan
itu sekarang, Tuhan. Demi nama Kristus’. Dalam beberapa menit ia harus
berhenti berkhotbah; suaranya tidak bisa didengar karena gemuruh hujan!).
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali