(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16)
Rabu,
tgl 6 Nopember 2019, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
4) Dari sumber David Schaff, dalam buku ‘History of the Christian Church’, vol VIII.
David
Schaff:
“This work was printed at
Vienne in Dauphiné, at the expense of the author, who is indicated on the last
page by the initial letters M. S. V.; i.e. Michael Servetus Villanovanus. It contains in 734
octavo pages: 1) Seven books on the Trinity (the ed. of 1531 revised); 2) Three
books on Faith and the Righteousness of the kingdom of Christ (revised); 3) Four
books on Regeneration and the kingdom of Antichrist; 4) Thirty Epistles to
Calvin; 5) Sixty Signs of the reign of Antichrist; 6) Apology to Melanchthon and
his colleagues on the mystery of the Trinity and ancient discipline.” [= Pekerjaan /
tulisan ini dicetak di Wina di Dauphine, dengan biaya dari sang pengarang, yang
ditunjukkan di halaman terakhir dengan huruf-huruf inisial M. S. V.; yaitu
Michael Servetus Villanovanus. Itu terdiri dari 734 halaman oktavo: 1) Tujuh
buku tentang Tritunggal (edisi revisi dari tahun 1531); 2) Tiga buku
tentang Iman dan Kebenaran dari Kerajaan Kristus (revisi); 3) Empat buku tentang
Kelahiran Baru dan kerajaan dari Anti Kristus; 4) Tiga puluh Surat-surat kepada
Calvin; 5) Enam puluh Tanda dari pemerintahan Anti Kristus; 6) Apologia terhadap
Melanchthon dan rekan-rekannya tentang misteri dari Tritunggal dan disiplin
kuno.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 136, hal 682
(Libronix).
David
Schaff: “Servetus
was equally confident of a divine call, and even identified
himself with the archangel Michael in his apocalyptic fight against the dragon
of Rome and ‘the Simon Magus of Geneva.’” [= Servetus yakin secara sama tentang
suatu panggilan ilahi, dan bahkan menyamakan dirinya
sendiri dengan penghulu malaikat Mikhael dalam pertempuran akhir
jamannya melawan naga Roma dan ‘Simon
Magus dari Jenewa’.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 688
(Libronix).
David
Schaff: “Bishop
Bossuet was able to affirm that all Christians were happily agreed in
maintaining the rightfulness of the death penalty for obstinate heretics, as
murderers of souls.”
[= Uskup Bossuet mampu menyatakan dukungan bahwa semua
orang-orang Kristen setuju dengan gembira dalam mempertahankan kebenaran dari
hukuman mati untuk orang-orang sesat yang
keras kepala, sebagai pembunuh-pembunuh jiwa.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 689
(Libronix).
Catatan:
Uskup Bossuet adalah ahli theologia Katolik Perancis yang hidup pada tahun
1627-1704.
David
Schaff: “Let
us remember also that it was not simply a case of fundamental heresy, but of
horrid blasphemy, with which he had to deal.” [= Hendaklah kita
ingat juga bahwa itu bukanlah semata-mata suatu kasus dari kesesatan dasari, tetapi dari penghujatan yang menjengkelkan,
yang harus ia tangani.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, pasal 137, hal 691
(Libronix).
David
Schaff: “And
as regards the dogmas of the Trinity and Incarnation, they were fully agreed
with their Catholic opponents, and equally opposed to the errors of Servetus,
who
denied those dogmas with a boldness and contempt unknown before.”
[= Dan berkenaan dengan dogma-dogma dari Tritunggal dan Inkarnasi, mereka
sepenuhnya setuju dengan lawan-lawan Katolik mereka, dan secara sama menentang
kesalahan-kesalahan dari Servetus, yang menyangkal dogma-dogma itu dengan suatu
keberanian dan penghinaan yang tak pernah dikenal sebelumnya.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 702 (Libronix).
David
Schaff: “Servetus
declared, in his first work, that the Bible was the source of all his philosophy
and science, and to be read a thousand times. He called it a gift of God
descended from heaven. Next to the Bible, he esteemed the ante-Nicene Fathers,
because of their simpler and less definite teaching. He quotes them freely in
his first book.”
[= Servetus menyatakan, dalam pekerjaannya yang pertama, bahwa Alkitab adalah
sumber dari semua filsafat dan ilmu pengetahuannya, dan
harus dibaca seribu kali. Ia menyebutnya suatu pemberian / anugerah dari Allah
yang turun dari surga. Di samping Alkitab, ia
menghargai Bapa-bapa Gereja sebelum Nicea, karena ajaran mereka yang
lebih sederhana dan kurang pasti. Ia mengutip mereka dengan bebas dalam bukunya
yang pertama.] -
‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 713 (Libronix).
Catatan:
perlu diketahui bahwa bapa-bapa Gereja sebelum Nicea luar biasa banyak yang
ajarannya mengandung kesesatan-kesesatan! Dan ini yang rupanya menyesatkan
Servetus.
David
Schaff: “We
do not know whether, and how far, he was influenced by the writings of the
Reformers. He may have read some tracts of Luther, which were early translated
into Spanish, but he does not quote from them. We next find Servetus in the
employ of Juan Quintana, a Franciscan friar and confessor to the Emperor Charles
V. He seems to have attended his court at the coronation by Pope Clement VII. in
Bologna (1529), and on the journey to the Diet of Augsburg in 1530, which forms
an epoch in the history of the Lutheran Reformation. At Augsburg he may have
seen Melanchthon and other leading Lutherans, but he was too young and unknown
to attract much attention. In the autumn of 1530 he
was dismissed from the service of Quintana; we do not know for what reason,
probably on suspicion of heresy.”
[= Kami tidak tahu apakah, dan sejauh mana, ia dipengaruhi oleh tulisan-tulisan
dari para tokoh Reformasi. Ia mungkin telah membaca beberapa traktat dari
Luther, yang sejak sangat awal sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol, tetapi
ia tidak mengutip dari mereka. Selanjutnya kami
mendapati Servetus dalam pelayanan / pekerjaan dari Juan Quintana, seorang
anggota dari ordo Franciscan dari Gereja Roma Katolik, dan seorang imam / pastor
yang mendengarkan pengakuan dosa dari Kaisar Charles V. Ia
kelihatannya telah menghadiri istananya pada upacara pemahkotaan oleh Paus
Clement VII di Bologna (1529), dan dalam perjalanan ke Diet di Augsburg tahun
1530, yang membentuk suatu masa dalam sejarah dari Reformasi Lutheran. Di
Augsburg ia mungkin telah melihat Melanchthon dan pemimpin-pemimpin Lutheran
yang lain, tetapi ia terlalu muda dan tidak dikenal untuk menarik banyak
perhatian. Pada musim gugur tahun 1530 ia
diberhentikan dari pelayanan Quintana; kami tidak tahu apa alasannya, mungkin
karena kecurigaan akan kesesatan.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 713-714
(Libronix).
David
Schaff: “We
have no account of a conversion or moral struggle in any period of his life,
such as the Reformers passed through. He never was a Protestant, either Lutheran
or Reformed, but a radical at war with all orthodoxy. A mere youth of twenty-one
or two, he boldly or impudently struck out an independent path as a Reformer of
the Reformation. The Socinian society did not yet exist; and even there he would
not have felt at home, nor would he have long been tolerated. Nominally, he
remained in the Roman Church, and felt no scruple about conforming to its rites.
As he stood alone, so he died alone, leaving an influence, but no school nor
sect.”
[= Kami tidak mempunyai cerita tentang suatu
pertobatan atau pergumulan moral dalam periode manapun dalam hidupnya, seperti
yang dilalui oleh para tokoh Reformasi. Ia
tidak pernah menjadi seorang Protestan, baik Lutheran atau Reformed, tetapi
seorang radikal yang berperang dengan semua keortodoxan. Hanya
seorang muda berusia 21 atau 22 tahun, ia secara
berani atau secara kurang ajar memulai suatu jalan yang bersandar
kepada diri sendiri / tak tergantung orang lain sebagai seorang tokoh Reformasi
dari Reformasi. Masyarakat Socinian belum ada; dan bahkan di sana ia tidak akan
merasa krasan, juga ia tidak akan ditoleransi untuk waktu yang lama.
Secara nominal / nama, ia tetap tinggal dalam
Gereja Roma, dan tidak merasa tidak nyaman tentang penyesuaian dengan
upacara-upacaranya. Sebagaimana ia berdiri
sendirian, demikianlah ia mati sendirian, meninggalkan suatu pengaruh, tetapi
tidak ada aliran atau sekte.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 714 (Libronix).
David
Schaff: “From
Germany Servetus went to Switzerland and spent some time at
Basel. There he first ventilated his heresies on the trinity and the divinity of
Christ.”
[= Dari Jerman Servetus pergi ke Swiss dan melewatkan suatu waktu di Basel. Di
sana ia pertama-tama menyebarkan kesesatan-kesesatannya tentang Tritunggal dan
keilahian Kristus.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 714 (Libronix).
Catatan:
Jarak dari Jenewa ke Basel hanya 254 Km!! Keduanya terletak di Swiss! Ia bahkan
sudah mengirim surat-surat kepada Calvin dan berusaha menyesatkan Calvin di
Jenewa! Jadi bagaimana David Schaff bisa berargumentasi bahwa Calvin salah dalam
mengusahakan penangkapan Servetus karena ia belum melakukan apa-apa di Jenewa???
Betul-betul suatu argumentasi yang tolol.
David
Schaff: “He
importuned Oecolampadius with interviews and letters, hoping to convert him. But
Oecolampadius was startled and horrified. He informed his friends, Bucer,
Zwingli, and Bullinger, who happened to be at Basel in October, 1530, that he
had been troubled of late by a hot-headed Spaniard, who denied the divine
trinity and the eternal divinity of our Saviour. Zwingli advised him to try to
convince Servetus of his error, and by good and wholesome arguments to win him
over to the truth. Oecolampadius said that he could make no impression upon the
haughty, daring, and contentious man. Zwingli replied: ‘This is indeed a thing
insufferable in the Church of God. Therefore do everything possible to prevent
the spread of such dreadful blasphemy.’ Zwingli never saw the objectionable
book in print.”
[= Ia membuat permohonan dengan mendesak dan
berulang-ulang kepada Oecolampadius dengan pembicaraan-pembicaraan /
pertemuan-pertemuan formil dan surat-surat, berharap untuk mempertobatkan dia.
Tetapi Oecolampadius kaget dan terkejut / takut. Ia memberi informasi kepada
sahabatnya, Bucer, Zwingli, dan Bullinger, yang kebetulan ada di Basel pada
Oktober 1530, bahwa ia baru-baru ini telah diganggu oleh seorang Spanyol yang
ceroboh / berani / bertemperamen panas, yang
menyangkal Tritunggal Ilahi dan kekekalan keilahian dari Juruselamat kami / kita.
Zwingli menasehatinya untuk mencoba / berusaha untuk
meyakinkan Servetus tentang kesalahannya, dan oleh argumentasi-argumentasi yang
baik dan sehat untuk memenangkan dia pada kebenaran. Oecalampadius
berkata bahwa ia tidak bisa membuat kesan / pengaruh kepada orang yang sombong,
berani, dan suka berargumentasi / bertengkar itu. Zwingli
menjawab: ‘Ini memang merupakan suatu hal yang tidak bisa ditoleransi dalam
Gereja Allah. Karena itu lakukan segala sesuatu yang memungkinkan untuk mencegah
penyebaran dari penghujatan yang begitu menakutkan’. Zwingli tidak
pernah melihat buku cetakan yang menjengkelkan itu.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 715 (Libronix).
David
Schaff: “Servetus
sought to satisfy Oecolampadius by a misleading confession of faith,
but the latter was not deceived by the explanations and exhorted him to
‘confess the Son of God to be coequal and coeternal with the Father;’
otherwise he could not acknowledge him as a Christian.”
[= Servetus berusaha untuk memuaskan Oecolampadius
oleh suatu pengakuan iman yang bersifat menipu, tetapi yang
belakangan ini tidak tertipu oleh penjelasan-penjelasan itu dan
menasehati / mendesaknya untuk ‘mengakui Anak Allah sebagai setara dan sama
kekalnya dengan Bapa’; kalau tidak ia
tidak bisa mengakui dia sebagai seorang Kristen.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal
(Libronix).
Catatan:
Bagaimana kalau ini diterapkan kepada Erastus??? Salahkan saya kalau saya
mengatakan ia bukan saudara seiman saya?
David
Schaff: Ҥ 141. The Book against the Holy
Trinity. Servetus was too vain and
obstinate to take advice. In the beginning of 1531, he secured a publisher for
his book on the ‘Errors of the Trinity,’ Conrad Koenig, who had shops at
Basel and Strassburg, and who sent the manuscript to Secerius, a printer at
Hagenau in Alsace. Servetus went to that place to read the proof. He also
visited Bucer and Capito at Strassburg, who received him with
courtesy and kindness and tried to convert him, but in vain.
In July, 1531, the book appeared under the name of the author, and was furnished
to the trade at Strassburg, Frankfort, and Basel, but nobody knew where and by
whom it was published. Suspicion fell upon Basel.”
[= §
141.
Buku terhadap / menentang Tritunggal
yang Kudus. Servetus terlalu sombong dan keras
kepala untuk menerima nasehat. Pada awal tahun 1531, ia mendapatkan seorang
penerbit untuk bukunya tentang ‘Kesalahan-kesalahan
dari Tritunggal’, Conrad Koenig, yang mempunyai toko-toko di Basel
dan Strassburg, dan yang mengirimkan naskah itu kepada Secerius, seorang
pencetak di Hagenau di Alsace. Servetus pergi ke tempat itu untuk membaca
cetakan itu. Ia juga mengunjungi Bucer dan Capito di Strassburg, yang
menerimanya dengan kesopanan dan kebaikan dan berusaha untuk mempertobatkan dia,
tetapi dengan sia-sia. Pada bulan Juli,
1531, buku itu muncul di bawah nama dari sang pengarang, dan disediakan /
disuplai bagi penjualan di Strassburg, Frankfort, dan Basel, tetapi
tak seorangpun tahu dimana dan oleh siapa itu diterbitkan. Kecurigaan jatuh pada
Basel.] -
‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 715 (Libronix).
David
Schaff: “The
fifth book is a worthless speculative exposition
of the Hebrew names of God. The Lutheran doctrine of
justification is incidentally attacked as calculated to make man lazy and
indifferent to good works.”
[= Buku kelima adalah suatu exposisi yang
bersifat spekulatif dan tak berharga tentang nama-nama bahasa Ibrani dari Allah.
Doktrin tentang pembenaran dari Lutheran diserang
terpisah dari pokok utama karena diperhitungkan / dipastikan membuat manusia
malas dan bersikap acuh tak acuh terhadap perbuatan baik.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 718 (Libronix).
David
Schaff: “The
seventh and last book is an answer to
objections, and contains a new attack on the doctrine of the Trinity,
which was introduced at the same time with the secular power of the pope.
Servetus probably believed in the fable of the donation of Constantine.”
[= Buku yang ketujuh dan terakhir adalah
suatu jawaban terhadap keberatan-keberatan, dan mengandung suatu serangan baru
tentang doktrin dari Tritunggal, yang diperkenalkan pada saat yang
sama dengan kuasa sekuler dari Paus. Servetus mungkin percaya pada dongeng /
dusta tentang kontribusi dari Konstantin.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 718 (Libronix).
David
Schaff:
“It is not surprising that
this book gave great offence to Catholics and Protestants alike, and appeared
to them blasphemous. Servetus calls the Trinitarians tritheists and atheists.
He frivolously asked such questions as whether God had a spiritual wife or was
without sex. He calls the three gods of the Trinitarians a deception of the
devil, yea (in his later writings), a three-headed monster.” [= Tidak mengherankan bahwa buku ini menghasilkan kemarahan /
kebencian yang besar secara sama kepada
orang-orang Katolik dan Protestan, dan terlihat kepada mereka sebagai
bersifat menghujat. Servetus menyebut
orang-orang yang percaya Tritunggal sebagai Tritheist (orang yang mempercayai
tiga Allah / dewa) dan Atheist.
Ia menanyakan secara konyol pertanyaan-pertanyaan seperti apakah
Allah mempunyai seorang istri rohani atau tanpa sex. Ia menyebut tiga allah
dari orang-orang yang percaya Tritunggal suatu penipuan dari setan, ya (dalam
tulisan-tulisannya belakangan), seorang monster berkepala tiga.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 718-719
(Libronix).
Catatan:
kata ‘sex’
bisa berarti aktivitas sexual (hubungan sex) atau jenis kelamin.
David
Schaff: “Cochlaeus
directed the attention of Quintana, at the Diet of Regensburg, in 1532, to the
book of Servetus which was sold there, and Quintana at once took measures to
suppress it. The Emperor prohibited it, and the book soon disappeared.
Servetus published in 1532 two dialogues on the Trinity, and a treatise on
Justification. He retracted, in the preface, all he had said in his former work,
not, however, as false, but as childish. He rejected the Lutheran doctrine of
justification, and also both the Lutheran and Zwinglian views of the sacrament.
He concluded the book by invoking a malediction on ‘all tyrants of the
Church.’”
[= Cochlaeus mengarahkan perhatian dari Quintana,
pada Diet dari Regenburg, pada tahun 1532, pada buku dari Servetus yang dijual
di sana, dan Quintana segera bertindak untuk menekan / menghentikan
peredarannya. Sang Kaisar melarangnya, dan buku itu segera hilang. Servetus
menerbitkan dalam tahun 1532 dua dialog tentang Tritunggal, dan sebuah tulisan
exposisi tentang Pembenaran. Ia menarik
kembali, dalam pendahuluannya, semua yang ia katakan dalam pekerjaan yang
terdahulu, tetapi bukan sebagai salah, tetapi sebagai kekanak-kanakan. Ia
menolak doktrin pembenaran Lutheran, dan juga kedua pandangan Lutheran dan
Zwingli tentang sakramen. Ia mengakhiri
buku itu dengan memohonkan suatu kutuk kepada ‘semua tiran-tiran dari
Gereja’.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 720 (Libronix).
David
Schaff: “At
his thirtieth year he thought that, after the example of Christ, he should be
rebaptized, since his former baptism was of no value. He denied the analogy of
circumcision. The Jews, he says, circumcised infants, but baptized only adults.
This was the practice of John the Baptist; and Christ, who had been circumcised
on the eighth day, was baptized when he entered the public ministry. The promise
is given to believers only, and infants have no faith. Baptism is the beginning
of regeneration, and the entrance into the kingdom of heaven. He
wrote two letters to Calvin on the subject, and exhorted him to follow his
example.
His
arrogance made him so unpopular that he had to leave Charlieu.”
[= Pada usianya yang ke 30 ia berpikir bahwa, menurut
teladan Kristus, ia harus dibaptis ulang, karena baptisan yang terdahulu tidak
bernilai. Ia menolak analogi dari sunat. Orang-orang Yahudi, katanya,
menyunat bayi-bayi, tetapi hanya membaptis orang-orang dewasa. Ini adalah
praktek dari Yohanes Pembaptis; dan Kristus, yang telah disunat pada usia 8
hari, dibaptis pada waktu Ia memasuki pelayanan umum. Janji itu diberikan hanya
kepada orang-orang percaya, dan bayi-bayi tidak mempunyai iman. Baptisan
adalah permulaan dari kelahiran baru, dan jalan masuk ke dalam kerajaan surga.
Ia menulis dua surat kepada Calvin tentang pokok
itu, dan mendesak dia untuk mengikuti teladannya. Kearoganannya
membuat dia begitu tidak populer sehingga ia harus meninggalkan Charlieu.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 725 (Libronix).
David
Schaff: Ҥ 145. Correspondence of Servetus with
Calvin and Poupin. While engaged in the preparation of his
last work at Vienne, Servetus opened a correspondence with Calvin through Jean
Frellon, a learned publisher at Lyons and a personal friend of both.
He
sent him a copy of his book as far as then finished, and told him that he would
find in it ‘stupendous things never heard of before.’ He also proposed to
him three questions: 1) Is the man Jesus Christ the Son of God, and how? 2) Is
the kingdom of God in man, when does man enter into it, and when is he born
again? 3) Must Christian baptism presuppose faith, like the Lord’s Supper, and
to what end are both sacraments instituted in the New Testament? Calvin seems to
have had no time to read the whole manuscript, but courteously answered the
questions to the effect, 1) that Christ is the Son of God both according to his
divine nature eternally begotten, and according to his human nature as the
Wisdom of God made flesh; 2) that the kingdom of God begins in man when he is
born again, but that the process of regeneration is not completed in a moment,
but goes on till death; 3) that faith is necessary for baptism, but not in the
same personal way as in the Lord’s Supper; for according to the type of
circumcision the promise was given also to the children of the faithful. Baptism
and the Lord’s Supper are related to each other as circumcision and the
passover. He referred to his books for details, but was ready to give further
explanation if desired. Servetus was by no means
satisfied with the answer, and wrote back that Calvin made two or three Sons of
God; that the Wisdom of God spoken of by Solomon was allegorical and impersonal;
that regeneration took place in the moment of baptism by water and the spirit,
but never in infant baptism. He denied that circumcision corresponded to
baptism. He put five new theological questions to Calvin, and asked him to read
the fourth chapter on baptism in the manuscript of the Restitutio which he had sent him. To these
objections Calvin sent another and more lengthy response.
He
again offered further explanation, though he had no time to write whole books
for him, and had discussed all these topics in his Institutes. So far there is
nothing to indicate any disposition in Calvin to injure Servetus. On the
contrary we must admire his patience and moderation in giving so much of his
precious time to the questions of a troublesome stranger and pronounced opponent.
Servetus
continued to press Calvin with letters, and returned the copy of the Institutes with
copious critical objections. ‘There is hardly a page,’ says Calvin, ‘that
is not defiled by his vomit.’ Calvin
sent a final answer to the questions of Servetus, which is lost, together with a
French letter to Frellon, which is preserved.
This
letter is dated Feb. 13, 1546, under his well-known pseudonym of Charles
Despeville, and is as follows: - ‘Seigneur Jehan, As your last letter was
brought to me on my departure, I had no leisure to reply to the enclosure it
contained. After my return I use the first moment of my leisure to comply with
your desire; not indeed that I have any great hope of proving serviceable to
such a man, seeing him disposed as I do. But I will try once more, if there be
any means left of bringing him to reason, and this will happen when God shall
have so wrought in him that he has become altogether another man. Since he has
written to me in so proud a spirit, I have been led to write to him more sharply
than is my wont, being minded to take him down a little in his presumption.
But
I could not do otherwise. For I assure you there is no lesson he needs so much
to learn as humility. This must come to him through the grace of God, not
otherwise. But we, too, ought to lend a helping hand. If God give such grace to
him and to us that the present answer will turn to his profit, I shall have
cause to rejoice. If he persists, however, in the style he has hitherto seen fit to
use, you will only lose your time in soliciting me further in his behalf; for I
have other affairs that concern me more nearly, and I shall make it a matter of
conscience not to busy myself further, not doubting that he is a Satan who would
divert me from more profitable studies.
Let me beg of you, therefore, to be content with what I have already done,
unless you see occasion for acting differently.’ Frellon sent this letter to
Villeneuve by a special messenger, together with a note in which be addresses
him as his ‘dear brother and friend.’ On the same day Calvin
wrote the famous letter to Farel already quoted. He had arrived at the settled
conviction that Servetus was an incorrigible and dangerous heretic, who deserved
to die. But he did nothing to
induce him to come to Geneva, as he wished, and left him severely alone.
In 1548 he wrote to Viret that he would have nothing more to do with this
desperately obstinate heretic, who shall force no more letters from him.
Servetus
continued to trouble Calvin, and published in his Restitutio no less than thirty letters to
him, but without dates and without replies from Calvin.
They
are conceived in a haughty and self-sufficient spirit. He writes to the greatest
divine of the age, not as a learner, or even an equal, but as a superior. In the
first of these printed letters he charges Calvin with holding absurd, confused,
and contradictory opinions on the sonship of Christ, on the Logos, and on the
Trinity. In the second letter he tells him: ‘You make three Sons of God: the
human nature is a son to you, the divine nature is a son, and the whole Christ
is a son … . All such tritheistic notions
are a three-headed illusion of the Dragon, which easily crept in among the
sophists in the present reign of Antichrist. Or have you not read of the spirit
of the dragon, the spirit of the beast, the spirit of the false prophets, three
spirits? Those who acknowledge the trinity of the beast are possessed by three
spirits of demons. These three spirits incite war against the immaculate Lamb,
Jesus Christ (Apoc. 16). False are all the invisible gods of the Trinitarians,
as false as the gods of the Babylonians. Farewell.’
He
begins the third letter with the oft-repeated warning (saepius te monui)
not to admit that impossible - monster of three things in God.
In another letter he calls him a reprobate and blasphemer (improbus et blasphemus)
for calumniating good works. He charges him with ignorance of the true nature of
faith, justification, regeneration, baptism, and the kingdom of heaven. These
are fair specimens of the arrogant, irritating, and even insulting tone of his
letters. At last Servetus himself broke off his correspondence with Calvin, who,
it seems, had long ceased to answer them, but he now addressed his colleagues.
He wrote three letters to Abel Poupin, who was minister at Geneva from 1543 to
1556, when he died. The last is preserved, and was used in evidence at the
trial. It is not dated, but must have
been written in 1548 or later. Servetus charges the Reformed
Christians of Geneva that they had a gospel without a God, without true faith,
without good works; and that instead of the true God they worshipped a
three-headed Cerberus. ‘Your faith in Christ,’ he
continues, ‘is a mere pretence and without effect; your man
is an inert trunk, and your God a fabulous monster of the enslaved will. You
reject baptismal regeneration and shut the kingdom of heaven against men. Woe
unto you, woe, woe!’ He concludes this remarkable
letter with the prediction that he would die for this cause and become like unto
his Master.”
[= § 145. Surat-menyurat
dari Servetus dengan Calvin dan Poupin.
Sementara sibuk dalam persiapan tentang
pekerjaannya yang terakhir di Wina, Servetus membuka suatu komunikasi melalui
surat menyurat dengan Calvin melalui Jean Frellon, seorang penerbit yang
terpelajar di Lyons dan seorang sahabat pribadi dari keduanya. Ia
mengirim kepadanya sebuah salinan dari bukunya sejauh yang diselesaikan pada
saat itu, dan memberitahunya bahwa ia akan menemukan di dalamnya ‘hal-hal yang
sangat penting / bagus yang belum pernah didengar sebelumnya’. Ia juga
mengajukan kepadanya tiga pertanyaan: 1) Apakah manusia Yesus Kristus adalah
Anak Allah, dan bagaimana? 2) Apakah kerajaan Allah ada di dalam manusia, kapan
manusia masuk ke dalamnya, dan kapan ia dilahir-barukan? 3) Haruskah baptisan
Kristen diberi syarat iman, seperti Perjamuan Kudus, dan untuk tujuan apa kedua
sakramen dimulai / ditegakkan dalam Perjanjian Baru? Calvin
kelihatannya tidak mempunyai waktu untuk membaca seluruh naskah, tetapi dengan
sopan menjawab pertanyaan-pertanyaan kira-kira seperti ini, 1) bahwa
Kristus adalah Anak Allah baik menurut hakekat ilahiNya yang diperanakkan secara
kekal, dan menurut hakekat manusiaNya sebagai Hikmat Allah yang dibuat menjadi
daging; 2) bahwa kerajaan Allah mulai dalam diri manusia pada waktu ia
dilahir-barukan, tetapi bahwa proses kelahiran baru tidak diselesaikan dalam
satu saat, tetapi berlanjut sampai mati; 3) bahwa iman adalah perlu untuk
baptisan, tetapi tidak dengan cara pribadi yang sama seperti dalam Perjamuan
Kudus; karena sesuai dengan type dari sunat janji itu juga diberikan kepada
anak-anak dari orang percaya. Baptisan dan Perjamuan Kudus berhubungan satu
dengan yang lain seperti sunat dan Perjamuan Paskah. Ia menunjuk pada
buku-bukunya untuk detail-detail, tetapi siap untuk memberi penjelasan lebih
jauh jika diinginkan. Servetus sama sekali tidak puas dengan jawaban itu, dan
menulis kembali bahwa Calvin membuat dua atau tiga Anak Allah; bahwa Hikmat
Allah yang dibicarakan oleh Salomo bersifat alegory dan bukan pribadi; bahwa
kelahiran baru terjadi pada saat baptisan dengan air dan roh, tetapi tidak
pernah dalam baptisan bayi. Ia menyangkal bahwa sunat sesuai dengan baptisan. Ia
memberikan lima pertanyaan theologia yang baru kepada Calvin, dan memintanya
untuk membaca pasal keempat tentang baptisan dalam naskah dari Restitutio yang
telah ia kirimkan kepadanya. Terhadap
keberatan-keberatan ini Calvin mengirim tanggapan yang lain dan lebih panjang.
Ia memberikan / mengajukan lagi penjelasan lebih jauh, sekalipun ia tidak
mempunyai waktu untuk menulis seluruh buku-buku untuk dia, dan telah
mendiskusikan semua topik ini dalam Institutio-nya. Sejauh
ini tidak ada apapun yang menunjukkan kecenderungan apapun dalam diri Calvin
untuk melukai Servetus. Sebaliknya kita
harus mengagumi kesabaran dan sikap moderatnya dalam memberikan begitu banyak
dari waktunya yang berharga bagi pertanyaan-pertanyaan dari seorang asing dan
jelas-jelas lawan yang mengganggu. Servetus
melanjutkan untuk menekan Calvin dengan surat-surat, dan mengembalikan salinan
dari Institutio dengan sangat banyak keberatan-keberatan yang bersifat
mengkritik. ‘Hampir tidak ada
satu halamanpun,’ kata Calvin, ‘yang tidak ia kotori dengan muntahnya’. Calvin mengirimkan satu jawaban
terakhir pada pertanyaan-pertanyaan Servetus, yang terhilang, bersama-sama
dengan suatu surat dalam bahasa Perancis kepada Frellon, yang masih ada /
terpelihara utuh. Surat ini tertanggal 13 Feb 1546, di bawah nama samarannya
yang terkenal Charles Despeville, dan adalah sebagai berikut: - ‘Tuan Jehan,
Pada waktu suratmu dibawa kepadaku pada saat kepergianku, aku tak mempunyai
waktu luang untuk menjawab pada lampiran yang ada di dalamnya. Setelah aku
kembali aku menggunakan saat pertama dari waktu luangku untuk melakukan
keinginanmu; bukan karena aku mempunyai pengharapan yang besar apapun untuk
membuktikan berguna untuk orang seperti itu, karena melihat ia berketetapan sama
seperti aku. Tetapi aku akan mencoba sekali lagi,
jika di sana ada cara apapun yang tersisa untuk meyakinkan ia, dan ini akan
terjadi pada waktu Allah telah bekerja sedemikian rupa di dalam dia sehingga ia
menjadi seorang lain sama sekali. Karena ia telah menulis kepadaku
dengan suatu roh / kecondongan yang begitu sombong, aku telah dibimbing untuk
menulis kepadanya dengan lebih tajam dari yang biasa aku lakukan, dengan
memikirkan untuk merendahkan dia sedikit dalam kesombongannya. Tetapi aku tidak
bisa bertindak lain. Karena aku memastikan kepadamu bahwa di sana tidak ada
pelajaran yang ia butuhkan begitu banyak untuk pelajari seperti kerendahan hati.
Ini harus datang kepada dia melalui kasih karunia
Allah, tidak dengan cara lain. Tetapi
kita juga harus menyediakan suatu tangan yang menolong. Jika
Allah memberinya kasih karunia seperti itu kepadanya dan kepada kita sehingga
jawaban sekarang ini akan menjadi keuntungannya, aku akan mempunyai alasan untuk
bersukacita. Tetapi kalau ia berkeras
dalam gaya yang sampai sekarang ia anggap cocok untuk digunakan, kamu hanya akan
kehilangan waktumu dalam memohon aku lebih jauh demi kepentingannya; karena aku
mempunyai urusan-urusan lain yang berhubungan dengan lebih dekat dengan aku, dan
aku membuat itu sebagai suatu persoalan hati nurani untuk tidak menyibukkan
diriku sendiri lebih jauh, tidak meragukan bahwa ia adalah Iblis yang mau
menyimpangkan aku dari pembelajaran-pembelajaran yang lebih menguntungkan.
Karena itu aku mohon kepadamu untuk puas dengan apa yang telah aku lakukan,
kecuali kamu melihat suatu peristiwa untuk bertindak secara berbeda’. Frellon
mengirim surat ini kepada Villeneuve oleh seorang utusan khusus, bersama-sama
dengan suatu catatan dalam mana ia menyebutnya sebagai ‘saudara
dan sahabat yang kekasih’nya. Pada hari
yang sama Calvin menulis surat yang terkenal kepada Farel yang telah dikutip. Ia
telah sampai pada suatu keyakinan yang tetap bahwa Servetus adalah seorang sesat
yang tidak bisa diperbaiki dan berbahaya, yang layak untuk mati. Tetapi ia tidak
melakukan apapun untuk membujuknya untuk datang ke Jenewa, seperti yang ia
inginkan, dan secara ketat membiarkannya
sendirian. Pada tahun 1548 ia menulis kepada Viret bahwa ia tidak mau
berurusan lagi dengan orang sesat yang sangat keras kepala, yang tidak akan
mendapatkan lebih banyak surat-surat dari dia. Servetus terus mengganggu Calvin,
dan menerbitkan dalam Restitutio-nya tidak kurang dari tiga puluh surat-surat
kepadanya, tetapi tanpa tanggal dan tanpa jawaban dari Calvin. Mereka dibentuk
dalam suatu roh / kecondongan yang sombong dan rasa cukup untuk diri sendiri. Ia
menulis kepada ahli theologia terbesar dari jaman itu, bukan sebagai seorang
yang mau belajar, atau bahkan sebagai seorang yang setara, tetapi sebagai
seorang yang lebih tinggi. Dalam yang pertama dari surat-surat cetakan ini ia
menuduh Calvin memegang pandangan-pandangan yang menggelikan / konyol,
membingungkan, dan kontradiksi tentang ke-Anak-an Kristus, tentang Logos, dan
tentang Tritunggal. Dalam suratnya yang kedua ia memberitahunya: ‘Kamu membuat
tiga Anak Allah: hakekat manusia adalah seorang Anak bagimu, hakekat ilahi
adalah seorang Anak, dan seluruh Kristus adalah seorang Anak ... . Semua
pandangan / kepercayaan seperti itu tentang Tritunggal adalah suatu ilusi
(pengertian yang salah) berkepala tiga tentang sang Naga, yang dengan mudah
merangkak masuk di antara para sarjana dalam pemerintahan dari Anti Kristus
sekarang ini. Atau belum pernahkah kamu baca tentang roh dari sang naga, roh
dari sang binatang, roh dari nabi-nabi palsu, tiga roh? Mereka yang mengakui
Tritunggal dari binatang itu dirasuk oleh tiga roh dari setan-setan. Tiga
roh-roh ini memprovokasi / memulai perang terhadap Anak Domba yang tidak
bersalah, Yesus Kristus (Wah 16). Salahlah semua allah-allah yang tidak terlihat
dari orang-orang yang percaya Tritunggal, sama salahnya seperti allah-allah /
dewa-dewa dari orang-orang Babilonia. Selamat tinggal’. Ia
memulai surat yang ketiga dengan peringatan yang sering diulangi (saepius te
monui) untuk tidak mengakui monster yang mustahil tentang tiga hal dalam Allah.
Dalam surat yang lain ia menyebutnya seorang jahat dan penghujat (improbus et
blasphemus) karena memfitnah perbuatan-perbuatan baik. Ia menuduh dia dengan
ketidak-tahuan tentang nature / sifat dasar dari iman, pembenaran, kelahiran
baru, baptisan, dan kerajaan surga. Ini adalah contoh-contoh yang benar dari
nada yang arogan / sombong, menjengkelkan, dan bahkan menghina dari
surat-suratnya. Akhirnya Servetus sendiri memutuskan surat menyuratnya dengan
Calvin, yang kelihatannya sudah lama berhenti untuk menjawab surat-surat itu,
tetapi sekarang ia menujukan surat-suratnya kepada rekan-rekannya. Ia
menulis tiga surat kepada Abel Poupin, yang adalah pendeta di Jenewa dari tahun
1543 sampai 1556, pada waktu ia mati. Yang terakhir masih ada, dan
digunakan sebagai bukti dalam pengadilan. Itu tidak bertanggal, tetapi pasti
telah ditulis pada tahun 1548 atau lebih belakangan lagi. Servetus
menuduh orang-orang Kristen Reformed di Jenewa bahwa mereka mempunyai suatu
injil tanpa seorang Allah, tanpa iman yang benar, tanpa perbuatan-perbuatan
baik; dan bahwa alih-alih dari Allah yang benar mereka menyembah Cerberus
yang berkepala tiga. ‘Imanmu
kepada Kristus’, ia melanjutkan, ‘adalah suatu kepura-puraan semata-mata dan
tanpa pengaruh / hasil; orangmu adalah
batang pohon yang tidak bisa bergerak, dan Allahmu adalah suatu monster yang
bersifat dongeng dari kehendak yang diperbudak. Kamu menolak baptisan yang
melahir-barukan dan menutup kerajaan surga terhadap orang-orang. Celakalah kamu,
celakalah, celakalah!’ Ia mengakhiri surat yang penting ini dengan ramalan
bahwa ia akan mati untuk perkara ini dan menjadi seperti Tuannya.]
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 729-732
(Libronix).
Catatan:
saya tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh Servetus dengan kata ‘orangmu’
yang saya beri warna hijau itu. Apakah ia memaksudkan Yesus?
Dari
kutipan di atas ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a)
Calvin mau memberi pertanggung-jawaban yang diminta oleh Servetus ketika
Servetus menyerang dia. Calvin meladeni perdebatan yang diinginkan oleh
Servetus. Ini sesuai dengan kata-kata dari ayat ini:
1Pet
3:15 - “Tetapi
kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan
siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada
tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan
yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,”.
Alangkah
berbedanya sikap dari Calvin ini dengan sikap dari banyak pendeta jaman sekarang
yang pada waktu ajarannya diserang secara serius tetap berdiam diri, dengan
alasan ‘damai’! Bahkan tokoh-tokoh Reformed di Indonesia banyak yang
bersikap seperti itu. Dimanakah roh / jiwa Calvin dalam diri mereka??
b)
Calvin sangat menyadari bahwa Servetus bertobat atau tidak, itu
tergantung dari kasih karunia Allah! Tetapi ia tetap melakukan tugasnya untuk
menjawab Servetus dengan sebaik-baiknya!
c)
Pada waktu Calvin berhenti melayani perdebatan itu, itu sama sekali bukan
karena ia kalah atau tidak bisa menjawab. Tetapi ia mentaati lagi sebuah ayat
Alkitab di bawah ini:
Tit
3:10-11 - “(10)
Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati,
hendaklah engkau jauhi. (11) Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu
benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.”.
d)
Melayani terus menerus orang sesat, sombong, kurang ajar dan tegar
tengkuk seperti itu oleh Calvin dianggap sama dengan membuang waktu, dan bahkan
sebagai godaan setan untuk menyimpangkan dia dari pelayanannya / study-nya.
Ini
perlu diperhatikan dan diteladani oleh pendeta-pendeta yang benar dalam
menangani orang-orang sesat yang memang tegar tengkuk dan kurang ajar, apakah
mereka itu dari kalangan Kristen atau dari kalangan non Kristen.
e)
Servetus bukan hanya sesat, tetapi juga adalah seorang nabi palsu dan
penghujat yang kurang ajar.
f)
Servetus sudah menulis surat untuk menyesatkan baik Calvin maupun Poupin di
Jenewa!
-bersambung-
(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16)
Rabu,
tgl 30 Oktober 2019, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Pendahuluan.
Saya menulis dan mengkhotbahkan pelajaran ini karena adanya fitnahan-fitnahan terhadap Calvin berkenaan dengan penghukuman mati terhadap Servetus. Saya tahu sedikitnya dua orang, yaitu Guy Duty dan Suhento Liauw, yang menulis fitnahan-fitnahan mereka berkenaan dengan Calvin dan penghukuman mati Servetus.
Bukan fanatisme terhadap Calvin yang membuat saya menulis dan mengkhotbahkan pelajaran ini. Alasan saya untuk menuliskan dan mengkhotbahkan pelajaran ini adalah:
1. Menyatakan kebenaran.
Fitnah bukan kebenaran, tetapi suatu bentuk ketidak-benaran yang paling buruk dan kurang ajar, dan tidak bisa dibiarkan.
2. Bagi saya, oleh kasih karunia Allah, Calvin adalah / menjadi seorang hamba Tuhan yang luar biasa hebatnya. Karyanya menjadi berkat yang luar biasa bagi saya sendiri, dan bagi banyak hamba-hamba Tuhan / orang-orang kristen, yang tidak membutakan mata mereka terhadap kebenaran. Kalau saya membiarkan fitnahan-fitnahan ini, dan orang-orang lalu percaya pada fitnahan-fitnahan ini, maka saya menganggap itu sebagai suatu kerugian yang luar biasa bagi gereja Tuhan!
Di bawah ini ada dua fitnahan yang saya berikan sebagai contoh saja, karena saya tahu bahwa pemfitnah-pemfitnah Calvin sebetulnya banyak sekali.
1) Guy Duty.
Guy
Duty, dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul
‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 24, berkata:
“Berbahaya sekali menentang Calvinisme pada waktu itu, seperti dialami oleh Servetus, seorang ahli
theologia lain. Calvin dan rekan-rekannya di Jenewa membakarnya dengan terikat
di tiang, sebagai seorang bidat.”.
Catatan: Buku aslinya berjudul “If Ye
Continue” dan diterbitkan terjemahannya dengan izin resmi Penerbit Bukit
Zaitun Surabaya. Pendeta / Gembala Sidang dari Gereja Bukit Zaitun adalah Pdt.
Jusuf B. S. yang juga adalah seorang Arminian anti Calvin, yang boleh dikatakan
tidak dia kenal apa-apa, baik orangnya maupun ajarannya. Saya menganggap Pdt.
Jusuf B. S. bertanggung jawab terhadap penyebaran fitnah melalui buku ini!
2) Suhento Liauw.
Di link di atas ini ada tulisan berjudul “Kehidupan dan Tindakan John Calvin & Para Pengikutnya”. Dan dari tulisan ini saya mencuplik bagian di bawah ini (dari hal 10-11):
“PENGUASA KOTA GENEVA. Dua orang temannya, Guillaume Farel
dan Peter Viret, adalah orang yang berperan menempatkan Calvin hingga menjadi
penguasa kota Geneva. Ketika Calvin tiba di Geneva, kota itu baru melepaskan
dirinya dari kuk kekuasaan Roma pada Juli 1636.
Dan kota Geneva menempati posisi yang sangat strategis karena sebagai
perlintasan perdagangan. Penolakan penduduk kota Geneva terhadap Roma tidak
berarti seluruh penduduknya adalah orang Kristen sejati, karena banyak
diantaranya, bahkan mayoritasnya melakukan itu atas alasan politik belaka. Kota
Geneva akhirnya menjadi kacau karena tidak lagi berada dibawah kontrol Roma,
namun juga belum menemukan bentuknya yang mantap. Disaat seperti inilah teman
Calvin memintanya datang untuk memimpin gereja di Geneva. Karena tadinya
masyarakat sudah terbiasa dengan gereja-negara, maka sekalipun tidak dibawah
Roma Katolik, mereka tetap menginginkan kondisi seperti semula. John Calvin
masuk pada saat yang tepat untuk menggantikan kekosongan hati dan kondisi
masyarakat.
Akhirnya
Calvin menerapkan aturan yang sangat keras terhadap penduduk kota Geneva.
Masyarakat dipaksa untuk mengikuti kebaktian minggu, yang tidak kebaktian akan
dipenjarakan atau diusir dari kota Geneva. Seorang penata rambut dipenjarakan
hanya karena telah menata rambut seorang pengantin yang dinilai oleh gereja agak
spektakuler. Dua Ana-Baptis segera diusir dari kota Geneva tidak lama setelah
Calvin mengambil alih kekuasaan kota Geneva hanya karena pandangan theologi
mereka berbeda dari pandangan Calvin. Bahkan seseorang akan masuk penjara jika
mengeluarkan bunyi pada saat sedang mengikuti kebaktian. Akhirnya banyak
pemimpin kota yang tadinya mendukung usaha reform (pembaruan) Calvin menjadi
kecewa. Namun mereka tidak bisa menyetop John Calvin lagi. Bahkan beberapa kali
terjadi usaha pembunuhan terhadap Calvin.
Akhirnya
John Calvin menjadi diktator kota Geneva. Hampir tidak ada hal yang tidak diatur
oleh Calvin, bahkan berapa piring makanan seseorang boleh sekali makanpun
ditetapkan. Pada tahun 1545 dua puluh orang dibakar hidup-hidup atas tuduhan
melakukan sihir atau bertenung. Dari tahun 1542 hingga 1546 lima puluh delapan
dieksekusi dan tujuh puluh enam orang diusir dari kota Geneva.
Seorang
yang bernama Jacques
Gruet,
penentang ajaran Calvin ditangkap. Seluruh rumahnya digeledah dan hanya
menemukan secarik kertas yang berisi tulisan yang mempertanyakan kemalangan
nasib penduduk kota Geneva yang mau makan dan mau menaripun perlu diatur oleh
Calvin. Sebulan penuh Gruet disiksa hingga akhirnya ia mengaku salah, dan
kemudian ia dihukum mati dengan tuduhan menghujat firman Allah.
Michael
Servetus adalah kasus yang sangat besar karena jelas ia adalah orang baik. Ia
seorang yang belajar hukum dan pengobatan bahkan mengajar astrologi. Ia seorang
yang sangat terpelajar dan berpikir dengan cerdas. Setelah mengkritik pengajaran
Calvin melalui surat, dan suatu hari ia melewati kota Geneva. Ia berani mampir
ke kota Geneva pasti karena ia tidak menyangka Calvin sekejam itu dan tega
membunuh orang hanya karena mengkritiknya. Tetapi akhirnya Servetus ditangkap
dan disidang. Tentu semuanya diatur oleh John Calvin karena Servetus tidak
bersalah kepada siapapun selain mengirim surat yang berisi kritikan terhadap
doktrin Calvin. Sangat tragis, Servetus diputuskan dibakar hidup-hidup, di
Champel. Kata terakhir yang diserukan oleh Servetus ialah, ‘Oh Jesus, Son of
the Eternal God, have pity on me.’”.
Catatan:
a) Tahun 1636 itu pasti salah cetak.
b) Satu hal yang harus sangat diperhatikan kalau membaca tulisan ini adalah bahwa penulisnya hanya menulis, menuduh, tetapi tidak memberikan secuil referensipun dari buku sejarah, atau buku lain, atau sumber-sumber apapun. Memang dalam majalah / buletin ini tak diberitahukan siapa penulis tulisan ini, tetapi editor dari majalah ini adalah Suhento Liauw. Jadi, dalam tulisan-tulisan di bawah, kalau saya merujuk pada tulisan ini, saya akan sebut tulisan itu sumbernya adalah Suhento Liauw. Seorang doktor yang bisa menulis tuduhan seperti itu tanpa referensi apapun, saya anggap hanya sebagai doktor abal-abal, dan juga sebagai seorang pemfitnah / penyebar hoax! Dan para pembaca yang menerima dan percaya begitu saja tulisan semacam ini, saya juga anggap sebagai orang-orang idiot. Nanti saya akan membahas tuduhan-tuduhan, atau lebih tepat fitnahan-fitnahan, yang diberikan oleh Suhento Liauw kepada Calvin ini. Tetapi kalau saya membantah, saya akan menyertakan referensi-referensinya dari buku-buku sejarah dan buku-buku lain, sumber-sumber internet seperti Wikipedia dan sebagainya.
c) Tentang Jacques Gruet bisa kita baca dalam tulisan di Wikipedia dalam link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Jacques_Gruet
Saya tidak membahas ini secara detail, tetapi hanya memberikan tulisan singkat saja, untuk menunjukkan bahwa dalam detail kecil seperti ini saja Suhento Liauw sudah memfitnah Calvin. Kalau saudara membaca link Wikipedia yang saya berikan di atas, terlihat bahwa penangkapan dan penghukuman mati terhadap Jacques Gruet sama sekali tidak ada hubungannya dengan Calvin. Ia memang seorang penentang Calvin, tetapi Calvin tidak ada hubungannya dengan penangkapan dan penghukuman mati terhadap dia. Dia ditangkap dan dihukum mati karena ia melakukan pembunuhan dan rencana pembunuhan. Jadi, dengan memasukkan tulisan tentang orang ini, yang diputar-balikkan dan dimasukkan secara out of context, jelas sekali Suhento Liauw sudah menuliskan suatu fitnah / hoax.
d) Kalau dari cuplikan yang saya berikan di atas saudara membaca sedikit lebih jauh lagi dalam tulisan Suhento Liauw itu, maka terlihat bahwa setelah membahas ‘kejahatan Calvin’, ia melanjutkan dengan membahas ‘kejahatan’ dari para pengikut Calvin. Dan dalam hal 11 dari tulisan itu saudara bisa melihat bahwa ia membicarakan seseorang yang bernama John Bunyan. Ia berkata sebagai berikut:
“Di seluruh Eropa, sejauh Calvinisme merambatkan pengajarannya, sejauh itu pula penganiayaan terhadap iman yang berbeda dengan gereja-negara. John Bunyan, pengarang novel terkenal The Pilgrim’s Progress dipenjarakan oleh gereja Inggris selama 12 tahun. Dan ia meninggal di penjara beberapa bulan sebelum Inggris dinyatakan sebagai negara yang bebas beragama, atau berkeyakinan.”.
Dengan tulisan seperti ini kelihatannya Suhento Liauw mau menunjukkan bahwa John Bunyan bukanlah orang Calvinist dan ia dianiaya karena itu dan mati karena itu.
Bahwa ini lagi-lagi merupakan fitnah yang luar biasa busuknya bisa terlihat pada waktu saudara membandingkan tulisan Suhento Liauw dengan cerita aslinya, yang dengan mudah bisa saudara dapatkan dengan mengetik kata-kata ‘John Bunyan’ di Google. Saya mendapatkan tulisan dari Wikipedia dalam link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/John_Bunyan
Dari link di atas ini terlihat bahwa John Bunyan yang hidup lebih dari seabad setelah Calvin, adalah seorang Puritan, dan itu adalah Calvinist!! Ia memang dianiaya oleh Gereja Inggris, tetapi siapa Gereja Inggris itu? Itu adalah Gereja Anglikan. Ajarannya sama dengan Katolik, hanya mereka tidak mengakui Paus dari Katolik, tetapi mengakui raja / ratu Inggris sebagai Paus mereka. Mereka yang memenjarakan John Bunyan, karena ia adalah seorang Calvinist! Ia dipenjarakan selama 12 tahun mulai dari Januari 1661. Setelah keluar dari penjara pada tahun 1672, nanti ia dipenjarakan lagi selama sekitar 6 bulan, pada tahun 1676-1677. Lalu ia dibebaskan. Ia mati pada tanggal 31 Agustus 1688, bukan di dalam penjara, tetapi karena pada waktu ia mau mengunjungi temannya di London ia terkena badai yang menyebabkan ia jatuh sakit dan akhirnya mati.
Bagaimana cerita ini bisa diputar-balikkan oleh lidah seperti ular beludak dari Suhento Liauw, sehingga kelihatan bahwa John Bunyan mati karena penganiayaan para pengikut Calvin, betul-betul menunjukkan bahwa Suhento Liauw adalah pemfitnah yang luar biasa kurang ajarnya.
Satu dua detail merupakan fitnah, membuat saya percaya detail-detail yang lain, yang jauh lebih tidak masuk akal, juga merupakan fitnah-fitnah dari Suhento Liauw, yang menurut saya sebaiknya diberi gelar Doktor Pemfitnah, atau Doktor Penyebar Hoax.
Jadi saya abaikan detail-detail lain yang ia berikan dalam tulisannya, dan saya berkonsentrasi hanya dalam persoalan Servetus.
I)
Servetus dan kesesatannya.
Kalau Guy Duty mengatakan bahwa kesalahan Servetus hanya ‘menentang Calvinisme’, dan Suhento Liauw mengatakan kesalahan Servetus hanya ‘mengkritik pengajaran Calvin’, ini saja sebetulnya sudah merupakan suatu fitnah, karena mereka mengecilkan kesalahan Servetus yang sebetulnya sangat besar, sehingga Calvin terlihat sangat jahat.
Servetus sebetulnya bukan hanya menentang atau mengkritik ajaran Calvin, apalagi ajaran khas dari Calvin seperti Predestinasi dsb, tetapi ia betul-betul adalah seorang yang sangat sesat / seorang bidat / seorang nabi palsu, dan di atas segala-galanya, ia adalah seorang penghujat yang luar biasa kurang ajarnya. Ia menentang doktrin-doktrin dasar baik dari Kristen Protestan maupun Katolik, karena ia sesat berkenaan dengan doktrin Allah Tritunggal dan juga keilahian Kristus, dan doktrin-doktrin lain. Itu akan saya buktikan dengan referensi dari banyak buku / sumber internet di bawah ini.
1) Dari sumber Rev. Thomas Smyth D. D. dalam bukunya yang berjudul ‘Calvin and His Enemies’, Apendix 1 (AGES).
Rev. Thomas Smyth D. D.: “Servetus, although opposed to the Trinity, was anything but a modern Unitarian. While the latter denies the divinity of Christ, he denied his humanity, and considered him the absolute God; thus he was one degree further removed from Unitarianism than the orthodox; otherwise, a thorough Pantheist, who asserted, even before his judges, that the bench on which he sat was God.” [= Servetus, sekalipun menentang Tritunggal, adalah apapun kecuali seorang Unitarian modern. Sementara yang belakangan menyangkal keilahian Kristus, ia menyangkal kemanusiaanNya, dan menganggapNya Allah yang mutlak; jadi ia satu tingkat lebih jauh dari Unitarianisme dari pada ajaran Ortodox; dalam hal yang lain, seorang Pantheist sepenuhnya, yang menegaskan, bahkan di depan hakim-hakimnya, bahwa bangku pada mana ia duduk adalah Allah.] - ‘Calvin and His Enemies’, Apendix 1, hal 55-56 (AGES).
Catatan: Pantheisme adalah ajaran yang mengajarkan bahwa Allah adalah segala sesuatu, dan segala sesuatu adalah Allah.
2) Dari sumber William Wileman dalam bukunya yang berjudul ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’ (AGES).
William
Wileman: “In 1530 he published a book
‘On the Errors of the Trinity.’ His views need not be given here; one
specimen will suffice to give an idea of them. He said that the doctrine of the
Trinity was ‘a three-headed Cerberus, a dream of Augustine, and an invention
of the devil.’” [= Pada tahun 1530
ia menerbitkan buku ‘Tentang Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal’.
Pandangan-pandangannya tidak perlu diberikan di sini; satu contoh cukup untuk
memberikan suatu gagasan tentang mereka. Ia berkata bahwa doktrin dari Tritunggal adalah ‘seekor Cerberus berkepala tiga,
sebuah mimpi dari Agustinus, dan suatu penemuan dari setan / iblis’.] - ‘John Calvin. His Life, His
Teaching & His Influence’, hal 81 (AGES).
Catatan:
a) Dalam mitology Yunani Cerberus adalah seekor anjing berkepala tiga penjaga dari Hades supaya orang mati yang masuk ke sana tidak bisa lolos. Kalau saudara mau tahu dengan lebih mendetail tentang Cerberus ini baca di link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Cerberus#Descriptions
b) Dan dalam link ini saudara bisa melihat beberapa gambar dari Cerberus - https://www.google.com/search?sxsrf=ACYBGNQaCGR59hPcfkof63AHRHSrLshrPg:1572399700708&q=picture+of+Cerberus&tbm=isch&source=univ&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNQaCGR59hPcfkof63AHRHSrLshrPg:1572399700708&sa=X&ved=2ahUKEwi87Ous7cLlAhXGVisKHeveCAwQsAR6BAgGEAE&biw=811&bih=384
William
Wileman: “The book, however, on which his
trial was based was his ‘Restitutio
Christianismi.’ Only two copies of this are
known to exist; and both are out of England. I have seen a copy of the reprint
of 1790. Servetus sent the manuscript of this to Calvin for his perusal; and a
lengthy correspondence took place between them, extending from 1546 to 1548. Of
this Calvin says: ‘When he was at Lyons he sent me three questions to answer.
He thought to entrap me. That my answer did not satisfy him I am not
surprised.’ To Servetus himself he wrote: ‘I neither hate you nor despise
you; nor do I wish to persecute you; but I would be as hard as iron when I
behold you insulting sound doctrine with so great audacity.’” [= Tetapi
buku pada mana pengadilannya didasarkan adalah bukunya yang berjudul
‘Restitutio Christianismi’. Hanya dua salinan dari buku ini yang diketahui
ada; dan keduanya berada di luar Inggris. Saya pernah melihat sebuah salinan
dari terbitan ulang dari tahun 1790. Servetus
mengirim naskah dari buku ini kepada Calvin untuk pemeriksaan / pembelajarannya;
dan surat-menyurat yang panjang terjadi di antara mereka, mulai tahun 1546
sampai 1548. Tentang hal ini Calvin berkata: ‘Pada waktu ia berada di Lyons ia
mengirim aku tiga pertanyaan untuk dijawab. Ia berpikir untuk menjebak / memikat aku. Bahwa jawabanku
tidak memuaskan dia aku tidak terkejut’. Kepada Servetus sendiri ia menulis:
‘Aku tidak membenci kamu ataupun merendahkan / menghina kamu; juga aku tidak
ingin menganiaya kamu; tetapi aku akan menjadi sekeras besi pada waktu aku melihat
kamu menghina ajaran / doktrin yang sehat dengan keberanian / kekurang-ajaran
yang begitu besar’.] - ‘John
Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 81 (AGES).
William
Wileman: “The thirty-eight articles of
accusation were drawn up by Calvin. Two examinations took place. At the second
of these, Servetus persisted in one of his errors, namely, that all things,
‘even this footstool,’ are the substance of God.” [= Tiga puluh delapan artikel tuduhan ditarik / disiapkan oleh
Calvin. Dua pemeriksaan terjadi. Pada yang kedua dari pemeriksaan ini, Servetus berkeras
dalam salah satu dari kesalahan-kesalahannya, yaitu, bahwa segala sesuatu,
‘bahkan bangku kayu ini’, adalah substansi / bahan dari Allah.] - ‘John Calvin. His Life, His
Teaching & His Influence’, hal 82 (AGES).
Catatan: kata-katanya ini menunjukkan bahwa ia
mempercayai Pantheisme, yaitu ajaran yang mempercayai bahwa Allah adalah segala
sesuatu, dan segala sesuatu adalah Allah.
William
Wileman: “The main facts
therefore may now be summarized thus: 1. That Servetus was
guilty of blasphemy, of a kind and degree which is still punishable here in
England by imprisonment.” [= Karena itu fakta-fakta utama sekarang bisa diringkas seperti
ini: 1. Bahwa Servetus bersalah tentang penghujatan, tentang suatu
jenis dan tingkat yang sampai sekarang tetap bisa dihukum dengan pemenjaraan di
sini di Inggris.] - ‘John
Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 83-84 (AGES).
3)
Dari sumber Wikipedia - https://en.m.wikipedia.org/wiki/Michael_Servetus
Wikipedia: “Michael
Servetus
(/sərˈviːtəs/;
Spanish: Miguel Serveto
as real name, French:
Michel
Servet), also known as
Miguel
Servet,
Miguel
de Villanueva,
Michel
Servet,
Revés,
or Michel
de Villeneuve
(Villanueva de Sigena, Aragón, Spain, 29 September
1509 or 1511 – 27 October 1553), was a Spanish theologian,
physician,
cartographer,
and Renaissance humanist. He was the first European
to correctly describe the function of pulmonary circulation, as discussed in Christianismi Restitutio
(1553). He was a polymath
versed in many sciences: mathematics, astronomy
and meteorology,
geography,
human anatomy,
medicine
and pharmacology,
as well as jurisprudence, translation,
poetry
and the scholarly study of the Bible
in its original languages. He is renowned in the history of several of these
fields, particularly medicine.”.
Catatan: Bagian ini tidak saya terjemahkan, hanya saya
berikan ringkasannya saja. Bagian ini menunjukkan bahwa Servetus mempunyai
banyak nama. Perbedaan itu ada yang terjadi karena perbedaan bahasa, tetapi juga
ada yang memang betul-betul berbeda (nama samaran). Juga bahwa ia bukan hanya
mempelajari theologia dan bahasa-bahasa asli Alkitab, tetapi juga sangat banyak
ilmu lain, seperti kedokteran (ia adalah seorang dokter), matematik, astronomy /
ilmu perbintangan, ilmu tentang cuaca, ilmu bumi, ilmu tentang anatomi manusia,
ilmu pengobatan. Dan ia berprestasi sangat bagus dalam ilmu-ilmu sekuler itu.
Ini semua menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang luar biasa pandai.
Wikipedia: “He
participated in the Protestant Reformation, and later developed a
heterodox view of the Trinity and Christology.
After being condemned by Catholic authorities in France, he fled to Calvinist
Geneva where he was burnt at the stake for heresy
by order of the city’s governing council.” [= Ia
berpartisipasi dalam Reformasi Protestan, dan belakangan mengembangkan suatu pandangan yang
unortodox / berbeda dengan pandangan-pandangan umum tentang Tritunggal dan
Kristologi. Setelah dikecam / dijatuhi
hukuman oleh otoritas / penguasa / hakim Katolik di Perancis, ia lari pada
Jenewa yang Calvinist dimana ia dibakar pada tiang hukuman mati dengan
pembakaran untuk kesesatan oleh perintah dari
sidang pemerintah kota.].
Wikipedia: “Quintana became Charles V’s confessor in 1530, and
Servetus joined him in the imperial retinue as his page or secretary. Servetus
travelled through Italy
and Germany,
and attended Charles’ coronation as Holy Roman Emperor
in Bologna.
He was outraged by the pomp and luxury displayed by the Pope and his
retinue, and decided to follow the path of reformation.
It is not known when Servetus left the imperial entourage, but in October 1530
he visited Johannes Oecolampadius in Basel,
staying there for about ten months, and probably supporting himself as a
proofreader for a local printer. By
this time he was already spreading his theological beliefs.” [= Quintana menjadi pastor kepada siapa Charles V mengaku dosa pada
tahun 1530, dan Servetus bergabung dengan dia dalam kelompok pembantu kaisar
sebagai pembantu atau sekretarisnya. Servetus berkeliling melalui Italia dan
Jerman, dan menghadiri penobatan / pemakhkotaan Charles sebagai Kaisar Romawi
yang Kudus di Bologna. Ia dibuat menjadi marah oleh kemegahan /
pameran dan kemewahan yang ditunjukkan oleh Paus dan pembantu-pembantunya, dan
memutuskan untuk mengikuti jalan dari Reformasi.
Tidak diketahui
kapan Servetus meninggalkan kelompok pembantu kaisar itu, tetapi pada bulan
Oktober 1530 ia mengunjungi Johannes Oecolampadius di Basel,
tinggal di sana untuk sekitar sepuluh bulan, dan mungkin mencukupi kebutuhannya
sendiri sebagai seorang pembaca (untuk menemukan kesalahan) untuk suatu
percetakan lokal. Pada saat ini ia sudah menyebarkan kepercayaan theologianya.].
Wikipedia: “Two months later, in July 1531, Servetus published De Trinitatis Erroribus
(On the Errors of the Trinity).
The next year he published the work Dialogorum
de Trinitate (Dialogues
on the Trinity) and the supplementary work De Iustitia Regni Christi
(On the Justice of Christ’s
Reign) in the same volume. After the persecution of the Inquisition,
Servetus assumed the name ‘Michel de Villeneuve’ while he was staying in
France.” [= Dua bulan kemudian, dalam bulan Juli 1531, Servetus menerbitkan
De Trinitatis Erroribus (Tentang
Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal). Tahun berikutnya ia menerbitkan tulisan Dialogorum de Trinitate (Dialog tentang Tritunggal) dan tulisan tambahan (apendix) De
Iustitia Regni Christi (Tentang Keadilan
Pemerintahan Kristus)
dalam volume / buku yang sama. Setelah penganiayaan dari Inquisisi / Pengadilan
Katolik untuk menekan kesesatan, Servetus mengambil nama ‘Michel
de Villeneuve’
pada waktu ia tinggal di Perancis.].
Wikipedia: “In
1553 Michael Servetus published yet another religious
work with further anti-trinitarian views. It was entitled Christianismi Restitutio
(The Restoration of Christianity),
a work that sharply rejected the idea of predestination
as the idea that God condemned souls to Hell regardless of worth or merit. God,
insisted
Servetus, condemns no one who does not condemn himself through thought, word, or
deed.” [= Pada tahun 1553 Michael Servetus menerbitkan lagi sebuah tulisan agamawi
yang lain dengan pandangan-pandangan anti Trinitarian yang lebih jauh lagi. Itu diberi judul Christianismi Restitutio (Pemulihan dari
Kekristenan), suatu tulisan yang secara tajam menolak gagasan tentang predestinasi
sebagai suatu gagasan bahwa Allah menghukum / memasukkan jiwa-jiwa ke neraka
tanpa mempedulikan nilai / kwalitet atau jasa. Allah, Servetus
berkeras, tidak menghukum siapapun yang tidak menghukum dirinya sendiri melalui
pikiran, perkataan, atau perbuatan.].
Wikipedia: “At
his trial, Servetus was condemned on two counts, for
spreading and preaching Nontrinitarianism, specifically, Modalistic Monarchianism, or Sabellianism,
and anti-paedobaptism (anti-infant baptism). Of paedobaptism Servetus
had said, ‘It is an invention of the devil, an infernal falsity for the
destruction of all Christianity.’” [= Pada pengadilannya, Servetus dihukum atas dua tuduhan, untuk menyebarkan dan
mengkhotbahkan Ajaran Non Trinitarian, secara khusus Modalistic
Monarchianism, atau Sabellianisme,
dan anti-paedobaptism
(anti baptisan bayi). Tentang Baptisan Bayi
Servetus telah berkata, ‘Itu adalah suatu penemuan dari setan, suatu kepalsuan
/ dusta dari neraka untuk kehancuran dari seluruh kekristenan.].
Wikipedia: “Calvin
believed Servetus deserved death on account of what he termed as his
‘execrable blasphemies’. ... of the man’s effrontery I will say nothing;
but such was his madness that he did not hesitate to say that devils possessed
divinity; yea, that many gods were in individual devils, inasmuch as a deity had
been substantially communicated to those equally with wood and stone.” [= Calvin percaya
Servetus layak mati karena apa yang ia sebut ‘hujatan-hujatannya yang sangat
buruk / menjengkelkan’. ... tentang keberanian / kekurang-ajarannya aku tak akan berkata
apa-apa; tetapi demikianlah kegilaannya sehingga ia tidak ragu-ragu untuk mengatakan
bahwa setan-setan mempunyai keilahian; ya, bahwa banyak allah-allah berada di
dalam setan-setan secara individuil, sama seperti seorang allah telah secara
substansi diberikan kepada mereka yang sama dengan kayu dan batu.].
Wikipedia: “In his first two books (De
trinitatis erroribus, and Dialogues
on the Trinity plus the supplementary De
Iustitia Regni Christi) Servetus rejected the classical
conception of the Trinity,
stating that it was not based on the Bible.
... Servetus hoped that the dismissal of the trinitarian dogma would make
Christianity more appealing to believers in Judaism
and Islam,
which had preserved the unity of God in their teachings. According to Servetus,
trinitarians had turned Christianity into a form of ‘tritheism’, or belief
in three gods. Servetus affirmed that the divine Logos,
the manifestation of God and not a separate divine Person, was incarnated in a
human being, Jesus, when God’s spirit came into the womb of the Virgin Mary. Only from the moment of conception
was the Son actually generated. Therefore, although the Logos from which He was
formed was eternal, the Son was not Himself eternal. For this reason, Servetus
always rejected calling Christ the ‘eternal
Son
of God’ but rather called him ‘the Son of the eternal God.’” [= Dalam
kedua buku pertamanya (De trinitatis erroribus,
dan Dialogues on the Trinity
ditambah dengan tambahan / apendixnya De Iustitia Regni Christi)
Servetus menolak pengertian / kepercayaan klasik tentang Tritunggal, dengan
menyatakan bahwa itu tidak didasarkan pada Alkitab. ... Servetus
berharap bahwa pembuangan dogma Trinitarian ini akan membuat kekristenan lebih
menarik bagi orang-orang percaya dalam Yudaisme dan Islam, yang telah memelihara
kesatuan Allah dalam ajaran-ajaran mereka.
Menurut
Servetus, orang-orang yang mempercayai Tritunggal telah mengubah kekristenan
menjadi suatu bentuk ‘tritheisme’, atau kepercayaan kepada tiga allah.
Servetus
menegaskan bahwa Logos yang ilahi, manifestasi dari Allah dan bukan suatu
Pribadi yang terpisah, diinkranasikan dalam seorang manusia, Yesus, pada waktu
Roh Allah datang ke dalam kandungan Perawan Maria.
Hanya dari saat
pembuahanlah sang Anak betul-betul diperanakkan. Karena itu, sekalipun sang
Logos dari mana Ia dibentuk adalah kekal, Anak itu sendiri tidaklah kekal. Untuk alasan ini,
Servetus selalu menolak menyebut Kristus ‘Anak yang kekal dari Allah’ tetapi
menyebutNya ‘Anak dari Allah yang kekal’.].
Wikipedia: “Servetus
asserted that the Father, Son and Holy Spirit were dispositions
of God, and not separate and distinct beings.’ Wilbur promotes the idea that
Servetus was a modalist.” [= Servetus
menegaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah kecondongan-kecondongan / watak-watak (?) dari Allah, dan bukan
keberadaan-keberadaan yang terpisah dan berbeda’. Wilbur mengajukan / mengusulkan gagasan bahwa Servetus adalah
seorang Modalist.].
Catatan: Modalisme = Sabelianisme.
Wikipedia: “This
theology, though original in some respects, has often
been compared to Adoptionism, Arianism, and Sabellianism,
all of which Trinitarians rejected in favour of the belief that God exists
eternally in three distinct persons. Nevertheless, Servetus rejected these
theologies in his books: Adoptionism, because it denied Jesus’s divinity;
Arianism, because it multiplied the hypostases and established a rank; and
Sabellianism, because it seemingly confused the Father with the Son, though
Servetus himself does appear to have denied or diminished the distinctions
between the Persons of the Godhead, rejecting the Trinitarian understanding of
One God in Three Persons.” [= Theologia ini, sekalipun orisinil dalam beberapa aspek, telah
sering dibandingkan dengan Adoptionisme, Arianisme, dan Sabelianisme, semua yang
ditolak oleh orang-orang yang mempercayai Tritunggal yang mendukung kepercayaan
bahwa Allah berada secara kekal dalam tiga Pribadi yang berbeda (distinct).
Tetapi
Servetus menolak theologia-theologia ini dalam buku-bukunya: Adoptionisme,
karena ajaran itu menyangkal keilahian Yesus; Arianisme, karena ajaran itu
meningkatkan jumlah dari hypostases / hakekat dan meneguhkan suatu tingkatan;
dan Sabelianisme, karena ajaran itu kelihatannya gagal untuk membedakan Bapa
dengan Anak, sekalipun Servetus sendiri kelihatan telah menyangkal atau
mengurangi perbedaan-perbedaan antara Pribadi-pribadi dari Allah, menolak
pengertian Trinitarian tentang Satu Allah dalam Tiga Pribadi.].
Wikipedia: “Servetus
also had very unorthodox views on the end times. He believed that he was the
Michael referenced in both Daniel and Revelation who would fight the Antichrist.
Furthermore, he believed that all this would take place in his lifetime. This
possibly explains his decision to visit Calvin in Geneva. Servetus could have
thought that he was somehow bringing about the beginnings of the end times by
facing those who argued and fought against him.” [= Servetus juga
mempunyai pandangan-pandangan yang sangat tidak ortodox tentang akhir jaman. Ia percaya bahwa ia
adalah Mikhael yang direferensikan baik dalam kitab Daniel dan kitab Wahyu yang
akan memerangi Sang Anti Kristus. Lebih jauh lagi, ia percaya bahwa semua ini akan terjadi pada masa
hidupnya.
Ini mungkin menjelaskan keputusannya untuk mengunjungi Calvin di Jenewa.
Servetus bisa telah berpikir bahwa entah bagaimana ia sedang membawa permulaan
dari akhir jaman dengan menghadapi mereka yang berargumentasi dan bertengkar
dengannya.].
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali