(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16
Minggu,
tgl 17 Nopember 2019, pk 08.00 & 17.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
Bil 22:5-15
- “(5) Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi
sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan
pesan: ‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai
tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6)
Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat
dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri
ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang
kaukutuk, dia kena kutuk.’ (7) Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para
tua-tua Midian dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka
sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak. (8) Lalu
berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka
aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN
kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam. (9) Kemudian
datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang
bersama-sama dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah:
‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11)
Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup
olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan
sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu
berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama
dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah
diberkati.’ (13) Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada
pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan
aku pergi bersama-sama dengan kamu.’ (14) Lalu berangkatlah pemuka-pemuka
Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam
menolak datang bersama-sama dengan kami.’ (15) Tetapi Balak mengutus pula
pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama.”.
1)
Bileam meminta para utusan Balak untuk bermalam di tempatnya malam itu,
sementara ia akan meminta petunjuk dari Tuhan.
Ay 8: “Lalu
berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku
akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN
kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam.”.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘Lodge here this night ...’ God usually revealed
His will in visions and dreams;” [= ‘Bermalamlah di sini pada malam ini ...’. Allah
biasanya menyatakan kehendakNya dalam penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi;].
Keil
& Delitzsch:
“If
Balaam had been a true prophet and a faithful servant of Jehovah, he would at
once have sent the messengers away and refused their request, as he must then
have known that God would not curse His chosen people. But Balaam loved the
wages of unrighteousness. This corruptness of his heart obscured his mind, so
that he turned to God not as a mere form, but with the intention and in the hope
of obtaining the consent of God to his undertaking.”
[= Seandainya Bileam adalah seorang nabi yang benar dan seorang pelayan yang
setia dari Yehovah, ia akan segera menyuruh utusan-utusan itu pergi dan menolak
permintaan mereka, karena pada saat itu ia pasti telah mengetahui bahwa Allah
tidak akan mengutuk bangsa pilihanNya. Tetapi Bileam mencintai upah dari
ketidak-benaran. Kejahatan dari hatinya ini mengaburkan pikirannya, sehingga ia
berbalik kepada Allah bukan semata-mata sebagai suatu tindakan formalitas,
tetapi dengan maksud dan dalam pengharapan untuk mendapatkan persetujuan dari
Allah bagi usahanya.].
2Pet
2:15 - “Oleh
karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu
mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk
perbuatan-perbuatan yang jahat.”.
KJV:
‘the wages of unrighteousness’ [= upah dari ketidak-benaran /
kejahatan / dosa].
Calvin:
“At first sight he pretends a
holy anxiety to obey, when he dares to attempt nothing without God’s
permission, and refuses to stir a foot, until he shall have received His answer.
Yet secret covetousness influences him to obtain from God by bargaining as it
were, what he still feels not to be right. ... there was no reason why he should
detain them a moment, since their demand should have been peremptorily refused.
And, assuredly, if he had been free, he would have hastened at once to obey the
wishes of king Balak, even contrary to the will of God.”
[= Sekilas pandang ia berpura-pura mempunyai keinginan yang kudus untuk taat,
pada waktu ia tidak berani mengusahakan apapun tanpa ijin Allah, dan menolak
untuk menggerakkan kaki, sampai ia menerima jawabanNya. Tetapi ketamakan yang
rahasia / diam-diam mempengaruhi dia untuk mendapatkan dari Allah, seakan-akan
dengan menawar, apa yang ia rasakan sebagai sesuatu yang tidak benar. ... tidak
ada alasan mengapa ia harus menahan mereka untuk suatu waktu, karena tuntutan
mereka seharusnya ditolak dengan pasti. Dan pasti, seandainya ia bebas, ia akan
segera mentaati keinginan raja Balak, bahkan kalau hal itu bertentangan dengan
kehendak Allah.]
- hal 186.
2)
Pembicaraan Allah dengan Bileam.
Ay 9-12: “(9)
Kemudian datanglah Allah kepada
Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan engkau
itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab,
mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar
dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah,
serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan
menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah
engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu,
sebab mereka telah diberkati.’”.
a)
Allah berbicara dengan nabi palsu bukanlah sesuatu yang aneh.
Bible
Knowledge Commentary: “The
appearance of the God of Israel to unbelieving prophets and kings was not unique
to Balaam. God revealed himself to Abimelech king of Gerar in Abraham’s time
(Gen 20:6-7), to a Pharaoh in dreams (Gen 41:25), to Nebuchadnezzar in a dream
and visions (Dan 4:1-18), and to others. As the sovereign God He rules and
overrules in prophetic revelation as well as in all other areas of life.” [= Pemunculan Allah
Israel kepada nabi-nabi dan raja-raja yang tidak percaya bukan sesuatu yang unik
dalam diri Bileam. Allah menyatakan diriNya sendiri kepada Abimelekh raja Gerar
pada jaman Abraham (Kej 20:6-7), kepada Firaun dalam mimpi (Kej 41:25),
kepada Nebukadnezar dalam mimpi dan penglihatan (Dan 4:1-18), dan kepada
yang lain-lain. Sebagai Allah yang berdaulat Ia memerintah / mengarahkan dan
mengesampingkan dalam wahyu nubuatan maupun dalam semua daerah kehidupan yang
lain.].
b)
Allah bertanya kepada Bileam.
Matthew
Henry: “In
the night God comes to him, probably in a dream, and enquires what business
those strangers had with him. He knows it, but he will know it from him.”
[= Pada malam Allah datang kepadanya, mungkin dalam suatu mimpi, dan menanyakan
apa urusan orang-orang asing itu dengan dia. Ia mengetahui hal itu, tetapi Ia
mau mengetahuinya dari dia.].
Jadi,
ini sama seperti pertanyaan Allah kepada Adam dalam Kej 3:9. Ini tentu tidak
berarti bahwa Allah tidak tahu dimana Adam berada dan membutuhkan informasi
tentang hal itu dari Adam.
c)
Allah melarang Bileam untuk pergi bersama para utusan Balak.
Matthew
Henry: “Balaam
gives him an account of their errand (v. 9-11), and God thereupon charges him
not to go with them, or attempt to curse that blessed people, v. 12. Thus God
sometimes, for the preservation of his people, was pleased to speak to bad men,
as to Abimelech (Gen. 20:3), and to Laban, Gen. 31:24.”
[= Bileam memberiNya suatu laporan / cerita tentang keperluan mereka (ay 9-11),
dan lalu Allah memerintahkannya untuk tidak pergi bersama mereka, atau berusaha
mengutuk bangsa yang diberkati itu, ay 12. Demikianlah
Allah kadang-kadang,
untuk pemeliharaan terhadap umatNya, berkenan untuk berbicara kepada orang-orang
jahat, seperti kepada Abimelekh (Kej 20:3), dan kepada Laban, Kej 31:24.].
Kej
20:3 - “Tetapi
pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman
kepadanya: ‘Engkau harus mati oleh karena
perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami.’”.
Kej
31:24 - “Pada waktu malam datanglah
Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya:
‘Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai
Yakub dengan sepatah katapun.’”.
d)
Ay 12 juga menunjukkan bahwa kalau Allah memberkati tidak ada yang
bisa membalikkan hal itu, dan juga sebaliknya.
Bdk.
Kel 23:22 - “Tetapi
jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang
Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu.”.
Calvin:
“Of this blessing He willed
that the prophets should be His ministers in such a manner that the power should
still remain altogether in His own hands. If, therefore, they usurp to
themselves the prerogative of blessing without His commission, their act is not
merely frivolous and inefficacious, but even blasphemous.” [= Tentang berkat ini Ia
menghendaki bahwa nabi-nabi menjadi pelayan-pelayanNya dengan cara sedemikian
rupa sehingga kuasa itu seluruhnya tetap ada di tanganNya sendiri. Karena itu,
jika mereka merebut bagi diri mereka sendiri hak istimewa untuk memberi berkat
tanpa ijinNya, maka tindakan mereka itu bukanlah semata-mata sembrono dan tidak
efektif, tetapi bahkan bersifat menghujat.] - hal 187.
Calvin:
“Justly, then, does Ezekiel
convict of falsehood and deception those false prophets, who, by their
flatteries, encourage the souls which were doomed to die; whilst they slay by
their terrors and threats those to whom God had promised life.” [= Maka, secara benar Yehezkiel
meyakinkan kepalsuan dan penipuan nabi-nabi palsu itu, yang, oleh umpakan /
jilatan mereka, memberi semangat kepada jiwa-jiwa yang ditetapkan untuk mati;
sementara mereka ‘membunuh’, dengan teror dan ancaman, orang-orang bagi
siapa Allah telah menjanjikan hidup.] - hal 187.
Yeh 13:10a,16a,22
- “(10a) Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umatKu
dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai
sejahtera ... (16a) yaitu nabi-nabi Israel yang bernubuat tentang Yerusalem dan
melihat baginya suatu penglihatan mengenai damai sejahtera, padahal sama sekali
tidak ada damai sejahtera, ... (22) Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar
dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu
mengeraskan hati orang fasik, sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang
fasik itu, dan kamu membiarkan dia hidup.”.
3)
Jawaban Bileam kepada para utusan Balak.
Ay 13: “Bangunlah
Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke
negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.
a)
Penyampaian Firman Tuhan yang dikurangi.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘The Lord refuseth to give me leave.’ This answer
has an appearance of being good; but it studiously concealed the reason of the
divine prohibition, and it intimated his own willingness and desire to go - if
permitted. Balak despatched a second mission, which held out still more
flattering prospects both to his avarice and his ambition (Mic 3:11).” [= ‘Tuhan menolak untuk memberi aku
ijin’. Jawaban ini kelihatannya bagus; tetapi jawaban ini dengan sangat
berhati-hati menyembunyikan alasan dari larangan ilahi itu, dan jawaban itu
mengisyaratkan bahwa ia mau dan ingin pergi, seandainya diijinkan. Balak
mengutus missi yang kedua, yang menawarkan prospek yang lebih menyanjung /
merayu lagi, baik bagi ketamakannya maupun ambisinya (Mikha 3:11).].
Mikha
3:11 - “Para kepalanya memutuskan
hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para
nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan
berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang
malapetaka menimpa kita!’”.
Pulpit
Commentary: “BALAAM’S
ANSWER TO THE MESSENGERS. He does not repeat what the Lord said; thus advancing
further in the revelation of his corrupt heart. Why not have told them plainly
these words: ‘Thou shalt not curse the people, for they are blessed’? Simply
because it was not pleasant to say such words with the flattering message of
Balak still tickling his ears. It was not true then that whom he blessed was
blessed, and whom he cursed was cursed; but to have told Moab so would have been
to publish his humiliation far and wide, and hurt his repute as a great
soothsayer. Yet how much better it would have been for Balaam as a man, and a
man who had been brought in some respects so near to God, if he had told the
whole truth. It would perhaps have saved a second embassy to him.” [= Jawaban
Bileam terhadap para utusan. Ia tidak mengulang apa yang Tuhan katakan;
dan dengan demikian makin menyatakan kejahatan hatinya. Mengapa ia tidak
menceritakan kepada mereka dengan jelas kata-kata ini: ‘Janganlah engkau
mengutuk bangsa ini, karena mereka diberkati’? Hanya karena bukanlah sesuatu
yang menyenangkan untuk mengatakan kata-kata seperti itu dengan pesan yang
menyanjung / menjilat dari Balak tetap menggelitik telinganya (ay
6b). Maka menjadi sesuatu yang tidak
benar bahwa siapa yang ia berkati betul-betul diberkati, dan siapa yang ia kutuk
betul-betul dikutuk; tetapi mengatakan hal itu kepada orang Moab berarti
mempublikasikan perendahannya secara luas, dan melukai reputasinya sebagai
seorang tukang ramal / tenung yang besar. Tetapi alangkah lebih baiknya bagi
Bileam sebagai seorang manusia, dan seorang manusia yang telah dibawa dalam
beberapa hal begitu dekat dengan Allah, seandainya ia menceritakan seluruh
kebenaran. Itu mungkin akan meniadakan pengiriman utusan yang kedua kepadanya.]
- hal 304-305.
Matthew
Henry: “Balaam
is not faithful in returning God’s answer to the messengers, v. 13. He only
tells them, the Lord refuseth to give me leave to go with you. He did not tell
them, as he ought to have done, that Israel was a blessed people, and must by no
means be cursed; for then the design would have been crushed, and the temptation
would not have been renewed: but he, in effect, desired them to give his humble
service to Balak, and let him know that he applauded his project, and would have
been very glad to gratify him, but that truly he had the character of a prophet,
and must not go without leave from God, which he had not yet obtained, and
therefore for the present he must be excused. Note, Those are a fair mark for
Satan’s temptation that speak diminishingly of divine prohibitions, as if they
amounted to no more than the denial of a permission, and as if to go against
God’s law were only to go without his leave.”
[= Bileam tidak setia dalam memberikan jawaban Allah kepada para utusan, ay 13.
Ia hanya memberi tahu mereka, ‘Tuhan menolak untuk memberiku ijin untuk pergi
dengan kamu’. Ia tidak memberi tahu mereka, seperti yang seharusnya telah ia
lakukan, bahwa Israel adalah bangsa yang diberkati, dan sama sekali tidak boleh
dikutuk; karena kalau demikian maka rancangan ini akan dihancurkan, dan
pencobaan tidak akan diperbaharui: tetapi ia sebetulnya ingin memberikan
pelayanannya yang rendah kepada Balak, dan ingin Balak tahu bahwa ia menghargai
proyeknya, dan akan dengan sangat senang memenuhinya, tetapi ia sungguh-sungguh
mempunyai karakter dari seorang nabi, dan tidak boleh pergi tanpa ijin dari
Allah, yang tidak ia dapatkan, dan karena itu untuk saat ini ia harus dimaafkan.
Perhatikan, merupakan suatu tanda yang jelas dari pencobaan setan, jika
seseorang berbicara secara mengurangi terhadap larangan ilahi, seakan-akan
larangan itu artinya tidak lebih dari ‘suatu penolakan untuk mengijinkan’,
dan seakan-akan melanggar hukum Allah hanya berarti ‘pergi tanpa ijinNya’.].
Nabi
palsu ini (Bileam) sengaja mengurangi Firman Tuhan, dan jaman sekarang ada
banyak pendeta / pengkhotbah yang melakukan hal itu.
Sebagai
contoh: saya tidak percaya bahwa orang-orang yang mengajarkan Theologia
Kemakmuran itu tidak tahu tentang banyaknya ayat-ayat yang menentang ajaran
mereka. Tetapi mereka secara sengaja tidak mau membicarakan / mengkhotbahkan
ayat-ayat tersebut.
Saya
juga tahu bahwa banyak orang bertindak seperti itu terhadap tulisan / buku-buku
saya yang mereka gunakan untuk berkhotbah. Kalau mereka mengurangi / membuang
hal-hal tertentu karena itu terlalu sukar, atau karena itu tidak mereka setujui
dengan alasan yang bisa dipertanggung-jawabkan, maka itu tentu tidak apa-apa.
Tetapi kalau mereka melakukan hal itu dengan alasan ‘politik’, karena ajaran
itu, sekalipun benar, bisa merugikan mereka (khususnya dalam hal keuangan!),
maka ini merupakan pengurangan yang kurang ajar! Yang melakukan seperti ini
tidak berbeda dengan Bileam!
Misalnya
dalam pengajaran saya tentang persembahan persepuluhan, saya memang mengharuskan
orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan dan saya memberikan
argumentasi-argumentasi untuk itu. Pasti ada banyak pendeta / pengkhotbah yang
senang, dan lalu menggunakan bahan yang saya ajarkan. Tetapi bagaimana dengan
bagian dari pelajaran saya tentang hal ini yang mengatakan bahwa orang Kristen
boleh memberikan persembahan persepuluhan ke gereja lain yang bukan gereja
mereka sendiri, selama gereja itu adalah gereja yang benar? Apakah para pendeta
/ pengkhotbah yang menggunakan pelajaran dari saya dalam hal persembahan
persepuluhan itu mau mengajarkan hal ini? Mungkin hanya satu dari 100 yang mau
mengajarkannya! Yang lain membuang hal ini, bukan karena menganggapnya tidak
benar, tetapi karena menganggapnya sebagai ajaran yang tidak menguntungkan
mereka!
Pendeta-pendeta
dan pengkhotbah-pengkhotbah seperti itu seharusnya memperhatikan dan merenungkan
ayat di bawah ini.
Mat
5:19 - “Karena
itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang
lain, ia akan menduduki tempat yang paling
rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan
mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang
tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”.
b) Pengurangan
berita bukan hanya terjadi pada saat Bileam menyampaikan pesan Allah kepada para
utusan.
Bandingkan
penyampaian-penyampaian pesan dalam ayat-ayat ini:
1. Kata-kata
para utusan Balak kepada Bileam.
Ay 5-6: “(5) Raja ini mengirim utusan
kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri
teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada
suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya,
dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu, datanglah dan kutuk
bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup
mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang
kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.’”.
2. Penceritaan
tentang kata-kata utusan dari Bileam kepada Tuhan.
Ay 10-11: “(10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah:
‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11)
Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup
olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan
sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’”.
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi dalam
ay 6 di atas tidak diceritakan oleh Bileam kepada Tuhan.
3. Penyampaian
firman dari Allah kepada Bileam.
Ay 12: “Lalu berfirmanlah Allah
kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah
engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.
4.
Penyampaian pesan Allah dari Bileam kepada para utusan.
Ay 13: “Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu
berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN
tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi dalam ay 12 di atas, sama
sekali tidak disampaikan. Juga, kalau dalam ay 12 Tuhan ‘jelas melarang’,
maka dalam ay 13 Bileam hanya mengatakan ‘Tuhan tidak mengijinkan’. Ini
merupakan tindakan melunakkan firman yang tidak pada tempatnya.
5.
Penyampaian para utusan kepada raja Balak.
Ay 14: “Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu
dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak
datang bersama-sama dengan kami.’”.
Catatan: sekalipun para utusan mengatakan Bileam menolak, tetapi
mereka tidak mengatakan bahwa Tuhan yang melarang / tidak mengijinkan,
sehingga Bileam menolak.
Matthew
Henry: “The
messengers are not faithful in returning Balaam’s answer to Balak. All the
account they give of it is, Balaam refuseth to come with us (v. 14), intimating
that he only wanted more courtship and higher proffers; but they are not willing
Balak should know that God had signified his disallowance of the attempt.”
[= Utusan-utusan itu tidak setia dalam menyampaikan jawaban Bileam kepada Balak.
Seluruh cerita yang mereka berikan tentangnya adalah, ‘Bileam menolak untuk
datang dengan kami’ (ay 14), yang mengisyaratkan bahwa ia hanya
menginginkan pengenalan yang lebih dekat dan tawaran yang lebih tinggi; tetapi
para utusan itu tidak mau Balak tahu bahwa Allah telah memberitahukan
penolakanNya tentang usaha tersebut.].
Adam
Clarke: “‘Balaam
refuseth to come with us.’ ‘Observe,’ says Mr. Ainsworth, ‘Satan’s
practice against God’s word, seeking to lessen the same, and that from hand to
hand, till he bring it to naught. Balaam told the princes less than God told
him, and they relate to Balak less than Balaam told them; so that when the
answer came to the king of Moab, it was not the word of God, but the word of
man; it was simply, Balaam refuseth to come, without ever intimating that God
had forbidden him.’” [= ‘Bileam menolak datang
bersama-sama dengan kami’. ‘Perhatikanlah’, kata Ainsworth, ‘Praktek
setan terhadap Firman Allah, berusaha menguranginya, dan itu ia lakukan dari
tangan ke tangan / orang ke orang, sampai ia membawanya menjadi nol. Bileam
memberitahu pangeran-pangeran itu kurang dari yang Allah beritahukan kepadanya,
dan mereka menceritakannya kepada Balak lebih sedikit lagi dari yang Bileam
beritahukan kepada mereka; sehingga pada waktu jawaban itu sampai kepada raja
Moab itu, itu bukan lagi firman Allah, tetapi kata-kata manusia; itu hanya
berbunyi, Bileam menolak untuk datang, tanpa pernah mengisyaratkan bahwa Allah
telah melarangnya.’].
Pulpit Commentary: “Balaam
first of all, in speaking to God, omits from the message of Balak, saying
nothing of his own reputation in the eyes of the Moabitish king, suspecting very
shrewdly that this would be offensive to God. Then he omits again in his answer
to the messengers, and, to make all complete, they omit still more in their
report to Balak. There is nothing in their word to show that God had said
anything in the matter. This is what is called diplomacy; not telling a lie,
but only leaving out something of the truth, as being of no practical importance.” [= Pertama-tama Bileam, dalam berbicara kepada Allah,
menghilangkan sebagian dari pesan dari Balak, dengan tidak mengatakan apapun
tentang reputasinya dalam pandangan raja Moab, karena secara licin / cerdik ia
curiga bahwa itu akan merupakan sesuatu yang menyakitkan hati bagi Allah. Lalu
ia menghilangkan sebagian lagi dalam jawabannya kepada para utusan, dan untuk
membuat semuanya lengkap, para utusan itu menghilangkan lebih banyak lagi dalam
laporan mereka kepada Balak. Tidak ada apapun dalam kata-kata mereka yang
menunjukkan bahwa Allah telah mengatakan apapun dalam persoalan itu. Inilah
yang disebut diplomasi; bukannya mengatakan suatu dusta, tetapi hanya
menghapuskan sesuatu dari kebenaran, sebagai sesuatu yang tidak penting secara
praktis.] - hal 305.
c)
Penolakan yang mengandung persetujuan.
Wiersbe:
“Deep
in his heart, Balaam wanted to go with the messengers because he was greedy of
gain. This is ‘the way of Balaam’ (2 Peter
2:15-16), using religion as a means of getting wealth.” [= Jauh dalam
hatinya, Bileam ingin pergi dengan para utusan itu karena ia tamak terhadap
keuntungan. Inilah ‘jalan Bileam’ (2Pet 2:15-16), menggunakan agama sebagai
suatu cara untuk mendapatkan kekayaan.].
The
Biblical Illustrator: “‘No’
without any ‘Yes’ in it: - Many a promising youth has been ruined because he
did not know how to say ‘No.’ There are many people who say ‘No,’ but so
faintly that there seems a ‘Yes’ in it, so that it only invites further
persuasion. Many a man, tempted by appetite within, and by companions without,
says ‘No’ feebly and faintly. His ‘No’ has a ‘Yes’ in it. A lad was
coming along the street one day with a young man who lived near him who was
somewhat excited by strong drink, and after walking along awhile with his
companion he drew a bottle from his pocket, and said, ‘Have some?’ ‘Well,
hand it over,’ replied the lad. The bottle was passed to him, and raising it
aloft he hurled it with a crash against the stone wall, and turning to his
astonished companion, he said, ‘Don’t you ever put a bottle to my lips
again.’ The young man was inclined to be irritated, but he had sense enough to
retain his anger. The lad’s ‘No’ had not any ‘Yes’ in it. There are
scores of young men who need the decision which this lad had.”
[= ‘Tidak’ tanpa ‘ya’ apapun di dalamnya: - Banyak anak-anak muda dengan
masa depan yang menjanjikan, telah dirusak karena mereka tidak tahu bagaimana
mengatakan ‘Tidak’. Ada banyak orang yang mengatakan ‘Tidak’, tetapi
dengan begitu lemah sehingga kelihatan ada suatu ‘Ya’ di dalamnya, sehingga
itu hanya mengundang bujukan / desakan lebih jauh. Banyak orang,
dicobai oleh nafsu makan di dalam dirinya, dan oleh teman-teman di luar dirinya,
mengatakan ‘Tidak’ dengan sayup-sayup dan lemah. Kata ‘Tidak’ dari dia
mempunyai ‘Ya’ di dalamnya. Suatu hari seorang anak laki-laki sedang
berjalan di suatu jalanan dengan seorang muda yang tinggal dekat dengan dia,
yang agak bergairah karena minuman keras, dan setelah berjalan bersama untuk
suatu waktu dengan temannya, ia mengeluarkan sebuah botol dari kantongnya, dan
berkata: ‘Mau sedikit?’. ‘Berikan kepadaku’, jawab anak laki-laki itu.
Botol itu diberikan kepadanya, dan ia angkat dan banting kepada tembok batu, dan
sambil berbalik kepada temannya yang terheran-heran, ia berkata, ‘Jangan kamu
pernah memberikan suatu botol pada bibirku lagi’. Orang muda itu mau marah,
tetapi ia tetap mempunyai kesadaran / pikiran untuk menahan amarahnya. Kata
‘Tidak’ dari anak laki-laki itu tidak mempunyai ‘Ya’ apapun di dalamnya.
Ada berpuluh-puluh orang muda yang membutuhkan keputusan yang telah dilakukan
oleh anak laki-laki ini.].
Penerapan:
hal ini khususnya dibutuhkan dalam hal ditawari rokok, narkoba, sex. Tetapi juga
pada waktu diajak melakukan hal-hal lain apapun yang berdosa, seperti mencuri,
merampok, melanggar hukum Sabat, dan sebagainya.
d)
Bahayanya penolakan yang setengah-setengah.
The
Biblical Illustrator: “that temptations which have
been declined half-heartedly are presented again, and with greater force. The
manner of Balaam’s dismissal of the former messengers prepared the way for a
repetition of their mission.”
[= bahwa pencobaan-pencobaan yang telah ditolak dengan setengah hati dihadirkan
lagi, dan dengan kekuatan yang lebih besar. Cara penolakan Bileam terhadap para
utusan yang terdahulu mempersiapkan jalan untuk suatu pengulangan dari missi
mereka.].
Contoh:
seorang Kristen diajak pergi ke pelacuran. Seharusnya ia dengan tegas
mengatakan: ‘Aku tidak mau. Itu adalah dosa, dan dilarang oleh Tuhan.’.
Tetapi ia sungkan menolak dengan cara seperti itu, dan ia lalu memperhalus
penolakannya dengan berkata: ‘O, aku sedang repot.’. Itu merupakan cara
menolak yang salah, karena orang yang mengajak akan berpikir: ‘O, dia tidak
mau karena repot. Kalau tidak repot, dia akan mau’. Ini menyebabkan lain kali
ia mengajak lagi! Dan akan sukar baginya menggunakan alasan yang sama terus
menerus, apalagi kalau temannya tahu ia sedang tidak repot. Jadi, bukan hanya
muncul pencobaan ulang, tetapi juga pencobaan yang lebih sukar untuk ditolak.
Secara
sama kalau kita diajak untuk membolos dari kebaktian atau acara Pemahaman
Alkitab, atau diajak untuk menggunakan narkoba, atau ajakan apapun yang
bertentangan dengan firman Tuhan, belajarlah untuk mengatakan ‘Tidak’ secara
murni, tanpa mengandung ‘Ya’ di dalamnya!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali