seminar

 

(online)

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

 

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

 

Selasa, tanggal 11 Juli 2023, pk 18.30

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

Baptisan percik / tuang atau selam?

 

Ada 3 cara, yaitu percik, tuang, dan selam.

 

Orang yang menggunakan baptisan percik atau tuang, sekalipun tidak menolak baptisan selam, biasanya memilih baptisan percik atau tuang karena itu cukup Alkitabiah dan disamping itu, lebih praktis. Baptisan selam saya anggap tidak praktis, bahkan sukar untuk dilakukan, lebih-lebih kalau dilakukan terhadap bayi atau orang tua, atau di daerah beriklim dingin, atau di daerah yang sukar ada air.

 

Tetapi saya sendiri tidak menolak baptisan selam, ataupun menganggapnya salah.

 

Yang saya anggap salah dan yang saya tentang adalah pengharusan baptisan selam, dan juga penolakan baptisan percik sehingga mengharuskan orang yang dibaptis dengan baptisan percik untuk dibaptis ulang. Yang juga saya anggap konyol adalah bahwa dalam baptisan selam biasanya orangnya harus dimasukkan ke dalam air dalam posisi terlentang, dan pendetanya menahan leher / badan bagian atas orang itu. Kegilaan ini dasar Alkitabnya mana?

 

Orang-orang yang menggunakan baptisan selam biasanya tidak mengakui baptisan percik dan baptisan tuang sebagai baptisan yang sah, dan karena itu mereka menuntut pengulangan baptisan terhadap orang-orang yang dibaptis percik / tuang.

 

Alasan-alasan yang biasanya mereka pakai untuk memutlakkan baptisan selam ialah:

 

1)      Yesus dibaptis dengan baptisan selam.

Mat 3:16 - “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya,”.

 

2)      Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO berarti diselam (immerse).

 

3)      Ro 6:3-4 mengajarkan baptisan selam.

Ro 6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”.

 

Terhadap argumentasi-argumentasi ini saya menjawab bahwa:

 

I)       Yesus belum tentu dibaptis dengan baptisan selam.

 

Mat 3:16 mengatakan “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air. Tetapi kata-kata keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa tadinya Yesus diren­dam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai tanpa direndam (air hanya sebatas lutut atau betis), lalu dibaptis dengan tuang / percik, lalu Ia keluar dari air / sungai.

 

Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan dasar bahwa satu-satunya cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan bapti­san selam.

 

Dan seandainya text ini menunjukkan bahwa Yesus memang dibaptis dengan baptisan selam, maka tetap perlu diingat bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus belum tentu harus kita teladani.

 

Misalnya: Ia disunat, Ia tidak pernah pacaran / menikah, Ia berpuasa 40 hari dan sebagainya. Semua ini tentu tidak / bukan merupakan rumus / hukum bagi kita. Demikian juga dengan baptisan yang Ia alami.

 

II)     Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO tidak harus berarti selam.

 

1) Dalam semua kamus / lexicon Yunani yang saya dapatkan, kata BAPTO / BAPTIZO, bisa berarti:

a)      ‘immerse’ [= merendam secara total].

b)      ‘dip’ [= mencelup].

c)      ‘wash’ [= mencuci].

Cek ini di Bible Works 8.

 

Kalau diambil arti ‘immerse’ [= merendam secara total], maka bisa diartikan bahwa baptisan harus dilakukan dengan selam. Tetapi bagaimana kalau diambil arti-arti yang lain?

 

Kata ‘dip’ [= mencelup] tidak harus berarti merendam secara total, tetapi bisa berarti ‘mencelup sebagian saja’, seperti dalam ayat di bawah ini.

 

Mat 26:23 - Ia menjawab: ‘Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku..

 

Mereka sedang makan perjamuan Paskah. Biasanya mereka menggunakan roti (keras, bukan seperti roti kita yang lembek) untuk menyendok kuah sayur. Apakah mereka merendam seluruh roti, bahkan tangan mereka pada waktu melakukan itu? Sudah tentu tidak. Jadi ‘dip’ [= mencelup] bisa berarti mencelupkan sedikit / sebagian saja, bukan seluruhnya.

 

Kalau diambil arti ‘wash’ [= mencuci] maka pada umumnya orang mencuci bukan dengan merendam, tetapi dengan mencurahkan air pada apa yang mau dicuci itu. Bayangkan kalau dalam masa pandemi covid 19 orang mencuci tangan dengan merendam seluruhnya!

 

Sekarang kita persoalkan mencuci tangan. Nanti di bawah saudara bisa melihat kata-kata William Barclay yang menunjukkan tradisi orang-orang Yahudi pada waktu mencuci tangan. Jelas bukan tangannya direndam dalam air, tetapi air dicurahkan pada tangan itu.

 

Jadi, arti dari kata Yunaninya sudah jelas tidak memutlakkan ‘immerse’ [= merendam], dan dengan demikian juga tidak memutlakkan baptisan selam.

 

Seandainya kata BAPTIZO / BAPTO mutlak berarti merendam, coba perhatikan komentar dari J. A. Alexander, dalam komentarnya tentang Kis 2:38.

 

J. A. Alexander (tentang Kis 2:38): “Even granting that this Greek verb originally meant ‘to immerse,’ i. e. to dip or plunge - a fact which is still earnestly disputed - it does not follow that this is essential to its meaning as a peculiar Christian term. On the contrary, analogy would lead us to suppose that, like other Greek terms thus adopted, it had undergone some modification of its etymological and primary import. As ‘presbyter’ no longer suggests personal age, nor ‘deacon’ menial service, nor ‘supper’ a nocturnal meal, as necessary parts of their secondary Christian meaning, why should this one word be an exception to the general rule, and signify a mere mode of action as no less essential than the act itself?” [= Bahkan kalau disetujui bahwa kata kerja Yunani ini secara orisinil berarti ‘merendam’, yaitu ‘mencelupkan’ atau ‘menceburkan’ - suatu fakta yang masih diperdebatkan dengan serius - itu tidak berarti bahwa ini adalah sesuatu yang bersifat hakiki pada artinya sebagai suatu istilah Kristen yang khusus / khas. Sebaliknya, analogi membimbing kita untuk menganggap bahwa, seperti istilah-istilah Yunani yang lain yang diadopsi seperti itu, itu telah melalui beberapa modifikasi dari asal usul kata itu dan arti utamanya. Seperti istilah ‘tua-tua / penatua-penatua’ tidak lagi menyatakan usia seseorang, ataupun ‘diaken’ tidak lagi menyatakan pelayanan seorang pelayan, ataupun ‘supper’ tidak lagi menyatakan suatu makan malam, sebagai bagian-bagian yang perlu dari arti sekunder Kristen mereka, mengapa kata yang satu ini harus menjadi suatu perkecualian terhadap peraturan / hukum umum, dan menunjukkan semata-mata suatu cara dari tindakan sebagai lebih penting dari pada tindakan itu sendiri?] - ‘Acts, The Geneva Series of Commentaries’, hal 84.

 

Catatan: istilah ‘supper’ (untuk makan roti dalam Perjamuan Kudus) muncul dalam Luk 22:20 (KJV/RSV/NIV/ASV/NKJV) dan istilah ‘the Lord’s supper’ (untuk Perjamuan Kudus) muncul dalam 1Kor 11:20 (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV).

 

2) Kalau ada orang yang terus berkeras bahwa kamus Yunani mengartikan BAPTO / BAPTIZO sebagai ‘immerse’ [= merendam], maka mari kita melihat apakah kamus-kamus Yunani memang mengartikan seperti itu.

 

a)  Greek - English Dictionary of the New Testament, tulisan Barclay M. Newman, Jr. dalam hal 31:

1.  Memberi arti ‘baptize’ [= membaptis] dan ‘wash’ [= mencuci] untuk kata Yunani BAPTIZO.

2.  Memberi arti ‘dip’ [= merendam / mencelup] untuk kata Yunani BAPTO.

 

b) The Theological Dictionary of the New Testament, diterjemahkan oleh Geoffrey W. Bromiley, dan diedit oleh Gerhard Kittel dan Gerhard Friedrich (abridged in one volume):

 

“A. The Meaning of báptō and baptízō. báptō, ‘to dip in or under,’ ‘to dye,’ ‘to immerse,’ ‘to sink,’ ‘to drown,’ ‘to bathe,’ ‘wash.’ The NT uses báptō only in the literal sense, e.g., ‘to dip’ (Lk. 16:24), ‘to dye’ (Rev. 19:13), and baptízō only in a cultic sense, mostly ‘to baptize.’” [= A. Arti dari báptō dan baptízō. báptō, ‘merendam / mencelup dalam atau di bawah,’ ‘mewarnai,’ ‘merendam,’ ‘menenggelamkan,’ ‘mandi / memandikan,’ ‘mencuci.’ Perjanjian Baru menggunakan báptō hanya dalam arti hurufiah, misalnya, ‘merendam / mencelup’ (Lukas 16:24), ‘mewarnai’ (Wahyu 19:13), dan baptízō hanya dalam arti keagamaan, terutama ‘membaptis.’] - hal 92 (Libronix).

 

Luk 16:24 - Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini..

 

Wah 19:13 - Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan namaNya ialah: ‘Firman Allah.’.

 

c)  The New International Dictionary of New Testament Theology, Vol 1, diedit oleh Colin Brown:

 

βάπτω (baptō), dip; βαπτίζω (baptizō), dip, immerse, submerge, baptize; βαπτισμός (baptismos), dipping, washing; βάπτισμα (baptisma) baptism. [= βάπτω (baptō), merendam / mencelup; βαπτίζω (baptizō), merendam / mencelup, merendam, membaptis; βαπτισμός (baptismos), perendaman / pencelupan, pencucian; βάπτισμα (baptisma) baptisan.] - hal 144 (Libronix).

 

d) A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, diterjemahkan oleh Walter Bauer:

 

1.  “wash ceremonially for purpose of purification, wash, purify” [= mencuci secara ceremonial / upacara untuk tujuan penyucian, mencuci, menyucikan] - hal 164 (Libronix).

 

2.  to use water in a rite for purpose of renewing or establishing a relationship with God, plunge, dip, wash, baptize. [= menggunakan air dalam suatu upacara untuk tujuan memperbaharui atau meneguhkan suatu hubungan dengan Tuhan, menceburkan, merendam / mencelup, mencuci, membaptis.] - hal 164 (Libronix).

 

3) Kalau ada orang yang terus berkeras bahwa kamus Yunani mengartikan BAPTO / BAPTIZO hanya sebagai ‘immerse’ [= merendam], maka mari kita melihat apakah Alkitab (Perjanjian Baru) memang selalu menggunakan kata Yunani itu dalam arti seperti itu.

 

Kamus Yunani, sekalipun penting, tetap merupakan tulisan orang, sehingga tidak bisa mempunyai otoritas setingkat dengan firman Tuhan / Alkitab, apalagi melampaui otoritas dari firman Tuhan / Alkitab.

 

Di bawah ini saya memberikan beberapa penggunaan kata Yunani BAPTO atau BAPTIZO dalam Perjanjian Baru, dimana jelas kata-kata itu tidak digunakan dalam arti ‘selam’ / ‘rendam’:

 

a)  Mark 7:3-4 - “(3) Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; (4) dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya (BAPTISONTAI). Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.”.

KJV: And when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables [= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja].

 

1.  Untuk kata-kata ‘membersihkan dirinya’ ada problem text / perbedaan manuscript-manuscript. Ada yang menuliskan BAPTISONTAI, dan ada yang menuliskan RANTISONTAI [= percik]. Cek dalam Bible Works 8.

 

Adam Clarke: ‘Except they wash.’ Or dip; for ‎Baptisoontai ‎may mean either. But instead of the word in the text, the famous Codex Vaticanus (B), eight others, and Euthymius, have ‎rantisoontai‎, sprinkle. [= ‘Kecuali mereka mencuci’. Atau ‘mencelup’; karena BAPTISONTAI bisa berarti yang manapun dari keduanya. Tetapi alih-alih dari kata itu di dalam text, CODEX VATICANUS (B) yang terkenal, delapan yang lain, dan Euthymius, mempunyai RANTISONTAI, ‘percik’.].

 

Lenski (tentang Mark 7:4): “We see no textual reason for preferring ῥαντίσωνται to βαπτίσωνται; even the meaning would not fit, for the Jews did not ‘sprinkle’ the hands, they ‘baptized,’ i.e., washed them. This was, of course, not done for sanitary reasons or just for ordinary cleanliness but for fear of Levitical contamination lest the hands have brushed against a Gentile or anything belonging to a Gentile or something that was otherwise unclean. We see why returning from market, where many contacts would be made, is used as an illustration by Mark.” [= Kami tidak melihat alasan textual untuk lebih memilih RANTISONTAI dari BAPTISONTAI; bahkan artinya tidak cocok, karena orang-orang Yahudi tidak ‘memercik’ tangan, mereka ‘membaptis’, yaitu mencuci mereka. Ini, tentu saja, tidak dilakukan karena alasan-alasan kesehatan / higienis atau hanya untuk kebersihan biasa, tetapi karena rasa takut pada kontaminasi Imamat supaya jangan tangan telah menyentuh / membersihkan seorang non Yahudi atau apapun kepunyaan seorang non Yahudi atau sesuatu adalah najis. Kami melihat mengapa kalau pulang dari pasar, dimana banyak kontak terjadi, digunakan sebagai suatu ilustrasi oleh Markus.].

 

William Hendriksen (tentang Mark 7:4): “Was the authentic text ‘unless they ceremonially wash themselves’ or ‘unless they ceremonially sprinkle themselves’? In all probability the first - ‘unless they … wash’; literally ‘unless they baptize themselves’ or simply ‘unless they baptize’ is probably correct. Merely sprinkling the hands would probably not have satisfied the rabbis. Nothing less than a thorough rinsing or ceremonial washing seems to have been required. That this ‘baptizing’ to which the passage refers must not be interpreted as an immersion of the entire body is clear from Luke 11:38, where a form of the same verb, ‘baptize,’ is used: ‘But the Pharisee was astonished (to see) that he (Jesus) did not first wash (lit. baptize) before dinner.’ It is hardly reasonable to imagine that the Pharisee was expecting that Jesus would first take a complete bath, a bath in which he would have totally immersed himself! The reference is, of course, to the ritualistic cleansing of the hands before a meal. So also here in Mark 7:4. The preceding context supplies the key to the interpretation: the ceremonial baptizing or washing of verse 4 refers to the hand rinsing of verse 3.” [= Apakah text yang asli adalah ‘kecuali mereka secara upacara mencuci diri mereka sendiri’ atau ‘kecuali mereka secara upacara memercik diri mereka sendiri’? Sangat mungkin yang pertama - ‘kecuali mereka ... mencuci’; secara hurufiah ‘kecuali mereka membaptis diri mereka sendiri’ atau sekedar ‘kecuali mereka membaptis’ mungkin adalah yang benar. Semata-mata memercik tangan mungkin tidak akan memuaskan rabi-rabi. Tidak kurang dari pada suatu pencucian yang lengkap atau pencucian yang bersifat upacara kelihatannya telah dituntut. Bahwa ‘baptisan’ ini yang ditunjuk oleh text ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu perendaman dari seluruh tubuh adalah jelas dari Luk 11:38, dimana suatu bentuk dari kata kerja yang sama, ‘membaptis’, digunakan: ‘Tetapi orang-orang Farisi heran (melihat) bahwa Ia (Yesus) tidak lebih dulu mencuci (secara hurufiah ‘membaptis’) sebelum makan’. Merupakan sesuatu yang tidak masuk akal untuk membayangkan bahwa orang Farisi itu mengharapkan bahwa Yesus mandi dulu, mandi dalam mana Ia telah merendam secara total diriNya sendiri! Referensinya adalah, tentu saja, pada pembersihan tangan yang bersifat upacara sebelum makan. Demikian juga di sini dalam Mark 7:4. Kontext yang mendahuluinya menyuplai kunci dari penafsiran: pembaptisan atau pencucian yang bersifat upacara dari ay 4 menunjuk pada pencucian tangan dari ay 3.].

 

2.  Untuk kata ‘mencuci’ digunakan kata Yunani BAPTISMOUS, yang berasal dari kata dasar BAPTIZO.

 

3.  Kata-kata ‘and of tables’ [= dan meja-meja] tidak ada dalam terjemahan-terjemahan LAI/RSV/NIV/NASB/ASV.

NKJV/YLT menterjemahkan ‘and couches’ [= dan sofa-sofa].

 

Footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.

 

Kata Yunani yang digunakan adalah KLINE yang menurut Bible Works 8 artinya bisa ‘bed’ [= ranjang], ‘a small bed’ [= suatu ranjang kecil], ‘a couch to recline on at meals’ [= sebuah sofa untuk bersandar pada saat makan], a couch on which a sick man is carried’ [= sebuah sofa pada mana seorang yang sakit dibawa / digotong].

 

Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang mencuci benda sebesar itu dengan merendamnya? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda itu.

 

Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut. Bahkan kalau kita mencuci sendok atau garpu, bagaimana kita melakukannya? Merendamnya ke suatu ember berisi air? Kalau demikian, satu sendok / garpu yang kotor akan mengotori seluruh air dalam ember. Jauh lebih masuk akal kalau kita mencurahkan air ke sendok / garpu itu untuk membersihkannya! Wastafel saudara di rumah ada embernya, atau kran airnya?

 

Barnes’ Notes (tentang Mark 7:4): “‘Except they wash’ In the original, ‘Except they baptize.’ In this place it does not mean to immerse the whole body, but only the hands. There is no evidence that the Jews washed their ‘whole bodies’ every time they came from market. It is probable that they often washed with the use of a very small quantity of water. ... ‘tables’ This word means, in the original, ‘beds or couches.’ It refers not to the ‘tables’ on which they ate, but to the ‘couches’ on which they reclined at their meals. ... The word ‘baptism’ is here used - in the original, ‘the baptism of tables;’ but, since it cannot be supposed that ‘couches’ were entirely ‘immersed’ in water, the word ‘baptism’ here must denote some other application of water, by sprinkling or otherwise, and shows that the term is used in the sense of washing in any way. If the word is used here, as is clear it is, to denote anything except entire immersion, it may be elsewhere, and baptism is lawfully performed, therefore, without immersing the whole body in water.” [= ‘Kecuali mereka mencuci / membersihkan dirinya.’ Dalam teks aslinya, ‘Kecuali mereka membaptis.’ Di tempat ini, itu tidak berarti merendam seluruh tubuh, tetapi hanya tangan. Tidak ada bukti bahwa orang Yahudi mencuci ‘seluruh tubuh’ setiap kali pulang dari pasar. Adalah mungkin bahwa mereka sering mencuci dengan menggunakan jumlah air yang sangat sedikit. ... ‘meja-meja’ Kata ini dalam teks aslinya berarti ‘tempat tidur atau sofa.’ Ini tidak menunjuk pada ‘meja-meja’ di mana mereka makan, tetapi pada ‘sofa’ di mana mereka berbaring saat makan. ... Kata ‘baptisan’ digunakan di sini - dalam teks aslinya, ‘baptisan meja-meja;’ tetapi karena tidak dapat diasumsikan bahwa ‘sofa’ sepenuhnya ‘direndam’ dalam air, kata ‘baptisan’ di sini harus menunjukkan penggunaan air yang lain, dengan menyemprot atau cara lain, dan menunjukkan bahwa istilah ini digunakan dalam arti mencuci dengan cara apapun. Jika kata ini digunakan di sini, seperti yang jelas memang digunakan di sini, untuk menunjukkan sesuatu kecuali perendaman seluruhnya, maka mungkin juga digunakan di tempat lain, dan baptisan dilakukan secara sah tanpa merendam seluruh tubuh dalam air.].

 

Lenski (tentang Mark 7:4): “Mark mentions a few but only such as were ‘baptisms’ or washings ‘of cups and pots and brass vessels,’ which were not washed for the sake of cleanliness, but ritually, like the hands. Quite a number of texts add to this list καὶ κλινῶν: washings ‘of couches.’ ... Cups, pots, and brass vessels may be immersed although brass kettles and the like are washed without submerging them. But a baptism of couches by immersion is impossible; the ritual cleansing was done in some other way. The contention that βαπτισμός and βαπτίζειν mean only complete immersion is thus answered.” [= Markus hanya menyebutkan beberapa hal, seperti ‘baptisan’ atau pencucian ‘cawan, periuk, dan bejana tembaga,’ yang tidak dicuci untuk kebersihan, tetapi secara ritual, seperti mencuci tangan. Beberapa teks menambahkan daftar ini dengan kata καὶ κλινῶν: pencucian ‘sofa.’ ... Cawan, periuk, dan bejana tembaga dapat direndam meskipun panci tembaga dan sejenisnya dicuci tanpa merendamnya. Tetapi pencucian sofa dengan cara merendam adalah hal yang mustahil; pembersihan ritual dilakukan dengan cara lain. Dengan demikian argumen bahwa βαπτισμός dan βαπτίζειν hanya berarti perendaman lengkap dapat dijawab.].

 

b) Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) (tanganNya) sebelum makan.”.

Catatan: kata ‘tanganNya’ sebetulnya tidak ada. Tetapi bahwa yang dimaksudkan adalah ‘tangan’ sudah dijelaskan oleh William Hendriksen dalam tafsirannya tentang Mark 7:4 di atas.

 

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, yang rasanya tidak masuk akal, tetapi dengan mencurahkan air pada tangan, yang merupakan suatu cara yang jauh lebih masuk akal. Bayangkan kalau pada masa Covid semua orang mencuci tangan dengan merendam; berapa banyak air yang dibutuhkan? Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.

 

Dan William Barclay, seorang penafsir yang ahli dalam urusan tradisi pada jaman itu, mengatakan sebagai berikut (tentang Luk 11:37-44):

 

The Pharisee was surprised that Jesus did not wash his hands before eating. This was not a matter of cleanliness but of the ceremonial law. The law laid it down that the hands must be washed in a certain way before eating and that this hand-washing must be repeated between the courses. As usual every littlest detail was worked out. Large stone vessels of water were specially kept for the purpose because ordinary water might be unclean; the amount of water used must be at least a quarter of a log, that is, enough to fill one and a half eggshells. First the water must be poured over the hands beginning at the tips of the fingers and running right up to the wrist. Then the palm of each hand must be cleansed by rubbing the fist of the other into it. Finally, water must again be poured over the hand, this time beginning at the wrist and running down to the fingertips. To the Pharisee, to omit the slightest detail of this was to sin. [= Orang-orang Farisi merasa kaget / heran bahwa Yesus tidak mencuci tanganNya sebelum makan. Ini bukan persoalan kebersihan tetapi tentang hukum upacara. Hukumnya menyatakannya bahwa tangan-tangan harus dicuci dengan suatu cara tertentu sebelum makan dan bahwa pencucian tangan ini harus diulang di antara bagian-bagian dari makanan. Seperti biasa setiap detail yang terkecil diformulasikan. Bejana-bejana batu yang besar disediakan secara khusus untuk tujuan itu karena air biasa bisa tidak tahir; jumlah air yang digunakan harus sedikitnya ¼ dari satu log, yaitu / artinya, cukup untuk mengisi / memenuhi 1,5 kulit telur. Pertama-tama air harus dicurahkan pada tangan pada ujung-ujung jari dan mengalir sampai ke pergelangan. Lalu telapak tiap-tiap tangan harus dibersihkan dengan menggosokkan tinju dari tangan yang lain ke dalamnya. Akhirnya, air harus dicurahkan lagi pada tangan, kali ini mulai dari pergelangan dan mengalir turun sampai ujung-ujung jari. Bagi orang-orang Farisi, mengabaikan / menghapuskan detail yang paling remeh dari hal ini berarti berdosa.] - hal 155.

 

Jadi, jelas bahwa tradisi mereka pada jaman itu dalam mencuci tangan, bukanlah dengan merendam tangan mereka ke dalam air. Tetapi toh digunakan kata Yunani yang kata dasarnya adalah BAPTIZO! Ini jelas menunjukkan bahwa BAPTIZO tidak harus diartikan ‘selam / celup’.

 

c)  1Kor 10:2 - “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.”.

Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.

 

Ada dua hal yang harus diperhatikan:

 

(1)          Dalam faktanya, orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir (Kel 14:26-28)!

 

Kel 14:22 - Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka..

 

Kel 14:26-28 - “(26) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda.’ (27) Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. (28) Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka..

 

(2)          Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.

 

Kel 14:19-20 - “(19) Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. (20) Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu..

 

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

 

Barnes’ Notes: “‘In the cloud.’ This cannot be proved to mean that they were enveloped and, as it were, ‘immersed’ in the cloud, for there is no evidence that the cloud thus enveloped them, or that they were immersed in it as a person is in water. The whole account in the Old Testament leads us to suppose that the cloud either passed before them as a pillar, or that it had the same form in the rear of their camp, or that it was suspended over them, and was thus the symbol of the divine protection. It would be altogether improbable that the dark cloud would PERVADE the camp. It would thus embarrass their movements, and there is not the slightest intimation in the Old Testament that it did.” [= ‘Di dalam awan.’ Tidak dapat dibuktikan bahwa ini berarti mereka diselubungi dan, seolah-olah, ‘direndam’ dalam awan, karena tidak ada bukti bahwa awan secara fisik menyelubungi mereka atau bahwa mereka direndam di dalamnya seperti orang berada di dalam air. Seluruh catatan dalam Perjanjian Lama mengarahkan kita untuk menganggap bahwa awan itu entah melewati mereka sebagai tiang, atau memiliki bentuk yang sama di belakang perkemahan mereka, atau digantung di atas mereka, dan dengan demikian merupakan simbol perlindungan ilahi. Sangat tidak mungkin bahwa awan gelap akan MENYELUBUNGI perkemahan mereka. Hal ini akan menghalangi pergerakan mereka, dan tidak ada petunjuk sedikit pun dalam Perjanjian Lama yang menyiratkan hal itu.].

 

Barnes’ Notes: “Nor is there any probability in the supposition of Dr. Gill and others, that the cloud, as it passed from the rear to the front of the camp, ‘let down a plentiful rain upon them, whereby they were in such a condition as if they had been all over dipped in water.’ Because: (1) There is not the slightest intention of this in the Old Testament. (2) The supposition is contrary to the very design of the cloud. It was not a natural cloud, but was a symbol of the divine presence and protection. It was not to give rain on the Israelites, or on the land, but it was to guide, and to be an emblem of the care of God. (3) It is doing violence to the Scriptures to introduce suppositions in this manner without the slightest authority. It is further to be observed, that this supposition does by no means give any aid to the cause of the Baptist after all. In what conceivable sense were they, even on this supposition, ‘immersed?’ Is it ‘immersion in water’ when one is exposed to a shower of rain? We speak of being ‘sprinkled or drenched’ by rain, but is it not a violation of all propriety of language to say that a man is ‘immersed’ in a shower? If the supposition, therefore, is to be admitted, that rain fell from the cloud as it passed over the Jews, and that this is meant here by ‘baptism unto Moses,’ then it would follow that ‘sprinkling’ would be the mode referred to, since this is the only form that has resemblance to a falling shower. But the supposition is not necessary. Nor is it needful to suppose that water was applied to them at all. The thing itself is improbable; and the whole case is met by the simple supposition that the apostle means that they were initiated in this way into the religion of Moses, recognized his divine mission, and under the cloud became his followers and subject to his laws. And if this interpretation is correct, then it follows that the word ‘baptize’ does not of necessity mean to ‘immerse.’ [= Tidak ada kemungkinan dalam anggapan Dr. Gill dan yang lainnya bahwa awan, ketika melewati dari belakang ke depan perkemahan, ‘menyebabkan hujan yang melimpah padanya, sehingga mereka berada dalam kondisi seolah-olah mereka telah direndam seluruhnya dalam air.’ Karena: (1) Tidak ada sedikit pun petunjuk tentang hal ini dalam Perjanjian Lama. (2) Anggapan ini bertentangan dengan tujuan sebenarnya dari awan tersebut. Itu bukan awan alami, tetapi merupakan simbol kehadiran dan perlindungan ilahi. Itu bukan dimaksudkan untuk memberikan hujan kepada orang Israel atau tanah, tetapi untuk memimpin dan menjadi lambang perhatian Allah. (3) Ini adalah kekerasan terhadap Kitab Suci untuk memperkenalkan anggapan seperti ini tanpa otoritas sedikitpun. Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa anggapan ini sama sekali tidak memberikan bantuan bagi pandangan orang-orang Baptis. Dalam pengertian apapun mereka, bahkan dalam anggapan ini, ‘direndam?’ Apakah itu ‘perendaman dalam air’ ketika seseorang terkena hujan deras? Kita berbicara tentang ‘disiram atau basah kuyup’ oleh hujan, tetapi bukankah melanggar semua kaidah bahasa untuk mengatakan bahwa seseorang ‘direndam’ dalam hujan? Jika anggapan ini harus diterima, bahwa hujan turun dari awan ketika melewati orang Yahudi, dan bahwa ini yang dimaksudkan di sini dengan ‘baptisan kepada Musa,’ maka akan mengikuti bahwa ‘percikan’ akan menjadi mode yang dimaksud, karena ini adalah satu-satunya bentuk yang menyerupai hujan yang turun. Tetapi anggapan ini tidak perlu. Tidak perlu juga untuk menganggap bahwa air diterapkan pada mereka sama sekali. Hal itu sendiri tidak mungkin terjadi; dan seluruh kasus ini dapat dijawab dengan asumsi sederhana bahwa rasul bermaksud mengatakan bahwa mereka dimulai dengan cara ini ke dalam agama Musa, mengakui misi ilahiNya, dan di bawah awan menjadi pengikut-pengikutnya dan tunduk pada hukum-hukumNya. Dan jika penafsiran ini benar, maka dapat disimpulkan bahwa kata ‘membaptis’ tidak selalu berarti ‘merendam’.].

 

Barnes’ Notes: ‘And in the sea.’ This is another expression that goes to determine the sense of the word ‘baptize.’ The sea referred to here is the Red Sea, and the event was the passage through that sea. The fact in the case was, that the Lord caused a strong east wind to blow all night, and made the sea dry land, and the waters were divided (Ex 14:21), and the waters were a wall unto them on the right hand and on the left, Ex 14:22. From this whole narrative it is evident that they passed through the sea without being ‘immersed’ in it. The waters were driven into high adjacent walls for the very purpose that they might pass between them dry and safe. There is the fullest proof that they were not submerged in the water. Dr. Gill supposes that the water stood up above their heads, and that ‘they seemed to be immersed in it.’ This might be true; but this is to give up the idea that the word baptize means always to immerse in water, since it is a fact, according to this supposition, that they were not thus immersed, but only seemed to be. [= ‘Dan dalam laut.’ Ini adalah ungkapan lain yang membantu menentukan makna kata ‘membaptis.’ Laut yang dimaksud di sini adalah Laut Merah, dan peristiwa yang dimaksud adalah perlintasan melintasi laut itu. Fakta dalam kasus ini adalah bahwa Tuhan menyebabkan angin timur yang kuat bertiup sepanjang malam, dan membuat laut menjadi tanah kering, dan air-air itu terbelah (Kel 14:21), dan air-air itu menjadi tembok bagi mereka di sebelah kanan dan kiri, Kel 14:22. Dari narasi ini secara keseluruhan, jelas bahwa mereka melewati laut tanpa direndam di dalamnya. Air-air itu dipaksa membentuk dinding-dinding tinggi di sebelah mereka agar mereka dapat melewati dengan kering dan aman. Di sana ada bukti yang sangat jelas bahwa mereka tidak tenggelam / direndam dalam air. Dr. Gill menganggap bahwa air berdiri di atas kepala mereka, dan bahwa ‘mereka tampak seperti tenggelam di dalamnya.’ Ini mungkin benar; tetapi ini berarti mengabaikan gagasan bahwa kata ‘membaptis’ selalu berarti merendam dalam air, karena menurut anggapan ini, mereka tidak direndam seperti itu, tetapi hanya terlihat demikian.].

 

Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them. ‘They went through the midst of the sea on dry ground.’ It remains only to be asked whether, if immersion was the only mode of baptism known in the New Testament, the apostle Paul would have used the word not only so as not necessarily to imply that, but as NECESSARILY to mean something else?” [= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata ‘baptisan’ tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka. ‘Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering’ (Kel 14:22). Sekarang hanya perlu ditanyakan apakah, seandainya perendaman adalah satu-satunya cara baptisan yang dikenal dalam Perjanjian Baru, sang Rasul Paulus akan menggunakan kata yang bukan hanya tidak harus berarti perendaman, tetapi HARUS berarti sesuatu yang lain?].

 

Barnes’ Notes (tentang Mat 3:6): ‘Were baptized.’ The word ‘baptize’ ‎baptizoo ‎signifies originally to tinge, to dye, to stain, as those who dye clothes. It here means to cleanse or wash anything by the application of water. See the notes at Mark 7:4. Washing, or ablution, was much in use among the Jews, as one of the rites of their religion, Num 19:7; Heb 9:10. It was not customary, however, among them to baptize those who were converted to the Jewish religion until after the Babylonian captivity. At the time of John, and for some time previous, they had been accustomed to administer a rite of baptism, or washing, to those who became proselytes to their religion; that is, to those who were converted from being Gentiles. This was done to signify that they renounced the errors and worship of the pagans, and as significant of their becoming pure by embracing a new religion. It was a solemn rite of washing, significant of cleansing from their former sins, and purifying them for the special service of Yahweh. John found this custom in use; and as he was calling the Jews to a new dispensation - to a change in their form of religion - he administered this rite of baptism (washing), to signify the cleansing from sin, the adopting of the new dispensation, or the fitness for the pure reign of the Messiah. He applied an old ordinance to a new purpose. As it was used by him it was a significant rite, or ceremony, intended to denote the putting away of impurity, and a purpose to be pure in heart and life. The Hebrew word ‎Taabal ‎which is rendered by the word ‘baptize,’ occurs in the Old Testament in the following places, namely: Lev 4:6; 14:6,51; Num 19:18; Ruth 2:14; Ex 12:22; Deut 33:24; Ezek 23:15; Job 9:31; Lev 9:9; 1 Sam 14:27 (twice); 2 Kings 5:14; 8:15; Gen 37:31; Josh 3:15. It occurs in no other places; and from a careful examination of these passages its meaning among the Jews is to be derived. From these passages it will be seen that its radical meaning is neither to sprinkle nor to immerse. It is to dip, commonly for the purpose of sprinkling, or for some other purpose. Thus, to dip the finger, i.e., a part of the finger, in blood enough to sprinkle with, Lev 4:6. To dip a living bird, and cedar wood, and scarlet, and hyssop, in the blood of the bird that was killed, for the purpose of sprinkling; where it could not be that all these would be immersed the blood of a single bird, Lev 14:6. To dip hyssop in the water, to sprinkle with, Num 19:18. To dip a portion of bread in vinegar, Ruth 2:14. To dip the feet in oil - an emblem of plenty, Deut 33:24. To dye, or stain, Ezek 23:15. To plunge into a ditch, so as to defile the clothes, Job 9:31. To dip the end of a staff in honey, 1 Sam 14:27. To dip in Jordan - a declaration respecting Naaman the Syrian, 2 Kings 5:14. The direction of the prophet was to wash himself (2 Kings 5:10), and this shows that he understood washing and baptizing to mean the same thing. To dip a towel, or quilt, so as to spread it on the face of a man to smother him, 2 Kings 8:15. In none of these cases can it be shown that the meaning of the word is to immerse entirely. ... But in nearly all the cases the notion of applying the water to a part only of the person or object, though it was by dipping, is necessarily to be supposed. In the New Testament the word ‎baptizoo‎, in various forms, occurs 80 times; 57 with reference to persons. Of these 57 times, it is followed by ‘in’ ‎en ‎18 times, as in water, in the desert, in Jordan; 9 times by ‘into’ ‎eis‎, as into the name, etc., into Christ; once it is followed by ‎epi ‎(Acts 2:38), and twice by ‘for’ ‎huper‎, 1 Cor 15:29. The following remarks may be made in view of the investigation of the meaning of this word: 1. That in baptism it is possible, perhaps probable, that the notion of dipping would be the one that would occur to a Jew. 2. It would not occur to him that the word meant of necessity to dip entirely, or to immerse completely. 3. The notion of washing would be the one which would most readily occur, as connected with a religious rite. See the cases of Naaman, and Mark 7:4 (Greek). 4. It cannot be proved from an examination of the passages in the Old and New Testaments that the idea of a complete immersion was ever connected with the word, or that it ever occurred in any case. If those who were baptized went into the water, it is still not proved by that, that the only mode of baptism was by immersion, since it might have been by pouring, though they were in the water. 5. It is not positively enjoined anywhere in the New Testament that the only mode of baptism shall be by an entire submersion of the body under water. Without such a precept it cannot be made obligatory on people of all ages, nations, and climes, even if it were probable that in the mild climate of Judea it was the usual mode. [In Jordan] The River Jordan is the eastern boundary of Palestine or Judea. ... On the reason why a river, or a place abounding in water, was selected for administering baptism, see the notes at John 3:23. [= ‘Dibaptis.’ Kata ‘dibaptis’ (‘baptizoo’) secara orisinil berarti mewarnai, atau mengubah warna, seperti orang yang mewarnai pakaian. Di sini, kata ini berarti membersihkan atau mencuci sesuatu dengan air. Lihat catatan di Markus 7:4. Pencucian, atau pembersihan, banyak digunakan oleh orang Yahudi sebagai salah satu upacara dari agama mereka (Bil 19:7; Ibr 9:10). Namun, sebelum pembuangan ke Babel, mereka belum mempunyai tradisi untuk membaptis orang-orang yang berpindah / bertobat ke agama Yahudi. Pada masa Yohanes, dan beberapa waktu sebelumnya, mereka telah terbiasa memberikan upacara / ritual baptisan, atau pencucian, kepada orang-orang yang menjadi proselit agama mereka, yaitu mereka yang berpindah / bertobat dari golongan orang non-Yahudi. Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka menolak / membuang kesalahan-kesalahan dan ibadah / penyembahan dari orang-orang kafir, serta sebagai tanda kesucian mereka setelah memeluk agama baru. Baptisan ini adalah sebuah upacara yang khidmat, yang menunjukkan pembersihan dari dosa-dosa yang lalu, dan pemurnian mereka untuk pelayanan khusus kepada Yahweh. Yohanes menemukan / meneguhkan kebiasaan ini, dan karena dia sedang memanggil orang-orang Yahudi pada suatu dispensasi yang baru - pada suatu perubahan dalam bentuk dari agama - dia menerapkan upacara baptisan ini (pencucian), untuk menandakan pembersihan dari dosa, penerimaan dispensasi yang baru, atau kecocokan untuk pemerintahan yang murni dari sang Mesias. Dia menerapkan perintah lama untuk suatu tujuan yang baru. Ketika digunakan olehnya, baptisan menjadi suatu ritual atau upacara yang penting, yang dimaksudkan untuk menyatakan pembuangan kecemaran dan suatu tujuan untuk menjadi murni dalam hati dan kehidupan. Kata Ibrani ‘Taabal’ yang diterjemahkan dengan kata ‘baptis’ muncul dalam Perjanjian Lama pada beberapa tempat berikut: Im 4:6; 14:6,51; Bil 19:18; Rut 2:14; Kel 12:22; Ul 33:24; Yeh 23:15; Ayub 9:31; Im 9:9; 1Sam 14:27 (dua kali); 2Raja 5:14; 8:15; Kej 37:31; Yos 3:15. Ini tidak muncul di tempat lain; dan dari pemeriksaan teliti terhadap ayat-ayat ini, maknanya di antara orang Yahudi dapat ditarik. Dari ayat-ayat ini, dapat terlihat bahwa makna dasarnya bukan memercik atau merendam sepenuhnya. Ini berarti mencelupkan, biasanya untuk tujuan memercik, atau untuk tujuan lainnya. Jadi, mencelupkan jari, yaitu sebagian dari jari, dalam darah cukup untuk memercikkannya, Im 4:6. Mencelupkan burung hidup, dan kayu cedar, benang kirmizi, dan hisop, dalam darah burung yang telah dibunuh, untuk tujuan pemercikkan; di mana tidak mungkin semua ini dicelupkan dalam darah satu ekor burung, Im 14:6. Mencelupkan hisop ke dalam air, untuk dipercikkan, Bil 19:18. Mencelupkan sebagian roti ke dalam cuka, Rut 2:14. Mencelupkan kaki dalam minyak - lambang kelimpahan, Ul 33:24. Mewarnai, atau menodai, Yeh 23:15.  Menceburkan ke dalam parit, sehingga mengotori pakaian, Ayub 9:31. Mencelupkan ujung tongkat ke dalam madu, 1Sam 14:27. Mencelupkan di Sungai Yordan - pernyataan tentang Naaman orang Aram, 2Raja 5:14. Arahan nabi itu adalah untuk mencuci dirinya (2Raja 5:10), dan hal ini menunjukkan bahwa ia memahami mencuci dan membaptis memiliki arti yang sama. Untuk mencelupkan handuk, atau selimut, sehingga menutupi wajah seseorang untuk mencekiknya, 2Raja 8:15. Dalam semua kasus ini, tidak dapat ditunjukkan bahwa makna kata tersebut adalah merendam sepenuhnya. ... Namun, hampir dalam semua kasus, gagasan mengenai menerapkan air hanya pada sebagian tubuh orang atau obyek, meskipun melalui pencelupan, perlu diasumsikan. Dalam Perjanjian Baru, kata ‎baptizoo‎, dalam berbagai bentuknya, muncul sebanyak 80 kali; 57 di antaranya berhubungan dengan orang. Dari 57 kali tersebut, 18 kali diikuti oleh ‘dalam’ (‎en)‎, seperti dalam air, di padang gurun, di sungai Yordan; 9 kali diikuti oleh ‘ke dalam’ ‎(eis)‎, seperti ke dalam nama, dsb, ke dalam Kristus; satu kali diikuti oleh ‎epi ‎(Kis 2:38), dan dua kali diikuti oleh ‘untuk’ (‎huper)‎, 1Kor 15:29. Berikut adalah beberapa catatan yang dapat dibuat berdasarkan penelitian mengenai arti kata ini: 1. Bahwa dalam baptisan, mungkin, bahkan sangat mungkin, gagasan pencelupan adalah yang pertama yang muncul bagi seorang Yahudi. 2. Baginya, tidak akan terlintas bahwa kata tersebut harus berarti mencelupkan seluruhnya, atau atau merendam seluruhnya. 3. Gagasan mencuci akan menjadi yang paling mudah terlintas, sebagaimana terkait dengan suatu ritual / upacara agamawi. Lihatlah kasus Naaman, dan Markus 7:4 (bahasa Yunani). 4. Tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama dan Baru bahwa gagasan perendaman sepenuhnya pernah terkait dengan kata itu, atau bahwa itu pernah terjadi dalam kasus manapun. Jika orang-orang yang dibaptis masuk ke dalam air, itu masih belum terbukti bahwa satu-satunya cara baptisan adalah dengan perendaman sepenuhnya, karena bisa saja melalui penyiraman, meskipun mereka berada di dalam air. 5. Tidak ada perintah positif mewajibkan dimanapun dalam Perjanjian Baru bahwa satu-satunya cara baptisan harus dengan perendaman seluruh tubuh di bawah air. Tanpa perintah semacam itu, tidak dapat diwajibkan bagi orang-orang dari segala usia, bangsa, dan iklim, bahkan jika itu mungkin dalam iklim lembut Yudea itu sebagai cara yang umum. ‘Di Sungai Yordan’. Sungai Yordan adalah batas timur dari Palestina atau Yudea. ... Mengenai alasan mengapa sebuah sungai atau tempat yang melimpah air dipilih untuk melakukan baptisan, lihat catatan pada Yoh 3:23.].

 

Mark 7:3-4 - “(3) Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; (4) dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.”.

 

Im 4:6 - Imam harus mencelupkan (LXX: BAPSEI - BAPTO) jarinya ke dalam darah itu, dan memercikkan sedikit dari darah itu, tujuh kali di hadapan TUHAN, di depan tabir penyekat tempat kudus..

 

Im 14:6 - Tetapi burung yang masih hidup haruslah diambilnya bersama-sama dengan kayu aras, kain kirmizi dan hisop, lalu bersama-sama dengan burung itu semuanya harus dicelupkannya (LXX: BAPSEI - BAPTO) ke dalam darah burung yang sudah disembelih di atas air mengalir itu..

 

Bil 19:18 - Kemudian seorang yang tahir haruslah mengambil hisop, mencelupkannya (LXX: BAPSEI - BAPTO) ke dalam air itu dan memercikkannya ke atas kemah dan ke atas segala bejana dan ke atas orang-orang yang ada di sana, dan ke atas orang yang telah kena kepada tulang-tulang, atau kepada orang yang mati terbunuh, atau kepada mayat, atau kepada kubur itu;.

 

Rut 2:14a - Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas kepadanya: ‘Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah (LXX: BAPSEIS - BAPTO) suapmu [NASB: ‘piece of bread’] ke dalam cuka ini.’.

 

Barnes’ Notes (tentang Yoh 3:23): “‘Because there was much water there.’ John’s preaching attracted great multitudes. It appears that they remained with him probably many days. In many parts of that country, particularly in the hilly region near where John preached, it was difficult to find water to accommodate the necessities of the people, and perhaps, also, of the camels with which those from a distance would come. To meet their necessities, as well as for the purpose of baptizing, he selected a spot that was well watered, probably, with springs and rivulets. Whether the ordinance of baptism was performed by immersion or in any other mode, the selection of a place well watered was proper and necessary. The mention of the fact that there was much water there, and that John selected that as a convenient place to perform his office as a baptizer, proves nothing in regard to the mode in which the ordinance was administered, since he would naturally select such a place, whatever was the mode. Where numbers of people came together to remain any time, it is necessary to select such a place, whatever their employment. An encampment of soldiers is made on the same principles, and in every camp-meeting that I have ever seen, a place is selected where there is a good supply of water, though not one person should be immersed during the whole services. As all the facts in the case are fully met by the supposition that John might have baptized in some other way besides immersion, and as it is easy to conceive another reason that is sufficient to account for the fact that such a place was selected, this passage certainly should not be adduced to prove that he performed baptism only in that manner.” [= ‘Karena ada banyak air di sana’. Khotbah Yohanes menarik banyak orang. Tampaknya mereka tinggal bersamanya mungkin selama banyak hari. Di banyak bagian negara itu, terutama di daerah berbukit dekat tempat Yohanes berkhotbah, sulit untuk menemukan air yang mencukupi kebutuhan orang-orang, dan mungkin juga untuk unta-unta dengan mana mereka datang dari jarak jauh. Untuk memenuhi kebutuhan mereka, maupun untuk tujuan pembaptisan, dia memilih tempat yang cukup dengan air, mungkin dengan mata air dan sungai kecil. Apakah upacara pembaptisan dilakukan dengan perendaman atau dengan cara lain, pemilihan tempat yang tercukupi dengan air adalah tepat dan diperlukan. Penyebutan fakta bahwa ada banyak air di sana, dan bahwa Yohanes memilih tempat tersebut sebagai tempat yang nyaman untuk melaksanakan tugasnya sebagai pembaptis, tidak membuktikan apa pun mengenai mode yang digunakan dalam menyelenggarakan upacara tersebut, karena secara alami ia akan memilih tempat seperti itu, apapun mode yang digunakan. Ketika sejumlah orang berkumpul untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu, penting untuk memilih tempat seperti itu, apapun kegiatan / pekerjaan mereka. Sebuah perkemahan tentara dibuat dengan prinsip-prinsip yang sama, dan dalam setiap pertemuan perkemahan yang pernah saya lihat, tempat yang dipilih memiliki pasokan air yang cukup, meskipun tidak ada seorang pun yang direndam selama seluruh acara. Karena semua fakta dalam kasus ini dapat terpenuhi dengan asumsi bahwa Yohanes mungkin membaptis dengan cara lain selain perendaman, dan karena mudah membayangkan alasan lain yang cukup untuk menjelaskan mengapa tempat tersebut dipilih, maka ayat ini tentu tidak boleh dijadikan bukti bahwa ia melakukan pembaptisan hanya dengan cara tersebut.].

 

d) Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.”.

 

Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macam persembahan. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.

 

Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.

NASB: various washings [= bermacam-macam pembasuhan].

NIV: various ceremonial washings [= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan].

RSV: various ablutions [= bermacam-macam pembersihan / pencucian].

KJV: divers washings [= bermacam-macam pembasuhan].

 

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

 

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21.

 

Ibr 9:13,19,21 - “(13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, ... (19) Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, ... (21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah..

 

Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptisan’ tidak harus diartikan dengan cara penyelaman / perendaman, tetapi dengan pemercikan.

 

III) Tentang Ro 6:3-4.

 

Ro 6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”.

 

Merupakan suatu penafsiran yang dipaksakan kalau ada orang yang menganggap ayat ini sebagai ayat yang mendukung baptisan selam. Ayat ini hanya memaksudkan bahwa baptisan (tentu saja harus didahului dengan iman yang sejati kepada Kristus) mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dikubur dengan Dia, dan bangkit dengan Dia.

 

Jadi text ini sebetulnya tidak ada hubungannya dengan cara baptisan!

 

Charles Hodge (tentang Ro 6:4): The reference is not to the mode of baptism, but to its effect. Our baptism unites us to Christ, so that we died with him, and rose with him. [= Ini tidak menunjuk pada cara baptisan, tetapi akibat / hasilnya. Baptisan kita mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dan bangkit dengan Dia.] - ‘Romans’, hal 195.

 

Barnes’ Notes (tentang Ro 6:4): It is altogether probable that the apostle in this place had allusion to the custom of baptizing by immersion. This cannot, indeed, be proved, so as to be liable to no objection; but I presume that this is the idea which would strike the great mass of unprejudiced readers. But while this is admitted, it is also certain that his main scope and intention was not to describe the mode of baptism; nor to affirm that that mode was to be universal. The design was very different. It was to show that by the solemn profession made at our baptism, we had become dead to sin, as Christ was dead to the living world around him when he was buried; and that as he was raised up to life, so we should also rise to a new life. A similar expression occurs in Col 2:12, ‘Buried with him in baptism,’ etc. [= Sangat mungkin bahwa rasul di tempat ini merujuk pada kebiasaan pembaptisan melalui perendaman. Ini memang tidak dapat dibuktikan dengan cara yang tidak dapat disangkal; namun, saya berasumsi bahwa ini adalah gagasan yang akan terpikir oleh sebagian besar pembaca yang tidak mempunyai prasangka. Namun, sekalipun hal ini diakui, juga jelas bahwa tujuannya yang utama bukanlah untuk menggambarkan cara pembaptisan atau untuk menegaskan bahwa cara itu harus bersifat universal. Tujuannya sangat berbeda. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa melalui pengakuan khidmat yang kita buat pada baptisan kita, kita telah mati bagi dosa, seperti halnya Kristus mati bagi dunia yang hidup di sekitarNya ketika Ia dikuburkan; dan bahwa seperti Ia dibangkitkan pada kehidupan, demikian pula kita akan bangkit pada kehidupan yang baru. Ungkapan serupa juga muncul dalam Kol 2:12, ‘Bersama-sama dengan Dia kamu telah dikubur dalam baptisan,’ dll.].

 

Bandingkan dengan:

 

Gal 3:27 - “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.”.

 

Kol 2:11-13 - “(11) Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12) karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,”.

 

Ayat-ayat ini juga mempunyai arah yang sama dalam artinya. Baptisan mempersatukan orang percaya dengan Kristus sehingga dikatakan bahwa ia dikubur bersama Dia dan dibangkitkan / dihidupkan kembali bersama Dia!

 

Sebetulnya sampai di sini saya sudah menghancurkan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang mengharuskan baptisan selam, tetapi kalau di atas saya hanya mematahkan argumentasi-argumentasi mereka, maka di bawah ini saya melakukan serangan-serangan balik!

 

IV) Ada banyak kasus yang tidak memungkinkan baptisan selam.

 

Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41  Kis 9:18  Kis 10:47-48  Kis 16:33).

 

1) Kis 2:41 - Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa..

 

Charles Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:

“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. ... There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom;” [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum;] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

 

Catatan:

 

a)  Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.

 

b) Pernahkah saudara bayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Petrus untuk membaptis 3000 orang? Kalau 1 orang butuh 1 menit maka ia membutuhkan 3000 menit, atau 50 jam!!! Kalaupun 12 rasul membaptis semua tetap dibutuhkan 4 jam lebih. Tetapi kolam siapa yang diijinkan untuk diceburi 12 rasul + 12 orang yang dibaptis, sehingga total 24 orang?

 

c)  Kalau dilakukan baptisan selam dengan cara orangnya direbahkan dan Petrus menahan leher atau badan atas orang itu, menurunkan, lalu menaikkannya lagi, dan itu ia lakukan 3000 x, maka pasti bicep Petrus sama gedenya dengan bicep Ronnie Coleman / Arnold Schwarzenegger!

 

Charles Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:

“The baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use.’” [= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu’.] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

 

2) Kis 16:33 adalah salah satu contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyela­man karena hal itu terjadi di dalam penjara! Apakah penjara mempunyai kolam renang?

 

Kis 16:30-34 - “(30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: ‘Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?’ (31) Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’ (32) Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. (33) Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. (34) Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.”.

 

Ay 31-32 mereka diinjili oleh Paulus. Ay 33 mereka dibaptis. Ay 34 baru mereka membawa Paulus ke rumah mereka.

Baptisan dilakukan di dalam penjara. Memang ay 30 mengatakan mereka ‘keluar’, tetapi mereka baru betul-betul keluar dari penjara dalam ay 34, sehingga kata ‘keluar’ dalam ay 30 mungkin sekedar berarti bahwa mereka pergi dari penjara bagian dalam (bdk. ay 24), ke penjara bagian luar dimana lebih banyak cahaya dan udara segar.

 

Kis 16:24 - Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat..

 

Karena penjara tidak mempunyai kolam, di sini pasti tidak digunakan baptisan selam. Dari sini terlihat dengan jelas bahwa baptisan selam bukanlah satu-satunya cara membaptis yang benar!

 

3) Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40.

 

Kis 8:35-40 - (35) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. (36) Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’ (37) [Sahut Filipus: ‘Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.’ Jawabnya: ‘Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.’] (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita..

 

Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

 

a)      Kis 8:36 - ‘ada air’.

Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water {= air tertentu / sedikit air}]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

 

Barnes’ Notes: It is well known, however, that there is no large river or very considerable stream in this vicinity. [= Tetapi, diketahui dengan baik bahwa tidak ada sungai besar atau aliran yang sangat signifikan di sekitar lokasi ini.].

 

Charles Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man.” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia.] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.

 

b)      Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:

1.  Sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.

2.  Sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu dibaptis dengan cara tuang / percik, lalu keluar dari air.

 

Kalau dalam kasus Yesus kita tidak bisa memastikan mana dari dua arti itu yang benar, maka di sini kita bisa. Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.

 

Subyek dari kalimat ini adalah ‘mereka berdua’ (Filipus dan Sida-sida). Kata kerjanya cuma satu dan kata kerja itu adalah kata kerja bentuk jamak! Jadi subyek dari kalimat ini berlaku untuk kata ‘turun’ dalam ay 38 maupun untuk kata ‘keluar’ dalam ay 39. Cek dengan Bible Works 8.

 

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin / tidak masuk akal.

Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar PASTI adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

 

Jadi baptisan sida-sida dalam Kis 8 merupakan contoh yang sangat kuat bahwa baptisan tidak dilakukan dengan selam.

 

V)     Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:

 

1) Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification.

Baptisan memang merupakan lambang penyucian dosa.

 

Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”.

 

Kis 22:16 - “Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!”.

 

Karena itu baptisan dilakukan dengan menggunakan air, yang merupakan alat pembersih.

 

Ayat-ayat itu merupakan TYPE dari penyucian orang berdosa karena penebusan Kristus, dan lalu disimbolkan dengan baptisan!!

 

Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan percikan:

a)  Kel 24:8 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata  ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV: ‘sprinkled’ [= memercikkan].

b) Kel 29:16,21 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’ {= percikkanlah}].

c)  Im 7:14 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV: ‘sprinkles’ {= memercikkan}].

d) Im 14:7,51 - ‘memercik’.

e) Im 16:14 - ‘memercikannya’.

f)  Bil 8:7 - ‘percikkanlah’.

g) Bil 19:18 - ‘memercikkannya’.

h)  Yes 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ [= Ia akan memerciki banyak bangsa].

i)   Ibr 9:13 - ‘percikan’.

j)   Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’. 

k)  Ibr 10:22 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to cleanse’ {= diperciki untuk membersihkan}].

l)   Ibr 12:24 - ‘darah pemercikan’.

 

2) Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).

Kata with water’ / ‘dengan air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.

 

Mat 3:11 memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in [= di dalam], tetapi juga sebagai with [= dengan]. Cek dengan Bible Works 8.

 

Kesimpulan:

 

Baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!

 

Juga kita tidak diselamatkan oleh baptisan dengan cara apapun, tetapi dengan iman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat! Tak peduli saudara dibaptis berapa kali dan dengan cara yang mana, tanpa iman kepada Yesus saudara akan binasa dan masuk neraka!

 

 

 

-o0o-


 

NT New Testament

e.g. exempli gratia, for example

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali