(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Rabu,
tgl 19 Oktober 2007, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
(7064-1331
/ 6050-1331)
Ayub 1:1-5
- “(1) Ada
seorang laki2 di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut
akan Allah dan menjauhi kejahatan. (2) Ia mendapat 7 anak laki2 dan 3 anak
perempuan. (3) Ia memiliki 7.000 ekor kambing domba, 3.000 ekor unta, 500
pasang lembu, 500 keledai betina dan budak2 dalam jumlah yang sangat besar,
sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur. (4)
Anak2nya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing2 menurut
giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum
bersama2 mereka. (5) Setiap kali, apabila hari2 pesta telah berlalu, Ayub
memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi2, bangunlah
Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian,
sebab pikirnya: ‘Mungkin anak2ku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki
Allah di dalam hati.’ Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa”.
Pendahuluan:
Ada
banyak hal yang tak diketahui tentang kitab Ayub, seperti:
1) Kapan Ayub hidup.
Ayub
42:16 - ‘sesudah
itu Ayub masih hidup 140 tahun lamanya’.
2) Kapan kitab Ayub ditulis.
3) Siapa penulis kitab Ayub.
Andersen:
Kita
tidak tahu siapa yang menulis kitab Ayub atau kapan ia hidup. Juga kita tidak
tahu dimana. Jika ada beberapa orang yang terlibat (dalam
penulisan kitab Ayub), kita tetap tidak mengetahui apa2 tentang mereka. ...
Ada jangka waktu yang lebar yang diusulkan, membentang mulai jaman Musa sampai
jaman Yunani.
1)
Cerita Ayub merupakan cerita sejarah.
Ay 1a:
‘Ada
seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub’.
a)
Cerita sejarah (Bdk. 1Sam 25:2 - ‘Ketika
itu ada seorang laki-laki di Maon, yang mempunyai perusahaan di Karmel. Orang
itu sangat kaya: ia mempunyai 3.000 ekor domba dan 1.000 ekor kambing’).
b)
Perumpamaan (Bdk. 2Sam 12:1 - ‘Ada
2 orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin’).
Barnes:
kitab
ini dibuka / dimulai dengan kenyataan; dan pernyataan yang jelas bahwa di sana
ada seseorang, penyebutan namanya dan tempat dimana ia hidup menunjukkan bahwa
penulis kitab ini bermaksud untuk menegaskan bahwa dalam faktanya memang ada
orang seperti itu.
Yeh 14:14,20
- “(14)
biarpun di tengah2nya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub,
mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka,
demikianlah firman Tuhan ALLAH. ... (20) dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada
di tengah2nya, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak
akan menyelamatkan baik anak laki2 maupun anak perempuan, melainkan mereka akan
menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka”.
Yak 5:11
- “Sesungguhnya
kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah
mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya
disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan”.
Matthew
Poole:
ini
bukan fiksi atau perumpamaan, seperti yang dimimpikan oleh sebagian orang,
tetapi sejarah yang sungguh2.
2) ‘Ada seorang laki-laki’
(ay 1a).
KJV:
‘There was a man’ (= di sana ada seseorang / seorang laki-laki).
Pulpit:
Seseorang
/ seorang laki-laki. Ayub muncul / tampak di hadapan kita sebagai seorang
manusia. ... Hanya seorang manusia. Bukan setengah allah / dewa, bukan seorang
malaikat. Rapuh seperti manusia, lemah, dan bisa berbuat salah.
Yak 5:17-18
- “(17)
Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh2
berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama 3
tahun dan 6 bulan. (18) Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan
bumipun mengeluarkan buahnya”.
3) ‘Ayub’
dan ‘tanah
Us’.
Rat 4:21
- “Bergembira
dan bersukacitalah, hai puteri Edom, engkau yang mendiami tanah Us, juga
kepadamu piala akan sampai, engkau akan jadi mabuk lalu menelanjangi dirimu!”.
4) Kesalehan Ayub (ay 1b). Ini diakui oleh Allah
sendiri (ay 8 2:3).
Bdk.
Ayub 31:1 - “‘Aku
telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?”.
a)
Ini tidak menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang suci murni tanpa dosa
sedikitpun (bdk. Ro 3:10-12 Ro 3:23 Ayub 4:17 Ayub 25:4
Pengkhotbah 7:20).
Andersen:
Ayub
tidak dianggap sebagai sempurna atau tanpa dosa. Semua pembicara dalam kitab
ini, termasuk Ayub sendiri, yakin bahwa semua manusia itu berdosa.
Ayub 9:20
(KJV): ‘If I justify myself, mine own mouth shall condemn me; if I say, I
am perfect, it shall also prove me perverse’ (= Jika aku membenarkan
diriku sendiri, mulutku sendiri akan menyalahkan aku; jika aku berkata: aku
sempurna, itu juga akan membuktikan aku sesat).
b)
Ayub saleh tetapi toh menderita bahkan sangat menderita, untuk jangka
waktu yang cukup lama.
·
Fakta dari kebenaran sejati dari
Ayub merupakan sesuatu yang penting bagi kitab ini. Kitab ini dimulai dengan
suatu pertentangan pendapat antara Yahweh dan Setan tentang hal ini. Sang
pemfitnah menyangkalnya; Yahweh bermaksud untuk membuktikannya.
·
Kitab Ayub menceritakan cerita
tentang seorang yang baik yang dibanjiri dengan kesukaran. Ia dikuliti /
ditelanjangi dari kekayaannya, keluarganya, kesehatannya. Ia tidak tahu mengapa
Allah telah melakukan ini kepadanya. Hanya pembaca yang tahu bahwa Allah sedang
mencoba untuk membuktikan kepada Setan bahwa iman Ayub itu asli / sejati.
·
Banyak pemikir, menjadi takut
oleh ketidakberdayaan manusia terhadap bencana alam atau menjadi sakit hati oleh
pemerasan yang kejam terhadap ‘orang yang tertindas dan terluka / menderita’
oleh penguasa yang jahat dari kekuatan politik dan ekonomi, telah kehilangan
iman kepada kebaikan Allah. Mereka memprotes: ‘Seandainya aku mempunyai kuasa
Allah, aku bisa melakukan lebih banyak tentang hal-hal ini dari pada yang
kelihatannya dilakukan oleh Allah!’.
·
Ini khususnya merupakan kitab
untuk seadanya orang yang mendapati dirinya sendiri dalam ‘hari sakitnya
Ayub’ sebagai akibat dari pengalaman yang menghancurkan.
Ay
2: “Ia
mendapat 7 anak laki2 dan 3 anak perempuan”.
Ay 3:
“Ia
memiliki 7000 ekor kambing domba, 3000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai
betina dan budak2 dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang
terkaya dari semua orang di sebelah timur”.
1) Ayub adalah orang yang rajin bekerja.
Barnes:
Fakta
bahwa Ayub mempunyai begitu banyak lembu jantan menunjukkan secara tidak
langsung bahwa ia menekuni pengolahan tanah maupun pemeliharaan kawanan ternak;
bdk. ay 14.
2) Hubungan kesalehan dan pekerjaan.
3) Hubungan dan perbandingan antara kesalehan
dan kekayaan.
Pulpit:
Ayub
kaya, baik kekayaan materi maupun kekayaan rohani, dan dengan demikian
membuktikan bahwa, sekalipun orang baik / saleh tidak selalu kaya, sama seperti
orang kaya tidak selalu baik / saleh, tetapi bukannya tidak mungkin untuk
menjadi keduanya (saleh dan kaya).
Pulpit:
1. Kesalehan
bisa didapatkan oleh semua orang; kekayaan bisa diperoleh hanya oleh sedikit
orang. 2. Kesalehan berguna bagi semua orang; kekayaan merugikan /
berbahaya bagi sebagian orang. 3. Kesalehan akan tinggal / menetap dengan
semua orang; kekayaan tidak bisa tinggal / menetap dengan siapapun.
Pulpit:
1. Mereka
yang mempunyai kesalehan bisa hidup tanpa kekayaan. 2. Mereka yang
mempunyai kekayaan tidak bisa hidup tanpa kesalehan.
Ay 4-5:
“(4)
Anak2nya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing2 menurut
giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum
bersama2 mereka. (5) Setiap kali, apabila hari2 pesta telah berlalu, Ayub
memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi2, bangunlah
Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab
pikirnya: ‘Mungkin anak2ku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di
dalam hati.’ Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa”.
1)
Kelihatannya anak2 Ayub mempunyai rumah masing2 (Ay 4: ‘di
rumah mereka masing2’; ay 18: ‘di
rumah saudara mereka yang sulung’).
Andersen:
Sekalipun
ada keintiman keluarga, anak2 orang kaya atau raja bisa mempunyai tempat tinggal
sendiri, sekalipun mereka tidak / belum menikah (Kej 25:5,6
Hakim 10:4 2Sam 13:7 14:24,31).
Bandingkan Ayub 1:18. Diperkirakan bahwa saudara2 perempuan tetap tinggal
dengan orang tua mereka.
2)
Anak2 Ayub mengadakan pesta secara bergiliran.
3)
Ayub menguduskan anak2nya (ay 5).
a)
Ayub melakukan hal ini setiap anak2nya selesai berpesta.
b)
Sebagai kepala keluarga, Ayub bertindak sebagai imam antara Allah dan
keluarganya.
Pulpit:
Dalam
dunia kuno, di luar hukum Musa, ayah dari keluarga merupakan imam, dan hanya ia
yang boleh memberkati, menguduskan / menyucikan, dan mempersembahkan korban.
c)
Korban bakaran (ay 5b bdk. Im 9:7 Kel
29:42 Bil 28:3,6,10,15,24,31).
Pulpit:
Korban
bakaran diadakan segera setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, seperti yang
kita pelajari dari Kej 4:4, dan sudah biasa dilakukan jauh sebelum hukum Musa
diberikan (lihat Kej 8:20 22:8,13
31:54 Kel 18:12).
d)
‘mengutuki
Allah’.
1.
‘mengutuki’
®
‘memberkati’.
‘memberkati
/ memuji allah lain’.
‘mengutuki
Allah’.
1Raja 21:10,13
- “(10)
Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi
terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja.
Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati.’
... (13) Kemudian datanglah dua orang, yakni orang2 dursila itu, lalu duduk
menghadapi Nabot. Orang2 dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat,
katanya: ‘Nabot telah mengutuk Allah dan raja.’ Sesudah itu mereka
membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati”.
Ayub 1:5,11
- “(5)
Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan
menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi2, bangunlah Ayub, lalu
mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya:
‘Mungkin anak2ku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam
hati.’ Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa. ... (11) Tetapi ulurkanlah
tanganMu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau
di hadapanMu.’”.
Ayub 2:5,9
- “(5)
Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki
Engkau di hadapanMu.’ ... (9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: ‘Masih
bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan
matilah!’”.
2.
Bagaimana mungkin kata ‘memberkati’
diartikan ‘mengutuki’?
a.
Clarke: Banyak
orang yang beranggapan bahwa kata BARAKH berarti baik ‘memberkati’ maupun
‘mengutuk’; dan demikianlah ditafsirkan dalam kebanyakan kamus.
b.
Ini = euphemisme / penghalusan bahasa.
Pulpit:
Para
penulis / penyusun kamus tidak sependapat tentang bagaimana kata ini, yang arti
utamanya adalah ‘berlutut’, dan karenanya ‘berdoa’, ‘memberkati’,
bisa berarti ‘mengutuk’ atau ‘menghujat’. Menurut sebagian orang, ini
adalah suatu euphemisme, (karena)
gagasan tentang pengutukan terhadap Allah merupakan sesuatu yang terlalu
mengerikan bagi seorang Yahudi untuk dinyatakan dalam kata2; sementara yang lain
mendapatkan arti ini dari fakta bahwa suatu kutukan sebetulnya merupakan suatu
doa yang ditujukan kepada Allah.
Catatan:
‘euphemism’ = ‘to use a good and auspicious word for an evil or
inauspicious’ (= menggunakan kata yang baik dan menyenangkan untuk kata
yang jahat / jelek dan tidak menguntungkan).
Andersen:
Kata
yang diterjemahkan ‘mengutuk’ di sini dan dalam 1:11; 2:5,9 (bdk. 1Raja
21:10,13), secara hurufiah adalah ‘memberkati’. Itu bisa merupakan
euphemism, diperkenalkan oleh penulis, untuk menghindari pembacaan dari ungkapan
yang begitu mengerikan. ... Tetapi bisa terjadi bahwa dari praktek seperti itu
kata itu betul2 mendapatkan arti yang berlawanan pada waktu kontex menentukan
hal itu.
Kel 22:28
- “‘Janganlah
engkau mengutuki Allah dan janganlah engkau menyumpahi seorang pemuka di
tengah2 bangsamu”.
KJV/RSV:
‘revile’ (= memaki-maki).
NIV: ‘blaspheme’ (=
menghujat).
NASB: ‘curse’ (=
mengutuk).
c.
Orang sering memberkati pada waktu berpisah, sehingga ‘memberkati’
akhirnya diartikan ‘mengucapkan
selamat jalan’ atau ‘menyuruh
pergi / mengusir’, dan akhirnya diartikan ‘menghujat’
/ ‘mengutuk’.
Keil
& Delitzsch: memberkati Allah, yaitu
mengucapkan selamat jalan kepadaNya, menyuruhNya pergi, seperti dalam Ayub 2:9,
sama dengan menghujat Allah.
e)
Kalau Ayub menguatirkan bahwa anak2nya mengutuki Allah, mungkin maksudnya
adalah bahwa mereka bukannya betul2 mengutuki / memaki2 Allah, tetapi bahwa
mereka melupakan / mengabaikan Allah.
Bdk.
Luk 21:34 - “‘Jagalah
dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta
kepentingan2 duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba2 jatuh ke atas
dirimu seperti suatu jerat”.
f)
Dosa yang ia takutkan terjadi di kalangan anak-anaknya ini, adalah dosa
ke dalam mana Setan menginginkan Ayub jatuh (1:11
2:5), dan ke dalam mana istrinya mencobainya (2:9).
g)
Ayub sangat memperhatikan kerohanian anak-anaknya!
-o0o-
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali