(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu, tanggal 22 Februari 2009, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 / 6050-1331)
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi,
United States of America.
8:
(031) 593-4889. HP: 081-331-588855 / (031) 7064-1331 / (031) 6050-1331.
Alamat
E-mail : [email protected]
Yak 2:14-26 - “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
Kalau
kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa
kelihatannya bagian surat Yakobus ini bertentangan dengan banyak bagian
surat-surat Paulus.
Contoh:
·
Ro 3:28 kelihatannya
bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28
- “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan
karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak
2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
·
Ro 4:1-4 dan Gal 3:6
kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro
4:1-4 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur
jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia
beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah
dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang
bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya”.
Gal 3:6
- “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
Yak
2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas
mezbah?”.
·
Ef 2:8-9 kelihatannya bertentangan
dengan Yak 2:24.
Ef
2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Yak
2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Juga
kelihatannya Ibr 11:31 bertentangan dengan Yak 2:25.
Ibr
11:31 - “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa
bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut
pengintai-pengintai itu dengan baik”.
Yak
2:25 - “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di
dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Bagian
surat Yakobus ini menyebabkan adanya tokoh-tokoh Kristen yang merendahkan surat
Yakobus ini.
¨
Martin Luther berkata tentang surat
Yakobus sebagai berikut: “a
right strawy epistle, for it has no true evangelical character” (=
surat jerami, karena surat ini tidak mempunyai sifat injili yang benar).
Adam
Clarke: “Luther,
supposing that James did actually teach the doctrine of justification by works,
which his good sense showed him to be absolutely insufficient for salvation, was
led to condemn the letter ‘in toto’, as a production unauthenticated by the
Holy Spirit, and consequently worthy of no regard; he therefore termed it epistola
straminea, a chaffy letter, an letter of straw, fit only to be burnt”
[= Luther, yang menganggap bahwa Yakobus betul-betul
mengajarkan doktrin pembenaran oleh perbuatan baik, yang pengertiannya yang baik
telah menunjukkan kepadanya sebagai mutlak tidak cukup untuk keselamatan,
dibimbing untuk mengecam surat ini IN TOTO (?), sebagai bukan hasil yang asli oleh Roh Kudus, dan karena itu tidak
layak dihormati; karena itu ia memberinya istilah epistola straminea, suatu surat yang bersikap sekam, suatu
surat dari jerami, yang hanya cocok untuk dibakar].
Catatan:
saya tidak tahu arti dari kata-kata bahasa Latin ‘in
toto’. Mungkin artinya adalah ‘secara keseluruhan’; jadi maksudnya
‘seluruh surat Yakobus’.
¨
Philip Melanchton berkata: “‘faith justifies’ and
‘faith does not justify’ are plain contradiction. Whoever can reconcile
them, on him I will put my cap, and allow him to call me a fool” (= ‘iman
membenarkan’ dan ‘iman tidak membenarkan’ adalah kontradiksi yang nyata.
Siapapun dapat memperdamaikan mereka, padanya aku akan memakaikan topi, dan
mengijinkannya menyebutku orang tolol).
Ada
beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamaikan / mengharmoniskan
Paulus dan Yakobus:
1)
Adanya perbedaan tujuan.
Paulus
menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang
menekankan keselamatan karena perbuatan baik.
Bdk.
Kis 15:1-2 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan
mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat
menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat
diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan
membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas
serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan
penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu”.
Karena
itu Paulus justru menekankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang
menyebabkan kita diselamatkan (Gal 2:16,21
Ef 2:8-9).
Tetapi
Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen,
tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru
menekankan perbuatan baik.
2)
Adanya perbedaan penggunaan istilah.
a)
Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau
Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang
digunakan untuk menyelamatkan diri kita. Karena itu maka ia berkata bahwa
perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi
kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksudkannya sebagai akibat /
hasil dari keselamatan. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada
dalam diri orang kristen.
b)
Istilah ‘iman / percaya’.
Kalau
Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus.
Tetapi
kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya
dengan mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang
mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).
Calvin:
“it
appears from the first words, that he speaks of false profession of faith: for
he does not begin thus, ‘If any one has faith;’ but, ‘If any says that he
has faith;’ by which he certainly intimates that hypocrites boast of the empty
name of faith, which really does not belong to them” [= kelihatan
dari kata-kata pertama, bahwa ia (Yakobus)
berbicara tentang pengakuan iman yang palsu: karena ia tidak memulai demikian,
‘Jika seorang mempunyai iman’; tetapi ‘Jika seorang mengatakan bahwa ia
mempunyai iman’; dengan mana ia pasti mengisyaratkan bahwa orang-orang munafik
membanggakan tentang nama / sebutan yang kosong dari iman, yang sesungguhnya
bukan milik mereka].
c)
Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau
Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan oleh
Allah’.
Tetapi
kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu
yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).
Catatan:
1.
Kita harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak,
maka kita akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan
antara Yakobus dan Paulus.
2.
Kalau saudara mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah
sesuatu yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara
Yakobus menggunakan istilah-istilah di atas!
Kesimpulan:
Dalam
Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya
tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan
percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik.
Mungkin
ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation
by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus.
Calvin:
“When
Paul says that we are justified by faith, he means no other thing than that by
faith we are counted righteous before God. But James has quite another thing in
view, even to shew that he who professes that he has faith, must prove the
reality of his faith by his works”
(= Ketika Paulus mengatakan bahwa kita dibenarkan oleh
iman, ia memaksudkan tidak lain dari bahwa oleh iman kita dianggap benar di
hadapan Allah. Tetapi Yakobus menujukan pandangannya pada hal yang lain, yaitu
untuk menunjukkan bahwa ia yang mengaku bahwa ia mempunyai iman, harus
membuktikan realita dari imannya oleh pekerjaan / perbuatan baiknya).
Adam
Clarke: “Learned
men have spent much time in striving to reconcile these two writers, and to show
that Paul and James perfectly accord; one teaching the pure doctrine, the other
guarding men against the abuse of it” (= Orang-orang
terpelajar telah menghabiskan banyak waktu dalam pergumulan untuk mendamaikan
kedua penulis ini, dan untuk menunjukkan bahwa Paulus dan Yakobus sesuai secara
sempurna; yang satu mengajarkan doktrin yang murni, yang lain menjaga
orang-orang dari penyalah-gunaan doktrin itu).
Jamieson,
Fausset & Brown: “At
all events the Holy Spirit by James combats, not Paul, but those who abuse
Paul’s doctrine” (= Bagaimanapun / apapun yang
terjadi, Roh Kudus oleh Yakobus, bukan melawan Paulus, tetapi melawan mereka
yang menyalah-gunakan doktrin / ajaran Paulus).
Kemungkinan
yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap
tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25 2:12). Dengan demikian secara keseluruhan ia mengajarkan
bahwa sekalipun orang kristen sudah dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada
Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk
berbuat dosa!
1)
Yakobus berkata bahwa ‘iman / pengakuan percaya tanpa perbuatan’
tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk
ini ia memberikan suatu illustrasi dalam ay 15-16: “(15) Jika seorang
saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,
(16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain
panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa
yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
Saya
berpendapat bahwa dari illustrasi yang digunakan oleh Yakobus ini terlihat bahwa
ia tidak bermaksud untuk mengajarkan doktrin sesat ‘salvation
by works’ (= keselamatan oleh perbuatan
baik), karena illustrasi yang ia berikan intinya adalah ‘kata-kata
tanpa tindakan, tidak ada gunanya’. Jadi, dalam realitanya, ‘pengakuan iman
(bukan ‘iman itu sendiri’), tanpa tindakan / perbuatan, tidak ada
gunanya’.
2)
Yakobus juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ay 17,20,26:
“(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (20) Hai manusia yang
bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman
yang kosong? ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian
jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
Ini
tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada / hidup, lalu menjadi mati.
Artinya
adalah bahwa pengakuan orang itu adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas
menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena
itu imannya tidak bisa ditunjukkan. Bdk. ay 18: “Tetapi mungkin ada
orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan
menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku
akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.
Dalam
ay 18 ini Yakobus membandingkan 2 orang:
a)
Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan perbuatan.
Kata-kata
‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a)
tidak boleh diartikan seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak
mempunyai iman, karena ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan
juga ini bertentangan dengan ay 18b yang mengatakan ‘aku
akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.
Dari
kata-kata dalam ay 18b itu juga jelas bahwa orang ini bisa menunjukkan
imannya!
b)
Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan. Orang ini tidak bisa
menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!
3)
Yakobus menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Ay 19:
“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi
setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.
Kepercayaan
terhadap adanya satu Allah adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan,
kepercayaannya akan adanya satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup
yang benar! (Catatan: kepercayaan itu hanya menyebabkan ia gemetar! Ini
menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai
dengan penebusan, hanya menghasilkan rasa takut!).
Jadi
jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi tidak membuktikan imannya dengan
perbuatan baik, tidak berbeda dengan setan!
Kesimpulan
dari 3 hal di atas:
Kalau
seseorang mengaku percaya, tetapi tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka
ia sebetulnya bukan orang kristen! Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu!
Ia tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’,
tetapi ia menyebutnya ‘seorang’
(ay 14), atau ‘orang’ (ay
18), atau ‘manusia’ (ay 20).
Penerapan:
Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam
diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah
saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?
John
Owen: “I
do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the
greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya
tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati,
kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).
1)
Abraham (ay 21-24).
Ay 21-24:
“(21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas
mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan
oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian
genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka
Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham
disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan
karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
a)
Ay 21:
“Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas
mezbah?”.
Ini
tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu
pada waktu ia mempersembahkan Ishak.
Alasannya:
1.
Persembahan itu dikatakan merupakan bukti iman Abraham (Ibr 11:17-19).
Ibr 11:17-19
- “(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai,
mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan
anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang
berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ (19) Karena ia berpikir,
bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati.
Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”.
Kata-kata
‘Karena iman’ pada awal Ibr 11:17,
oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘by
faith’ (= oleh iman).
Jadi,
text ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu dan baru setelah itu ia
mempersembahkan Ishak.
2.
Abraham dibenarkan karena imannya (ay 23
bdk. Kej 15:6) dan ini terjadi lebih kurang 30 tahun sebelum ia
mempersembahkan Ishak (Kej 22).
Ay 23:
“Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah
Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kej 15:5-6
- “(5) Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke
langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka
firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (6) Lalu percayalah
Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran”.
Jadi,
arti ayat ini adalah: persembahan Abraham itu adalah perbuatan baik yang
membuktikan iman Abraham / membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang
beriman.
b)
Ay 22: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan
perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Artinya:
iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan + perbuatan baik barulah
sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna / sungguh-sungguh.
Calvin:
“It
is said to have been perfected by works, not because it received thence its own
perfection, but because it was thus proved to be true” (= Dikatakan
bahwa iman disempurnakan oleh perbuatan-perbuatan, bukan karena iman itu
menerima kesempurnaanya sendiri dari sana, tetapi karena dengan demikian iman
itu dibuktikan sebagai benar).
c)
Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan:
‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat
Allah.’”.
Perhatikan
kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’. Artinya: dengan adanya
persembahan Ishak itu kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.
d)
Ay 24: “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Kata-kata
‘manusia dibenarkan’, artinya
adalah: ia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap munafik.
2)
Rahab (ay 25).
Ay
25: “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di
dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
a)
Ay 25 yang berbicara tentang Rahab ini, bukan merupakan contoh
keselamatan karena perbuatan baik, tetapi keselamatan karena iman, yang
dibuktikan dengan perbuatan baik.
Jamieson,
Fausset & Brown: “Rahab’s
act was such that it cannot be quoted to prove justification by works as such.
She believed assuredly what her other countrymen disbelieved, and this in the
face of every improbability that an unwarlike few would conquer well-armed
numbers. In this belief she hid the spies at the risk of her life. Hence, Heb
11:31 names this as an example of faith, rather than of obedience” (= Tindakan
Rahab adalah sedemikian rupa sehingga itu tidak bisa dikutip untuk membuktikan
pembenaran oleh perbuatan baik saja. Ia percaya secara pasti apa yang
orang-orang senegaranya yang lain tidak percaya, dan ini di hadapan setiap
ketidak-mungkinan bahwa sedikit orang-orang yang tidak suka perang akan
mengalahkan sejumlah besar orang-orang yang bersenjata lengkap. Dalam
kepercayaan ini ia menyembunyikan mata-mata itu dengan resiko nyawanya. Karena
itu, Ibr 11:31 menyebutkan ini sebagai contoh dari iman, dari pada contoh dari
perbuatan baik).
Ibr
11:31 - “Karena (Oleh) iman maka
Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang
durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik”.
Catatan:
Sama seperti dalam kasus Ibr 11:17 di atas, kata-kata ‘karena
iman’ pada awal Ibr 11:31, oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘by faith’ (= oleh iman).
b)
Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras dengan Abraham.
Kalau Abraham adalah seorang laki-laki, maka Rahab adalah seorang perempuan.
Kalau Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel, maka Rahab adalah orang kafir.
Kalau Abraham adalah orang yang terhormat, maka Rahab adalah seorang pelacur!
Mengapa
Yakobus mengambil contoh orang seperti Rahab? Karena kalau contohnya hanya orang
seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang
luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata
seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan
terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk
orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yos 2:1-7).
Calvin:
“It
seems strange that he connected together those who were so unlike. ... Why did
he prefer a harlot to all others? he designedly put together two persons so
different in their character, in order more clearly to shew, that no one,
whatever may have been his or her condition, nation, or class in society, has
ever been counted righteous without good works. ... Whosoever, then, seeks to be
counted righteous, though he may even be among the lowest, must yet shew that he
is such by good works”
(= Kelihatannya aneh bahwa ia menghubungkan mereka yang
begitu berbeda. ... Mengapa ia lebih memilih seorang pelacur dari pada semua
orang lain? ia dengan terencana menggabungkan dua orang yang begitu berbeda
dalam karakter mereka, untuk menunjukkan dengan lebih jelas, bahwa tidak
seorangpun, apapun kondisi, bangsa, atau golongannya dalam masyarakat, pernah
dianggap benar tanpa perbuatan baik. ... Maka, siapapun berusaha untuk dianggap
benar, sekalipun ia ada di antara orang-orang yang paling rendah, tetap harus
menunjukkan oleh perbuatan baik bahwa ia adalah orang seperti itu).
c)
Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena mengandung dusta /
dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
1.
Ia adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman
Tuhan.
2.
Ia adalah seorang pelacur.
3.
Ia adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan
perbuatan baik yang sempurna.
4.
Perbuatan baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel
terhadap tentara Yerikho, mempunyai resiko tinggi.
Jadi,
sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai
perbuatan baik yang membuktikan imannya!
Dengan
adanya contoh Rahab ini terlihat dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman
itu, kalau ia memang betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan
baik sebagai buah / bukti imannya.
William
Hendriksen: “Good works have
never saved anybody. Yet without them no one has a right to claim that he is a
Christian” (= Perbuatan baik tidak pernah
menyelamatkan siapapun. Tetapi tanpa perbuatan baik tidak seorangpun mempunyai
hak untuk mengclaim bahwa ia adalah orang Kristen) - ‘Romans’,
hal 114.
Juga
ada semacam semboyan yang berbunyi sebagai berikut: “We are justified by faith
alone, but not by faith that is alone” [= Kita
dibenarkan oleh iman saja, tetapi bukan oleh iman yang sendirian (tanpa
perbuatan baik)].
Apakah iman saudara sudah terbukti dengan
adanya perbuatan-perbuatan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah
orang kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau
belum, sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara
belum diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!
-AMIN-
Bagi sdr yg telah
mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada
sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel
ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr.
Amin.
Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali