(Rungkut
Megah Raya Blok D No 16)
Rabu,
tgl 5 Juli 2017, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
ALLAH
TRITUNGGAL(4)
3) Allah mempunyai sifat self-existent, dan
sifat ini tidak memungkinkan adanya lebih dari satu ‘makhluk’ seperti Dia.
a) Sifat self-existent [= ada dengan sendirinya / ada dari
dirinya sendiri] dari Allah, jelas merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena
Kitab Suci menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah (Kej 1:1-31
Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang
terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak pernah
diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga.
Yoh
1:3,10 - “(3)
Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
... (10) Ia telah ada di dalam dunia dan dunia
dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.”.
Text
di atas ini menunjukkan Yesus sebagai Pencipta (jelas bahwa Yesus ditinjau
sebagai Allah), dan segala sesuatu di luar diri Allah diciptakan olehNya (ini
berarti malaikat juga tercakup).
Tetapi
adanya penggunaan kata ‘oleh’
(ay 3,10), yang dalam bahasa Yunaninya adalah DIA (biasanya berarti ‘through’
/ ‘melalui’) menyebabkan kelompok Unitarian dan Saksi Yehuwa menganggap
bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Yesus itu hanyalah sekedar alat yang dipakai
oleh Bapa dalam menciptakan segala sesuatu. Kita bisa tetap menggunakan text di
atas ini karena kata Yunani DIA, sekalipun biasanya berarti ‘through’
/ ‘melalui’, tetapi bisa juga diterjemahkan ‘by’ [= oleh].
Tetapi
kalau argumentasi ini dianggap kurang, maka kita bisa melihat pada text di bawah
ini.
Ibr
1:8-10 - “(8)
Tetapi
tentang (kepada) Anak Ia berkata:
‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk
seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9)
Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah
mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman
sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya
Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan
langit adalah buatan tanganMu.”.
KJV:
‘But unto
the Son ...’ [= Tetapi kepada
Anak ...’].
Dalam
ay 8 Yesus disebut ‘Allah’,
dan dalam ay 10 Yesus disebut ‘Tuhan’,
dan dilanjutkan dengan kata-kata “Engkau
telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.”.
Jadi,
Allah menciptakan segala sesuatu, tetapi Dia sendiri tak diciptakan. Ia ada dari
diriNya sendiri (self-existent).
b)
Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan:
1. Allah adalah ‘makhluk’ yang independent [= bebas / tak
tergantung] secara mutlak.
a. DiriNya / keberadaanNya / hidupNya independent (Yoh 5:26).
Yoh
5:26 - “Sebab
sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya
sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam
diriNya sendiri.”.
b. PikiranNya / rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent.
Ro
11:33-34 - “(33)
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak
terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!
(34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau
siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.
Ro
9:10-24 - “(10)
Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari
satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu
belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana
Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi
berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang
tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku
mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak
kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada
Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa
Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau
bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang
atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab
Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau,
yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu
dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia
menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati
siapa yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku:
‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang
kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?
Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau
membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk
tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama
suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk
dipakai guna tujuan yang biasa? (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan
murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap
benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan - (23) justru
untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang
telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah dipanggilNya
bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa
lain,”.
Catatan:
Ay 11b:
“bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya”.
Ini salah terjemahan.
NIV:
‘not by works but by him who
calls’
[= bukan oleh perbuatan tetapi oleh Dia yang memanggil].
Dan 4:35
- “Semua
penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut
kehendakNya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak
ada seorangpun yang dapat menolak tanganNya dengan berkata kepadaNya: ‘Apa
yang Kaubuat?’”.
Ef
1:5 - “Dalam
kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”.
Maz
115:3 - “Allah
kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendakiNya!”.
1Yoh
5:14 - “Dan
inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita,
jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut
kehendakNya.”.
2. Segala sesuatu ada hanya melalui Dia, dan segala sesuatu tergantung
kepada Dia.
Neh 9:6
- “‘Hanya
Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit,
ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala
yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau
memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud
menyembah kepadaMu.”.
Yoh 1:3
- “Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan.”.
1Tim
6:13a - “Di
hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala
sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar
yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:”.
Kis
17:28 - “(25)
dan juga
tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah
yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. ... (28) Sebab di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah
juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita
ini dari keturunan Allah juga.”.
Bible
Knowledge Commentary (tentang Kis 17:28):
“All
people - Athenians along with all others are God’s offspring, not in the sense
that they are all His redeemed children or in the sense that they all possess an
element of deity, but in the sense that they are created by God and receive
their very life and breath from Him (v. 25).” [= Semua orang - orang-orang Athena
bersama-sama dengan semua orang lain adalah keturunan Allah, bukan dalam arti
bahwa mereka semua adalah anak-anakNya yang telah ditebus, atau dalam arti bahwa
mereka semua memiliki suatu elemen keallahan, tetapi dalam arti bahwa mereka
diciptakan oleh Allah, dan menerima kehidupan dan nafas mereka dari Dia (ay
25).].
Ibr 1:3
- “Ia
adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang
segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia
selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di
tempat yang tinggi,”.
Calvin (tentang Ibr 1:3):
“‘And upholding (or bearing)
all things,’ etc. To uphold or to bear
here means to preserve or to continue all that is created in its own state; for
he intimates that all things would instantly come to nothing, were they not
sustained by his power.”
[= ‘Dan menopang segala sesuatu’, dst. Menopang di sini berarti memelihara
supaya tetap utuh atau melanjutkan / meneruskan semua yang dicipta dalam
keadaannya sendiri; karena ia mengisyaratkan bahwa segala sesuatu akan segera
menjadi nihil, seandainya mereka tidak ditopang oleh kuasaNya.]
- hal 174.
Maz 104:27-30
- “(27)
Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila
Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu,
mereka kenyang oleh kebaikan. (29) Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka
terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali
menjadi debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi.”.
c) Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari
satu ‘makhluk’ yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk
yang sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang membuat segala
sesuatu tergantung dirinya.
Catatan:
kata ‘makhluk’ terpaksa digunakan, sekalipun dalam arti yang ketat, kata itu
tidak cocok untuk menunjuk kepada Allah.
Jadi,
ada banyak hal dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Allah itu esa / tunggal.
Karena itu, Kristen tidak mempercayai adanya 3 Allah. Kristen mempercayai
hanya ada satu Allah!
B) Kitab Suci menunjukkan adanya
‘kejamakan dalam diri Allah’.
Catatan:
Perhatikan bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya
‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada ketunggalan /
keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu terdapat suatu kejamakan tertentu.
1)
Dalam Perjanjian Lama.
a)
Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupakan
kata bentuk jamak / plural.
Ada
beberapa hal yang ingin saya bahas di sini:
1.
Dalam membahas kata ELOHIM ini, Pdt. Stephen Tong dalam seminar dan
bukunya berkata bahwa dalam bahasa Ibrani ada bentuk singular
[= tunggal], bentuk dual
[= ganda / dobel], dan bentuk plural
[= jamak]. Dan ia lalu berkata, bahwa penggunaan bentuk singular
berarti kita membicarakan hanya satu, bentuk dual
berarti kita membicarakan dua, sedangkan bentuk plural
berarti kita membicarakan tiga atau lebih. Istilah ELOHIM tidak ada dalam bentuk
singular, tidak di dalam bentuk dual,
tetapi ada dalam bentuk plural, dan ini
menunjukkan tiga atau lebih (dalam hal ini tentu ia memilih tiga, bukan lebih
dari tiga) - Stephen Tong, ‘Allah Tritunggal’, hal 28.
Pembahasan ini boleh jadi menarik tetapi sangat salah! Mengapa? Karena penjelasan ini tidak sesuai
dengan gramatika bahasa Ibrani. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa
Ibrani:
a. Tidak ada
kata benda yang mempunyai bentuk singular,
dual dan plural.
Kalau suatu kata benda mempunyai bentuk singular
dan dual, maka kata itu tidak mempunyai
bentuk plural (karena bentuk dual
itu sudah merupakan bentuk pluralnya!),
dan kalau kata benda itu mempunyai bentuk singular
dan plural, maka kata itu tidak mempunyai
bentuk dual.
b. Bentuk dual
adalah bentuk plural dari kata benda yang
biasanya ada dalam bentuk ganda / dobel, seperti tangan, kaki, telinga, dada,
mata, dsb. Karena itu, kalau kita ingin mengatakan ‘tiga tangan’,
maka kita tetap menggunakan bentuk dual,
bukan bentuk plural, karena kata
‘tangan’ tidak mempunyai bentuk plural!
c. Sebaliknya
kalau kita mengatakan ‘dua meja’, maka kita tetap menggunakan bentuk plural,
bukan bentuk dual, karena kata ‘meja’
tidak mempunyai bentuk dual. Demikian
juga kalau kita mau berkata ‘dua allah’, maka kita tetap harus
menggunakan bentuk plural ELOHIM, karena kata itu memang tidak mempunyai
bentuk dual.
Menahem
Mansoor: “In
addition, there is another kind of plural in Hebrew, known as the dual number,
for the paired organs of the body such as hands, ears, eyes, etc., and for
things that come in pairs, such as shoes, wings, etc. ... The dual merely
signifies the plural number and not necessarily the dual number two. Thus יָדַ֫יִם means ‘hands’, not ‘two hands’.”
[= Sebagai tambahan, di sana ada sejenis lain bentuk
jamak dalam bahasa Ibrani, dikenal sebagai ‘dual’, untuk
organ-organ tubuh yang berpasangan seperti ‘tangan’, ‘telinga’,
‘mata’, dsb., dan untuk hal-hal / benda-benda yang datang dalam pasangan,
seperti ‘sepatu’, ‘sayap’, dsb. ... Bentuk
dual semata-mata menunjukkan bentuk jamak, dan bentuk dual tidak harus berjumlah
dua. Jadi
יָדַ֫יִם (YADAYIM)
berarti ‘tangan-tangan’, bukan ‘dua tangan’.] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Vol I, hal 124-125.
Jadi,
bentuk dual itu sama sekali tidak menunjukkan jumlahnya dua. Kalau kita mau
mengatakan 3 tangan, atau 5 tangan (pokok di atas satu, bahkan 1,5 sudah harus
menggunakan bentuk dual), tetap digunakan YADAYIM!
Dan
bentuk plural, jelas juga tak menunjukkan jumlahnya 3 atau lebih. Kalau kita mau
mengatakan 2 allah, atau 3 allah, atau 5 allah (pokok di atas satu, bahkan 1,5
sudah harus menggunakan bentuk plural), maka tetap kita menggunakan ELOHIM.
Kesimpulan:
mengatakan bahwa bentuk plural ELOHIM berarti tiga atau lebih, sama
sekali tidak cocok dengan gramatika bahasa Ibrani!
2. Kata bentuk jamak ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular
yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.
Ul 32:15-17
- “(15)
Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke
belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah
(ELOAH) yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu
keselamatannya. (16) Mereka membangkitkan cemburuNya dengan allah asing, mereka
menimbulkan sakit hatiNya dengan dewa kekejian, (17) mereka mempersembahkan
korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah (ELOAH),
kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang
kepadanya nenek moyangmu tidak gentar.”.
Hab
3:3 - “Allah (ELOAH) datang
dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran. Sela. KeagunganNya
menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepadaNya.”.
Sebetulnya
bahwa ELOAH merupakan bentuk tunggal dari ELOHIM memang masih dipro-kontrakan.
International
Standard Bible Encyclopedia - Revised Edition (dengan entry ‘God, Names
of’): “3. 'Eloah
... It is uncertain whether this form is an original singular, of which 'Elohim
is the plural, or has been formed by inference from the latter. Nor is its
etymology any clearer than that of 'El
and 'Elohim.”
[= 3. ELOAH ... Adalah tidak pasti apakah bentuk ini adalah bentuk tunggal
yang orisinil, dari mana ELOHIM adalah bentuk jamaknya, atau telah dibentuk
oleh penyimpulan dari kata yang belakangan. Juga asal usul kata ini tidak
lebih jelas dari kata EL dan ELOHIM.]
- PC Study Bible 5.
Menahem
Mansoor: “2.
Nouns with Plural
Form Only. The following
nouns are found in the plural form only. They are plural in form but may be
singular or plural in meaning.”
[= 2. Kata-kata benda dengan bentuk jamak saja. Kata-kata benda
berikut ini ditemukan hanya
dalam bentuk jamak. Mereka adalah jamak dalam bentuk tetapi bisa
tunggal atau jamak dalam arti.]
- ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Vol I, hal 125.
Ia
lalu memberikan 6 kata, dan salah satunya adalah ELOHIM [= God / Allah].
A.
H. Strong: “The plural noun אֱלֹהִים
is employed, and that with a plural verb - a use remarkable, when we consider
that the singular אֵל
was also in existence;” [=
Kata benda bentuk jamak ELOHIM digunakan, dan itu dengan kata kerja bentuk
jamak - suatu penggunaan yang layak diperhatikan, pada waktu kita
mempertimbangkan bahwa bentuk tunggal EL juga ada.]
- ‘Systematic Theology’, hal 318.
Ketiga
kutipan di atas tidak menganggap ELOHIM sebagai bentuk jamak dari ELOAH,
tetapi banyak orang-orang lain yang menganggap demikian.
Louis
Berkhof: “The
name ’Elohim (sing. ’Eloah)”
[=
Nama / sebutan ELOHIM (tunggal ELOAH)]
- ‘Systematic Theology’, hal 48.
Herman
Bavinck: “Eloha, pl. Elohim”
[= ELOHA, jamak ELOHIM]
- ‘The Doctrine of God’, hal 100.
Catatan:
saya tak mengerti mengapa ia sebut ELOHA, bukan ELOAH sebagaimana seharusnya.
Dalam bukunya yang lain, ia menyebut ELOAH.
Herman
Bavinck: “The name, ʾElōah (אֱלֹהַּ; pl. ʾElōhîm, אֱלֹהִים)”
[= Nama / sebutan ELOAH (אֱלֹהַּ; jamak ELOHIM, אֱלֹהִים)]
- ‘Reformed Dogmatics’, Vol II, hal 138 (Libronix).
Bible
Works juga kelihatannya menganggap ELOAH adalah bentuk tunggal dari ELOHIM,
karena dalam pembahasan tentang ELOAH, Bible Works menggabungkan dengan
pembahasan tentang ELOHIM, dan sebaliknya. Ini bisa
dicek dalam pembahasan kata ELOHIM dalam Kej 1:1, ataupun dalam pembahasan
kata ELOAH dalam Ul 32:15.
Kamus
/ Lexicon Ibrani Berjudul ‘A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the
Old Testament’ (William L. Holladay, Editor) juga menggabungkan
pembahasan ELOAH dan ELOHIM (hal 61 - Libronix).
Kamus
/ Lexicon Ibrani berjudul ‘The New Brown-Driver-Briggs-Genesius
Hebrew-Aramaic Lexicon’ dalam pembahasan tentang ELOAH mengatakan: “אֱלֹהַּ
as found in Heb.
prob. a sg.
formed by inference from pl.
אֱלֹהִים:”
[= ELOAH sebagaimana ditemukan dalam bahasa Ibrani mungkin
suatu bentuk tunggal yang dibentuk oleh kesimpulan / dugaan / anggapan dari
bentuk jamak ELOHIM:] -
hal 43 (Libronix).
Dosen
saya, yang juga menganggap ELOHIM sebagai bentuk jamak dari ELOAH, mengatakan
bahwa dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebanyak 250 x,
sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x.
Tetapi
Kamus / Lexicon Ibrani Berjudul ‘A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of
the Old Testament’ (William L. Holladay, Editor) dalam pembahasan tentang
ELOAH mengatakan bahwa ELOAH digunakan 60 x dan ELOHIM 2250 x (hal 61).
Kalau
dilihat dari ‘Young’s Analytical Concordance to the Bible’,
kelihatannya dosen saya lebih benar. Tetapi siapapun
yang lebih benar, jelas bahwa penggunaan bentuk jamak ELOHIM jauh lebih banyak
dari pada penggunaan bentuk tunggal ELOAH.
Penggunaan
kata bentuk jamak / plural yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya
‘kejamakan dalam diri Allah’.
Memang
harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang
perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa
tidak digunakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa
digunakan ELOHIM, dan lebih lagi, mengapa
digunakan ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?
Loraine
Boettner: “In the very first chapter of Genesis, as well as in many other places, we
find that the names of God are in the plural, Elohim, also Adonai; and with
these plural forms of the divine name singular verbs and adjectives are usually
joined, - a remarkable phenomenon in view of the fact that the Hebrew language
also contained the singular term El, meaning God.” [=
Dalam pasal pertama dari kitab Kejadian, maupun di banyak tempat-tempat lain, kita
mendapati bahwa nama-nama / sebutan-sebutan dari Allah ada dalam bentuk jamak,
ELOHIM, juga ADONAY; dan dengan / bersama bentuk-bentuk jamak dari
nama / sebutan ilahi ini, kata-kata kerja dan kata-kata sifat bentuk tunggal
biasanya digabungkan, - suatu fenomena yang layak
diperhatikan mengingat fakta bahwa bahasa Ibrani juga mempunyai istilah bentuk
tunggal EL, berarti Allah.]
- ‘Studies in Theology’, hal 98.
3. Kata bentuk jamak ELOHIM sering ditafsirkan sebagai ‘kejamakan dari
keagungan’ (majestic plural).
International
Standard Bible Encyclopedia - Revised Edition (dengan entry ‘God, Names of’):
“2. 'Elohim ... This word is plural
in form, and although it most frequently means ‘God’ it can be used in a
plural sense. ... This form has been called the ‘plural of majesty’ or the
‘intensive plural’ because it implies that all the fulness of deity is
concentrated in the one god. 'Elohim's being the most common word for God in the
OT thus conveys this idea. Some have also thought that the frequent use of
'Elohim emphasizes that God is not intrinsically monistic but includes within
Himself plurality of powers, attributes, and personhood.”
[= 2. ELOHIM ... Kata ini jamak dalam bentuknya, dan sekalipun kata itu paling
sering berarti ‘Allah’, kata itu bisa digunakan dalam suatu arti jamak. ... Bentuk
ini disebut ‘kejamakan dari keagungan’ atau ‘kejamakan yang intensif /
sangat besar’ karena kata itu menunjukkan secara implicit bahwa seluruh
kepenuhan dari keAllahan dikonsentrasikan dalam satu Allah. Jadi,
ELOHIM yang merupakan kata yang paling umum untuk Allah dalam Perjanjian Lama
menyampaikan gagasan ini. Beberapa /
sebagian orang juga berpikir bahwa penggunaan yang sering dari ELOHIM menekankan
bahwa Allah secara dasari bukanlah satu tetapi mencakup di dalam diriNya sendiri
kejamakan dari kuasa, sifat-sifat dasar, dan kepribadian.]
- PC Study Bible 5.
Saya
tidak bisa menerima penafsiran ini, karena kalau ELOHIM dianggap sebagai ‘majestic
plural’ / ‘kejamakan dari keagungan’, lalu mengapa juga digunakan
ELOAH? Bentuk tunggal ini lalu menyatakan apa?? Ketunggalan dari
ketidak-agungan??
4. Dalam persoalan ini, buku dari sekte Saksi Yehuwa yang berjudul
‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’ memberikan suatu serangan yang
bagus, yang saya kutip di bawah ini:
“‘ELOHIM’
bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka
yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri
politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga
allah dalam Tritunggal.” (hal
13).
Untuk
menjawab serangan ini kita bisa memberikan jawaban sebagai berikut:
a. ELOHIM tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan
bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH. Sedangkan ELOAH tidak
boleh diartikan ‘Allah yang satu secara mutlak’, karena akan bertentangan
dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM. Jadi untuk mengharmoniskan ayat-ayat
yang menggunakan ELOAH dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah
diartikan bahwa Allah itu tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam
pribadiNya.
b. Allah itu begitu besar, ajaib, dan ada di luar jangkauan akal
manusia. Karena itu jelaslah bahwa tidak ada bahasa manusia (termasuk bahasa
Ibrani), yang bisa menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan
kata-kata dari bahasa Ibrani (atau bahasa lain apapun) tidak bisa
menggambarkan bahwa Allah itu satu hakekat tetapi tiga pribadi. Kalau selalu
digunakan kata bentuk tunggal (ELOAH), maka akan menunjuk pada Allah yang
tunggal secara mutlak. Sedangkan kalau selalu digunakan bentuk jamak (ELOHIM),
maka akan menunjuk pada banyak Allah. Karena itu maka ayat-ayat tertentu
menggunakan ELOAH dan ayat-ayat tertentu menggunakan ELOHIM.
5. Sangat banyak penafsir / ahli theologia Kristen yang tidak menganggap
ELOHIM sebagai salah satu dasar yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri
Allah.
Karena
itu, sekalipun di sini saya mengajarkan itu, tetapi itu tak perlu terlalu
ditekankan. Ada banyak hal lain yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri
Allah yang esa itu.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ