(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Rabu, tgl 27 Februari 2008, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Dan mereka
membuang undi untuk membagi pakaianNya”.
3)
“sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.
a) Potongan ini memberikan batasan doa dari Yesus.
Ada
pro dan kontra berkenaan dengan bagi siapa doa ini dinaikkan oleh Yesus. Siapa
saja yang Ia doakan supaya diampuni oleh Bapa?
1. Ada
yang tidak membatasi jangkauan doa ini, dan menganggap bahwa doa ini mencakup
semua yang hadir pada saat itu, dan bahkan mencakup semua manusia, termasuk
kita.
C. H. Spurgeon: “I believe that it was a
far-reaching prayer, which indeed included Scribes and Pharisees, Pilate and
Herod, Jews and Gentiles - yea, the whole human race in a certain sense, since
we were all concerned in that murder; but certainly the immediate persons, upon
whom that prayer was poured like precious nard, were those who there and then
were committing the brutal act of fastening him to the accursed tree” (=
Saya percaya bahwa itu merupakan doa yang jangkauannya jauh, yang mencakup
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Pilatus dan Herodes, orang Yahudi dan
orang non Yahudi - ya, seluruh umat manusia dalam arti tertentu, karena kita
semua tersangkut dalam pembunuhan itu; tetapi pasti orang-orang yang langsung
didoakan oleh doa yang seperti minyak wangi yang mahal itu, adalah mereka yang
ada di sana pada saat itu dan sedang melakukan tindakan brutal dengan memakukan
Dia pada salib yang terkutuk) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 483.
C. H. Spurgeon: “for, though we were not there,
and we did not actually put Jesus to death, yet we really caused his death, and
we, too, crucified the Lord of glory; and his prayer for us was, ‘Father,
forgive them, for they know not what they do.’” (= karena, sekalipun
kita tidak ada di sana, dan tidak betul-betul membunuh Yesus, tetapi kita
sungguh-sungguh menyebabkan kematianNya, dan kita juga menyalibkan Tuhan
kemuliaan; dan doanya untuk kita adalah: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat’) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 472.
Catatan: Saya tak setuju dengan pandangan Spurgeon
ini.
2.
Ada juga yang membatasi orang-orang yang didoakan oleh Yesus.
Tetapi tetap saja ada perdebatan dalam kelompok ini berkenaan dengan siapa
yang tercakup dan yang tidak tercakup dalam doa Yesus ini.
Barnes’
Notes: “The
prayer was offered for those who were guilty of putting him to death. It is not
quite certain whether he referred to the ‘Jews’ or ‘to the Roman
soldiers.’ Perhaps he referred to both” (= Dia itu dinaikkan bagi mereka
yang bersalah membunuh Dia. Tidak pasti apakah Ia memaksudkan ‘orang-orang
Yahudi’ atau ‘para tentara Romawi’. Mungkin Ia memaksudkan keduanya).
David Gooding: “it was prayed on behalf of the
soldiers who in all truthfulness did not know what they were doing. False
sentiment must not lead us to extend the scope of his prayer beyond his
intention. To pray forgiveness for a man who knows quite well what he is doing
and has no intention of either stopping or repenting would be immoral: it would
amount to condoning, if not conniving at, his sin. Christ certainly did not do
that” (= itu didoakan demi para tentara yang memang tidak tahu apa yang
mereka lakukan. Sentimen yang salah tidak boleh membimbing kita untuk memperluas
jangkauan doanya lebih dari yang Ia maksudkan. Mendoakan pengampunan untuk
seseorang yang tahu dengan baik apa yang ia lakukan dan tidak bermaksud untuk
berhenti atau bertobat merupakan sesuatu yang tidak bermoral: itu berarti
mengabaikan, jika bukannya pura-pura tidak melihat, pada dosanya. Kristus
pasti tidak melakukan hal itu) - ‘According
to Luke’, hal 342.
Catatan:
·
saya tidak setuju dengan bagian yang saya
garis-bawahi dari kata-kata David Gooding ini, karena maksud Kristus dengan doa
itu tentu bukanlah supaya orang-orang itu ‘diampuni
tanpa pertobatan’, tetapi supaya mereka ‘diampuni melalui pertobatan’.
·
juga saya tak setuju dengan pandangannya
bahwa mendoakan seseorang yang tahu kesalahan yang ia lakukan, dan tidak punya
niat untuk bertobat, merupakan suatu tindakan yang tidak bermoral.
A. T. Robertson: “Jesus evidently is praying for
the Roman soldiers, who were only obeying, but not for the Sanhedrin” (=
Yesus jelas sedang berdoa untuk para tentara Romawi, yang hanya mentaati
perintah, bukan untuk Sanhedrin) - ‘Word
Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 285.
Calvin:
“It is probable, however, that
Christ did not pray for all indiscriminately, but only for the wretched
multitude, who were carried away by inconsiderate zeal, and not by premeditated
wickedness. For since the scribes and priests were persons in regard to whom no
ground was left to hope, it would have been in vain for him to pray for them”
(= Tetapi adalah mungkin bahwa Kristus tidak berdoa untuk semua tanpa pandang
bulu, tetapi hanya untuk orang banyak yang buruk / hina / jahat, yang
dipengaruhi / diseret oleh semangat tanpa pemikiran, dan bukan oleh kejahatan
yang direncanakan lebih dulu. Karena ahli-ahli Taurat dan imam-imam adalah
orang-orang yang tidak punya harapan, adalah sia-sia bagiNya untuk berdoa untuk
mereka) - hal 301.
Sukar untuk menetapkan batasan dari doa itu, tetapi memang kata-kata ‘sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ ditambahkan oleh Yesus, pasti
memang untuk membatasi orang-orang yang Ia doakan dengan doa tersebut. Para
tentara memang tidak tahu apa yang mereka lakukan; mereka menyalibkan Yesus
hanya karena menuruti perintah atasan mereka. Dan bahkan sebagian para tokoh
Yahudi, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu
yang jahat, tetapi mereka tidak mengetahui sepenuhnya kejahatan mereka.
William
Hendriksen: “the
soldiers certainly did not know. But even the members of the Sanhedrin, though
they must have known that what they were doing was wicked, did not comprehend
the extent of that wickedness” (= para tentara pasti tidak tahu. Tetapi
bahkan anggota-anggota dari Sanhedrin, sekalipun mereka pasti tahu bahwa apa
yang mereka lakukan adalah jahat, tetapi mereka tidak mengerti sepenuhnya luas /
tingkat dari kejahatan itu) - hal 1028.
Orang-orang yang menyalibkan Yesus, bukannya tidak tahu bahwa mereka
melakukan dosa, atau bahwa mereka menyalibkan orang yang tidak bersalah. Mereka
hanya tidak tahu bahwa mereka menyalibkan Mesias / Juruselamat / Allah yang
menjadi manusia. Mereka memang telah mendengar tentang hal-hal ini, tetapi
mereka tidak mempercayainya dan itu dianggap sebagai ‘tidak menyetahuinya’.
Ini terlihat dari beberapa ayat di bawah ini:
·
Kis 3:14-17 - “(14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta
menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia,
Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. (16) Dan
karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang
kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan
kepada orang ini di depan kamu semua. (17) Hai saudara-saudara, aku tahu
bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua
pemimpin kamu”.
Catatan: kata
‘semua’ (yang saya cetak miring)
seharusnya tidak ada! Bandingkan dengan NIV: ‘as did your leaders’ (= seperti pemimpin-pemimpinmu), dan
dengan NASB: ‘just as your rulers did
also’ (= sama seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpinmu juga).
·
Kis 13:27 - “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui
Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan
nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”.
KJV: ‘they knew him not’ (=
mereka tidak mengenalNya).
RSV: ‘did not recognize him’
(= tidak mengenaliNya).
NASB: ‘recognizing neither Him’
(= tidak mengenaliNya).
NIV: ‘did not recognize Jesus’
(= tidak mengenali Yesus).
·
Ada juga yang menambahkan 1Kor 2:8 - “Tidak
ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya
mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.
Tetapi kalau dilihat kontextnya, maka kata ‘nya’ di sini bukan menunjuk kepada Yesus, tetapi pada ‘hikmat
Allah’.
1Kor 2:6-8 - “(6) Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat
di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat
yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini,
yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. (7) Tetapi yang kami beritakan
ialah hikmat Allah yang
tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan
Allah bagi kemuliaan kita. (8) Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya,
sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan
yang mulia”.
Catatan: Tetapi tetap ada pro dan kontra, apakah
kata ‘nya’ dalam 1Kor 2:8 itu menunjuk pada ‘hikmat Allah /
surgawi’ atau kepada ‘Yesus’. Matthew Henry dan A. T. Robertson
menganggap bahwa kata ‘nya’ di sini menunjuk kepada ‘hikmat
Allah / surgawi’, tetapi Albert Barnes menganggap kata ‘nya’
itu menunjuk kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “It was ignorance on the
part of many which led to this great crime, but culpable ignorance. They should
have known better” (= Merupakan ketidak-tahuan pada pihak dari banyak
orang yang membimbing pada kejahatan yang besar ini, tetapi ini merupakan
ketidak-tahuan yang bersalah / patut dicela. Mereka seharusnya mengetahui dengan
lebih baik) - hal 264.
Memang ada ketidak-tahuan yang sungguh-sungguh, yang boleh dikatakan bukan
merupakan kesalahan dari orang itu. Misalnya seandainya mereka tinggal di hutan
belantara, maka ketidak-tahuan mereka tentang Yesus tentu tak bisa disalahkan.
Tetapi karena mereka tinggal di sekitar Yesus, dan mendengar ajaran / claimNya,
dan juga mereka mempunyai Perjanjian Lama yang banyak menubuatkan tentang Yesus,
maka ketidak-tahuan mereka merupakan ketidak-tahuan yang bersalah / patut
dikecam.
Lenski: “Were Caiaphas and Pilate included?
We prefer not to pass judgment on individuals, for God alone knows the hearts
and to what degree they sin against better knowledge” (= Apakah Kayafas
dan Pilatus termasuk? Kami memilih untuk tidak menghakimi individu-individu,
karena hanya Allah yang mengetahui hati dan sampai sejauh mana mereka berbuat
dosa terhadap pengetahuan yang lebih baik) - hal 1133-1134.
Tetapi ada satu hal yang saya pikirkan, yang entah mengapa tidak pernah
dibicarakan oleh para penafsir, yaitu tentang mereka yang menghujat Roh Kudus
dan dikatakan tidak bisa diampuni (Mat 12:31-32), yang mungkin sekali juga
hadir pada saat itu. Kalau itu benar, maka secara intelektual mereka tahu bahwa
Yesus adalah Mesias / Anak Allah, dan karena itu Kristus pasti tidak berdoa
untuk mereka. Bandingkan juga dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang
tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan
memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak
mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan,
bahwa ia harus berdoa”.
b) Contoh
pengampunan terhadap orang yang berdosa dalam ketidak-tahuan.
1Tim 1:13 - “aku (Paulus) yang tadinya seorang penghujat
dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena
semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
c) Yesus
tidak berdoa untuk mereka yang tahu apa yang mereka perbuat. Apakah itu berarti
dosa sengaja tak bisa diampuni?
I.
Howard Marshall (NICNT)
mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama ada pembedaan tentang dosa yang tidak
disadari / tidak disengaja, untuk mana disediakan pengampunan, dan dosa yang
disengaja, untuk mana tidak disediakan pengampunan. Yang terakhir ini hanya bisa
ditebus oleh kematian dari orang yang berdosa itu.
Untuk
dosa-dosa yang tidak disadari / tidak disengaja, perhatikan ayat-ayat ini:
·
Im 4:2 - “‘Katakanlah kepada orang Israel: Apabila
seseorang tidak dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang
dilarang TUHAN dan ia memang melakukan salah satu dari padanya,”.
Im
4:3b menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa diampuni.
·
Im 4:13 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak
sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga
mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah,”.
Im 4:14nya
menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa diampuni.
·
Im 4:22 - “Jikalau yang berbuat dosa itu seorang pemuka
yang tidak dengan sengaja melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN,
Allahnya, sehingga ia bersalah,”.
Im
4:23bnya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa
diampuni.
·
Im 4:27 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak
sengaja itu seorang dari rakyat jelata, dan ia melakukan salah satu hal yang
dilarang TUHAN, sehingga ia bersalah,”.
Im
4:28bnya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa
diampuni.
·
Im 5:2-6,9,14-15,17-19
- “(2) Atau bila seseorang kena kepada sesuatu yang najis, baik bangkai
binatang liar yang najis, atau bangkai hewan yang najis, atau bangkai binatang
yang mengeriap yang najis, tanpa menyadari hal itu, maka ia menjadi najis
dan bersalah. (3) Atau apabila ia kena kepada kenajisan berasal dari manusia,
dengan kenajisan apapun juga ia menjadi najis, tanpa menyadari hal itu,
tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah. (4) Atau apabila
seseorang bersumpah teledor dengan bibirnya hendak berbuat yang buruk atau yang
baik, sumpah apapun juga yang diucapkan orang dengan teledor, tanpa menyadari
hal itu, tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah dalam salah satu
perkara itu. (5) Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah
ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu, (6) dan haruslah
ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salah karena dosa itu seekor
betina dari domba atau kambing, menjadi korban penghapus dosa. Dengan
demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya. ... (9) Sedikit
dari darah korban penghapus dosa itu haruslah dipercikkannya ke dinding mezbah,
tetapi darah selebihnya haruslah ditekan ke luar pada bagian bawah mezbah;
itulah korban penghapus dosa. ... (14) TUHAN berfirman kepada Musa: (15)
‘Apabila seseorang berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam
sesuatu hal kudus yang dipersembahkan kepada TUHAN, maka haruslah ia
mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salahnya seekor domba jantan yang
tidak bercela dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni menurut
syikal kudus, menjadi korban penebus salah. ... (17) Jikalau seseorang berbuat
dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya,
maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri. (18) Haruslah
ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing
domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah
mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya
dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan. (19) Itulah
korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN.’”.
·
Im 22:14 - “Apabila seseorang dengan tidak sengaja
memakan persembahan kudus, ia harus memberi
gantinya kepada imam dengan menambah seperlima.”.
·
Bil 15:22-29 - “(22) ‘Apabila kamu dengan tidak
sengaja melalaikan salah satu dari segala perintah ini, yang telah
difirmankan TUHAN kepada Musa, (23) yakni dari segala yang diperintahkan TUHAN
kepadamu dengan perantaraan Musa, mulai dari hari TUHAN memberikan
perintah-perintahNya dan seterusnya turun-temurun, (24) dan apabila hal itu
diperbuat di luar pengetahuan umat ini, tidak dengan sengaja, maka haruslah segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai
korban bakaran menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN, serta dengan korban
sajiannya dan korban curahannya, sesuai dengan peraturan; juga seekor kambing
jantan sebagai korban penghapus dosa. (25) Maka haruslah imam mengadakan
pendamaian bagi segenap umat Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan, sebab
hal itu terjadi tidak dengan sengaja, dan karena mereka telah membawa
persembahan-persembahan mereka sebagai korban api-apian bagi TUHAN, juga korban
penghapus dosa mereka di hadapan TUHAN, karena hal yang tidak disengaja
itu. (26) Segenap umat Israel akan beroleh pengampunan, juga orang asing yang
tinggal di tengah-tengahmu, karena hal itu dilakukan oleh seluruh bangsa itu dengan
tidak sengaja. (27) Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak
sengaja, maka haruslah ia mempersembahkan
kambing betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa; (28) dan imam
haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang dengan tidak
sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan karena
telah diadakan pendamaian baginya. (29) Baik bagi orang Israel asli maupun bagi
orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu, satu hukum saja berlaku bagi
mereka berkenaan dengan orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja”.
Sedangkan
untuk dosa sengaja, yang tidak disediakan cara untuk mendapatkan pengampunan,
perhatikan ayat-ayat ini:
Bil 15:30-31
- “(30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang
Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus
dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina
terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan,
kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Victor
P. Hamilton (‘Handbook on the Pentateuch’, hal 260-262) mengatakan
bahwa dari ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan adanya korban hanya untuk
dosa-dosa yang tidak disengaja / tidak disadari, maka ada orang-orang yang
menyimpulkan bahwa:
1.
Dalam Perjanjian Lama dosa yang bisa diampuni memang hanyalah dosa-dosa
yang tidak disengaja / tidak diketahui. Sedangkan orang-orang yang melakukan
dosa-dosa yang disengaja harus dihukum mati (hal 259-260). Bdk. Bil 15:27-31
yang seolah-olah menekankan hal itu secara explicit.
2.
Ini menunjukkan kesuperioran korban Kristus dibandingkan dengan
korban-korban dalam Perjanjian Lama, karena korban Kristus bisa mengampuni bukan
hanya dosa-dosa yang tidak disengaja, tetapi juga dosa-dosa yang disengaja.
Pulpit
Commentary (tentang Bil 15:30):
“No provision was made under the Law for the pardon of a wilful sin
against God - a sin of defiance. Thus the Law brought no satisfaction to the
tender conscience, but rather conviction of sin, and longing for a better
covenant. Herein is at once contrast and likeness: contrast, in that the gospel
hath forgiveness for all sin and wickedness” (= Tidak ada persediaan yang
dibuat di bawah hukum Taurat untuk pengampunan terhadap dosa sengaja terhadap
Allah - suatu dosa yang menantang. Jadi, hukum Taurat tidak membawa pemuasan
kepada hati nurani yang lembut, tetapi keyakinan / kesadaran akan dosa, dan
kerinduan / keinginan pada suatu perjanjian yang lebih baik. Di sini sekaligus
ada suatu kontras dan persamaan. Kontras, dalam hal bahwa injil mempunyai
pengampunan untuk semua dosa dan kejahatan) - hal 184.
Bdk.
Kis 13:39 - “Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan
dari segala dosa, yang tidak
dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.
Tetapi
Victor P. Hamilton tidak setuju dengan kesimpulan seperti ini, dan ia mengatakan
bahwa pernyataan bahwa dalam Perjanjian Lama hanya dosa-dosa yang tidak
disengaja yang bisa diampuni juga merupakan sesuatu yang harus dipertanyakan
kebenarannya. Alasannya:
a.
Kalau kita melihat Im 6:1-7, maka tidak mungkin kita menyimpulkan
bahwa yang dibicarakan di sini adalah dosa-dosa yang tidak disengaja.
Im 6:1-7
- “(1) TUHAN berfirman kepada Musa: (2) ‘Apabila seseorang berbuat dosa
dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang
yang dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya atau barang
yang dirampasnya, atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya, (3)
atau bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia bersumpah dusta
- dalam perkara apapun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa - (4)
apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia
memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang
telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu, (5) atau
segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta. Haruslah ia membayar
gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya kepada
pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus salahnya. (6) Sebagai
korban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba
jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban
penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam harus mengadakan
pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan
atas perkara apapun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.’”.
Perhatikan
bagian yang saya beri garis bawah tunggal. Itu tidak mungkin dianggap sebagai
dosa-dosa yang tidak disengaja! Tetapi perhatikan ay 6-7nya, yang saya beri
garis bawah ganda! Toh ada korban untuk dosa-dosa seperti itu, sehingga
dosa-dosa seperti itu bisa diampuni.
b. Terjemahan dari Bil
15:30 itu salah secara cukup fatal!
Bil 15:30-31
- “(30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang
Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus
dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina
terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan,
kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Kata-kata ‘dengan sengaja’ itu salah terjemahan!
KJV: ‘presumptuously’ (= dengan sombong / angkuh).
RSV: ‘with a high hand’ (= dengan tangan teracung).
NIV/NASB: ‘defiantly’ (= dengan menantang).
Ini kesalahan penterjemahan yang cukup fatal, karena penterjemahan ini
penting untuk menafsirkan apa yang dimaksud dengan ‘dosa senagaja dan tidak
disengaja’ itu!
Kelihatannya, karena Bil 15:22-31 mengkontraskan dosa yang tidak
disengaja dengan dosa yang dilakukan dengan angkuh / menantang Tuhan, maka
harus ditafsirkan bahwa asal orangnya tidak berbuat dosa dengan sikap
menantang Tuhan, maka itu dianggap sebagai dosa dengan tidak sengaja.
Victor
P. Hamilton lalu menyimpulkan bahwa dalam Perjanjian Lama bukan orang yang
melakukan dosa sengaja, tetapi orang yang tidak bertobat, yang tidak bisa
diampuni (hal 261-262).
Sekarang,
mari kita kembali pada persoalan kita. Mungkinkah dosa sengaja merupakan dosa
yang tidak bisa diampuni?
I.
Howard Marshall (NICNT): “Let it be plainly said that if there were no forgiveness for
deliberate sins, then we would all be under God’s condemnation, for which of
us has not sinned deliberately since our conversion and new birth?” (=
Hendaklah dikatakan dengan jelas bahwa seandainya tidak ada pengampunan untuk
dosa-dosa sengaja, maka semua orang akan berada di bawah penghukuman Allah,
karena siapa dari kita yang tidak berbuat dosa dengan sengaja sejak pertobatan
dan kelahiran baru kita?) - hal 248.
4)
Apakah doa Yesus ini dijawab / dikabulkan oleh Allah / Bapa?
a) Jelas bahwa ada
orang-orang yang Yesus doakan, yang lalu bertobat.
Sebagian jawaban adalah bahwa kehancuran Yerusalem tidak segera terjadi.
Lalu Injil diberitakan kepada mereka, dan banyak dari mereka betul-betul dibawa
kepada Tuhan dan diselamatkan. Pada hari Pentakosta 3000 orang Yahudi bertobat
dan diselamatkan (Kis 2:41-42), dan lalu menjadi 5000 orang (Kis 4:4). Dan
dalam Kis 6:7 dikatakan “Firman
Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga
sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”.
Calvin:
“Nor can it be doubted that this
prayer was heard by the heavenly Father, and that this was the cause why many of
the people afterwards drank by faith the blood which they had shed” (=
Tidak bisa diragukan bahwa doa ini didengar oleh Bapa surgawi, dan bahwa ini
adalah penyebab mengapa banyak dari bangsa itu belakangan meminum dengan iman
darah yang telah mereka curahkan) - hal 301.
Matthew Henry: “This prayer of Christ was
answered not long after, when many of those that had a hand in his death were
converted by Peter’s preaching” (= Doa Kristus ini dijawab tidak lama
setelahnya, pada waktu banyak dari mereka yang ikut membunuh Yesus bertobat oleh
khotbah Petrus).
Arthur W. Pink: “Here then is the Divine
explanation of the three thousand converted under a single sermon. It was not
Peter’s eloquence which was the cause but the Saviour’s prayer” (= Di
sinilah penjelasan Ilahi tentang 3.000 orang yang bertobat oleh 1 khotbah. Bukan
kefasihan Petrus yang merupakan penyebab tetapi doa dari sang Juruselamat) -
‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 11.
b) Tetapi
apakah semua orang untuk siapa Yesus berdoa pada saat ini, akhirnya bertobat dan
diampuni?
John
Owen mengatakan (‘The Works of John
Owen’, vol 10, hal 177) bahwa Bapa selalu mendengar doa Anak / Yesus, dan
ini ditunjukkan dalam 2 text Kitab Suci di bawah ini:
·
Yoh 11:42
- “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena
orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya
mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
·
Maz 2:7-8 - “(7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata
kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah
kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan
ujung bumi menjadi kepunyaanmu”.
Jadi, bagaimana? Haruskah kita beranggapan bahwa semua orang yang Yesus
doakan saat itu betul-betul bertobat? Bukankah kelihatannya tidak memungkinkan
untuk mengambil pandangan seperti itu?
Atau, karena dalam Yoh 17:9,20 Yesus berdoa hanya untuk orang-orang
pilihan saja, mungkin berdasarkan ayat-ayat itu kita harus menafsirkan bahwa
dalam doa Yesus di kayu salib itu, Ia tidak berdoa untuk orang-orang non
pilihan. Dengan demikian semua orang yang Ia doakan memang bertobat.
Bdk. Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk
dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab
mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,
tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka”.
5)
Kata-kata ini merupakan teladan bagi kita.
Matthew Henry: “This is written also for
example to us. ... We must pray for our enemies, and those that hate and
persecute us, must extenuate their offences, and not aggravate them as we must
our own” (= Ini dituliskan juga sebagai teladan bagi kita. ... Kita harus
berdopa untuk musuh-musuh kita, dan mereka yang membenci dan menganiaya kita,
kita harus memperlunak / memperingan pelanggaran-pelanggaran mereka, dan tidak
memperburuknya sebagaimana kita harus melakukannya pada pelanggaran-pelanggaran
kita sendiri).
Barclay: “When the unforgiving spirit is
threatening to turn our hearts to bitterness, let us hear again our Lord asking
forgiveness for those who crucified him and his servant Paul saying to his
friends, ‘Be kind to one another, tender-hearted, forgiving one another, as
God in Christ forgave you.’ (Ephesians 4:32.)” [= Pada waktu roh yang
tidak mengampuni sedang mengancam untuk membelokkan hati kita pada kepahitan,
hendaklah kita mendengar lagi Tuhan kita meminta pengampunan bagi mereka yang
menyalibkanNya dan hambaNya Paulus berkata kepada teman-temannya: ‘hendaklah
kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu’ (Ef 4:32)] - hal
285.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ