Golgotha School of Ministry

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 10 Agustus 2011, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

http://www.golgothaministry.org

Unconditional Election

(Pemilihan tanpa syarat)

pelajaran 11

tanggal 10 Agustus 2011

 

Ay 12: “dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’”.

 

a)   Ay 12 ini menunjuk pada Kej 25:23.

Kej 25:23 - Firman TUHAN kepadanya: ‘Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.’”.

 

Adam Clarke: That these words are used in a national and not in a personal sense, is evident from this: that, taken in the latter sense they are not true, for Jacob never did exercise any power over Esau, nor was Esau ever subject to him. Jacob, on the contrary, was rather subject to Esau, and was very afraid of him; and, first, by his messengers, and afterward personally, acknowledged his brother to be his lord, and himself to be his servant; see Genesis 32:4; 33:8,13 Gen 33:8,13 (= ).

Tanggapan: ini argumentasi yang lucu sekali. Apakah ‘menjadi hamba’ dalam ayat ini harus diartikan secara hurufiah dan secara lahiriah????

 

Adam Clarke: “And hence, it appears that neither Esau nor Jacob, nor even their posterities, are brought here by the apostle as instances of any personal reprobation from eternity: for, it is very certain that very many, if not the far greatest part, of Jacob’s posterity were wicked, and rejected by God; and it is not less certain that some of Esau’s posterity were partakers of the faith of their father Abraham” (= ).

 

Adam Clarke: “From these premises the true sense of the words immediately following, ‘Jacob have I loved, and Esau have I hated,’ Mal 1:2-3, fully appears; that is, that what he had already cited from Moses concerning the two nations, styled by the names of their respective heads, Jacob and Esau, was but the same in substance with what was spoken many years after by the Prophet Malachi. The unthankful Jews had, in Malachi's time, either in words or in their heart, expostulated with God, and demanded of Him wherein He had loved them? ‘I have loved you, saith the Lord: yet ye say, Wherein hast thou loved us?’ Mal 1:2-5. To this the Lord answers: ‘Was not Esau Jacob’s brother? Yet I loved Jacob and hated Esau, and laid his mountains and his heritage waste for the dragons of the wilderness. Whereas Edom saith, We are impoverished, but we will return and build the desolate places; thus saith the Lord of hosts, They shall build, but I will throw down; and they shall call them, The border of wickedness, and, The people against whom the Lord hath indignation forever. And your eyes shall see, and ye shall say, The Lord will be magnified from the border of Israel.’ It incontestably appears from these passages that the prophet does not speak at all of the person of Jacob or Esau, but of their respective posterities. For it was not Esau in person that said, ‘We are impoverished’; neither were his ‘mountains’ nor ‘heritage laid waste’. Now, if the prophet speaks neither of the person of the one nor of the person of the other, but of their posterity only, then it is evident that the apostle speaks of them in the same way (= ).

 

Adam Clarke: “If neither the prophet nor the apostle speaks of the persons of Jacob or Esau, but of their posterity, then it is evident that neither the love of God to Jacob nor the hatred of God to Esau, were such, according to which the eternal states of men, either in happiness or misery, are to be determined; not is there here any Scriptural or rational ground for the decree of unconditional personal election and reprobation, which, comparatively, modern times have endeavoured to build on these Scriptures” (= ).

 

Tanggapan:

1.   Kalau text ini tak bicara tentang predestinasi, lalu bicara tentang apa? Mudah sekali untuk mengatakan bahwa ini tidak membicarakan predestinasi, tetapi apa alternatifnya?

2.   Lalu mengapa dalam ayat sebelumnya, yaitu ay 11, Paulus mengatakan ‘rencana Allah tentang pemilihanNya’??

3.   Lalu mengapa muncul pertanyaan ‘Apakah Allah tidak adil?’ dalam ay 14?

4.   Mengapa muncul kata-kata dalam ay 15-18 - “(15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya.

5.   Tentang kutipan kedua dan ketiga dari Clarke di atas, yang mengatakan dari keturunan Yakub tak semua selamat, dan dari keturunan Esau ada yang selamat, lihat kutipan dari Calvin di bawah.

6.   Kutipan Clarke yang keempat didasarkan asumsi yang salah dalam kutipan yang ketiga. Jadi otomatis gugur.

 

b)  Perhatikan istilah ‘tua’ dan ‘muda’ dalam ay 12 ini.

Dari Kej 25:25-26 kita tahu bahwa Esau adalah anak sulung. Dan juga Ro 9:12 ini secara explicit menyebutkan hal itu, karena ayat ini mengatakan ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda. Jadi Yakub sebetulnya bukan saja tidak mempunyai kelebihan apapun atas Esau, tetapi sebaliknya bahkan lebih rendah dibandingkan dengan Esau, karena Esau adalah kakaknya. Tetapi Tuhan toh memilih dia, dan jelas pemilihan ini didasarkan pada kehendak Allah, bukan pada apapun yang baik dalam diri Yakub (Ro 9:11).

 

Ay 13: “seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.

 

a)   Arti kata ‘benci’ di sini.

Dalam Kitab Suci kata ‘benci’ sering diartikan ‘kurang mengasihi’ (Kej 29:31  Ul 21:15  Mat 6:24  Mat 10:37-38  Luk 14:26  Yoh 12:25). Tetapi dalam persoalan Ro 9:13 ini, kebanyakan orang Reformed mengatakan bahwa kata ‘benci’ ini tidak sekedar berarti ‘kurang mengasihi’. John Murray mengatakan bahwa ada ‘ketidaksenangan’ yang dinyatakan oleh kata ‘benci’ di sini. William Hendriksen juga menolak arti ‘kurang mengasihi’ di sini dengan alasan:

·               Mal 1:2-4 - “(2) ‘Aku mengasihi kamu,’ firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?’ ‘Bukankah Esau itu kakak Yakub?’ demikianlah firman TUHAN. ‘Namun Aku mengasihi Yakub, (3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.’ (4) Apabila Edom berkata: ‘Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,’ maka beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.’”.

Dari text ini saudara melihat bagaimana Tuhan menentang Edom (keturunan Esau).

·               ‘berkat’ yang diberikan oleh Ishak kepada Esau dalam Kej 27:39 sebetulnya adalah kutuk!

Kej 27:39 - “Lalu Ishak, ayahnya, menjawabnya: ‘Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari langit di atas”.

Dan Hendriksen lalu menyimpulkan:

“These passages refer to reprobation, nothing less” [= Bagian-bagian Kitab Suci ini (maksudnya Mal 1:3 dan Ro 9:13) menunjuk pada penetapan binasa, tidak kurang dari itu].

 

Apapun arti yang benar dari kata ‘benci’ di sini, ayat ini tetap menunjukkan adanya perbedaan sikap Allah kepada Yakub dan kepada Esau. Dari sini dan dari jawaban ‘mustahil’ dalam Ro 9:14 terlihat bahwa ‘adil’ tidak berarti harus bersikap sama rata.

Bdk. Mat 20:13-15 - “(13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”.

 

b)  Sekarang mari kita melihat bagaimana orang-orang Arminian menafsirkan bagian tentang Yakub dan Esau dalam Ro 9 ini!

Ro 9 menurut Arminian bukanlah pemilihan pribadi untuk diselamatkan tetapi pemilihan nasional / bangsa / kumpulan (Adam Clarke). Tetapi ini jelas adalah omong kosong yang bodoh, karena Ro 9 ini jelas membicarakan individu-individu, yaitu pemilihan Ishak dan penolakan Ismael (ay 7-9), pemilihan Yakub dan penolakan Esau (ay 10-13). Juga nanti membicarakan penolakan Firaun (ay 17), yang juga adalah individu.

 

Keberatan:

Baik dalam Mal 1:2-dst maupun dalam Kej 25:23 kelihatannya yang dibicarakan adalah bangsa, bukan individu.

 

Kej 25:22-23 - “(22) Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: ‘Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?’ Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. (23) Firman TUHAN kepadanya: ‘Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.’”.

 

Mal 1:2-4 - “(2) ‘Aku mengasihi kamu,’ firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?’ ‘Bukankah Esau itu kakak Yakub?’ demikianlah firman TUHAN. ‘Namun Aku mengasihi Yakub, (3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.’ (4) Apabila Edom berkata: ‘Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,’ maka beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.’”.

 

Calvin (tentang Kej 25:23): when an entire people is the subject of discourse, reference is made not to the secret election, which is confirmed to few, but the common adoption, which spreads as widely as the external preaching of the word. Since this subject, thus briefly stated, may be somewhat obscure, the readers may recall to memory what I have said above in expounding the seventeenth chapter (Genesis 17:1) namely, that God embraced, by the grace of his adoption, all the sons of Abraham, because he made a covenant with all; and that it was not in vain that he appointed the promise of salvation to be offered promiscuously to all, and to be attested by the sign of circumcision in their flesh; but that there was a special chosen seed from the whole people, and these should at length be accounted the legitimate sons of Abraham, who by the secret counsel of God are ordained unto salvation. Faith, indeed, is that which distinguishes the spiritual from the carnal seed; but the question now under consideration is the principle on which the distinction is made, not the symbol or mark by which it is attested. God, therefore, chose the whole seed of Jacob without exception, as the Scripture in many places testifies; because he has conferred on all alike the same testimonies of his grace, namely, in the word and sacraments. But another and peculiar election has always flourished, which comprehended a certain definite number of men, in order that, in the common destruction, God might save those whom he would. A question is here suggested for our consideration. Whereas Moses here treats of the former kind of election, Paul turns his words to the latter. For while he attempts to prove, that not all who are Jews by natural descent are heirs of life; and not all who are descended from Jacob according to the flesh are to be accounted true Israelites; but that God chooses whom he will, according to his own good pleasure, he adduces this testimony, the elder shall serve the younger. (Romans 9:7,8,12.) They who endeavor to extinguish the doctrine of gratuitous election, desire to persuade their readers that the words of Paul also are to be understood only of external vocation; but his whole discourse is manifestly repugnant to their interpretation; and they prove themselves to be not only infatuated, but impudent in their attempt to bring darkness or smoke over this light which shines so clearly. They allege that the dignity of Esau is transferred to his younger brother, lest he should glory in the flesh; inasmuch as a new promise is here given to the latter. I confess there is some force in what they say; but I contend that they omit the principal point in the case, by explaining the difference here stated, of the external vocation. But unless they intend to make the covenant of God of none effect, they must concede that Esau and Jacob were alike partakers of the external calling; whence it appears, that they to whom a common vocation had been granted, were separated by the secret counsel of God. The nature and object of Paul’s argument is well known. For when the Jews, inflated with the title of the Church, rejected the Gospel, the faith of the simple was shaken, by the consideration that it was improbable that Christ, and the salvation promised through him, could possibly be rejected by an elect people, a holy nation, and the genuine sons of God. Here, therefore, Paul contends that not all who descend from Jacob, according to the flesh, are true Israelites, because God, of his own good pleasure, may choose whom he will, as heirs of eternal salvation. Who does not see that Paul descends from a general to a particular adoption, in order to teach us, that not all who occupy a place in the Church are to be accounted as true members of the Church? It is certain that he openly excludes from the rank of children those to whom (he elsewhere says) pertaineth the adoption; whence it is assuredly gathered, that in proof of this position, he adduces the testimony of Moses, who declares that God chose certain from among the sons of Abraham to himself, in whom he might render the grace of adoption firm and efficacious. How, therefore, shall we reconcile Paul with Moses? I answer, although the Lord separates the whole seed of Jacob from the race of Esau, it was done with a view to the Church, which was included in the posterity of Jacob. And, doubtless, the general election of the people had reference to this end, that God might have a Church separated from the rest of the world. What absurdity, then, is there in supposing that Paul applies to special election the words of Moses, by which it is predicted that the Church shall spring from the seed of Jacob? And an instance in point was exhibited in the condition of the heads themselves of these two nations. For Jacob was not only called by the external voice of the Lord, but, while his brother was passed by, he was chosen an heir of life. That good pleasure of God, which Moses commends in the person of Jacob alone, Paul properly extends further: and lest any one should suppose, that after the two nations had been rendered distinct by this oracle, the election should pertain indiscriminately to all the sons of Jacob, Paul brings, on the opposite side, another oracle, I will have mercy on whom I will have mercy; where we see a certain number severed from the promiscuous race of Jacob’s sons, in the salvation of whom the special election of God might triumph (= ).

 

Intinya, Calvin mengatakan bahwa yang dibicarakan oleh Musa adalah pemilihan Israel sebagai bangsa untuk menjadi Gereja Tuhan. Sedangkan Paulus menerapkan kata-kata Musa dalam Kej 25:23 kepada pemilihan keselamatan individu (predestinasi). Mengapa? Karena orang-orang Yahudi, yang merasa sebagai keturunan Abraham dan Yakub, menganggap diri pasti selamat. Padahal pemilihan dalam Perjanjian Lama, berbicara tentang pemilihan lahiriah.

Saya yakin ini juga berlaku untuk kata-kata Maleakhi dalam Mal 1:2-dst. Ini merupakan pemilihan lahiriah, bukan predestinasi.

 

Ay 14: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!”.

 

a) Di sini Paulus menanyakan suatu pertanyaan yang ia tahu pasti akan muncul dalam diri orang yang mendengar ajarannya tentang Predestinasi, yaitu: ‘Apakah Allah tidak adil?’.

Adanya pertanyaan ini jelas menunjukkan bahwa doktrin Predestinasi itu memang ajaran Alkitab / Paulus. Kalau doktrin Predestinasi tidak ada, tidak mungkin akan ada pertanyaan tentang keadilan Allah.

 

Calvin: “we may observe that this very objection clearly proves, that inasmuch as God elects some and passes by others, the cause is not to be found in anything else but in his own purpose; for if the differences had been based on works, Paul would have to no purpose mentioned this question respecting the unrighteousness of God, no suspicion could have entertained concerning it if God dealt with every one according to his merit” (= kita bisa melihat bahwa keberatan ini secara jelas membuktikan bahwa pada waktu Allah memilih sebagian orang dan melewati / tak memilih lainnya, penyebabnya tidak ada dalam apapun juga selain dalam rencanaNya sendiri; karena jika perbedaan itu didasarkan pada perbuatan, tidak ada gunanya Paulus menyebutkan pertanyaan mengenai ketidakbenaran Allah, tidak ada kecurigaan tentang hal ini yang akan muncul jika Allah memperlakukan setiap orang sesuai dengan jasanya).

 

Catatan: KJV menterjemahkan ‘tidak adil’ dalam Ro 9:14 ini dengan ‘unrighteousness’ (= ketidakbenaran). Tetapi saya berpendapat bahwa ‘tidak adil’ adalah terjemahan yang lebih tepat.

 

Sekarang mari kita melihat beberapa komentar Calvin yang lain tentang ayat ini:

·       “The flesh cannot hear of this wisdom of God without being instantly disturbed by numberless questions, and without attempting in a manner to call God to an account” [= Daging tidak bisa mendengar hikmat Allah ini (tentang Predestinasi) tanpa langsung terganggu oleh banyak pertanyaan, dan tanpa mencoba meminta pertanggungan jawab dari Allah].

·       “Monstrous surely is the madness of the human mind, that it is more disposed to charge God with unrighteousness than to blame itself for blindness” (= Kegilaan pikiran manusia betul-betul sangat dahsyat / besar, sehingga lebih cenderung untuk menuduh Allah dengan ketidak-benaran dari pada menyalahkan dirinya sendiri karena kebutaannya).

 

b) Adanya keberatan / serangan terhadap doktrin Predestinasi seperti dalam ay 14 ini (dan juga dalam ay 19) tidak membuat Paulus lalu tidak mengajarkan doktrin ini. Seharusnya hal ini ditiru oleh pengajar-pengajar jaman sekarang, karena kalau semua pengajar takut mengajarkan kebenaran ini, maka kebenaran ini akan hilang, dan akan makin sukar orang menerimanya.

 

Ay 15: “Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’”.

 

a) Hubungan ay 15 dengan ay 14.

Pada akhir ay 14 Paulus menjawab pertanyaan dalam ay 14 itu dengan kata ‘mustahil’, dan ia lalu melanjutkan dengan memberikan ay 15.

Kalau memang Yakub / Esau dipilih / ditolak karena perbuatan mereka yang sudah lebih dulu dilihat oleh Allah, maka di sinilah tempat yang terbaik untuk menjelaskan hal itu. Paulus seharusnya berkata: ‘Kok bisa Allah tidak adil? Ia memilih Yakub karena sudah melihat lebih dulu bahwa Yakub akan menjadi baik. Ia menolak Esau karena sudah melihat lebih dulu bahwa Esau bakal bejat’. Tetapi ternyata Paulus tidak berkata demikian. Sebaliknya ia menekankan hak Allah dalam memberi atau menahan belas kasihan (ay 15-18).

 

Calvin: “It may indeed appear a frigid defence that God is not unjust, because he is merciful to whom he pleases; but as God regards his own authority alone as abundantly sufficient, so that he needs the defence of none, Paul thought it enough to appoint him the vindicator of his own right” (= Memang kelihatannya suatu pembelaan yang kaku / dingin bahwa Allah itu bukannya tidak adil karena Ia berbelaskasihan kepada siapa yang dikehendakiNya; tetapi karena Allah menganggap otoritasNya sendiri saja sudah sangat cukup, sehingga Ia tidak membutuhkan pembelaan dari siapapun, Paulus menganggapnya cukup untuk mengangkat Dia sebagai pembela dari hakNya sendiri).

 

b) Ay 15 ini dikutip secara hurufiah dari Kel 33:19 versi Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama berbahasa Yunani).

Dalam Kel 33:19 digunakan 2 kata kerja:

·       kata Ibrani CHENEN, yang artinya: to favour / to show kindness freely and bountifully’ (= bersikap baik / murah hati / menunjukkan kebaikan secara cuma-cuma dan secara berlimpah-limpah).

·       kata Ibrani RECHEM, yang artinya: ‘to be treated with mercy’ (= diperlakukan dengan belas kasihan).

 

Kedua kata ini menunjukkan bahwa manusia yang dipilih itu sudah jatuh ke dalam dosa, karena mereka membutuhkan kemurahan hati / belas kasihan. Jadi bagian ini jelas mendukung Infralapsarianisme.

 

Ay 16: “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”.

 

a) ‘tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang’.

 

Ro 9:16 versi KJV menterjemahkan ayat ini secara hurufiah:

“So then it is not of him that willeth, nor of him that runneth, but of God that sheweth mercy” [= Jadi hal itu bukanlah dari dia yang mau, bukan juga dari dia yang berlari (maksudnya ‘berusaha’), tetapi dari Allah yang menunjukkan belas kasihan].

 

Jadi, kata yang diterjemahkan ‘usaha’, secara hurufiah adalah ‘running’ (= berlari). Dalam Kitab Suci, kata ‘lari’ sering menunjuk pada ‘usaha manusia’ (bdk. 1Kor 9:24,26  Gal 2:2  Gal 5:7  Ibr 12:1).

 

Editor dan penterjemah Calvin’s Commentary tentang surat Roma, yaitu John Owen, memberikan catatan kaki yang menarik dengan mengatakan bahwa istilah ‘willing’ dan ‘running’ didapatkan dari sejarah Esau. Sia-sia Esau menginginkan berkat, sia-sia ia berlari untuk mendapatkan daging buruan bagi ayahnya (Kej 27:1-5,30-40). John Owen lalu mengutip kata-kata Turretin:

“‘In vain,’ says Turretin, ‘did Esau seek the blessing. In vain did Isaac hasten to grant it and in vain did Esau run to procure venison for his father; neither the father’s willingness nor the running of the son availed anything; God’s favour overruled the whole’” (= ‘Sia-sia,’ kata Turretin, ‘Esau mencari berkat. Sia-sia Ishak bergegas untuk memberikannya dan sia-sia Esau berlari untuk mendapatkan daging buruan / rusa untuk ayahnya; kemauan sang ayah maupun berlarinya sang anak tidak ada gunanya sama sekali; kemurahan / kebaikan hati Allah mengesampingkan / mengalahkan seluruhnya’).

 

John Owen melanjutkan:

“Isaac’s ‘willingness’ to give the blessing to Esau, notwithstanding the announcement made at his birth, and Rebecca’s conduct in securing it to Jacob, are singular instances of man’s imperfections, and of the overruling power of God. Isaac acted as though he had forgotten what God had expressed as his will; and Rebecca acted as though God could not effect his purpose without her interference, and an interference, too, in a way highly improper and sinful. It was the trial of faith, and the faith of both halted exceedingly; yet the purpose of God was still fulfilled, but the improper manner in which it was fulfilled was afterwards visited with God’s displeasure” (= Kemauan Ishak untuk memberikan berkat kepada Esau meskipun ada pemberitahuan yang diberikan pada saat kelahirannya, dan kelakuan Ribka untuk memastikan berkat itu bagi Yakub, merupakan contoh yang luar biasa tentang ketidak-sempurnaan manusia, dan tentang kuasa Allah yang mengesampingkan / mengalahkan. Ishak bertindak seakan-akan ia telah lupa apa yang Allah nyatakan sebagai kehendakNya; dan Ribka bertindak seakan-akan Allah tidak bisa melaksanakan rencanaNya tanpa campur tangannya, dan ini adalah campur tangan yang sangat tidak tepat dan berdosa. Itu adalah ujian iman, dan iman dari keduanya sangat terputus-putus; tetapi rencana Allah tetap tergenapi, tetapi cara yang tidak tepat melalui mana rencana itu digenapi akhirnya mendapatkan ketidaksenangan Allah).

 

Pada waktu berkata bahwa pemilihan tidak tergantung pada kehendak / usaha kita, kita harus memperhatikan peringatan dari Luther:

“This does not mean that God’s mercy altogether excludes our willing or running” (= Ini tidak berarti bahwa belas kasihan Allah sama sekali membuang kemauan dan usaha / larinya kita).

Maksud Luther adalah: sekalipun pemilihan tidak tergantung pada kehendak atau usaha orang, tetapi itu tidak berarti bahwa kalau Allah sudah memilih seseorang maka orang itu pasti akan selamat sekalipun ia tidak mau dan tidak berusaha. Yang benar adalah: kalau Allah sudah memilih seseorang maka Allah akan bekerja dalam diri orang itu sehingga ia akan mau dan berusaha (bdk. Fil 2:13).

 

b) ‘tetapi kepada kemurahan hati Allah’.

Ini, sama dengan NIV, kurang tepat terjemahannya. Yang benar adalah terjemahan NASB yang berbunyi: ‘but on God who has mercy’ (= tetapi kepada Allah yang mempunyai belas kasihan). Jadi pemilihan tidak tergantung pada kemurahan hati Allah’, tetapi kepada Allah yang murah hati’.

 

c) Jadi seluruh ay 16 ini menekankan bahwa pemilihan kita bukan didasarkan pada kehendak / kemauan orang atau usaha orang, tetapi pada Allah yang mempunyai belas kasihan / kemurahan hati. Ini secara jelas mendasari sifat unconditional (= tidak bersyarat) dari pemilihan.

 

Ay 17: “Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’”.

 

a) Ro 9:17 ini dikutip dari Kel 9:16.

Kel 9:16 - ‘membiarkan engkau hidup’.

Perhatikan juga Kel 9:16 versi-versi bahasa Inggris di bawah ini.

NASB: ‘I have allowed you to remain’ (= Aku telah membiarkan engkau untuk tetap ada).

RSV: ‘have I let you live’ (= Aku telah membiarkan engkau hidup).

NIV: ‘I have raised you up’ (= Aku telah membangkitkan engkau).

KJV: ‘have I raised thee up’ (= Aku telah membangkitkan engkau).

 

b) Allah membangkitkan Firaun (Ro 9:17).

Kata ‘membangkitkan’ di sini tidak berarti ‘preserved’ (= memelihara / mempertahankan / menjaga supaya tetap hidup), seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, NASB dan RSV. Juga tentu saja kata ‘membangkitkan’ tidak menunjuk pada tindakan Allah untuk menghidupkan Firaun kembali dari kematian karena ini memang tidak pernah terjadi. Tetapi kata ‘membangkitkan’ menunjuk pada ‘tindakan Allah untuk memunculkan Firaun ke dalam sejarah’.

Catatan: Kel 9:16 versi Septuaginta / LXX memakai ‘preserved’, tetapi pada waktu mengutip Kel 9:16 Paulus mengubahnya menjadi ‘membangkitkan’, karena ini lebih sesuai dengan bahasa Ibrani dari Kel 9:16.

 

c) Jadi Ro 9:17 ini menunjukkan bahwa Allah memunculkan / melahirkan / menciptakan Firaun untuk menunjukkan kuasaNya sehingga namaNya termasyhur.

Bagaimana dengan munculnya Firaun kuasa Allah bisa terlihat sehingga namaNya termasyhur? Dengan Allah mengeraskan hati Firaun (bdk. ay 18), sehingga ia menolak melepaskan Israel. Dengan demikian Allah bisa memberikan tulah demi tulah dan akhirnya menghancurkan Firaun dan tentaranya di Laut Teberau. Dengan demikian kuasa Allah terlihat dengan jelas, dan nama Allah menjadi termasyhur.

Jadi, adanya reprobate (= orang yang ditentukan binasa) juga bertujuan untuk kemuliaan Allah.

 

Ay 18: “Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.

 

Ayat ini berbicara tentang ‘menegarkan hati / mengeraskan hati’.

 

W. G. T. Shedd:

·       “to harden is not to soften” (= mengeraskan berarti tidak melunakkan).

·       “The agency of God in hardening is inaction rather than action” [= Tindakan Allah dalam pengerasan adalah ketidak-giatan (pasif) dan bukannya kegiatan (aktif)].

·       “When God hardens a man, he only leaves him to his stony heart” (= Pada waktu Allah mengeraskan seseorang, Ia hanya membiarkannya pada hatinya yang keras).

 

W. G. T. Shedd lalu mengutip Charnoke, dalam bukunya yang berjudul ‘Holiness of God’: “God hardened his heart, by not converting his already hard heart into a heart of flesh” (= Allah mengeraskan hatinya, dengan tidak mengubah hatinya yang sudah keras menjadi hati dari daging).

 

John Murray: “God is said to do what he permitted. God allowed Pharaoh to harden his own heart but the action of hardening was Pharaoh’s own” (= Allah dikatakan melakukan apa yang Ia ijinkan. Allah mengijinkan Firaun untuk mengeraskan hatinya sendiri tetapi tindakan pengerasan itu adalah tindakan Firaun sendiri).

 

Ay 19: “Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’”.

 

a) Sama seperti dalam ay 14 di sini Paulus menanyakan pertanyaan yang ia tahu akan muncul dalam diri orang yang mendengar ajarannya tentang Predestinasi dan kedaulatan Allah yang baru ia ajarkan sampai dengan ay 18.

 

b)  Saya berpendapat bahwa dalam ay 19 ini NIV memberikan terjemahan yang paling jelas artinya, yang berbunyi sebagai berikut: “One of you will say to me: Then why does God still blame us? For who resists his will?” (= Salah satu dari kamu akan berkata kepadaku: Lalu mengapa Allah masih menyalahkan kita? Karena siapa yang menahan / menolak kehendakNya?).

 

‘Kehendak’ Allah bisa menunjuk kepada salah satu dari 3 hal ini:

1. Rencana Allah yang kekal, yang pasti terlaksana.

2. Sesuatu yang kalau terjadi akan menyenangkan Allah. Yang ini belum tentu terjadi. Contoh: 1Tim 2:4.

3. Perintah / larangan Allah. Yang ini juga belum tentu terjadi.

Yang dimaksud dengan ‘kehendak’ di sini bukanlah kehendak dalam arti ke 2 atau ke 3, tetapi kehendak dalam arti ‘Rencana Allah yang kekal’. Mengapa? Karena Ro 9:19b itu menunjukkan bahwa kehendak Allah itu tidak bisa ditentang / ditolak. Dengan kata lain kehendak Allah itu pasti terjadi. Sekarang, mengingat bahwa kehendak Allah itu pasti terjadi, dan tidak mungkin ditolak / ditahan / diubah / digagalkan oleh siapapun, si penanya menanyakan: mengapa kita masih disalahkan pada waktu kita berbuat dosa / tidak percaya? Bukankah Allah yang menetapkan semua itu dan karena itu semua itu pasti terjadi? Kesimpulannya: adanya kedaulatan Allah / penetapan Allah dipakai oleh si penanya untuk meragukan adanya tanggung jawab manusia.

 

Ay 20-21: “(20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

 

a) Dalam ay 20-21 ini terlihat jelas bahwa Paulus berbicara berdasarkan Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama. Tetapi bagian mana dari Perjanjian Lama yang ia gunakan?

 

Guy Duty, dalam buku ‘Keselamatan bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 116-118, berkata bahwa Paulus menggunakan Yer 18 (bacalah bagian ini dalam Kitab Suci saudara mulai ay 1 sampai ay 12). Guy Duty lalu berkata:

“Di sini, di sumber kutipan Paulus tentang tukang periuk - tanah liat ini, Sang Tukang Periuk menghimbau tanah-liat-Nya agar bertobat dari kejahatan mereka dan mentaati suara-Nya, tetapi si tanah liat yang keras kepala dan pemberontak, menolak tawaran belas kasihan Sang Tukang Periuk dan mengatakan bahwa mereka mau berjalan dalam jalan mereka sendiri dan melakukan kejahatan hati mereka sendiri. Dua kali Sang Tukang Periuk memakai syarat-jikaNya untuk menyelamatkan mereka dari penghukuman yang segera akan jatuh ke atas mereka. Tanah liat ini bukanlah sebuah benda mati. Dengan roh pemberontakannya sendiri, ia menolak syarat-jika-taat-Nya Allah. Bacalah selebihnya sampai akhir kitab Yeremia, bagaimana dengan syarat Allah berurusan dengan mereka; dan anda akan mengerti mengapa mereka disebut ‘benda-benda kemurkaan’. Fakta-fakta ini sebenarnya cukup untuk meyakinkan seorang dengan pikiran yang tak berprasangka, bahwa Paulus, dalam Roma 9 ini, tidak berbicara tentang keselamatan tanpa syarat” (hal 118).

 

Tetapi Calvin mengatakan bahwa Paulus bukannya menggunakan Yer 18 tetapi Yes 45:9. Beberapa penafsir yang lain menambahkan Yes 29:16, demikian juga catatan kaki dari Kitab Suci Indonesia, tetapi saya berpendapat bahwa Yes 45:9 adalah ayat yang paling tepat.

 

Sekarang pikirkan sendiri siapa yang benar dalam hal ini, Guy Duty atau Calvin? Bacalah sekali lagi Ro 9:19-21, lalu Yer 18:1-12 dan Yes 45:6-12, maka saudara akan melihat dengan jelas bahwa Ro 9:20-21 jauh lebih mirip pada Yes 45:9 dari pada Yer 18:1-12. Untuk mempermudah dalam membandingkan, saya menuliskan ketiga text itu di bawah ini.

 

Ro 9:20-21 - “(20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

 

Yer 18:1-12 - “(1) Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (2) ‘Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataanKu kepadamu.’ (3) Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. (4) Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (5) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: (6) ‘Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu, hai kaum Israel! (7) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. (8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. (9) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. (10) Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mataKu dan tidak mendengarkan suaraKu, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. (11) Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu! (12) Tetapi mereka berkata: Tidak ada gunanya! Sebab kami hendak berkelakuan mengikuti rencana kami sendiri dan masing-masing hendak bertindak mengikuti kedegilan hatinya yang jahat.’”.

 

Yes 45:6-12 - “(6) supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7) yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini. (8) Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan! Akulah TUHAN yang menciptakan semuanya ini.’ (9) Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: ‘Apakah yang kaubuat?’ atau yang telah dibuatnya: ‘Engkau tidak punya tangan!’ (10) Celakalah orang yang berkata kepada ayahnya: ‘Apakah yang kauperanakkan?’ dan kepada ibunya: ‘Apakah yang kaulahirkan?’ (11) Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakudus, Allah dan Pembentuk Israel: ‘Kamukah yang mengajukan pertanyaan kepadaKu mengenai anak-anakKu, atau memberi perintah kepadaKu mengenai yang dibuat tanganKu? (12) Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tanganKulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya”.

 

Baik Ro 9:20-21 maupun Yes 45:9 mempersoalkan orang yang membantah Allah, tetapi tidak demikian dengan Yer 18! Dengan demikian jelas terlihat bahwa pada waktu ia menuliskan Ro 9:20-21 ini, Yes 45:9-lah yang ada dalam pikirannya, dan bukannya Yer 18:1-12.

 

Hal lain yang saudara perlu perhatikan dalam membandingkan text-text ini adalah: Yer 18:1-12 sama sekali tidak cocok untuk menjawab pertanyaan Paulus dalam Ro 9:19, sedangkan Yes 45:9 itu cocok sekali untuk menjawab pertanyaan dalam Ro 9:19 itu.

 

Satu hal yang harus diperhatikan dari buku Guy Duty dalam bagian ini adalah bahwa Guy Duty ‘melarikan diri’ dari Ro 9:20-21 ini. Ia mengatakan bahwa Paulus menggunakan Yer 18 sebagai dasar, dan ia lalu membahas Yer 18, tetapi menghindari Ro 9:20-21 ini. Alangkah tidak konsistennya sikap ‘menghindari / melarikan diri’ ini dengan kata-kata Guy Duty sendiri pada waktu ia mulai membahas Ro 9, dimana ia berkata: “Sekarang kita sampai ke surat Roma pasal 9 dan memasuki benteng Agustinus, Calvin, dan para guru Kepastian Keselamatan Kekal. ... Janganlah kita menghindar atau membelokkan sesuatu seperti yang sering mereka lakukan” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 93.

 

b) Dari jawaban dalam ay 20-21 terlihat bahwa si penanya disalahkan / dihardik karena menanyakan pertanyaan seperti itu. Tetapi beberapa penafsir, termasuk Martin Luther, secara tepat mengatakan bahwa yang disalahkan adalah kalau manusia dengan sikap sombong, jahat, marah, bersungut-sungut mencoba membantah Allah dengan pertanyaan seperti ini. Ini terlihat dari kata ‘membantah’ dalam Ro 9:20 dan juga dari kata ‘berbantah’ dalam Yes 45:9, yang jelas menunjukkan sikap yang tidak benar dalam menanyakan pertanyaan ini.

 

c) Dalam Ro 9:20-21 ini ada beberapa kontras yang harus diperhatikan yaitu:

1. Kontras antara kata-kata ‘hai manusia’ dan ‘Allah’.

2. Kontras antara ‘yang dibentuk’ dan ‘yang membentuk’.

3. Kontras antara ‘tanah liat’ dan ‘tukang periuk’.

Calvin: “And surely there is no reason for a mortal man to think himself better than earthen vessel, when he compares himself with God” (= Dan memang jelas bahwa tidak ada alasan bagi manusia yang fana untuk berpikir bahwa dirinya sendiri lebih baik dari bejana tanah, pada waktu ia membandingkan dirinya sendiri dengan Allah).

 

Kontras inilah yang menyebabkan manusia tidak berhak untuk membantah Allah, bagaimanapun logisnya bantahan itu. Juga kontras ini menyebabkan manusia pantas dikecam pada waktu membantah Allah.

 

d) ‘mulia’ dan ‘biasa’.

NIV: ‘noble’  (= mulia) dan ‘common’ (= biasa).

NASB: ‘honorable’ (= terhormat) dan ‘common’ (= biasa).

RSV: ‘beauty’ (= cantik / indah) dan ‘menial’ (= kasar / rendah).

KJV: ‘honour’ (= terhormat) dan ‘dishonour’ (= tidak terhormat).

Saya menyetujui terjemahan KJV dengan alasan:

1. Kata bahasa Yunani ATIMIA yang diterjemahkan ‘dishonour’ (= tidak terhormat) ini, dalam Kitab Suci hanya digunakan dalam:

*      Ro 1:26 - ‘yang memalukan’.

*      1Kor 11:14 - ‘kehinaan’.

*      1Kor 15:43 - ‘kehinaan’.

*      2Kor 6:8 - ‘dihina’.

*      2Kor 11:21 - ‘malu’.

*      2Tim 2:20 - ‘kurang mulia’.

Kecuali dalam 2Tim 2:20 dimana ATIMIA masih memungkinkan diartikan sebagai sesuatu yang netral / tidak negatif, maka dalam ayat-ayat yang lain ATIMIA selalu mempunyai arti negatif.

2. Ro 9 ini selalu mengkontraskan dengan tajam.

Misalnya:

a. Mengasihi >< membenci (ay 13).

b. Menaruh belas kasihan >< menegarkan hati (ay 18).

c. Benda belas kasihan >< benda kemurkaan (ay 22-23).

d. Kemuliaan >< kebinasaan (ay 22-23).

Karena itu kalau kata pertama diterjemahkan ‘mulia / terhormat’, maka kata kedua tidak boleh sekedar diterjemahkan ‘biasa’, tetapi harus diterjemahkan ‘tidak mulia / tidak terhormat’.

 

e) Sekarang kita menghubungkan Ro 9:20-21 ini dengan pertanyaan dalam Ro 9:19.

Ro 9:19-21 - “(19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

 

Ada beberapa hal yang bisa didapatkan:

 

1. Jawaban Paulus terhadap pertanyaan dalam ay 19 tidak akan demikian:

a. Seandainya Arminian benar bahwa Allah tidak menentukan, tetapi hanya mengetahui lebih dulu.

b. Seandainya Hyper-Calvinist benar bahwa Allah memang menentukan dan karena itu manusia tidak bertanggung jawab.

Jawaban ini hanya cocok kalau Reformed / Calvinisme, yang mempercayai bahwa Allah menentukan tetapi manusia tetap bertanggung jawab, adalah pandangan yang benar.

 

2. Sebetulnya Paulus tidak menjawab pertanyaan dalam ay 19 itu yaitu bagaimana kedaulatan dan penetapan Allah itu bisa harmonis dengan tanggung jawab manusia. Dengan jawaban dalam ay 20-21 itu, secara tidak langsung ia berkata: ‘Pokoknya Allah sudah menetapkan kedua hal itu (kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia), dan kita manusia tidak berhak membantah’.

 

Calvin, dalam komentarnya tentang Ro 9:14, berkata sebagai berikut:

“Let this then be our sacred rule, to seek to know nothing concerning it, except what Scripture teaches us: when the Lord closes his holy mouth, let us also stop this way, that we may not go farther” [= Biarlah ini menjadi peraturan kudus kita, berusaha mengetahui hal itu (doktrin Predestinasi) hanya sejauh yang diajarkan oleh Kitab Suci: pada waktu Tuhan menutup mulutNya yang kudus, biarlah kita juga berhenti dan tidak pergi lebih jauh].

 

Kata-kata ini penting kita camkan pada waktu menghadapi hal-hal yang memang tidak dijelaskan oleh Kitab Suci dalam persoalan Predestinasi, misalnya bagaimana kedaulatan Allah dan kebebasan manusia bisa ada bersama-sama, juga bagaimana Allah yang suci dan kasih bisa menetapkan dosa dan kebinasaan, dsb.

 

Ay 22-23: “(22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan - (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan”.

 

a) Persamaan ay 20-21 dan ay 22-23:

Tukang periuk (ay 21) = Allah (ay 22).

Benda mulia (ay 21) = benda belas kasihan (ay 23).

Benda tak mulia (ay 21) = benda kemurkaan (ay 22).

 

b) Calvin tentang ay 22-23.

·       “There are vessels prepared for destruction, that is, given up and appointed to destruction: they are also vessels of wrath, that is, made and formed for this end, that they may be examples of God’s vengeance and displeasure” (= Ada bejana-bejana yang disiapkan untuk kebinasaan, yaitu, diserahkan dan ditetapkan untuk kebinasaan: mereka juga adalah bejana-bejana kemurkaan, yaitu, dibuat dan dibentuk untuk tujuan ini, supaya mereka bisa menjadi contoh dari pembalasan dan ketidaksenangan Allah).

·       “For the best reason then are we, the faithful, called the vessels of mercy, whom the Lord uses as instruments for the manifestation of his mercy; and the reprobate are the vessels of wrath, because they serve to show forth the judgments of God” (= Untuk alasan yang terbaik maka kita, orang yang setia / percaya, disebut bejana-bejana belas kasihan, yang dipakai Tuhan sebagai alat untuk menyatakan belas kasihanNya; dan orang yang tidak dipilih adalah bejana-bejana kemurkaan, karena mereka berfungsi untuk menunjukkan penghakiman Allah).

 

c) Ada 2 x kata ‘glory’ / ‘kemuliaan’ dalam ay 23 dan ini menunjuk pada ‘belas kasihan Allah’.

 

d) Guy Duty menggunakan Ro 9:22 versi KJV yang berbunyi:

“What if God, willing to shew his wrath, and to make his power known, endured with much longsuffering the vessels of wrath fitted to destruction”.

Oleh penterjemah buku Guy Duty, ini diterjemahkan sebagai berikut:

“Jadi jika Allah, hendak menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang cocok untuk kebinasaan - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 118.

Guy Duty lalu berkata:

1. Menurut Dr. A. T. Robertson kata ‘hendak’ di sini bukan merupakan penyebab. Dan penterjemah buku Guy Duty lalu memberikan keterangan tambahan: “kata ini tidak menyatakan subyek dari kata kerja ini sebagai penyebab” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 118.

2. Menurut Vine, “Kata yang diterjemahkan dengan kata ‘cocok’ ini, dalam bahasa Yunani mempunyai ‘bentuk pemakaian Medium (Middle Voice), yang menunjukkan bahwa bejana-bejana kemurkaan itu membuat diri mereka cocok untuk kebinasaan’” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 119.

Dengan penjelasan ini jelas bahwa ia mau menunjukkan bahwa keselamatan / kebinasaan manusia tak tergantung pada kehendak Allah, tetapi tergantung manusianya sendiri!

 

Tanggapan:

a. Kalaupun A. T. Robertson benar bahwa kata ‘hendak’ di sini bukan merupakan penyebab, ini tidak berarti bahwa:

*      A. T. Robertson tidak mempercayai Predestinasi.

*      tidak ada ayat lain yang menunjukkan secara jelas bahwa Allah adalah penyebab predestinasi.

Dua hal di atas ini terlihat misalnya dari Ro 9:11, tentang mana A. T. Robertson sendiri berkata: “Here it is the purpose (prothesis) of God which has worked according to the principles of election” [= Di sini adalah rencana (prothesis) dari Allah yang telah bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol IV, hal 382. Juga dua hal itu terlihat dari Ef 1:4, tentang mana A. T. Robertson berkata: “Definitive statement of God’s elective grace concerning believers in Christ” (= Pernyataan yang pasti tentang kasih karunia pemilihan dari Allah mengenai orang-orang yang percaya kepada Kristus) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol IV, hal 517.

b. Kalau Allah sudah menetapkan seseorang untuk binasa, memang nantinya orang itu sendiri akan membuat dirinya cocok untuk dibinasakan (sesuai dengan kata-kata Vine tentang middle voice yang digunakan)! Predestinasi tidak bisa gagal!

 

e) Guy Duty juga menghubungkan Ro 9:22-23 ini dengan 2Tim 2:20-21 yang berbunyi: “(20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia”.

 

Catatan: Kata-kata ‘perabot rumah untuk maksud yang mulia’ oleh KJV diterjemahkan ‘a vessel unto honour’ (= bejana untuk kehormatan / kemuliaan), dan kata Yunani yang dipakai dalam 2Tim 2:21 ini memang sama dengan kata Yunani yang dipakai dalam Ro 9:21.

 

Guy Duty lalu menyimpulkan:

“Bejana kemuliaan di sini dihubungkan dengan syarat ‘jika’. Untuk menjadi sebuah bejana yang mulia, seseorang harus menyucikan diri dari segala perkara yang tidak berkenan kepada Sang Tukang Periuk” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 120.

 

Tanggapan:

Guy Duty tidak bisa melihat bahwa dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang ditinjau dari sudut Allah dan ada ayat-ayat yang ditinjau dari sudut manusia. Ro 9:20-23 jelas merupakan ayat-ayat yang ditinjau dari sudut Allah, sedangkan 2Tim 2:20-21 merupakan ayat-ayat yang ditinjau dari sudut manusia, dan karena itu menekankan kewajiban / tanggung jawab manusia.

 

Ay 24-26: “(24) yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, (25) seperti yang difirmankanNya juga dalam kitab nabi Hosea: ‘Yang bukan umatKu akan Kusebut: umatKu dan yang bukan kekasih: kekasih.’ (26) Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: ‘Kamu ini bukanlah umatKu,’ di sana akan dikatakan kepada mereka: ‘Anak-anak Allah yang hidup.’”.

 

a) Dari ay 23-24 terlihat bahwa Paulus tahu bahwa ia dan orang kristen Roma adalah orang pilihan. Ini bertentangan dengan kata-kata Pdt. Jusuf B. S. yang berulangkali menyatakan bahwa tidak ada orang yang bisa tahu bahwa dirinya orang pilihan (buku ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 35,36,37).

 

b) Ay 24 ini menunjukkan bahwa orang-orang pilihan tidak hanya ada dalam kalangan Yahudi tetapi juga dalam kalangan bangsa-bangsa lain / non Yahudi. Ini berpasangan dengan ay 6 yang menyatakan bahwa tidak semua Yahudi adalah orang pilihan.

 

c) Untuk menunjukkan bahwa pemanggilan orang non Yahudi bukanlah suatu ajaran baru, maka dalam ay 25-26, Paulus lalu memberikan dasar Kitab Suci dari Perjanjian Lama tentang panggilan / pilihan Allah terhadap orang non Yahudi, yaitu dari Hos 2:22 (dalam Kitab Suci Inggris Hos 2:23) dan Hos 1:10.

 

Ay 27-29: “(27) Dan Yesaya berseru tentang Israel: ‘Sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan diselamatkan. (28) Sebab apa yang telah difirmankanNya, akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan segera.’ (29) Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: ‘Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora.’”.

 

Sekarang Paulus kembali pada apa yang sudah ia bicarakan dalam ay 6, yaitu bahwa tidak semua orang Yahudi adalah orang pilihan, tetapi sekarang ia bahkan menambahkan bahwa hanya ada sedikit orang Yahudi yang adalah orang pilihan.

 

Ay 30-33: “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’”.

 

Sekarang Paulus mulai berganti haluan. Dari tadi (mulai ay 6) ia meninjau dari sudut Allah. Dan dari sudut Allah, seseorang tidak percaya dan tidak selamat karena Allah tidak memilihnya. Sekarang, mulai ay 30, Paulus menyorotinya dari sudut manusia, dan menunjukkan bahwa mereka tidak selamat karena tidak beriman.

 

Tetapi Guy Duty yang tidak mempedulikan dari sudut mana suatu ayat harus diperhatikan, menafsirkan bagian ini secara kacau balau.

 

Guy Duty:

“Ikutilah Paulus dengan menyelesaikan seluruh Roma 9, dan dapatkanlah pemikirannya yang lengkap. Jangan berhenti pada ayat 23 seperti halnya para ekspositor Kepastian Keselamatan Kekal, karena dalam ayat-ayat 30-33 Paulus mengembangkan pikirannya dan memperjelas pokok tentang bejana-bejana belas kasihan dan kemurkaan itu” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 120.

 

Guy Duty lalu mengutip Ro 9:30-33, dan lalu melanjutkan:

“Kata-kata iman dan kebenaran (righteousness - KJV) sangat menonjol dalam teks-teks ini. Tanah liat bangsa-bangsa lain ‘telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman’. Tetapi tanah liat Israel tidak sampai pada kebenaran itu. Dan Paulus bertanya: ‘Mengapa tidak?’ Apakah mereka telah dipredestinasikan untuk tidak mencapainya? Paulus menjawab: ‘Karena Israel mengejarnya bukan karena iman ... Mereka tersandung pada batu sandungan’” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 120.

 

Kalau penafsiran Guy Duty ini benar, berarti Paulus menghancurkan / menentang sendiri apa yang ia ajarkan sejak ay 6 tentang Predestinasi!

 

Calvin: “That he might cut off from the Jews every occasion of murmuring against God, he now begins to show those causes, which may be comprehended by human minds, why the Jewish nation had been rejected. But they do what is absurd and invert all order, who strive to assign and set up causes above the secret predestination of God, which he has previously taught us is to be counted as the first cause” (= Supaya ia bisa membuang semua alasan untuk bersungut-sungut terhadap Allah, sekarang ia mulai menunjukkan penyebab-penyebab, yang bisa dimengerti oleh pikiran manusia, mengapa bangsa Yahudi telah ditolak. Tetapi mereka melakukan apa yang menggelikan dan terbalik, yang berjuang mengangkat dan mendirikan penyebab-penyebab di atas predestinasi yang bersifat rahasia dari Allah, yang sebelumnya telah ia ajarkan kepada kita sebagai penyebab pertama).

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali