(Rungkut
Megah Raya Blok D No 16)
Rabu,
tgl 03 Agustus 2011, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP:
7064-1331 / 6050-1331)
http://www.golgothaministry.org
Unconditional
Election
(Pemilihan tanpa syarat)
Pelajaran
10 - tanggal 3 Agustus 2011
6) Supralapsarianisme
dan Infralapsarianisme.
a)
Arti kata.
1.
Kata Supralapsarianisme berasal dari bahasa Latin SUPRA
(= above, beyond / di atas, melebihi)
+ LAPSUS (= fall
/ kejatuhan).
Ingat
kata ‘SUPRANATURAL’, yang artinya ‘melampaui yang alamiah’ atau
‘gaib’. Juga kata SUPRA sama artinya dengan kata ‘SUPER’. Ingat
kata-kata seperti SUPERMAN (= melebihi manusia), SUPERSONIC (= melebihi / di
atas kecepatan suara), SUPERIOR (= lebih tinggi / atasan), dsb.
2.
Kata Infralapsarianisme berasal dari bahasa Latin INFRA
(= below / di bawah) + LAPSUS
(= fall / kejatuhan).
Mungkin
kata ‘INFERIOR’ (= lebih rendah) berasal dari kata ini.
3.
Infralapsarianisme
mempunyai nama lain, yaitu Sublapsarianisme.
Sekalipun istilah ini mirip dengan Supralapsarianisme, tetapi sebetulnya artinya
sama dengan Infralapsarianisme. Kata ‘Sub’
sama artinya dengan kata ‘Infra’.
Ingat kata-kata seperti SUBSONIC (= dibawah kecepatan suara), SUBMARINE (= kapal
selam, kapal yang begerak di bawah permukaan laut), SUBCONSCIOUS (= di bawah
sadar).
b)
Perbedaan yang salah dan yang benar.
1.
Perbedaan yang salah.
Ada
orang yang beranggapan bahwa perbedaan antara Supralapsarianisme dan
Infralapsarianisme adalah bahwa dalam persoalan dosa, Supralapsarianisme percaya
pada efficient decree (= ketetapan
effisien), sehingga menganggap Allah sebagai pencipta dosa (God is the author of sin), dan Infralapsarianisme percaya pada permissive
decree (= ketetapan yang mengijinkan). Ini salah!
William
G. T. Shedd: “And here is the place to notice the error of those who represent
supralapsarianism as differing from infralapsarianism by referring sin to the
efficient decree, thereby making God the author of it. ... But both schemes
alike refer sin to the permissive decree, and both alike deny that God is
the author of sin” (= Dan di sini adalah tempat untuk memperhatikan
kesalahan dari mereka yang menggambarkan Supralapsarianisme sebagai berbeda
dengan Infralapsarianisme karena menghubungkan
dosa dengan ketetapan yang effisien, dan dengan itu membuat Allah
sebagai pencipta dosa. ... Tetapi kedua pola sama-sama menghubungkan dosa dengan
ketetapan yang mengijinkan, dan keduanya sama-sama menyangkal bahwa Allah
adalah pencipta dosa) - ‘Calvinism:
Pure and Mixed’, hal 33-34.
Penjelasan:
ingat bahwa istilah-istilah yang saya garis bawahi dalam kutipan di atas, adalah
istilah-istilah dalam theologia Reformed.
‘Ketetapan
yang effisien’ artinya adalah Allah menetapkan dosa, dan dalam pelaksanaannya Ia
bekerja secara aktif / positif dalam diri orang yang ditetapkan untuk berbuat
dosa itu, sehingga dosa terjadi. Karena Ia bekerja secara aktif, maka tak bisa
dihindarkan lagi, Ia menjadi Pencipta dosa.
‘Ketetapan
yang mengijinkan’ tidak boleh diartikan bahwa Allah tidak menetapkan, tetapi hanya
sekedar mengijinkan. Allahnya tetap menetapkan, dan dosa yang ditetapkan itu
pasti terjadi, tetapi dalam pelaksanaan dari ketetapan itu, Allahnya bekerja
secara pasif, yaitu dengan mencabut kasih karuniaNya, mengijinkan second
causes / penyebab-penyebab kedua (setan, manusia dsb) untuk bekerja,
sehingga dosa itu terjadi.
Ada
orang-orang yang menganggap bahwa ini adalah perbedaan antara Infralapsarianisme
dengan Supralapsarianisme, tetapi
ini salah!
Perbedaannya sama sekali bukan itu. Karena seperti dikatakan oleh Shedd dalam
kutipan di atas, baik Infralapsarianisme
maupun Supralapsarianisme
sama-sama percaya pada ‘ketetapan yang mengijinkan’, bukan pada ‘ketetapan
effisien’. Juga baik Infralapsarianisme
maupun Supralapsarianisme
sama-sama menyangkal bahwa Allah adalah pencipta dosa.
2.
Perbedaan yang benar.
William
G. T. Shedd: “The difference between them relates to an altogether different point:
namely, the order in which the decree of election and reprobation stand to that
of creation” (= Perbedaan antara mereka berhubungan dengan suatu
hal yang sama sekali berbeda: yaitu, urut-urutan dalam mana ketetapan pemilihan
dan penentuan binasa berada dalam hubungannya dengan penciptaan) - ‘Calvinism:
Pure and Mixed’, hal 34-35.
Catatan:
Saya berpendapat bahwa mengingat arti kata Supralapsarianisme
dan Infralapsarianisme, maka lebih
tepat kalau kata ‘creation’ (=
penciptaan) dalam kata-kata William G. T. Shedd ini diganti dengan ‘fall’
(kejatuhan ke dalam dosa).
Infralapsarianisme:
1.
Penciptaan.
2.
Kejatuhan ke dalam dosa.
3.
Pemilihan untuk selamat dan penentuan binasa.
4.
Penebusan oleh Yesus Kristus.
Supralapsarianisme:
1.
Pemilihan untuk selamat dan penentuan binasa.
2.
Penciptaan.
3.
Kejatuhan ke dalam dosa.
4.
Penebusan oleh Yesus Kristus.
Ingat
bahwa baik urut-urutan dalam Supralapsarianisme maupun dalam
Infralapsarianisme adalah urut-urutan dalam
pemikiran Allah, bukan dalam terjadinya
/ pelaksanaan rencana itu!
c)
Urut-urutan dalam pemikiran Allah dalam Infralapsarianisme maupun
Supralapsarianisme bukanlah urut-urutan chronologis /
waktu, tetapi hanya urut-urutan berdasarkan logika.
Pada
waktu Allah membuat rencana, karena Ia maha kuasa, maha tahu dsb, maka
Ia membuat seluruh rencana sekaligus dalam seketika. Ia bukan manusia,
yang karena keterbatasan pemikirannya harus membuat rencananya secara bertahap.
Karena itu sebetulnya dalam pemikiran Allah itu tidak
ada urut-urutan, baik seperti pada Infralapsarianisme maupun pada
Supralapsarianisme. Urut-urutan yang ada hanyalah
secara logika, bukan secara khronologis.
Loraine
Boettner:
“It
is also true that there are some things here which cannot be put into the time
mould, - that these events are not in the Divine mind as they are in ours, by a
succession of acts, one after another, but that by one single act God has at
once ordained all these things. In the Divine mind the plan is a unit, ... All
of the decrees are eternal. They have a logical, but not a chronological,
relationship. Yet in order for us to reason intelligently about them we must
have a certain order of thought” (= Juga benar bahwa ada hal-hal di sini
yang tidak bisa dimasukkan ke dalam cetakan waktu, - bahwa peristiwa-peristiwa
ini tidak ada dalam pikiran ilahi seperti mereka ada dalam pikiran kita, oleh
tindakan-tindakan yang berturut-turut / beriring-iringan, satu setelah yang
lain, tetapi bahwa oleh satu tindakan Allah sekaligus telah menentukan semua
hal-hal ini. Dalam pikiran ilahi rencana itu adalah satu kesatuan, ...
Semua ketetapan adalah kekal. Mereka
mempunyai hubungan logika, bukan hubungan chronologis. Tetapi supaya
kita bisa memikirkan / mempertimbangkan secara cerdas tentang mereka, kita harus
mempunyai suatu urut-urutan permikiran tertentu) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 129.
Ini
menyebabkan R. L. Dabney menganggap bahwa sebetulnya baik Supralapsarianisme
maupun Infralapsaria-nisme adalah salah (tetapi kalau disuruh memilih di antara
2 pandangan itu ia memilih Infralapsarianisme). Ia berkata:
“In
my opinion this is a question which never ought to have been raised. Both
schemes are illogical and contradictory to the true state of facts. ... God’s
decree has no succession; and to Him no successive order of parts; because it is
a contemporaneous unit, comprehended altogether, by one infinite intuition. In
this thing, the statement of both parties are untrue to God’s thought”
(= Dalam pandangan saya ini adalah pertanyaan yang tidak pernah boleh
dipertanyakan. Kedua pola adalah tidak logis dan bertentangan dengan fakta
sebenarnya. ... Ketetapan Allah tidak mempunyai urut-urutan; dan bagi Dia tidak
ada bagian-bagian yang berurutan; karena itu adalah suatu kesatuan yang
bersamaan, dimengerti secara keseluruhan, oleh pengertian langsung yang tak
terbatas. Dalam hal ini, pernyataan dari kedua golongan
adalah tidak benar bagi pikiran Allah) - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 233.
Tetapi
John Murray, dalam tafsirannya tentang Ro 9:11 (NICNT), berkata sebagai
berikut:
“This
consideration that the electing purpose is supratemporal does not, however, rule
out the thought of priority; there can be priority in the order of thought and
conception quite apart from the order of temporal sequence” (= Pertimbangan bahwa rencana pemilihan ini ada di
atas waktu tidak menyingkirkan pemikiran tentang ke-lebih-dahulu-an; bisa ada
ke-lebih-dahulu-an dalam urut-urutan pemikiran dan pengertian, terlepas dari
urut-urutan waktu).
John
Murray mendukung hal ini menggunakan Ro 8:29.
Ro 8:29 (NIV): “For those
God foreknew he also predestined
to be conformed to the likeness of his Son, that he might be the firstborn among
many brothers” (=
Karena mereka yang diketahuiNya lebih dulu,
juga dipredestinasikanNya untuk menjadi
serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak
saudara).
Secara
implicit ditunjukkan bahwa ‘foreknew’
(= diketahui lebih dulu) mendahului ‘predestined’
(= dipredestinasikan), padahal jelas bahwa baik ‘foreknew’ maupun ‘predestined’
adalah hal-hal yang terjadi di dalam kekekalan.
Jadi
sekalipun memang dalam pemikiran dan perencanaan Allah tidak ada urut-urutan,
karena semua terjadi sekaligus, tetapi secara logika, ada urut-urutannya.
d)
Posisi Agustinus dan Calvin.
Agustinus
memegang Infralapsarianisme, tetapi Calvin sukar ditentukan posisinya sehingga
Calvin diclaim oleh kedua belah pihak.
Philip
Schaff:
“Calvin
was claimed by both schools” (= Calvin diclaim oleh kedua golongan / aliran) - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 553.
Charles
Hodge:
“The
position of Calvin himself as to this point has been disputed. As it was not in
his day a special matter of discussion, certain passages may be quoted from his
writings which favour the supralapsarian and other passages which favour the
infralapsarian view” (= Posisi Calvin sendiri dalam hal ini diperdebatkan.
Karena pada jamannya hal ini bukanlah suatu persoalan khusus yang dipersoalkan,
bagian-bagian tertentu bisa dikutip dari tulisannya yang mendukung
Supralapsarianisme dan bagian-bagian lain yang mendukung Infralapsarianisme)
- ‘Systematic Theology’, vol II,
hal 316.
e)
Supralapsarianisme.
Sangat
sedikit orang Reformed / Calvinist yang memegang posisi Supralapsarianisme,
salah satunya adalah Herman Hoeksema (‘Reformed
Dogmatics’, hal 161-dst).
Dasar
yang ia pakai adalah:
1.
Sejarah menunjukkan bahwa urut-urutan terjadinya hal-hal ini adalah:
a.
Pelaksanaan penciptaan.
b.
Pelaksanaan kejatuhan ke dalam dosa.
c.
Pelaksanaan Predestinasi.
Ini
memang sesuai dengan posisi Infralapsarianisme, tetapi ‘urut-urutan
rencana’ dan ‘urut-urutan terjadinya rencana’ memang
seringkali terbalik.
Contohnya,
kalau saya merencanakan untuk membangun rumah, maka ‘urut-urutan rencana’
adalah:
a. Tujuan saya untuk
tinggal dalam sebuah rumah.
b. Rencana membangun
rumah.
c. Pemilihan tempat,
model, pemborong, dsb.
Tetapi
dalam ‘pelaksanaan / terjadinya rencana’ membangun rumah itu,
urut-urutannya terbalik.
a. Saya memilih tempat,
model, pemborong lebih dulu.
b. Lalu saya membangun
rumah.
c. Baru akhirnya saya
tinggal di rumah itu.
Kesimpulannya:
sekalipun sejarah ‘terjadinya rencana Allah’ sesuai dengan
urut-urutan Infralapsarianisme, tetapi ‘urut-urutan rencana Allah’
itu sebenarnya sesuai dengan urut-urutan Supralapsarianisme.
Jawab:
·
Cara berargumentasinya memang cukup menarik, tetapi tidak berdasarkan
Kitab Suci.
·
R. L. Dabney menjawab argumentasi ini dengan berkata:
“The
view from which it starts, that the ultimate end must be first in design, and
then the intermediate means, is of force only with reference to a finite mind” (= Pandangan yang mendasarinya, yaitu bahwa tujuan
terakhir haruslah pertama dalam perencanaan, dan sesudah itu cara / jalan yang
ada di antaranya, hanya berlaku berkenaan dengan pikiran yang terbatas)
- ‘Lectures in Systematic Theology’,
hal 233.
Saya
berpendapat kata-kata Dabney ini tak terlalu kuat. Bahkan dalam pemikiran Allah,
kebalikan seperti itu bisa terjadi. Misalnya, Allah pasti merencanakan kematian
Kristus dulu, dan baru merencanakan kelahiranNya sebagai manusia. Dan dalam
pelaksanaannya, urut-urutannya terbalik, karena Yesus lahir dulu, baru mengalami
kematian.
·
Saya berpendapat bahwa urut-urutan ‘rencana’ dan ‘terjadinya
rencana’ tidak selalu terbalik. Misalnya orang biasanya bukan merencanakan
untuk mempunyai anak dulu baru menikah supaya bisa mempunyai anak, tetapi
merencanakan pernikahan dulu dan baru setelah itu merencanakan anak. Dan dalam
pelaksanaannya urut-urutannya juga tetap seperti itu.
·
Pelaksanaan rencana Allah dalam sejarah, kalau dibalik, maka
urut-urutannya adalah:
a.
Pelaksanaan Predestinasi.
b.
Pelaksanaan kejatuhan ke dalam dosa.
c.
Pelaksanaan penciptaan.
Ini
tidak sama dengan urut-urutan dalam Supralapsa-rianisme!
2.
Ro 9:20-21, karena di sana untuk menjawab pertanyaan yang ia ajukan
dalam Ro 9:19, Paulus tidak berkata: ‘Siapakah
engkau, orang berdosa, sehingga engkau membantah Allah? Kita telah jatuh ke
dalam dosa dan tidak mempunyai hak terhadap hidup dan keselamatan. Karena itu,
Allah bisa dengan adil menolak kita semua’. Kalau Infralapsarianisme yang
benar, seharusnya Paulus berkata begitu. Tetapi ternyata Paulus menjawab
menggunakan kedaulatan Allah.
Jawab:
Dalam
Ro 9:19-21 itu Paulus menjelaskan Predestinasi dalam hubungannya dengan
tanggung jawab manusia. Jadi Ro 9:20-21 itu adalah suatu jawaban terhadap
Arminianisme, pada waktu mereka menyerang Calvinisme dengan berkata: ‘Kalau
semua sudah ditentukan, manusia tidak mempunyai tanggung jawab’. Kalau
jawaban dalam Ro 9:20-21 itu memang ditujukan untuk menjawab keberatan dari
Arminianisme, maka tentu saja jawaban itu tidak mempersoalkan Infralapsarianisme
ataupun Supralap-sarianisme.
Catatan:
sekalipun pada jaman Paulus Arminianisme belum ada, tetapi pandangan Arminian,
yaitu pandangan yang menentang kedaulatan Allah / predestinasi, jelas sudah ada.
f)
Infralapsarianisme.
Dasar
yang dipakai:
1.
Banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang-orang pilihan (elect)
dipilih dari antara orang yang sudah jatuh ke dalam dosa, seperti:
·
Yoh 15:19b - “Tetapi
karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Jadi,
Allah memilih orang-orang pilihannya dari dunia ini. Ini menunjukkan
mereka dipilih dari kalangan orang yang telah jatuh ke dalam dosa.
·
Ef 1:4 - “Sebab di
dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya
kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya”.
Ef 1:4
ini menunjukkan bahwa kita dipilih dalam Kristus, dan secara tidak
langsung ini menunjukkan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa dan membutuhkan
Penebus. Lebih jauh lagi, Ef 1:4 ini mengatakan ‘supaya kita kudus dan
tak bercacat’, dan ini jelas menunjukkan bahwa kita yang dipilih itu
adalah orang-orang berdosa.
·
2Tes 2:13b - “Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk
diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu
percayai”.
Adanya kata-kata ‘memilih
kamu untuk diselamatkan’
dan ‘Roh yang menguduskan kamu’, jelas menunjukkan bahwa orang pilihan itu sudah
jatuh ke dalam dosa.
·
1Pet 1:2a
- “yaitu orang-orang yang
dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh,
supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya”.
Ayat
ini menunjukkan bahwa orang pilihan itu ‘dikuduskan oleh Roh’, dan ‘menerima
percikan darah Kristus’. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa orang yang
dipilih itu sudah jatuh ke dalam dosa.
·
Ro 9:15-16,18,23 - “(15)
Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada
siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku
mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang
atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. ... (18) Jadi Ia
menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan
hati siapa yang dikehendakiNya. ... (23) justru untuk menyatakan kekayaan
kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya
untuk kemuliaan”.
Pemilihan
adalah suatu tindakan belas kasihan, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang
pilihan itu dipilih dari orang yang sudah jatuh ke dalam dosa.
2.
Sekarang perhatikan bagaimana Paulus menggambarkan orang-orang yang
termasuk reprobate / tak dipilih.
Ro 9:22
- “Jadi, kalau untuk menunjukkan
murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar
terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk
kebinasaan”.
Kata-kata
‘murka’ dan ‘kesabaran’ secara tidak langsung jelas
menunjukkan bahwa orang yang tidak dipilih itu adalah manusia yang sudah jatuh
ke dalam dosa, karena kalau manusia itu tidak berdosa, tidak mungkin Allahnya
murka, dan juga tidak dibutuhkan kesabaran di pihak Allah.
3. Ro 8:29-30 (NIV): “For those God foreknew
he also predestined to be conformed to the likeness of his Son, that he
might be the firstborn among many brothers. And those he predestined, he also
called; those he called, he also justified; those he justified, he also
glorified” (= Karena mereka yang diketahuiNya
lebih dulu, juga dipredestinasikanNya untuk menjadi serupa dengan
gambaran AnakNya, supaya Ia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan
mereka yang dipredestinasikanNya, juga dipanggilNya; mereka yang dipanggilNya,
juga dibenarkanNya; mereka yang dibenarkanNya, juga dimuliakanNya).
Perhatikan
bahwa foreknowledge (= pengetahuan
lebih dulu) mendahului predestinasi! Dalam arti apapun Allah mengetahui lebih
dulu tentang orang-orang itu, yang jelas mereka sudah dibayangkan ada lebih
dulu, dan baru setelah itu dipredestinasikan. Ini jelas cocok dengan
Infralap-sarianisme yang menempatkan penciptaan (yang membuat orang itu menjadi
ada) lebih dulu dari predestinasi.
4.
Robert L. Dabney:
·
“An object must be conceived as existing, in order
to have its destiny given to it”
(= Suatu obyek harus dibayangkan sebagai ada, supaya bisa diberikan tujuan
kepadanya) - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 233.
·
“... these diviners represent God as planning
man’s creation and fall, as a means for carrying out His predestination,
instead of planning his election as a means for repairing his fall” [= ... para ahli theologia ini (maksudnya ahli theologia yang percaya pada Supralapsarianisme) menggambarkan Allah merencanakan penciptaan manusia
dan kejatuhan ke dalam dosa, sebagai cara / jalan untuk melaksanakan
PredestinasiNya, dan bukannya merencanakan pemilihan manusia sebagai suatu cara
/ jalan untuk memperbaiki kejatuhannya]
- ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 232.
5.
Serangan terhadap Supralapsarianisme:
a.
Kalau Supralapsarianisme menomersatukan predestinasi, lalu makhluk apa
yang dipredestinasikan itu? Bukankah manusia? Kalau ya, bukankah manusia itu
harus dibayangkan ada lebih dulu? Lalu bagaimana mungkin pemikiran tentang
penciptaan ditempatkan pada no 2?
b.
Lalu predestinasi itu memilih orang-orang untuk diselamatkan dari apa?
Bukankah dari dosa? Kalau demikian, bagaimana mungkin kejatuhan dalam dosa baru
ada pada urutan no 3? Dan dalam predestinasi ada penetapan binasa. Orang-orang
itu ditetapkan binasa karena apa? Bukankah dosanya harus dibayangkan ada lebih
dulu, baru bisa membayangkan / merencanakan untuk menghukum mereka?
g)
Satu hal yang perlu diperhatikan di sini adalah:
Seluruh Reformed / Calvinisme terbagi dua dalam
persoalan ini: Infralapsarianisme dan Supralapsarianisme, dan dua-duanya
sama-sama percaya bahwa dosa itu ada dalam Rencana Allah! Tidak ada
golongan Reformed / Calvinist yang tidak percaya pada penetapan dosa!
Dengan kata lain, orang yang tidak mempercayai bahwa Allah menetapkan dosa,
tidak berhak menyebut dirinya sebagai ‘Reformed / Calvinist’!
IV) Exposisi Ro 9:6-29.
Ini adalah bagian Kitab Suci yang terpenting,
terpanjang dan mungkin terlengkap yang membahas Predestinasi, dan karena itu
saya akan memberikan exposisi dari bagian ini.
Supaya
bisa membahas bagian ini sesuai dengan kontexnya, sebelum kita mulai membahas ay 6,
mari kita membaca Ro 9:1-5
- “(1) Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara
hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, (2) bahwa aku sangat berdukacita dan
selalu bersedih hati. (3) Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus
demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. (4) Sebab mereka adalah
orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima
kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan
janji-janji. (5) Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan
Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia
adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
Dalam
Ro 9:1-5 ini kita melihat Paulus menyatakan kesedihannya karena banyak
orang Yahudi, yang sebetulnya adalah bangsa pilihan, menolak Kristus, sehingga
tentu tidak akan selamat.
Ay 6:
“Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang
berasal dari Israel adalah orang Israel”.
‘Firman Allah tidak mungkin gagal’
(ay 6a). Ini ditekankan oleh Paulus, karena ia takut bahwa kesedihannya
dalam ay 2-3 ditafsirkan seakan-akan rencana / firman Tuhan tentang Israel
gagal. Karena itu sekarang ia menjelaskan bahwa ‘tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel’
(ay 6b). Dengan ini ia menunjukkan bahwa janji / firman Tuhan tentang
pemilihan Israel memang tidak pernah dimaksudkan untuk seluruh Israel. Jadi,
adanya banyak orang Israel yang menolak Kristus tidak membuktikan gagalnya
rencana / firman Allah.
Ay 7-9:
“(7) dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak
Abraham, tetapi: ‘Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu.’
(8) Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi
anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar. (9) Sebab firman ini
mengandung janji: ‘Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan
mempunyai seorang anak laki-laki.’”.
a)
Untuk membuktikan kebenaran kata-katanya dalam ay 6, maka dalam ay 7
ini Paulus mulai membahas dari Abraham. Ay 7 ini mengatakan bahwa tidak
semua keturunan Abraham adalah anak Abraham. Bdk. Kej 17:19-21 - “(19) Tetapi Allah berfirman: ‘Tidak,
melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan
engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjianKu dengan dia
menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. (20) Tentang Ismael, Aku telah
mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat
banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi
bangsa yang besar. (21) Tetapi perjanjianKu akan Kuadakan dengan Ishak, yang
akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini
juga.’”.
Paulus
juga menambahkan ay 7b yang ia kutip dari Kej 21:12
- “Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: ‘Janganlah sebal hatimu karena
hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah
engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang
berasal dari Ishak”.
Dengan
kata-kata ini Paulus menunjukkan bahwa pemilihan tidak tergantung keturunan
secara daging / jasmani.
Martin
Luther mengomentari bagian ini dengan berkata: Jika Israel pasti adalah orang
pilihan karena mereka adalah keturunan jasmani dari Abraham, maka pasti Ismael
dan anak-anak Ketura (istri ketiga dari Abraham - Kej 25:1-dst) juga adalah
orang pilihan. Tetapi jelas bahwa baik Ismael maupun anak-anak Ketura bukanlah
orang pilihan, dan karena itu jelas bahwa Israelpun tidak semuanya adalah orang
pilihan!
b)
Dalam ay 8 ada istilah ‘anak-anak daging’ dan ‘anak-anak
perjanjian’.
Yang
disebut ‘anak-anak daging’ adalah keturunan Abraham yang tidak
mempunyai apapun yang lain selain fakta bahwa mereka diturunkan secara jasmani
oleh Abraham.
Sedangkan
yang disebut ‘anak-anak perjanjian’ adalah mereka yang secara khusus
dipilih oleh Tuhan. Inilah orang pilihan yang sejati.
c)
Ay 9b dikutip dari Kej 18:10.
d)
Dari ay 7-9 ini terlihat bahwa sekalipun Abraham mempunyai banyak
anak, tetapi yang merupakan pilihan Tuhan hanyalah satu yaitu Ishak.
Ay 10:
“Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung
dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita”.
‘Bukan
hanya itu saja’ artinya: bukan hanya kasus pemilihan Ishak dan penolakan Ismael, tetapi
ada juga kasus lain, yaitu pemilihan Yakub dan penolakan Esau.
Ini
ditambahkan karena dalam persoalan Ismael dan Ishak, orang bisa berkata bahwa
Ismael ditolak karena ia adalah anak seorang hamba. Sekarang dalam ay 10
Paulus memberikan contoh tentang Ribka yang mengandung dari satu orang yaitu
dari Ishak, dan bahkan melahirkan anak kembar, tetapi dari kedua anak kembar itu
yang satu dipilih dan yang lain ditolak! Jadi terlihat dengan lebih jelas bahwa
penggenapan janji Tuhan tidak terjadi pada semua anak secara daging / jasmani.
Ay 11:
“Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau
yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan
berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya”.
Adam
Clarke: “‘For the children being not yet born.’ Since the word
‘children’ is not in the text, the word ‘nations’ would be more
proper; for it is of nations that the apostle speaks, as the following verses
show, as well as the history to which he refers”
(= ).
Ini
tafsiran gila! Ay 12 masih membicarakan individu! Juga kata ‘dilahirkan’
dan ‘belum melakukan yang baik atau yang jahat’ dalam ay 11 ini jelas
menunjuk kepada individu-individu, yaitu Yakub dan Esau!
Mulai
ayat ini Paulus tidak hanya menekankan pemilihan / predestinasi, tetapi juga
menekankan bahwa pemilihan itu tidak tergantung perbuatan baik manusia,
tetapi hanya tergantung pada kehendak Allah. Ini ditekankannya dengan menyatakan
2 hal yaitu:
a)
Dengan kata-kata ‘Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang
baik atau yang jahat’
(ay 11a).
Dengan
kata-kata ini, Paulus menunjukkan bahwa dalam Allah melakukan pemilihan, Ia sama
sekali tidak dipengaruhi oleh perbuatan orang itu, karena pemilihan dilakukan
sebelum perbuatannya dilakukan.
Orang yang menganggap bahwa Allah memilih karena tahu
lebih dulu bahwa orangnya akan mau percaya dan bakal menjadi baik, harus
menjelaskan mengapa dalam ay 11 ini ada kata-kata “Sebab waktu anak-anak itu
belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat”! Kalau
memang Allah memilih karena tahu bahwa orangnya bakal beriman / menjadi baik,
bukankah kalimat ini seharusnya dibuang? Dengan adanya kalimat ini bukankah
semuanya jadi membingungkan?
Disamping
itu, dalam diri manusia yang sudah rusak karena dosa, sebetulnya Allah tidak
melihat kebaikan apapun yang akan terjadi (God
could foresee nothing good), kecuali kalau Ia memberi kasih karunia kepada
mereka untuk bisa percaya dan berubah menjadi baik (Ingat pelajaran di depan
tentang doktrin Total Depravity /
kebejatan total, yang menunjukkan bahwa manusia tidak bisa berbuat baik /
percaya kalau bukan karena kasih karunia Allah).
b)
Dengan kata-kata ‘supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan
berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya’ (ay 11b).
Ini
lebih-lebih lagi menunjukkan bahwa dalam melakukan predestinasi, Allah sama
sekali tidak terpengaruh oleh perbuatan manusia!
Sekarang mari kita perhatikan bagaimana Guy Duty
membahas bagian ini. Mula-mula Guy Duty berkata sebagai berikut:
“Sekarang kita sampai ke surat
Roma pasal 9 dan memasuki benteng Agustinus, Calvin, dan para guru Kepastian
Keselamatan Kekal. ... Janganlah kita menghindar atau membelokkan sesuatu
seperti yang sering mereka lakukan” -
‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 93.
Tetapi lucunya, atau lebih tepat, tololnya, pada
waktu Guy Duty membahas tentang Ro 9:10-13, ia menafsirkan sebagai berikut:
“Lalu mengapa Allah lebih
menyukai Yakub dan mengabaikan Esau? Ingat definisi-definisi Leksikon-leksikon
terkemuka tentang pemilihan yang menyiratkan arti ‘pilihan (choice), memilih
(select), yaitu, yang terbaik dari antara jenisnya atau kelasnya’ --
‘dipilih (selected), yaitu dari antara yang berkualitas lebih baik dari
lainnya’. Alasan-alasan Allah bagi pemilihannya atas Yakub dengan
melampaui Esau adalah alasan-alasan yang ditemukan dalam kepribadian kedua orang
ini, ... Marilah kita melihat sekilas kepribadian dari kedua orang itu, dan
melihat jika hal ini benar” -
‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 103.
Guy Duty lalu menguraikan panjang lebar segala
kebaikan Yakub dan kejelekan Esau (hal 103-104), dan lalu menyimpulkan sebagai
berikut:
“Allah mengetahui terlebih
dahulu segala hal tentang mereka sedemikian sempurnanya. ... Allah bukannya
tidak adil karena memilih Yakub, yang seperti seorang ‘pangeran yang
bergulat dengan Allah’ dan ‘menang’ - seorang manusia yang telah diubahkan
menjadi ‘Israel’ yang perkasa, ketika Allah menyatakan diriNya muka
dengan muka. Allah juga bukannya tidak adil karena menolak Esau yang cabul
dan bernafsu rendah, yang mengikatkan dirinya dengan orang-orang kafir” - ‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’,
hal 105-106.
Sekarang pikirkan sendiri, siapa
yang membelokkan Kitab Suci, khususnya Ro 9:10-13? Calvin, Agustinus,
orang-orang Calvinist, atau Guy Duty sendiri? Bahwa Guy Duty bisa menafsirkan
Ro 9:10-13 sehingga berarti bahwa Allah memilih Yakub karena kebaikan
Yakub dan menolak Esau karena kejelekan Esau, jelas menunjukkan bahwa Guy
Dutylah yang membelokkan, memutarbalikkan, bahkan memperkosa Kitab Suci! Hanya
orang-orang yang sudah dibutakan oleh prasangka terhadap orang Reformed /
Calvinist yang tidak bisa melihat hal ini!
Pada
jaman Calvin sudah ada orang yang mempunyai pandangan seperti Guy Duty, dan
inilah pandangan Calvin tentang orang-orang itu dan pandangan mereka.
Calvin:
“when
any one ascribes the cause of the difference to their works, he thereby subverts
the purpose of God. Now by adding, not through works, but through him who calls,
he means, not on account of works, but of the calling only; for he wishes to
exclude works together. We have then the whole stability of our election
inclosed in the purpose of God alone: here merits avail nothing, as they issue
nothing but death; no worthiness is regarded, for there is none; but the
goodness of God reigns alone. False then is the dogma, and contrary to God’s
word, - that God elects or rejects, as he foresees each to be worthy or unworthy
of his favour” (= pada waktu seseorang menganggap bahwa penyebab perbedaan
itu berasal dari perbuatan mereka, ia dengan itu menghancurkan / menumbangkan
tujuan Allah. Dengan menambahkan ‘bukan berdasarkan perbuatan, tetapi
berdasarkan panggilanNya’, ia memaksudkan bukan disebabkan oleh perbuatan,
tetapi hanya disebabkan panggilan; karena ia ingin membuang perbuatan sama
sekali. Jadi kita mendapati seluruh kestabilan pemilihan kita terbungkus hanya
dalam rencana Allah: di sini jasa / perbuatan baik tidak berguna, karena mereka
tidak memberikan apapun selain kematian; tidak ada kelayakan yang dianggap,
karena memang tidak ada kelayakan; tetapi kebaikan Allah saja yang bertahta.
Dogma yang menyatakan bahwa Allah memilih atau menolak, sebagaimana Ia lihat
lebih dulu tiap-tiap orang layak atau tidak layak menerima kebaikanNya, adalah
salah dan bertentangan dengan Firman Allah).
Editor
dari Calvin’s Commentary tentang surat Roma menambahkan:
“Yet
some of the Fathers, as Chrysostom and Theodoret, as well as some modern
divines, ascribes election to foreseen works. How this is reconcilable with the
argument of the Apostle, and with the instances he adduces, it is indeed a very
hard matter to see. ... but surely nothing could be suggested more directly
contrary to the statement and the argument of the Apostle”
(= Sekalipun demikian beberapa bapa-bapa gereja, seperti Chrysostom dan
Theodoret, dan juga sebagian ahli-ahli theologia modern, menganggap pemilihan
berasal dari perbuatan yang dilihat lebih dulu oleh Allah. Bagaimana ini bisa
diperdamaikan dengan argumentasi sang rasul, dan dengan contoh / kejadian yang
ia kemukakan, merupakan suatu hal yang sangat sukar terlihat. ... tetapi pasti
tidak ada yang bisa diusulkan yang lebih bertentangan secara langsung dengan
pernyataan dan argumentasi sang rasul).
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali