(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tgl 1 Desember 2024, pk 09.30
Pdt. Budi Asali, M. Div.
II Samuel 12:1-25(7)
Nasib bayi Daud yang mati
2Sam 12:1-25 - “(1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.’ (5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’ (7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. (10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ (13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ (24) Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini (25) dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.”.
g) Kebingungan pegawai-pegawai Daud dan jawaban Daud.
Ay 21-23: “(21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’”.
1. Pegawai-pegawai Daud berani menanyakan pertanyaan ini (ay 21), menunjukkan bahwa Daud adalah orang saleh dan mempunyai hubungan baik dengan pegawai-pegawainya. Seandainya Daud merupakan seorang raja yang tiran, diktator, kejam dsb, para pegawainya tidak akan berani bertanya apapun tentang sikap Daud yang mereka anggap aneh tersebut.
2. Ay 22-23 merupakan jawaban Daud terhadap pertanyaan pegawai-pegawainya.
a. Ay 23a: memang berdoa / berpuasa untuk orang yang sudah mati sama sekali tidak ada gunanya. Doa itu tidak akan membangkitkan orang yang sudah mati itu (kecuali dalam kasus-kasus khusus).
b. Bagaimana kalau doa untuk orang mati itu ditujukkan untuk ‘memperbaiki keadaan orang mati itu’?
Jawab:
(1) Kita tidak mempercayai doktrin Katolik tentang api penyucian, yang sama sekali tidak ada dasar alkitabnya, kecuali kalau ayat-ayatnya diputar-balikkan. Jadi setelah kematian, hanya ada surga dan neraka.
(2) Kalau orang mati itu masuk surga, tidak ada gunanya ia didoakan. Dia bahkan lebih berbahagia dari kita yang masih hidup.
(3) Kalau orang mati itu masuk neraka, juga tidak ada gunanya mendoakan dia, karena antara surga dan neraka ada jurang yang tidak bisa diseberangi (Luk 16:26).
Luk 16:26 - “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”.
3. Apakah kata-kata terakhir dari ay 23 itu menunjukkan bahwa bayi yang mati itu masuk surga?
Ay 23b: “Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’”.
a. Pertama-tama saya akan memberikan tafsiran dari banyak penafsir tentang ay 23b ini.
Matthew Henry: “‘I cannot bring him back again;’ and again, ‘He shall not return to me.’ Those that are dead are out of the reach of prayer; nor can our tears profit them. We can neither weep nor pray them back to this life. Wherefore then should we fast? To what purpose is this waste? Yet David fasted and wept for Jonathan when he was dead, in honour to him.” [= ‘Aku tidak dapat membawanya kembali,’ dan lagi, ‘Ia tidak akan kembali kepadaku.’ Mereka yang telah meninggal berada di luar jangkauan doa; air mata kita pun tidak dapat memberi manfaat bagi mereka. Kita tidak bisa menangis atau berdoa untuk mengembalikan mereka ke kehidupan ini. Mengapa kita harus berpuasa? Apa gunanya pemborosan ini? Namun, Daud berpuasa dan menangis untuk Yonatan ketika ia meninggal, sebagai penghormatan baginya.].
Matthew Henry: “‘I shall go to him.’ First, To him to the grave. Note, The consideration of our own death should moderate our sorrow at the death of our relations. It is the common lot; instead of mourning for their death, we should think of our own: and, whatever loss we have of them now, we shall die shortly, and go to them. Secondly, To him to heaven, to a state of blessedness, which even the Old Testament saints had some expectation of. Godly parents have great reason to hope concerning their children that die in infancy that it is well with their souls in the other world; for the promise is to us and to our seed, which shall be performed to those that do not put a bar in their own door, as infants do not. Favores sunt ampliandi - Favours received should produce the hope of more. God calls those his children that are born unto him; and, if they be his, he will save them. This may comfort us when our children are removed from us by death, they are better provided for, both in work and wealth, than they could have been in this world. We shall be with them shortly, to part no more.” [= ‘Aku akan pergi kepadanya.’ Pertama, kepadanya ke dalam kubur. Perhatikan, mempertimbangkan kematian kita sendiri seharusnya dapat mengurangi kesedihan kita atas kematian kerabat kita. Ini adalah nasib yang umum; dari pada meratapi kematian mereka, kita seharusnya memikirkan kematian kita sendiri: dan, apa pun kerugian yang kita rasakan sekarang, kita juga akan mati dan pergi kepada mereka. Kedua, kepadanya ke surga, ke dalam keadaan kebahagiaan, yang bahkan para orang kudus Perjanjian Lama pun sedikit banyak berharap akan hal ini. Orang tua yang saleh memiliki alasan besar untuk berharap, mengenai anak-anak mereka yang meninggal pada saat masih bayi, bahwa jiwa mereka baik-baik saja di dunia lain; sebab janji itu diberikan kepada kita dan keturunan kita, yang akan dipenuhi bagi mereka yang tidak menghalangi diri mereka sendiri, seperti yang tidak dilakukan bayi-bayi. Favores sunt ampliandi - Kebaikan yang diterima seharusnya menumbuhkan pengharapan yang lebih besar. Allah menyebut anak-anak yang lahir bagiNya sebagai anak-anakNya; dan jika mereka milikNya, Dia akan menyelamatkan mereka. Ini bisa menjadi penghiburan bagi kita ketika anak-anak kita dipanggil oleh kematian, karena mereka telah mendapatkan tempat yang lebih baik, baik dalam pekerjaan maupun kekayaan, dari pada yang bisa mereka dapatkan di dunia ini. Kita akan segera bersama mereka lagi, dan tidak akan berpisah lagi.].
Calvin: “when he said: ‘He shall not return to me’ but rather ‘I must go to him’, he was showing here the hope that he had of life after death. For people will not say that dumb animals go away to their fathers and mothers or to their children! Why? Because there are creatures who have only a temporal life. It is quite true that we only live in this world for a limited time, and to all outward appearances, one could say, as does Solomon, that it is the same thing that happens with the death of a man as with the death of a horse (Eccles. 3:19). However, let us take into consideration the fact that we are created in the image of God, and that there is a better life for our souls. Thus, David is assuming here that men are not to be like dumb animals.” [= pada waktu ia berkata: ‘Ia tidak akan kembali kepadaku’ tetapi ‘Aku harus pergi kepada dia’, ia sedang menunjukkan di sini pengharapan yang ia miliki tentang kehidupan setelah kematian. Karena orang-orang tidak berkata bahwa binatang-binatang yang bisu / bodoh pergi kepada bapa dan ibu mereka atau kepada anak-anak mereka! Mengapa? Karena mereka adalah makhluk-makhluk yang hanya mempunyai kehidupan sementara. Adalah benar bahwa kita hanya hidup di dunia untuk waktu yang terbatas, dan dari semua penampilan luar, seseorang bisa mengatakan, seperti dikatakan oleh Salomo, bahwa hal yang sama yang terjadi dengan kematian manusia seperti dengan kematian dari seekor kuda (Pkh 3:19). Tetapi, hendaklah kita mempertimbangkan fakta bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah, dan bahwa di sana ada suatu kehidupan yang lebih baik untuk jiwa-jiwa kita. Maka, Daud di sini sedang menganggap bahwa manusia tidaklah seperti binatang-binatang yang bisu / bodoh.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 592.
Pkh 3:19 - “Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia.”.
Catatan: Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘nafas’ adalah RUAKH, yang pada umumnya diterjemahkan ‘roh’, tetapi memang bisa berarti ‘angin’, ‘nafas’, ‘kecondongan’.
Calvin: “David clearly knew that although he had life in this world, he had to wait another life, even more certain than this one. Through this knowledge, he preached a strong sermon to us, for we can see that he was always aware that after his death he would without doubt contemplate the glory of God. Let us learn, therefore, that though we are in this world, we should live in it in such a way that we realise that we are invited to another life, which will be permanent, and that God has chosen to separate us from dumb animals by imprinting the mark of his image in us. Let us not be like the profane, who think everything is extinguished at death, but let us realise that it is the passage through which we go to those who have preceded us.” [= Daud dengan jelas tahu bahwa sekalipun ia mempunyai kehidupan di dunia ini, ia harus menunggu kehidupan yang lain, yang bahkan lebih pasti dari kehidupan yang ini. Melalui pengetahuan ini, ia mengkhotbahkan suatu khotbah yang kuat bagi kita, karena kita bisa melihat bahwa ia selalu sadar bahwa setelah kematiannya ia tak diragukan akan menatap kemuliaan Allah. Karena itu, hendaklah kita belajar, bahwa sekalipun kita ada dalam dunia ini, kita harus hidup di dalamnya dengan suatu cara sedemikian rupa sehingga kita menyadari bahwa kita diundang pada suatu kehidupan yang lain, yang akan merupakan kehidupan yang permanen, dan bahwa Allah telah memilih kita untuk memisahkan kita dari binatang-binatang yang bisu / bodoh, dengan mencap / menanamkan tanda dari gambarNya di dalam kita. Hendaklah kita tidak seperti orang-orang biasa / duniawi, yang berpikir bahwa sesuatu dipadamkan / dimatikan pada kematian, tetapi hendaklah kita menyadari bahwa itu merupakan suatu jalan melalui mana kita pergi kepada mereka yang telah mendahului kita.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 592-593.
Adam Clarke: “‘I shall go to him, but he shall not return to me.’ It is not clear whether David by this expressed his faith in the immortality of the soul; going to him may only mean, I also shall die, and be gathered to my fathers, as he is. But whether David expressed this or not, we know that the thing is true; and it is one of the most solid grounds of consolation to surviving friends that they shall eventually be joined to them in a state of conscious existence. This doctrine has a very powerful tendency to alleviate the miseries of human life, and reconcile us to the death of most beloved friends. And were we to admit the contrary, grief, in many cases, would wear out its subject before it wore itself out.” [= ‘Aku akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ Tidak jelas apakah Daud di sini menyatakan imannya pada keabadian jiwa; ‘pergi kepadanya’ mungkin hanya berarti, ‘Aku juga akan mati, dan dikumpulkan kepada leluhurku, seperti dia.’ Namun, apakah Daud menyatakannya atau tidak, kita tahu bahwa hal ini benar; dan ini adalah salah satu dasar penghiburan yang paling kuat bagi teman-teman yang masih hidup, bahwa mereka pada akhirnya akan bergabung dengan orang yang mereka kasihi dalam keadaan keberadaan yang sadar. Ajaran ini memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk meringankan penderitaan hidup manusia dan mendamaikan kita dengan kematian teman-teman yang paling dicintai. Jika kita menerima sebaliknya, dalam banyak kasus, kesedihan akan menghabiskan orang yang merasakan kesedihan itu sebelum kesedihan itu sendiri memudar.].
Bible Knowledge Commentary: “David attested to the irrevocability of death - its finality renders further petition absurd. I will go to him, David said, but he will not return to me. This reflects his conviction that the dead cannot return to life as it was. Rather it is the living who go to the dead.” [= Daud menyatakan bahwa kematian tidak bisa dibalikkan - kepastian akhirnya membuat permohonan lebih lanjut menjadi tidak masuk akal. ‘Aku akan pergi kepadanya,’ kata Daud, ‘tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ Ini mencerminkan keyakinannya bahwa yang mati tidak bisa kembali ke kehidupan seperti sebelumnya. Sebaliknya, yang hiduplah yang akan bergabung dengan yang mati.].
Wycliffe Bible Commentary: “‘I shall go to him.’ Cf. Job’s ‘the house appointed for all living’ (Job 30:23). Something of the Hebrew idea of conscious existence in the next life may be implicit in the common expression, ‘he was gathered to his fathers.’ Perhaps by this reference David merely meant that the child could not return to life and activity, but he himself would some day join his son in death.” [= ‘Aku akan pergi kepadanya.’ Bandingkan dengan perkataan Ayub, ‘rumah yang disediakan untuk segala yang hidup’ (Ayub 30:23). Ada sesuatu dari gagasan Ibrani tentang keberadaan yang sadar di kehidupan berikutnya yang mungkin tersirat dalam ungkapan umum, ‘ia dikumpulkan kepada nenek moyangnya.’ Mungkin, dengan pernyataan ini, Daud hanya bermaksud bahwa anak itu tidak bisa kembali kepada kehidupan dan aktivitasnya, tetapi ia sendiri suatu hari akan menyusul putranya dalam kematian.].
Ayub 30:23 - “Ya, aku tahu: Engkau membawa aku kepada maut, ke tempat segala yang hidup dihimpunkan.”.
KJV: “For I know that thou wilt bring me to death, and to the house appointed for all living.” [= Sebab aku tahu bahwa Engkau akan membawaku kepada maut / kematian, dan ke rumah yang telah ditetapkan bagi semua yang hidup.].
b. Kedua, saya akan memberikan pandangan dari ChatGPT.
Pertanyaan: apakah 2Samuel 12:23b menunjukkan bahwa bayi mati akan masuk surga?
Jawaban ChatGPT:
2Samuel 12:23b sering kali digunakan dalam diskusi teologis tentang nasib bayi yang meninggal, khususnya terkait pandangan bahwa mereka akan masuk surga. Ayat ini merupakan bagian dari respons Daud setelah anaknya meninggal akibat hukuman Tuhan atas dosa Daud dan Batsyeba. Daud berkata:
‘Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’
Analisis Ayat:
1. Konteks: Daud menunjukkan penerimaan atas kehendak Tuhan. Ia mengakui bahwa anaknya yang telah meninggal tidak dapat kembali, tetapi suatu hari Daud akan pergi ‘kepadanya.’
2. Interpretasi ‘pergi kepadanya’: Frasa ini sering ditafsirkan sebagai rujukan pada kematian Daud sendiri. Namun, ada dua pandangan utama:
a. Pandangan eskatologis: Daud berbicara tentang pertemuan kembali di alam baka (surga), yang mengimplikasikan bahwa bayi itu telah pergi ke tempat yang aman di hadapan Tuhan.
b. Pandangan non-eskatologis: Daud hanya merujuk pada fakta bahwa ia juga akan mati suatu hari nanti tanpa secara spesifik menyebut nasib akhir bayi tersebut.
3. Doktrin tentang bayi dan keselamatan:
a. Alkitab tidak memberikan pernyataan eksplisit bahwa semua bayi yang meninggal pasti masuk surga. Namun, beberapa tradisi Kristen mendukung gagasan ini berdasarkan atribut Allah, seperti kasih, keadilan, dan belas kasihan.
b. Yesus sendiri menunjukkan kasih khusus kepada anak-anak dalam Matius 19:14: ‘Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu... karena orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga.’
c. Dalam Roma 1:20, tanggung jawab moral manusia sering dikaitkan dengan kesadaran akan dosa, yang mungkin tidak dimiliki oleh bayi.
Kesimpulan: 2Samuel 12:23b tidak secara eksplisit menyatakan bahwa bayi yang meninggal pasti masuk surga, tetapi banyak yang melihatnya sebagai implikasi bahwa Daud yakin anaknya berada dalam keadaan damai di hadapan Tuhan. Keyakinan ini sering digabungkan dengan prinsip teologi lainnya untuk mendukung pandangan bahwa bayi yang meninggal masuk surga.
Jika Anda ingin diskusi lebih mendalam tentang doktrin keselamatan untuk bayi, silakan beri tahu saya!
==================================================
Pertanyaan: Kalau bayi mati masuk surga bagaimana dengan dosa asal mereka? Bukankah dosa asal itu cukup untuk membuat Allah murka kepada mereka?
Jawaban ChatGPT:
Pertanyaan Anda menyentuh doktrin dosa asal dan bagaimana Allah menangani dosa dalam konteks bayi yang meninggal. Berikut adalah analisis teologisnya:
1. Dosa Asal: Dasar Teologis
Dosa asal merujuk pada kondisi dosa yang diwariskan dari Adam dan Hawa kepada seluruh umat manusia (Roma 5:12-19). Hal ini melibatkan:
a. Kerusakan natur manusia: Semua manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa (Mazmur 51:7, ‘Dalam dosa aku dikandung ibuku’).
b. Status di hadapan Allah: Dosa asal membuat manusia berada dalam keadaan terpisah dari Allah sejak lahir.
Berdasarkan ini, dosa asal secara teknis cukup untuk membuat manusia (termasuk bayi) layak menerima murka Allah.
2. Bagaimana Allah Menyikapi Bayi dalam Konteks Dosa Asal?
Ada beberapa pandangan dalam teologi Kristen mengenai hal ini:
a. Pandangan Kasih Karunia Khusus bagi Bayi yang Meninggal
(1) Allah dalam kasih dan belas kasihanNya memberikan keselamatan kepada bayi yang meninggal meskipun mereka memiliki dosa asal.
(2) Dasar teologis:
(a) Allah itu adil dan belas kasihNya melampaui pemahaman manusia (Mazmur 103:13).
(b) Anak-anak tidak memiliki kesadaran moral untuk memilih atau menolak Allah, sehingga mereka tidak bertanggung jawab secara moral atas dosa asal.
b. Keselamatan Melalui Kristus
(1) Beberapa teolog berpendapat bahwa bayi yang meninggal diselamatkan melalui karya Kristus di kayu salib, yang menebus dosa seluruh umat manusia, termasuk dosa asal.
(2) Roma 5:18: ‘Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.’
c. Konsep Innocent Accountability (Tidak Bertanggung Jawab Secara Pribadi)
Dosa asal membuat bayi memiliki natur dosa, tetapi mereka belum melakukan dosa perbuatan. Dalam pandangan ini, Allah mungkin tidak memperlakukan dosa asal bayi dengan cara yang sama seperti dosa perbuatan orang dewasa.
3. Tradisi Teologi: Pendekatan Berbeda
Beberapa tradisi gereja memberikan perspektif tambahan:
a. Gereja Katolik:
(1) Tradisi lama berbicara tentang ‘limbus infantium’ (tempat bagi bayi yang meninggal tanpa baptisan), tetapi ini bukan doktrin resmi.
(2) Gereja Katolik modern menekankan bahwa kita menyerahkan nasib bayi yang meninggal kepada belas kasihan Allah (Katekismus Gereja Katolik 1261).
b. Protestan:
Banyak denominasi Protestan percaya bahwa bayi yang meninggal diselamatkan oleh kasih karunia Allah, karena mereka belum mencapai usia akuntabilitas (age of accountability).
c. Gereja Reformed:
Dalam pandangan Calvinis, bayi yang dipilih oleh Allah termasuk dalam anugerah keselamatan meskipun memiliki dosa asal.
Catatan dari saya:
(Ini diambil dari Westminster Confession of Faith Chapter X, no 3)
4. Bagaimana Menjawab Murka Allah?
a. Murka Allah atas dosa adalah nyata, tetapi kasih karunia Allah yang dinyatakan melalui Kristus juga nyata. Dosa asal tidak menghalangi kasih dan keadilan Allah untuk menyelamatkan bayi yang meninggal.
b. Dalam konteks bayi, beberapa percaya bahwa murka Allah yang ditujukan atas dosa asal telah sepenuhnya dipuaskan oleh pengorbanan Kristus, sehingga Allah dapat dengan adil memberikan anugerah kepada mereka.
Kesimpulan
1. Dosa asal memang cukup untuk membuat manusia layak dihukum. Namun, dalam hal bayi yang meninggal, banyak tradisi Kristen percaya bahwa kasih dan keadilan Allah memberikan jalan keselamatan bagi mereka, terlepas dari dosa asal.
2. Akhirnya, meskipun ada misteri tentang bagaimana Allah menangani dosa asal pada bayi, kita dapat yakin bahwa Allah adalah adil dan penuh kasih. Kita percaya bahwa keputusan Allah selalu benar dan penuh belas kasihan.
Jika Anda ingin eksplorasi lebih lanjut, mari kita lanjutkan diskusinya!
c. Ketiga saya akan memberikan banyak ayat yang menggunakan istilah yang mirip:
Kej 25:7-8 - “(7) Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, (8) lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”.
Catatan: perlu diketahui bahwa ayah Abraham, yaitu Terah, adalah seorang penyembah berhala.
Yos 24:2 - “Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.”.
Kalau kata-kata ‘dikumpulkan kepada kaum leluhurnya’ diartikan sebagai masuk surga, itu berarti Terah juga masuk surga, dan ini pasti salah. Ini juga berlaku untuk dua ayat di bawah ini.
Kej 35:29 - “Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia.”.
Kej 49:33 - “Setelah Yakub selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat berbaring dan meninggallah ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”.
1Raja 1:21 - “Nanti aku ini dan anakku Salomo dituduh bersalah segera sesudah tuanku raja mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya.’”.
1Raja 11:21 - “Ketika didengar Hadad di Mesir, bahwa Daud telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya dan bahwa panglima Yoab sudah mati juga, maka berkatalah Hadad kepada Firaun: ‘Biarkanlah aku pergi ke negeriku.’”.
1Raja 11:43 - “Kemudian Salomo mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud, ayahnya. Maka Rehabeam, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 14:20 - “Lamanya Yerobeam memerintah ada dua puluh dua tahun, kemudian ia mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka anaknya menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 14:31 - “Kemudian Rehabeam mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Nama ibunya ialah Naama, seorang perempuan Amon. Maka Abiam, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 15:8 - “Kemudian Abiam mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud. Maka Asa, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 15:24 - “Kemudian Asa mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud, bapa leluhurnya. Maka Yosafat, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 16:6 - “Kemudian Baesa mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Tirza. Maka Ela, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 16:28 - “Kemudian Omri mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria. Maka Ahab, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 22:40 - “Demikianlah Ahab mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Ahazia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1Raja 22:51 - “Kemudian Yosafat mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud, bapa leluhurnya. Maka Yoram, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 8:24 - “Kemudian Yoram mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Maka Ahazia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 10:35 - “Kemudian Yehu mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria, maka Yoahas, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 13:9 - “Kemudian Yoahas mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria. Maka Yoas, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 13:13 - “Setelah Yoas mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, maka duduklah Yerobeam di atas takhta ayahnya. Dan Yoas dikuburkan di Samaria di samping raja Israel.”.
2Raja 14:16 - “Kemudian Yoas mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria di samping raja-raja Israel. Maka Yerobeam, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 14:22 - “Ia memperkuat Elat dan mengembalikannya kepada Yehuda, sesudah raja mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya.”.
2Raja 14:29 - “Kemudian Yerobeam mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, raja-raja Israel. Maka Zakharia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 15:7 - “Kemudian Azarya mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Maka Yotam, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 15:22 - “Kemudian Menahem mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Pekahya, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 15:38 - “Kemudian Yotam mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud, bapa leluhurnya. Maka Ahas, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 16:20 - “Kemudian Ahas mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Maka Hizkia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 20:21 - “Kemudian Hizkia mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Manasye, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 21:18 - “Kemudian Manasye mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di taman istananya, di taman Uza. Maka Amon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
2Raja 24:6 - “Kemudian Yoyakim mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, maka Yoyakhin, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
Catatan tentang banyak ayat-ayat di atas:
(1) Hati-hati karena adanya persamaan nama dari dua orang yang berbeda. Sebagai contoh: Yoas dalam 2Raja 13:13 dan Yoas dalam 2Raja 14:16 adalah dua orang yang berbeda. Juga Yerobeam dalam 2Raja 14:29 bukanlah Yerobeam yang sejaman dengan Rehabeam.
(2) Tetapi penekanan saya dalam memberikan banyak ayat di atas adalah: baik untuk raja yang percaya maupun raja yang bukan orang percaya sama-sama digunakan istilah ‘mendapat perhentian dengan nenek moyangnya’.
Sebagai contoh: Hizkia adalah orang percaya, tetapi Manasye (anak Hizkia) bukan orang percaya.
Karena itu istilah ini tidak mungkin bisa diartikan ‘masuk surga’!!!
Kesimpulan saya dari semua ini: saya tetap tidak tahu apakah bayi mati akan masuk surga atau neraka.
Tetapi saudara yang membaca tulisan ini bukan bayi. Kalau saudara tidak pernah mendengar Injil, atau saudara sudah mendengar Injil tetapi tetap tidak percaya kepada Kristus, SAUDARA PASTI MASUK NERAKA!
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali