(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tgl 24 Nopember 2024, pk 09.30
Pdt. Budi Asali, M. Div.
II Samuel 12:1-25(6)
kematian anak Daud dan Batsyeba
2Sam 12:1-25 - “(1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.’ (5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’ (7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. (10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ (13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ (24) Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini (25) dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.”.
3) Anak yang telah dilahirkan oleh Batsyeba akan mati.
Ay 13b-15 - “(13b) Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit.”.
Matthew Henry: “Yet he pronounces a sentence of death upon the child, v. 14. Behold the sovereignty of God! The guilty parent lives, and the guiltless infant dies; but all souls are his, and he may, in what way he pleases, glorify himself in his creatures.” [= Namun, Allah menjatuhkan hukuman mati atas anak itu (2Sam 12:14). Lihatlah kedaulatan Allah! Orang tua yang bersalah hidup, sementara bayi yang tidak bersalah mati; namun semua jiwa adalah milikNya, dan Dia dapat, dengan cara apa pun yang Dia kehendaki, memuliakan diriNya melalui ciptaanNya.].
Ay 14: “Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’”.
KJV: ‘Howbeit, because by this deed thou hast given great occasion to the enemies of the LORD to blaspheme, the child also [that is] born unto thee shall surely die’ [= Namun, karena oleh / dengan perbuatan ini engkau telah memberi kesempatan besar bagi musuh-musuh TUHAN untuk menghujat, maka anak yang lahir kepadamu itu pasti akan mati.].
RSV: “Nevertheless, because by this deed you have utterly scorned the LORD, the child that is born to you shall die.’” [= Namun demikian, karena melalui perbuatan ini engkau telah menghina TUHAN sepenuhnya, maka anak yang lahir kepadamu itu akan mati.’].
NIV: “But because by doing this you have made the enemies of the LORD show utter contempt, the son born to you will die.’” [= Namun, karena dengan melakukan hal ini engkau telah membuat musuh-musuh TUHAN menunjukkan penghinaan sepenuhnya, maka anak laki-laki yang lahir bagimu akan mati.’].
NASB: “However, because by this deed you have given occasion to the enemies of the LORD to blaspheme, the child also that is born to you shall surely die.’” [= Namun, karena dengan tindakan ini engkau telah memberi kesempatan bagi musuh-musuh TUHAN untuk menghujat, maka anak yang lahir bagimu akan mati.’].
Entah mengapa kata-kata ‘musuh-musuh’ dihapuskan dalam RSV dan Kitab Suci Indonesia.
Tidak ada kesepakatan di antara para penafsir tentang siapa yang dimaksudkan dengan ‘musuh-musuh Tuhan’ ini.
Pulpit Commentary: “But the death of the adulterous offspring of David and Batsheba would prove to these irreligious men that Jehovah’s righteous rule could reach and punish the king himself, and would thus vindicate his justice from their reproach.” [= Namun, kematian anak hasil perzinahan Daud dan Batsyeba akan membuktikan kepada orang-orang yang tidak relijius ini bahwa pemerintahan adil Yehovah dapat menjangkau dan menghukum sang raja sendiri, dan dengan demikian membenarkan keadilanNya dari celaan mereka.] - hal 289.
Keil & Delitzsch: “The Lord therefore punished him for this sin with the judgments announced in vv. 10-12, as about to break upon him and his house. But as his sin had given occasion to the enemies of the Lord-i.e., not only to the heathen, but also to the unbelieving among the Israelites themselves-to blaspheme or ridicule his religion and that of all other believers also, the child that was begotten in adultery and had just been born should die; in order, on the one hand, that the father should atone for his adultery in the death of the son, and, on the other hand, that the visible occasion for any further blasphemy should be taken away: so that David was not only to feel the pain of punishment in the death of his son, but was also to discern in it a distinct token of the grace of God.” [= Oleh karena itu, Tuhan menghukum Daud atas dosa ini dengan penghakiman yang diumumkan dalam ayat 10-12, yang akan menimpa dia dan keluarganya. Namun, karena dosanya telah memberi kesempatan kepada musuh-musuh Tuhan - yaitu, tidak hanya bangsa-bangsa kafir, tetapi juga orang-orang yang tidak percaya di antara orang Israel sendiri - untuk menghujat atau mengejek agamanya dan agama semua orang percaya lainnya, anak yang dilahirkan dari perzinahan itu dan baru saja dilahirkan, harus mati; supaya di satu sisi, supaya sang ayah menebus perzinahannya melalui kematian anaknya, dan di sisi lain, agar alasan yang tampak untuk penghujatan lebih lanjut dihilangkan; sehingga Daud bukan hanya merasakan sakitnya hukuman dalam kematian anaknya, tetapi juga melihat di dalamnya tanda nyata dari kasih karunia Allah.].
Matthew Henry: “David had, by his sin, wronged God in his honour; he had given occasion to the enemies of the Lord to blaspheme. The wicked people of that generation, the infidels, idolaters, and profane, would triumph in David’s fall, and speak ill of God and of his law, when they saw one guilty of such foul enormities that professed such an honour both for him and it. ‘These are your professors! This is he that prays and sings psalms, and is so very devout! What good can there be in such exercises, if they will not restrain men from adultery and murder?’ They would say, ‘Was not Saul rejected for a less matter? why then must David live and reign still?’ not considering that God sees not as man sees, but searches the heart. To this day there are those who reproach God, and are hardened in sin, through the example of David. Now, though it is true that none have any just reason to speak ill of God, or of his word and ways, for David’s sake, and it is their sin that do so, yet he shall be reckoned with that laid the stumbling-block in their way, and gave, though not cause, yet colour, for the reproach. Note, There is this great evil in the scandalous sins of those that profess religion, and relation to God, that they furnish the enemies of God and religion with matter for reproach and blasphemy, Rom. 2:24.” [= Daud, melalui dosanya, telah merusak kehormatan Allah; ia memberi kesempatan kepada musuh-musuh Tuhan untuk menghujat. Orang-orang jahat pada generasi itu - kaum kafir, penyembah berhala, dan orang-orang yang tidak relijius - akan bersorak atas kejatuhan Daud dan berbicara buruk tentang Allah dan hukum TauratNya ketika mereka melihat seseorang yang bersalah atas dosa-dosa besar seperti itu, padahal ia mengaku sangat menghormati Allah dan hukum TauratNya. Mereka mungkin akan berkata, ‘Inilah orang-orang yang mengaku beriman! Inilah dia yang berdoa dan menyanyikan mazmur, yang sangat berbakti! Apa gunanya semua ini, jika tidak bisa menahan seseorang dari perzinahan dan pembunuhan?’ Mereka juga mungkin akan berkata, ‘Bukankah Saul ditolak hanya karena hal yang lebih kecil? Mengapa Daud harus tetap hidup dan memerintah?’ Mereka tidak mempertimbangkan bahwa Allah tidak melihat seperti manusia melihat, tetapi menyelidiki hati. Hingga saat ini, masih ada orang yang mencela Allah dan dikeraskan dalam dosa, karena contoh dari Daud. Meskipun benar bahwa tidak ada alasan yang benar untuk berbicara buruk tentang Allah atau tentang firman dan jalan-jalanNya karena kesalahan Daud, dan itu adalah dosa mereka yang melakukannya, Daud tetap akan diperhitungkan sebagai orang yang menempatkan batu sandungan di jalan mereka, memberikan bukan penyebab yang sebenarnya, tetapi dasar untuk celaan itu. Perhatikan, inilah kejahatan besar dari dosa-dosa yang memalukan dari mereka yang mengaku beragama dan memiliki hubungan dengan Allah, yaitu bahwa mereka memberi musuh-musuh Allah dan agamaNya bahan untuk penghujatan dan celaan (Roma 2:24).].
Ro 2:23-24 - “(23) Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? (24) Seperti ada tertulis: ‘Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.’”.
VII) Kematian anak Daud dan Batsyeba (ay 14-23).
Ay 14-23: “(14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’”.
1) Penyebutan anak Daud dengan Batsyeba.
Ay 14-23: “(14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak (BEN) yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak (YELED) yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak (NAAR) itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak (YELED) itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak (YELED) itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak (YELED) itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak (YELED) itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak (YELED) itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak (YELED) itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak (YELED) yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak (YELED) itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak (YELED) itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak (YELED) itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’”.
Pertanyaan kepada ChatGPT:
Mengapa dalam menggambarkan anak Daud yang mati itu digunakan tiga kata Ibrani yang berbeda, BEN, NAAR, YELED?
Jawaban ChatGPT:
Penggunaan tiga kata Ibrani yang berbeda—ben, naar, dan yeled—dalam menggambarkan anak Daud yang meninggal dalam teks Alkitab memiliki makna dan nuansa yang mendalam. Masing-masing kata memiliki konotasi tertentu yang menambah lapisan pada cerita tersebut.
1. Ben (בֵּן): Kata ini adalah kata yang paling umum untuk ‘anak’ dalam bahasa Ibrani, dan biasanya menunjukkan hubungan langsung seorang anak dengan orang tuanya. Dalam konteks cerita Daud, kata ini menekankan status anak tersebut sebagai anak Daud. Kata ini menekankan keterikatan emosional dan tanggung jawab Daud terhadap anaknya, dan memperlihatkan kesedihan dan kehilangan yang mendalam saat Daud harus kehilangan seorang ‘ben’ yang adalah darah dagingnya sendiri.
2. Naar (נַעַר): Kata ini bisa berarti ‘anak muda’ atau ‘pelayan muda.’ Dalam konteks ini, naar digunakan untuk menggambarkan seorang anak yang masih muda, yang belum mencapai usia dewasa. Ini memberi gambaran tentang potensi dan harapan yang ada pada anak tersebut. Dalam cerita Daud, penggunaan naar bisa menunjukkan bahwa anak tersebut masih dalam usia yang sangat belia, sehingga kematiannya terasa lebih tragis karena anak itu belum sempat mengembangkan potensinya atau menjalani kehidupan yang lebih panjang.
3. Yeled (יֶלֶד): Kata ini secara langsung berarti ‘anak kecil’ atau ‘balita,’ lebih spesifik lagi mengacu pada seorang anak dalam usia sangat dini. Istilah ini lebih sering digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang masih dalam usia yang sangat rentan dan belum mandiri. Dalam kisah ini, penggunaan yeled menekankan kerentanan anak Daud yang meninggal, yang masih memerlukan perlindungan dan perhatian khusus dari orang tuanya.
Penggunaan ketiga istilah ini dalam teks bukan hanya variasi linguistik, tetapi juga memperkaya pemahaman tentang keadaan dan emosi di sekitar kejadian tersebut. Melalui ben, kita merasakan hubungan kekeluargaan dan tanggung jawab. Melalui naar, kita merasakan kehilangan potensi dan masa depan yang terenggut. Dan melalui yeled, kita merasakan kesedihan yang mendalam atas hilangnya seorang anak kecil yang rentan dan membutuhkan perlindungan.
2) Anak Daud dan Batsyeba sakit lalu mati pada hari ketujuh.
a) Tuhan menulahi anak itu sehingga sakit.
Pulpit Commentary: “The sickness of the child followed immediately upon Nathan’s visit, and we may feel sure that news of his rebuke, and of all that passed between him and the king, ran quickly throughout Jerusalem. And David at once takes the position of a condemned criminal, and humbles himself with that thoroughness which forms so noble a part of his character. Grieved as he was at the child’s sickness, and at the mother’s sorrow, yet his grief was mainly for his sin; and he was willing that all should know how intense was his shame and self-reproach.” [= Segera setelah kunjungan Natan, anak itu jatuh sakit, dan kita bisa yakin bahwa berita tentang teguran Natan dan semua yang terjadi antara dia dan raja dengan cepat menyebar ke seluruh Yerusalem. Daud langsung mengambil posisi sebagai seorang kriminal yang dihukum dan merendahkan dirinya dengan kesungguhan yang membentuk bagian mulia dari karakternya. Meskipun dia sangat sedih atas sakitnya anak itu dan kesedihan sang ibu, kesedihannya terutama berfokus pada dosanya sendiri. Daud rela agar semua orang mengetahui betapa mendalam rasa malu dan penyesalan dirinya.].
b) Anak / bayi bisa sakit dan mati membuktikan adanya dosa asal.
Calvin: “Thus, while it may be that a one-year-old child will not be found guilty, as far as we can tell, nevertheless, from the womb of our mothers we are nothing but filth (Psa. 51:5), and ... we have nothing but corruption within ourselves. We must, therefore, be ‘children of wrath’, as Scripture calls us (Eph. 2:3); that is to say, heirs of eternal damnation. ... We see, therefore, that when the little child of David was punished, it was certainly right, for God holds all creatures in his hand to do with them what seems good to him. Consequently, the child did not suffer an unjust judgement - ” [= Dengan demikian, meskipun seorang anak berusia satu tahun mungkin tidak ditemukan bersalah sejauh yang kita tahu, sejak dari rahim ibu kita, kita hanyalah kotoran (Maz 51:7), dan ... kita tidak memiliki apa pun selain kerusakan di dalam diri kita. Karena itu, kita harus menjadi ‘anak-anak kemurkaan,’ seperti yang disebutkan dalam Kitab Suci (Ef 2:3); artinya, pewaris kutukan kekal. ... Maka kita melihat bahwa ketika anak kecil Daud dihukum, itu pasti benar, karena Allah memegang semua makhluk di tanganNya untuk melakukan dengan mereka apa yang Dia anggap baik. Karena itu, anak itu tidak mengalami penghakiman yang tidak adil.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 578.
Maz 51:7 - “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”.
Ef 2:1-3 - “(1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.”.
KJV: “the children of wrath” [= anak-anak kemurkaan].
Matthew Henry: “The diseases and death of infants that have not sinned after the similitude of Adam’s transgression, especially as they are sometimes sadly circumstanced, are sensible proofs of the original sin in which they are conceived.” [= Penyakit-penyakit dan kematian bayi-bayi yang belum berdosa seperti pelanggaran Adam, terutama ketika mereka berada dalam kondisi yang menyedihkan, adalah bukti nyata dari dosa asal yang diwariskan dalam kelahiran mereka.].
Ro 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.”.
b) Daud berdoa dengan tekun untuk anak itu.
Calvin: “when God touches us to the quick so that we actually apprehended his wrath, there is every reason for our prayers to be filled with the strongest feeling; in other words, unchecked by our normal reserve.” [= Ketika Allah menyentuh kita sampai ke lubuk hati sehingga kita benar-benar merasakan murkaNya, ada setiap alasan bagi doa-doa kita untuk dipenuhi dengan perasaan yang paling kuat; dengan kata lain, tanpa dibatasi oleh kebiasaan kita untuk menahan diri.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 583.
Calvin: “let us note that the faithful, after hearing God’s threats, have often considered that it was intended to stir them up to pray more ardently, so they have not taken them as closed and absolute, as they say, but have thought that they might still obtain mercy. In fact, very often God simply threatens when he does not want to smite us, just as a father may threaten his children to make them change, so that it will not be necessary to put his hand on them.” [= Marilah kita perhatikan bahwa orang-orang beriman, setelah mendengar ancaman Allah, sering menganggap bahwa ancaman itu dimaksudkan untuk membangkitkan mereka agar berdoa dengan lebih sungguh-sungguh. Mereka tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang tertutup dan mutlak, tetapi berharap bahwa mereka masih bisa mendapatkan belas kasihan. Sebenarnya, seringkali Allah hanya mengancam ketika Dia tidak ingin menghukum kita, sama seperti seorang ayah yang mungkin mengancam anak-anaknya untuk membuat mereka berubah, sehingga tidak perlu baginya untuk bertindak keras terhadap mereka.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 585.
Calvin: “Indeed, it often seems that the faithful are fighting and lifting their horns against the will of God, even though they are faithful to obey and submit to him. For as I have said, they do not take a message which God sends them as meaning that prayer is ruled out, but rather, as if God were stirring them up - and this was a particularly sharp pin to prick them!” [= Memang, seringkali tampak bahwa orang-orang beriman berjuang dan mengangkat tanduk mereka (?) melawan kehendak Allah, meskipun mereka setia untuk taat dan tunduk kepadaNya. Karena seperti yang saya katakan, mereka tidak menganggap pesan yang Allah kirimkan sebagai berarti bahwa doa tidak diperkenankan, tetapi justru seolah-olah Allah sedang membangkitkan mereka - dan ini adalah dorongan yang tajam untuk membuat mereka tergerak!] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 586.
Calvin: “David was not like a shaken reed in praying to God, for he was sure that God would give him mercy in the end. He placed everything back in God’s hands, but then, as long as the child lives, expected that God would grant him mercy. So that is how he acted, and is also where we follow his example. Thus, let us learn to pray to God in all our extremity, and even when it seems that nothing else can be done, let us keep on, nevertheless.” [= Daud tidak seperti buluh yang goyah dalam berdoa kepada Allah, karena dia yakin bahwa pada akhirnya Allah akan memberinya belas kasihan. Dia menyerahkan segalanya kembali ke tangan Allah, namun selama anak itu hidup, dia berharap bahwa Allah akan mengaruniakan belas kasihan kepadanya. Itulah cara Daud bertindak, dan di sinilah kita mengikuti teladannya. Maka, marilah kita belajar untuk berdoa kepada Allah di segala keadaan kita yang paling sulit, dan bahkan ketika tampaknya tidak ada lagi yang bisa dilakukan, kita tetap terus berdoa.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 588.
Calvin: “Although we are like poor blind men - certainly so - we ought to be satisfied by this clear teaching given to us; namely, that God does care for us, even when he seems to have turned his back on us.” [= Meskipun kita seperti orang buta yang miskin - memang demikian adanya - kita seharusnya merasa puas dengan ajaran yang jelas yang diberikan kepada kita ini; yaitu, bahwa Allah tetap peduli kepada kita, bahkan ketika Dia tampaknya berpaling dari kita.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 588.
Calvin: “if we are perplexed over this or that, let us still persevere in praying to him and waiting patiently on whatever he will be pleased to do.” [= jika kita merasa bingung tentang ini atau itu, marilah kita tetap tekun berdoa kepadaNya dan dengan sabar menantikan apapun yang Dia kehendaki untuk dilakukan.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 589.
Matthew Henry: “The reason he gave for what he did. His servants thought it strange that he should afflict himself so for the sickness of the child and yet take the death of it so easily, and asked him the reason of it (v. 21), in answer to which he gives this plain account of his conduct, (1.) That while the child was alive he thought it his duty to importune the divine favour towards it, v. 22. Nathan had indeed said the child should die, but, for aught that he knew, the threatening might be conditional, as that concerning Hezekiah: upon his great humiliation and earnest prayer, he that had so often heard the voice of his weeping might be pleased to reverse the sentence, and spare the child: Who can tell whether God will yet be gracious to me? God gives us leave to be earnest with him in prayer for particular blessings, from a confidence in his power and general mercy, though we have no particular promise to build upon: we cannot be sure, yet let us pray, for who can tell but God will be gracious to us, in this or that particular? When our relations and friends have fallen sick, the prayer of faith has prevailed much; while there is life there is hope, and, while there is hope, there is room for prayer.” [= Alasan yang diberikan Daud untuk tindakannya. Para pelayannya merasa heran bahwa dia begitu berdukacita selama anak itu sakit, namun menerima kematiannya dengan tenang / mudah, dan mereka bertanya alasannya (ay 21). Daud menjelaskan tindakannya dengan jelas: (1) Bahwa saat anak itu masih hidup, dia merasa wajib untuk memohonkan kebaikan ilahi bagi anak itu (ay 22). Natan memang telah mengatakan bahwa anak itu akan mati, tetapi Daud berpikir ancaman itu mungkin bersyarat, seperti yang terjadi pada Hizkia: dengan penghinaan diri yang besar dan doa yang sungguh-sungguh, Allah yang sering mendengar tangisan mungkin berkenan membatalkan hukuman itu dan menyelamatkan anak itu. ‘Siapa tahu apakah Allah masih akan berbelas kasihan kepadaku?’ Allah memberi kita kebebasan untuk sungguh-sungguh berdoa kepadaNya untuk berkat-berkat khusus, karena kita percaya pada kuasa dan belas kasihanNya yang umum, meskipun kita tidak memiliki janji khusus sebagai dasar. Kita mungkin tidak yakin, namun tetaplah berdoa, sebab siapa tahu, mungkin Allah akan berbelas kasihan kepada kita dalam hal tertentu. Ketika orang-orang terdekat dan sahabat kita jatuh sakit, doa yang penuh iman sering kali sangat berpengaruh; selama ada hidup, ada harapan, dan selama ada harapan, ada ruang untuk berdoa.].
Adam Clarke: “‘Who can tell.’ David, and indeed all others under the Mosaic dispensation, were so satisfied that all God’s threatenings and promises were conditional, that even in the most positive assertions relative to judgments, etc., they sought for a change of purpose. And notwithstanding the positive declaration of Nathan, relative to the death of the child, David sought for its life, not knowing but that might depend on some unexpressed condition, such as earnest prayer, fasting, humiliation, etc., and in these he continued while there was hope. When the child died, he ceased to grieve, as he now saw that this must be fruitless. This appears to be the sole reason of David’s importunity.” [= ‘Siapa tahu.’ Daud, dan memang semua orang di bawah perjanjian Musa, begitu yakin bahwa semua ancaman dan janji Allah bersifat bersyarat, sehingga bahkan dalam pernyataan yang paling tegas terkait hukuman, mereka tetap mencari perubahan maksud / tujuan. Meskipun ada pernyataan tegas dari Natan mengenai kematian anak itu, Daud tetap memohon hidupnya, tanpa mengetahui apakah hal itu mungkin tergantung pada syarat yang tidak diucapkan, seperti doa sungguh-sungguh, puasa, kerendahan hati, dan sebagainya; dan dalam hal-hal inilah ia terus bertahan selama masih ada harapan. Ketika anak itu meninggal, ia berhenti berduka, karena kini ia menyadari bahwa usahanya tidak akan membuahkan hasil. Inilah satu-satunya alasan dari ketekunan Daud dalam berdoa.].
Ada beberapa contoh dimana pada waktu ada ancaman Firman Tuhan yang kelihatannya sudah pasti terjadi, tetapi mereka tetap berdoa, supaya hal itu tidak terjadi.
1. Abraham yang berdoa untuk Sodom dan Gomora.
Kej 18:20-33 - “(20) Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: ‘Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. (21) Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepadaKu atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.’ (22) Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN. (23) Abraham datang mendekat dan berkata: ‘Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? (24) Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu? (25) Jauhlah kiranya dari padaMu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari padaMu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?’ (26) TUHAN berfirman: ‘Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka.’ (27) Abraham menyahut: ‘Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu. (28) Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?’ FirmanNya: ‘Aku tidak memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima di sana.’ (29) Lagi Abraham melanjutkan perkataannya kepadaNya: ‘Sekiranya empat puluh didapati di sana?’ FirmanNya: ‘Aku tidak akan berbuat demikian karena yang empat puluh itu.’ (30) Katanya: ‘Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di sana?’ FirmanNya: ‘Aku tidak akan berbuat demikian, jika Kudapati tiga puluh di sana.’ (31) Katanya: ‘Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya dua puluh didapati di sana?’ FirmanNya: ‘Aku tidak akan memusnahkannya karena yang dua puluh itu.’ (32) Katanya: ‘Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?’ FirmanNya: ‘Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu.’ (33) Lalu pergilah TUHAN, setelah Ia selesai berfirman kepada Abraham; dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.”.
2. Samuel berdoa untuk Saul yang telah ditolak sebagai raja.
Calvin: “We have seen that Samuel mourned over Saul, although God had demoted him (1Sam 15:11). This was to see if there might be some means of obtaining pardon. Yet there was less reason for Samuel, because he well knew that it was a definite sentence which had been given against Saul. But still, he battled on by faith, in that he wanted God to bring Saul back to the right path.” [= Kita telah melihat bahwa Samuel berdukacita atas Saul, meskipun Allah telah menurunkannya dari kedudukannya (1Sam 15:11). Ini dilakukan untuk melihat apakah ada cara untuk memperoleh pengampunan. Namun, alasan Samuel sebenarnya lebih lemah, karena ia tahu bahwa keputusan terhadap Saul sudah pasti. Namun demikian, ia tetap berjuang dalam iman, karena ia ingin Allah membawa Saul kembali ke jalan yang benar.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 586.
1Sam 15:10-11 - “(10) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: (11) ‘Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firmanKu.’ Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.”.
3. Hizkia yang berdoa supaya umurnya diperpanjang.
2Raja 20:1-11 - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: (3) ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hambaKu.’ (7) Kemudian berkatalah Yesaya: ‘Ambillah sebuah kue ara!’ Lalu orang mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah ia. (8) Sebelum itu Hizkia telah berkata kepada Yesaya: ‘Apakah yang akan menjadi tanda bahwa TUHAN akan menyembuhkan aku dan bahwa aku akan pergi ke rumah TUHAN pada hari yang ketiga?’ (9) Yesaya menjawab: ‘Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikanNya: Akan majukah bayang-bayang itu sepuluh tapak atau akan mundur sepuluh tapak?’ (10) Hizkia berkata: ‘Itu perkara ringan bagi bayang-bayang itu untuk memanjang sepuluh tapak! Sebaliknya, biarlah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak.’ (11) Lalu berserulah nabi Yesaya kepada TUHAN, maka dibuatNyalah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak, yang sudah dijalani bayang-bayang itu pada penunjuk matahari buatan Ahas.”.
4. Orang-orang Niniwe yang bertobat dan berkabung karena berita dari Yunus bahwa dalam 40 hari Allah akan menunggang-balikkan kota itu.
Yunus 3:4-10 - “(4) Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’ (5) Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. (6) Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (7) Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: ‘Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. (8) Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. (9) Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murkaNya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.’ (10) Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkanNya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.”.
5. Yesus sendiri yang berdoa supaya cawan berlalu.
Mat 26:36-45 - “(36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-muridNya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.’ (37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’ (39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’ (40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-muridNya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’ (42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ (43) Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. (44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. (45) Sesudah itu Ia datang kepada murid-muridNya dan berkata kepada mereka: ‘Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.”.
c) Pada hari ketujuh anak itu mati.
Calvin: “offspring are a sign of a blessing of God on men, ... when he removes children, he is certainly afflicting the fathers. In this way, God wanted to cause David feel his evil, for what he had already felt was not enough.” [= keturunan adalah suatu tanda berkat Allah kepada manusia ... ketika Dia mengambil anak-anak, Dia pasti sedang menghukum para ayah. Dengan cara ini, Allah ingin membuat Daud merasakan kejahatannya, karena apa yang sudah dirasakannya belum cukup.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 579.
Matthew Henry: “The death of the child: It ‘died on the seventh day’ (v. 18), when it was seven days old, and therefore not circumcised, which David might perhaps interpret as a further token of God’s displeasure, that it died before it was brought under the seal of the covenant; yet he does not therefore doubt of its being happy for the benefits of the covenant do not depend upon the seals.” [= Kematian anak itu: Anak tersebut ‘meninggal pada hari ketujuh’ (ay 18), saat usianya tujuh hari, dan karena itu belum disunat. Daud mungkin menganggapnya sebagai tanda lain dari ketidaksenangan Allah, bahwa anak itu meninggal sebelum ia dibawa ke bawah meterai perjanjian. Namun, Daud tidak meragukan kebahagiaan anak itu, karena manfaat dari perjanjian tidak tergantung pada tanda lahiriah tersebut.].
Kej 17:12 - “Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.”.
d) Perhatikan, Daud tidak berdoa supaya Tuhan membangkitkan anak itu!!!
Jelas bahwa waktu anak itu sakit, tetapi masih hidup, Daud berharap Allah akan menyembuhkannya. Tetapi begitu anak itu mati, ia tidak berharap Allah akan membangkitkan anak itu!
Bdk. Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.
e) Sekalipun anak itu mati, Daud tetap menghormati nabi Natan.
Matthew Henry: “Nathan, having delivered his message, staid not at court, but went home, probably to pray for David, to whom he had been preaching. God, in making use of him as an instrument to bring David to repentance, and as the herald both of mercy and judgment, put an honour upon the ministry, and magnified his word above all his name. David named one of his sons by Bath-sheba Nathan, in honour of this prophet (1 Chr. 3:5), and it was that son of whom Christ, the great prophet, lineally descended, Lu. 3:31.” [= Natan, setelah menyampaikan pesannya, tidak tinggal di istana, melainkan pulang, mungkin untuk berdoa bagi Daud, kepada siapa ia telah berkhotbah. Allah, dengan menggunakan Natan sebagai alat untuk membawa Daud kepada pertobatan, dan sebagai pembawa pesan baik belas kasihan maupun hukuman, memberikan kehormatan pada pelayanannya dan meninggikan firmanNya melebihi segala namaNya. Daud menamai salah satu putranya dari Batsyeba dengan nama Natan, untuk menghormati nabi ini (1Taw 3:5), dan dari keturunan putra tersebutlah Kristus, Sang Nabi Agung, dilahirkan secara garis keturunan, seperti tercatat dalam Luk 3:31.].
1Taw 3:1-5 - “(1) Inilah anak-anak Daud yang lahir bagi dia di Hebron; anak sulung ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel; anak yang kedua ialah Daniel, dari Abigail, perempuan Karmel; (2) anak yang ketiga ialah Absalom, anak Maakha, yakni anak perempuan Talmai, raja Gesur; anak yang keempat ialah Adonia, anak Hagit; (3) anak yang kelima ialah Sefaca, dari Abital; anak yang keenam ialah Yitream, dari Egla, isterinya itu. (4) Enam orang lahir bagi dia di Hebron, di mana ia memerintah tujuh tahun enam bulan lamanya; dan tiga puluh tiga tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. (5) Inilah yang lahir bagi dia di Yerusalem: Simea, Sobab, Natan dan Salomo, empat orang dari Batsyua binti Amiel,”.
Luk 3:31 (silsilah Yesus) - “anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud,”.
f) Sekalipun anak itu mati, Daud tetap menyembah Allah.
Ay 19-20: “(19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan.”.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali