(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tgl 17 Nopember 2024, pk 09.30
Pdt. Budi Asali, M. Div.
II Samuel 12:1-25(5)
hukuman / hajaran bagi Daud
2Sam 12:1-25 - “(1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.’ (5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’ (7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. (10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ (13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ (24) Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini (25) dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.”.
VI) Hukuman / hajaran bagi Daud yang terus mengikuti dia dalam sepanjang hidupnya (ay 10-15).
Daud memang tidak dihukum mati (ay 13b), karena perzinahan dan pembunuhan yang ia lakukan. Dan ini menunjukkan bahwa Allah mengampuni dia dari dosa-dosanya yang hebat itu.
Barnes’ Notes: “‘Thou shalt not die.’ Not spoken of the punishment of death as affixed to adultery by the Mosaic Law: the application of that law (Lev 20:10; Deut 22:22; John 8:5) to an absolute Eastern monarch was out of the question. The death of the soul is meant (compare Ezek 18:4,13,18).” [= ‘Engkau tidak akan mati.’ Ini tidak berbicara tentang hukuman mati yang ditetapkan atas perzinahan menurut Hukum Musa; penerapan hukum tersebut (Im 20:10; Ul 22:22; Yoh 8:5) terhadap seorang raja yang mutlak / tak terbatas di Timur tidak mungkin dilakukan. Yang dimaksud adalah kematian jiwa (bandingkan Yeh 18:4,13,18).].
Catatan: bagi saya kata-kata yang berwarna hijau ini sangat tidak masuk akal, dan juga ‘out of context’ [= keluar dari kontextnya]. Bdk. ay 5: “Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.”. Pasti bukan kematian jiwa yang Daud maksudkan!
Im 20:10 - “Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.”.
Ul 22:22 - “Apabila seseorang kedapatan tidur dengan seorang perempuan yang bersuami, maka haruslah keduanya dibunuh mati: laki-laki yang telah tidur dengan perempuan itu dan perempuan itu juga. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel.”.
Yoh 8:4-5 - “(4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ‘Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. (5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapatMu tentang hal itu?’”.
Catatan: Text Yoh 7:53-8:11 diperdebatkan keasliannya.
Yeh 18:4,13,18 - “(4) Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. ... (13) memungut bunga uang dan mengambil riba, orang yang demikian tidak akan hidup. Segala kekejian ini dilakukannya, ia harus mati; darahnya tertimpa kepadanya sendiri. ... (18) Ayahnya, yang melakukan pemerasan, yang merampas sesuatu, dan yang melakukan hal-hal yang tidak baik di tengah-tengah bangsanya, sungguh, ia akan mati karena kesalahannya.”.
Bible Knowledge Commentary: “One may wonder, perhaps, why David was not punished with death as he had so sternly advocated for the guilty man. Adultery and murder both were sufficient cause for the execution of even a king (Ex 21:12; Lev 20:10). The answer surely lies in the genuine and contrite repentance which David expressed, not only in the presence of Nathan but more fully in Ps 51. David’s sin was heinous, but the grace of God was more than sufficient to forgive and restore him, as Nathan could testify. And yet, though David could be restored to fellowship with his God, the impact of his sin remained and would continue to work its sorrow in the nation as well as in the king’s life.” [= Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Daud tidak dihukum mati, padahal dia sendiri telah dengan tegas menuntut hukuman bagi orang yang bersalah. Perzinahan dan pembunuhan keduanya adalah alasan yang cukup untuk eksekusi, bahkan terhadap seorang raja (Kel 21:12; Im 20:10). Jawabannya terletak pada pertobatan yang tulus dan penuh penyesalan yang diungkapkan Daud, bukan hanya di hadapan Natan tetapi lebih lengkap dalam Maz 51. Dosa Daud memang sangat berat, tetapi kasih karunia Allah lebih dari cukup untuk mengampuni dan memulihkannya, seperti yang dapat disaksikan oleh Natan. Namun, meskipun Daud bisa dipulihkan dalam hubungannya dengan Allah, dampak dari dosanya tetap ada dan akan terus menimbulkan kesedihan baik dalam bangsa maupun dalam kehidupan raja sendiri.].
Catatan: tafsiran Bible Knowledge Commentary ini jauh lebih masuk akal dari pada tafsiran Barnes.
Matthew Henry: “See how ready God is to forgive sin. To this instance, perhaps, David refers, Ps. 32:5, I said, I will confess, and thou forgavest. Let not great sinners despair of finding mercy with God if they truly repent; for who is a God like unto him, pardoning iniquity?” [= Lihatlah betapa siapnya Allah untuk mengampuni dosa. Mungkin dalam contoh ini, Daud merujuk pada Maz 32:5, "Aku berkata: ‘Aku akan mengakui pelanggaran-pelanggaranku kepada Tuhan,’ dan Engkau mengampuni kesalahan dosaku." Janganlah para pendosa besar berputus asa untuk menemukan belas kasihan Allah jika mereka benar-benar bertobat; karena siapa yang seperti Allah, yang mengampuni kesalahan?].
Maz 32:5 - “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
Pulpit Commentary: “His forgiveness. Which was: 1. Immediate. It startles us that so great a sinner should have been so speedily pardoned, so soon assured of pardon. We might have deemed some delay more suitable. But God is ever ready to forgive; he waits only for the sinner’s penitent confession. There is no reason for delay of forgiveness except the sinner’s impenitence and unbelief. The moment these are subdued, pardon is granted. ... 2. Free. Burdened with no conditions, no demand for penance, or compensations, or sin offerings. ... New love and service would follow; but these would spring from gratitude for forgiveness, not from the expectation of securing it.” [= PengampunanNya. Pengampunan itu: 1. Segera. Kita terkejut bahwa seorang pendosa besar seperti Daud dapat diampuni begitu cepat, begitu cepat diyakinkan tentang pengampunannya. Kita mungkin menganggap bahwa penundaan akan lebih pantas. Namun, Allah selalu siap untuk mengampuni; Dia hanya menunggu pengakuan dosa yang penuh penyesalan dari pendosa. Tidak ada alasan untuk menunda pengampunan selain tidak adanya penyesalan dan kepercayaan dari si pendosa. Pada saat hal-hal ini ditaklukkan, pengampunan diberikan. ... 2. Gratis. Tanpa syarat apa pun, tanpa tuntutan untuk penance, atau kompensasi, atau persembahan dosa. Kasih dan pelayanan yang baru akan mengikuti, tetapi ini akan muncul dari rasa syukur atas pengampunan, bukan dari harapan untuk memperolehnya.] - hal 320-321.
Tetapi sekalipun Daud tidak dihukum mati, ada hukuman / hajaran Tuhan yang mengikuti Daud sepanjang hidupnya.
Ay 10-15: “(10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ (13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit.”.
Keil & Delitzsch: “David’s twofold sin was to be followed by a twofold punishment. For his murder he would have to witness the commission of murder in his own family, and for his adultery the violation of his wives, and both of them in an intensified form. As his sin began with adultery, and was consummated in murder, so the law of just retribution was also carried out in the punishment, in the fact that the judgments which fell upon his house commenced with Amnon’s incest, whilst Absalom’s rebellion culminated in the open violation of his father’s concubines, and even Adonijah lost his life, simply because he asked for Abishag the Shunammite, who had lain in David’s bosom to warm and cherish him in his old age (1Kings 2:23-24).” [= Dosa ganda Daud akan diikuti oleh hukuman ganda. Karena pembunuhannya, ia harus menyaksikan pembunuhan yang terjadi dalam keluarganya sendiri, dan karena perzinahannya, pemerkosaan terhadap istri-istrinya, keduanya dalam bentuk yang lebih parah. Sebagaimana dosanya dimulai dengan perzinahan dan diakhiri dengan pembunuhan, demikian juga hukum pembalasan yang adil dijalankan dalam hukuman, di mana penghakiman yang menimpa keluarganya dimulai dengan incest yang dilakukan oleh Amnon, sementara pemberontakan Absalom memuncak dengan pemerkosaan terbuka terhadap gundik-gundik ayahnya. Bahkan Adonia kehilangan nyawanya hanya karena meminta Abisag, wanita Sunem yang telah tidur di pangkuan Daud untuk menghangatkannya dan merawatnya di masa tuanya (1Raja 2:23-24).].
Keil & Delitzsch: “David himself had deserved to die as an adulterer and murderer. The Lord remitted the punishment of death, not so much because of his heartfelt repentance, as from His own fatherly grace and compassion, and because of the promise that He had given to David (2 Sam 7:11-12) - a promise which rested upon the assumption that David would not altogether fall away from a state of grace, or commit a mortal sin, but that even in the worst cases he would turn to the Lord again and seek forgiveness.” [= Daud sendiri sebenarnya layak dihukum mati sebagai seorang pezinah dan pembunuh. Namun, Tuhan membatalkan hukuman mati itu, bukan hanya karena pertobatannya yang tulus, tetapi lebih karena kasih karunia dan belas kasihanNya sebagai Bapa, serta karena janji yang telah diberikan kepada Daud (2Sam 7:11-12). Janji itu didasarkan pada asumsi bahwa Daud tidak akan sepenuhnya jatuh dari keadaan kasih karunia atau melakukan dosa besar yang tidak dapat diperbaiki, tetapi bahwa bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun, dia akan kembali kepada Tuhan dan mencari pengampunan.].
2Sam 7:11-12 - “(11) sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umatKu Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. (12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.”.
Pulpit Commentary: “it is often the case that the painful consequences of sin continue long after the pardon is granted, perhaps till death. Shall we say, then, that the forgiveness is not real and full? By no means. But because it is real and full the pardoned sinner must suffer. Suffering, however, changes its character. ... it is no longer penal infliction, but fatherly chastisement and discipline.” [= Seringkali, konsekwensi menyakitkan dari dosa berlanjut lama setelah pengampunan diberikan, bahkan mungkin sampai kematian. Apakah itu berarti pengampunan tidak nyata dan penuh? Sama sekali tidak. Justru karena pengampunan itu nyata dan penuh, maka orang yang diampuni tetap harus menderita. Namun, penderitaan itu berubah sifatnya ... itu bukan lagi hukuman, melainkan hajaran dan disiplin yang penuh kasih dari seorang Bapa.] - hal 321.
Bdk. Ibr 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.
Inilah hajaran-hajaran yang Tuhan berikan kepada Daud.
1) Pedang tidak akan menyingkir dari keturunan Daud sampai selamanya (ay 10a).
Pulpit Commentary: “Until he committed this crime, David’s family had probably dwelt in concord, and it was his own wickedness which broke up their unity, and introduced among them strife, mutual hatred, and the shedding of blood.” [= Sebelum dia melakukan kejahatan ini, keluarga Daud mungkin hidup dalam keharmonisan, dan adalah kejahatannya sendiri yang menghancurkan kesatuan mereka, serta memasukkan perselisihan, kebencian satu sama lain, dan pertumpahan darah di antara mereka.].
Catatan: tidak ada kepastian untuk ini. Polygamy tidak memungkinkan keharmonisan.
Jamieson, Fausset & Brown: “He was pardoned, so far as related to the restoration of the divine favour. But as from his high character for piety, and his eminent rank in society, his deplorable fall was calculated to do great injury to the cause of religion, it was necessary that God should testify His abhorrence of sin by leaving even His own servant to reap the bitter temporal fruits. David was not himself doomed, according to his own view of what justice demanded (2 Sam 12:5); but he had to suffer a quadruple expiation in the successive deaths of four sons, besides a lengthened train of other evils.” [= Dia diampuni, sejauh berkaitan dengan pemulihan kasih karunia ilahi. Namun, karena dari karakter tinggi dan kedudukannya yang menonjol dalam masyarakat, kejatuhannya yang menyedihkan berpotensi merusak besar bagi agama, maka Allah perlu menunjukkan kebencianNya terhadap dosa dengan membiarkan bahkan hambaNya sendiri menuai buah pahit dari penderitaan sementara. Daud tidak dihukum sendiri, menurut pandangannya sendiri tentang apa yang dituntut oleh keadilan (2Sam 12:5); tetapi dia harus mengalami penebusan empat kali lipat dalam kematian empat putranya secara berturut-turut, selain deretan panjang kesulitan lainnya.].
Yang dimaksudkan oleh Jamieson, Fausset & Brown tentang ‘kematian keempat putranya’ adalah:
a) Kematian dari bayi dari Batsyeba (2Sam 12:14-15,18-19).
b) Kematian dari Amnon yang dibunuh oleh Absalom (2Sam 13:23-dst).
c) Kematian Absalom karena memberontak (2Sam 18).
d) Kematian Adonia yang dibunuh atas perintah Salomo (1Raja 2:13-dst).
Matthew Henry: “He threatens an entail of judgements upon his family for this sin (v. 10): ‘The sword shall never depart from thy house, not in thy time nor afterwards, but, for the most part, thou and thy posterity shall be engaged in war.’ Or it points at the slaughters that should be among his children, Amnon, Absalom, and Adonijah, all falling by the sword. God had promised that his mercy should not depart from him and his house (2Sam 7:15), yet here threatens that the sword should not depart. Can the mercy and the sword consist with each other? Yes, those may lie under great and long afflictions who yet shall not be excluded from the grace of the covenant. The reason given is, Because thou hast despised me. Note, Those who despise the word and law of God despise God himself and shall be lightly esteemed.” [= Dia mengancam akan memberikan hukuman atas keluarganya karena dosa ini (ay 10): ‘Pedang tidak akan pernah beranjak dari rumahmu, tidak hanya pada masa hidupmu, tetapi juga sesudahnya, tetapi, sebagian besar, engkau dan keturunanmu akan terlibat dalam perang.’ Atau ini merujuk pada pembunuhan yang akan terjadi di antara anak-anaknya, yaitu Amnon, Absalom, dan Adonia, yang semuanya tewas oleh pedang. Allah telah berjanji bahwa kasih setiaNya tidak akan meninggalkan dia dan keluarganya (2Sam 7:15), namun di sini mengancam bahwa pedang tidak akan beranjak. Apakah belas kasihan dan pedang dapat berjalan beriringan? Ya, mereka bisa berada di bawah penderitaan besar dan panjang, tetapi tidak dikeluarkan dari anugerah perjanjian. Alasan yang diberikan adalah, Karena engkau telah meremehkan Aku. Catatan penting, Mereka yang meremehkan firman dan hukum Taurat Allah meremehkan Allah sendiri dan akan dipandang rendah.].
Keil & Delitzsch: “The punishment answers to the sin. There is first of all (v. 10) the punishment for the murder of Uriah: ‘The sword shall not depart from thy house for ever, because thou hast despised me, and hast taken the wife,’ etc. ‘For ever’ must not be toned down to the indefinite idea of a long period, but must be held firmly in its literal signification. The expression ‘thy house,’ however, does not refer to the house of David as continued in his descendants, but simply as existing under David himself until it was broken up by his death. The fulfilment of this threat commenced with the murder of Amnon by Absalom (2 Sam 13:29); it was continued in the death of Absalom the rebel (2 Sam 18:14), and was consummated in the execution of Adonijah (1 Kings 2:24-25).” [= Hukuman ini sesuai dengan dosanya. Pertama-tama ada (ay 10) hukuman atas pembunuhan Uria: ‘Pedang tidak akan pernah beranjak dari rumahmu selamanya, karena engkau telah meremehkan Aku, dan telah mengambil istri,’ dan seterusnya. ‘Selamanya’ tidak boleh diartikan hanya sebagai periode waktu yang panjang, tetapi harus dipahami dalam arti harafiahnya. Namun, ungkapan ‘rumahmu’ tidak menunjuk kepada keluarga Daud yang berlanjut dalam keturunannya, tetapi hanya pada keluarga yang ada di bawah Daud sendiri sampai itu hancur oleh kematiannya. Penggenapan ancaman ini dimulai dengan pembunuhan Amnon oleh Absalom (2Sam 13:29); dilanjutkan dengan kematian Absalom si pemberontak (2Sam 18:14), dan diakhiri dengan eksekusi Adonia (1Raja 2:24-25).].
Adam Clarke: “to lose four sons by untimely deaths, namely, this son of Bath-sheba, on whom David had set his heart, was slain by the Lord; Amnon, murdered by his brother Absalom; Absalom, slain in the oak by Joab; and Adonijah, slain by the order of his brother Solomon, even at the altar of the Lord!” [= Kehilangan empat anaknya melalui kematian yang prematur / sebelum waktunya, yaitu anak dari Batsyeba ini, yang begitu dicintai oleh Daud, dibunuh oleh Tuhan; Amnon, dibunuh oleh saudaranya Absalom; Absalom, dibunuh di pohon ek oleh Yoab; dan Adonia, dibunuh atas perintah saudaranya Salomo, bahkan di altar Tuhan!].
Adam Clarke (tentang ay 10): “His daughter was dishonoured by her own brother, and his wives contaminated publicly by his own son! How dreadfully, then, was David punished for his sin! Who would repeat his transgression to share in its penalty? Can his conduct ever be an inducement to, or an encouragement in, sin? Surely not! It must forever fill the reader and the hearer with horror. Behold the goodness and severity of God! Reader, lay all these solemn things to heart.” [= Putrinya dinodai oleh saudaranya sendiri (2Sam 13:1-dst), dan para istrinya dicemari secara publik oleh anaknya sendiri! Betapa mengerikannya hukuman yang diterima Daud atas dosanya! Siapa yang akan mengulangi pelanggarannya untuk berbagi dalam hukuman tersebut? Bisakah perilakunya menjadi dorongan atau dorongan untuk berdosa? Tentu tidak! Itu harus selamanya mengisi pembaca dan pendengar dengan ketakutan. Lihatlah kebaikan dan kekerasan Allah! Pembaca, renungkanlah semua hal yang serius ini.].
2Sam 13:1-21 - “(1) Sesudah itu terjadilah yang berikut. Absalom bin Daud mempunyai seorang adik perempuan yang cantik, namanya Tamar; dan Amnon bin Daud jatuh cinta kepadanya. (2) Hati Amnon sangat tergoda, sehingga ia jatuh sakit karena Tamar, saudaranya itu, sebab anak perempuan itu masih perawan dan menurut anggapan Amnon mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap dia. (3) Amnon mempunyai seorang sahabat bernama Yonadab, anak Simea kakak Daud. Yonadab itu seorang yang sangat cerdik. (4) Katanya kepada Amnon: ‘Hai anak raja, mengapa engkau demikian merana setiap pagi? Tidakkah lebih baik engkau memberitahukannya kepadaku?’ Kata Amnon kepadanya: ‘Aku cinta kepada Tamar, adik perempuan Absalom, saudaraku itu.’ (5) Lalu berkatalah Yonadab kepadanya: ‘Berbaringlah di tempat tidurmu dan berbuat pura-pura sakit. Apabila ayahmu datang menengok engkau, maka haruslah engkau berkata kepadanya: Izinkanlah adikku Tamar datang memberi aku makan. Apabila ia menyediakan makanan di depan mataku, sehingga aku dapat melihatnya, maka aku akan memakannya dari tangannya.’ (6) Sesudah itu berbaringlah Amnon dan berbuat pura-pura sakit. Ketika raja datang menengok dia, berkatalah Amnon kepada raja: ‘Izinkanlah adikku Tamar datang membuat barang dua kue di depan mataku, supaya aku memakannya dari tangannya.’ (7) Lalu Daud menyuruh orang kepada Tamar, ke rumahnya, dengan pesan: ‘Pergilah ke rumah Amnon, kakakmu dan sediakanlah makanan baginya.’ (8) Maka Tamar pergi ke rumah Amnon, kakaknya, yang sedang berbaring-baring, lalu anak perempuan itu mengambil adonan, meremasnya dan membuat kue di depan matanya, kemudian dibakarnya kue itu. (9) Sesudah itu gadis itu mengambil kuali dan mengeluarkan isinya di depan Amnon, tetapi ia tidak mau makan. Berkatalah Amnon: ‘Suruhlah setiap orang keluar meninggalkan aku.’ Lalu keluarlah setiap orang meninggalkan dia. (10) Lalu berkatalah Amnon kepada Tamar: ‘Bawalah makanan itu ke dalam kamar, supaya aku memakannya dari tanganmu.’ Tamar mengambil kue yang disediakannya itu, lalu membawanya kepada Amnon, kakaknya, ke dalam kamar. (11) Ketika gadis itu menghidangkannya kepadanya supaya ia makan, dipegangnyalah gadis itu dan berkata kepadanya: ‘Marilah tidur dengan aku, adikku.’ (12) Tetapi gadis itu berkata kepadanya: ‘Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu. (13) Dan aku, ke manakah kubawa kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu.’ (14) Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia. (15) Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya. Lalu Amnon berkata kepadanya: ‘Bangunlah, enyahlah!’ (16) Lalu berkatalah gadis itu kepadanya: ‘Tidak kakakku, sebab menyuruh aku pergi adalah lebih jahat dari pada apa yang telah kaulakukan kepadaku tadi.’ Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan dia. (17) Dipanggilnya orang muda yang melayani dia, katanya: ‘Suruhlah perempuan ini pergi dari padaku dan kuncilah pintu di belakangnya.’ (18) Gadis itu memakai baju kurung yang maha indah; sebab demikianlah puteri-puteri raja yang masih perawan berpakaian baju kurung panjang. Kemudian pelayan itu menyuruh dia keluar, lalu mengunci pintu di belakangnya. (19) Lalu Tamar menaruh abu di atas kepalanya, mengoyakkan baju kurung yang maha indah yang dipakainya, meletakkan tangannya di atas kepalanya dan pergilah ia sambil meratap dengan nyaring. (20) Bertanyalah Absalom, kakaknya, kepadanya: ‘Apakah Amnon, kakakmu itu, bersetubuh dengan engkau? Maka sekarang, adikku, diamlah saja, bukankah ia kakakmu, janganlah begitu memikirkan perkara itu.’ Lalu Tamar tinggal di rumah Absalom, kakaknya itu, seorang diri. (21) Ketika segala perkara itu didengar raja Daud sangat marahlah ia.”.
2Sam 13:22-33 - “(22) Dan Absalom tidak berkata-kata dengan Amnon, baik tentang yang jahat maupun tentang yang baik, tetapi Absalom membenci Amnon, sebab ia telah memperkosa Tamar, adiknya. (23) Sesudah lewat dua tahun, Absalom mengadakan pengguntingan bulu domba di Baal-Hazor yang dekat kota Efraim. Lalu Absalom mengundang semua anak raja. (24) Kemudian Absalom menghadap raja, lalu berkata: ‘Hambamu ini mengadakan pengguntingan bulu domba. Kiranya raja dan pegawai-pegawainya ikut bersama-sama dengan hambamu ini.’ (25) Tetapi raja berkata kepada Absalom: ‘Maaf, anakku, jangan kami semua pergi, supaya kami jangan menyusahkan engkau.’ Lalu Absalom mendesak, tetapi raja tidak mau pergi, ia hanya memberi restu kepadanya. (26) Kemudian berkatalah Absalom: ‘Kalau tidak, izinkanlah kakakku Amnon pergi beserta kami.’ Tetapi raja menjawabnya: ‘Apa gunanya ia pergi bersama-sama dengan engkau?’ (27) Tetapi ketika Absalom mendesak, diizinkannyalah Amnon dan semua anak raja pergi beserta dia. (28) Lalu Absalom memerintahkan orang-orangnya, demikian: ‘Perhatikan! Apabila hati Amnon menjadi gembira karena anggur, dan aku berkata kepadamu: Paranglah Amnon, maka haruslah kamu membunuh dia. Jangan takut. Bukankah aku yang memerintahkannya kepadamu? Kuatkanlah hatimu dan tunjukkanlah dirimu sebagai orang yang gagah perkasa!’ (29) Orang-orang Absalom memperlakukan Amnon seperti yang diperintahkan Absalom. Lalu bangunlah semua anak raja itu, mereka menaiki bagalnya masing-masing dan melarikan diri. (30) Mereka masih di tengah jalan, ketika kabar sampai kepada Daud, demikian: ‘Absalom telah membunuh semua anak raja, tidak ada seorangpun dari mereka yang lolos.’ (31) Lalu bangunlah raja, dikoyakkannya pakaiannya dan berbaring di lantai, dan semua pegawainya yang hadir padanya mengoyakkan pakaian mereka. (32) Maka berbicaralah Yonadab, anak Simea, kakak Daud, katanya: ‘Janganlah tuanku menyangka, bahwa semua orang muda anak-anak raja itu, telah dibunuh. Hanya Amnon yang mati, sebab hal itu telah terlihat pada air muka Absalom, sejak Amnon memperkosa Tamar, adiknya. (33) Jadi, janganlah tuanku raja menaruh pikiran dalam hatinya, bahwa semua anak raja itu sudah mati, sebab hanya Amnon yang mati.’.”.
2) Orang akan meniduri istri-istri Daud secara terbuka (ay 11-12).
Ay 11-12: “(11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’”.
Ay 11-12 digenapi dalam 2Sam 16:20-22.
2Sam 16:20-22 - “(20) Kemudian berkatalah Absalom kepada Ahitofel: ‘Berilah nasihat; apakah yang harus kita perbuat?’ (21) Lalu jawab Ahitofel kepada Absalom: ‘Hampirilah gundik-gundik ayahmu yang ditinggalkannya untuk menunggui istana. Apabila seluruh Israel mendengar, bahwa engkau telah membuat dirimu dibenci oleh ayahmu, maka segala orang yang menyertai engkau, akan dikuatkan hatinya.’ (22) Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel.”.
Adam Clarke: “‘I will take thy wives.’ That is, In the course of my providence I will permit all this to be done. Had David been faithful, God, by His providence, would have turned all this aside; but now, by his sin, he has made that providence his enemy which before was his friend.” [= ‘Aku akan mengambil istri-istrimu.’ Artinya, Dalam perjalanan ProvidensiaKu, Aku akan mengizinkan semua ini terjadi. Seandainya Daud tetap setia, Tuhan, melalui ProvidensiaNya, akan menghindarkan semua ini; tetapi sekarang, melalui dosanya, dia telah menjadikan Providensia itu sebagai musuhnya, yang sebelumnya adalah sahabatnya.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang ay 11): “‘I will raise up evil against thee out of thine own house ....’ The prophet speaks of God threatening to do what He only permitted to be done. The fact is, that David’s loss of character, by the discovery of his crimes, tended, in the natural course of things, to diminish the respect of his family, to weaken the authority of his government, and to encourage the prevalence of many disorders throughout his kingdom.” [= ‘Aku akan membangkitkan kejahatan terhadapmu dari keluargamu sendiri ....’ Sang nabi berbicara tentang Allah yang mengancam akan melakukan apa yang sebenarnya hanya Dia izinkan terjadi. Faktanya adalah bahwa kehilangan kehormatan Daud, akibat terungkapnya kejahatan-kejahatannya, secara alami mengarah pada berkurangnya rasa hormat dari keluarganya, melemahkan otoritas pemerintahannya, dan mendorong terjadinya banyak kekacauan di seluruh kerajaannya.].
Matthew Henry: “That his children should be his grief: I will raise up evil against thee out of thy own house. Sin brings trouble into a family, and one sin is often made the punishment of another.” [= Bahwa anak-anaknya akan menjadi kesedihannya: ‘Aku akan membangkitkan malapetaka terhadapmu dari keluargamu sendiri.’ Dosa membawa kesulitan ke dalam sebuah keluarga, dan satu dosa sering kali menjadi hukuman bagi dosa yang lain.].
Contoh: Ro 1:18-32 - “(18) Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (19) Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. (20) Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. (21) Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepadaNya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. (22) Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. (23) Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. (24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: (29) penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. (30) Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, (31) tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. (32) Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.”.
2Tes 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.”.
Matthew Henry: “That his wives should be his shame, that by an unparalleled piece of villany they should be publicly debauched before all Israel, v. 11,12. It is not said that this should be done by his own son, lest the accomplishment should have been hindered by the prediction being too plain; but it was done by Absalom, at the counsel of Ahithophel, ch. 16:21,22. ‘He that defiled his neighbour’s wife should have his own defiled,’ for thus that sin used to be punished, as appears by Job’s imprecation, Job 31:10, ‘Then let my wife grind unto another,’ and that threatening, Hos 4:14.” [= Bahwa istri-istrinya akan menjadi aibnya, bahwa dengan tindakan jahat yang tiada tara mereka akan dinodai secara terbuka di hadapan seluruh Israel (ay 11,12). Tidak dikatakan bahwa ini harus dilakukan oleh anaknya sendiri, agar penggenapannya tidak terhalang karena ramalan yang terlalu jelas; namun, itu dilakukan oleh Absalom, atas nasihat Ahitofel (2Sam 16:21,22). ‘Orang yang menodai istri tetangganya seharusnya mendapatkan balasan yang sama,’ karena demikianlah dosa itu biasanya dihukum, seperti yang tampak dari kutukan Ayub (Ayub 31:10), ‘Biarlah istriku menggiling untuk orang lain,’ dan ancaman itu dalam Hosea 4:14.].
Ayub 31:9-10 - “(9) Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku, (10) maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia.”.
Hosea 4:14 - “Aku tidak akan menghukum anak-anak perempuanmu sekalipun mereka berzinah, atau menantu-menantumu perempuan, sekalipun mereka bersundal; sebab mereka sendiri mengasingkan diri bersama-sama dengan perempuan-perempuan sundal dan mempersembahkan korban bersama-sama dengan sundal-sundal bakti, dan umat yang tidak berpengertian akan runtuh.”.
Matthew Henry: “The sin was secret, and industriously concealed, but the punishment should be open, and industriously proclaimed, to the shame of David, whose sin in the matter of Uriah, though committed many years before, would then be called to mind and commonly talked of upon that occasion. As face answers to face in a glass, so does the punishment often answer to the sin; here is blood for blood and uncleanness for uncleanness. And thus God would show how much he hates sin, even in his own people, and that, wherever he find it, he will not let it go unpunished.” [= Dosanya tersembunyi, dan dengan susah payah dirahasiakan, tetapi hukumannya akan terbuka, dan dengan sengaja diumumkan, sebagai aib bagi Daud, yang dosanya dalam kasus Uria, meskipun dilakukan bertahun-tahun sebelumnya, akan diingat kembali dan sering dibicarakan pada kesempatan itu. Sebagaimana wajah mencerminkan wajah di cermin, demikian pula hukuman sering kali mencerminkan dosa; di sini ada darah untuk darah, dan kenajisan untuk kenajisan. Dengan demikian, Allah menunjukkan betapa Dia membenci dosa, bahkan di antara umatNya sendiri, dan di mana pun Dia menemukannya, Dia tidak akan membiarkannya tanpa hukuman.].
Keil & Delitzsch: “But David had also sinned in committing adultery. It was therefore announced to him by Jehovah, ‘Behold, I raise up mischief over thee out of thine own house, and will take thy wives before thine eyes, and give them to thy neighbour, that he may lie with thy wives before the eyes of this sun (for the fulfilment of this by Absalom, see 2 Sam 16:21-22). For thou hast done it in secret; but I will do this thing before all Israel, and before (in the face of) the sun.’” [= Namun, Daud juga telah berdosa dengan melakukan perzinahan. Oleh karena itu, dinyatakan kepadanya oleh Yehovah, ‘Sesungguhnya, Aku akan membangkitkan malapetaka atasmu dari keluargamu sendiri, dan Aku akan mengambil istri-istrimu di depan matamu, dan memberikannya kepada tetanggamu / sesamamu, supaya dia tidur dengan istri-istrimu di depan matahari ini (untuk penggenapan hal ini oleh Absalom, lihat 2Sam 16:21-22). Karena engkau telah melakukannya secara sembunyi-sembunyi; tetapi Aku akan melakukan hal ini di depan seluruh Israel, dan di depan (dalam terang) matahari.’].
2Sam 16:21-22 - “(21) Lalu jawab Ahitofel kepada Absalom: ‘Hampirilah gundik-gundik ayahmu yang ditinggalkannya untuk menunggui istana. Apabila seluruh Israel mendengar, bahwa engkau telah membuat dirimu dibenci oleh ayahmu, maka segala orang yang menyertai engkau, akan dikuatkan hatinya.’ (22) Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel.”.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali