(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tgl 3 Nopember 2024, pk 09.30
Pdt. Budi Asali, M. Div.
II Samuel 12:1-25(3)
teguran nabi natan (3)
2Sam 12:1-25 - “(1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.’ (5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’ (7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. (10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ (13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ (24) Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini (25) dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.”.
4) Kata-kata Nabi Natan dalam ay 8 membingungkan banyak orang, dan sangat perlu untuk dijelaskan.
Ay 8: “Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.”.
Keil & Delitzsch: “‘And gave thee the house of Israel and Judah;’ i.e., I handed over the whole nation to thee as king, so that thou couldst have chosen young virgins as wives from all the daughters of Judah and Israel.” [= ‘Dan Aku memberikan kepadamu kerajaan Israel dan Yehuda;’ artinya, Aku menyerahkan seluruh bangsa kepadamu sebagai raja, sehingga engkau bisa memilih gadis-gadis muda sebagai istri dari semua putri Yehuda dan Israel.].
Apakah Tuhan mengizinkan polygamy??? Bahkan Dia memberikan istri-istri Saul kepada Daud? Dan Ia menambahkan bahwa jika itu masih kurang, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu!!!
Jawab: Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Saul hanya mempunyai 1 istri dan 1 gundik (1Sam 14:50 2Sam 3:7 2Sam 21:8).
1Sam 14:50 - “Isteri Saul bernama Ahinoam, anak Ahimaas. Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner, paman Saul.”.
2Sam 3:7 - “Saul mempunyai gundik yang bernama Rizpa; dia anak perempuan Aya. Berkatalah Isyboset kepada Abner: ‘Mengapa kauhampiri gundik ayahku?’”.
2Sam 21:8 - “Lalu raja mengambil kedua anak laki-laki Rizpa binti Aya, yang dilahirkannya bagi Saul, yakni Armoni dan Mefiboset, dan kelima anak laki-laki Merab binti Saul, yang dilahirkannya bagi Adriel bin Barzilai, orang Mehola itu,”.
Dan Daud tidak pernah dikatakan mengawini istri / gundik Saul yang manapun. Karena itu kata-kata ‘telah Kuberikan ... isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu’, jelas bukan menunjuk pada fakta.
b) Jadi, kata-kata itu dianggap diucapkan bukan berdasarkan fakta, tetapi berdasarkan kebiasaan saat itu, dimana seorang raja yang menggantikan raja yang lama mendapatkan semua yang dimiliki raja yang lama itu termasuk istri-istri dan gundik-gundiknya (bdk. 1Raja 2:13-25 2Sam 16:21-22).
1Raja 2:13-25 - “(13) Pada suatu hari Adonia, anak Hagit, masuk menghadap Batsyeba, ibu Salomo, lalu perempuan itu berkata: ‘Apakah engkau datang dengan maksud damai?’ Jawabnya: ‘Ya, damai!’ (14) Kemudian katanya: ‘Ada sesuatu yang hendak kukatakan kepadamu.’ Jawab perempuan itu: ‘Katakanlah!’ (15) Lalu katanya: ‘Engkau sendiri tahu bahwa akulah yang berhak atas kedudukan raja, dan bahwa seluruh Israel mengharapkan, supaya aku menjadi raja; tetapi sebaliknya kedudukan raja jatuh kepada adikku, sebab dari Tuhanlah ia mendapatnya. (16) Dan sekarang, satu permintaan saja kusampaikan kepadamu; janganlah tolak permintaanku.’ Jawab perempuan itu kepadanya: ‘Katakanlah!’ (17) Maka katanya: ‘Bicarakanlah kiranya dengan raja Salomo, sebab ia tidak akan menolak permintaanmu, supaya Abisag, gadis Sunem itu, diberikannya kepadaku menjadi isteriku.’ (18) Jawab Batsyeba: ‘Baik, aku akan membicarakan hal itu untuk engkau dengan raja.’ (19) Batsyeba masuk menghadap raja Salomo untuk membicarakan hal itu untuk Adonia, lalu bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya; kemudian duduklah ia di atas takhtanya dan ia menyuruh meletakkan kursi untuk bunda raja, lalu perempuan itu duduk di sebelah kanannya. (20) Berkatalah perempuan itu: ‘Suatu permintaan kecil saja yang kusampaikan kepadamu, janganlah tolak permintaanku.’ Jawab raja kepadanya: ‘Mintalah, ya ibu, sebab aku tidak akan menolak permintaanmu.’ (21) Kata perempuan itu: ‘Biarlah Abisag, gadis Sunem itu, diberikan kepada kakakmu Adonia menjadi isterinya.’ (22) Tetapi raja Salomo menjawab ibunya: ‘Mengapa engkau meminta hanya Abisag, gadis Sunem itu, untuk Adonia? Minta jugalah untuknya kedudukan raja! Bukankah dia saudaraku yang lebih tua, dan di pihaknya ada imam Abyatar dan Yoab, anak Zeruya?’ (23) Lalu bersumpahlah raja Salomo demi TUHAN: ‘Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu, jika Adonia tidak membayarkan nyawanya dengan permintaan ini! (24) Oleh sebab itu, demi TUHAN yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikanNya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh.’ (25) Lalu raja Salomo menyerahkan hal itu kepada Benaya bin Yoyada; orang ini memancung dia sehingga mati.”.
2Sam 16:21-22 - “(21) Lalu jawab Ahitofel kepada Absalom: ‘Hampirilah gundik-gundik ayahmu yang ditinggalkannya untuk menunggui istana. Apabila seluruh Israel mendengar, bahwa engkau telah membuat dirimu dibenci oleh ayahmu, maka segala orang yang menyertai engkau, akan dikuatkan hatinya.’ (22) Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel.”.
c) Kata-kata ‘dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu’ (ay 8b) harus diartikan sebagai janji pengabulan permintaan yang masuk akal, bukan yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Jadi, jelas tidak bisa diartikan Tuhan akan menambah istri seandainya Daud menganggap istri-istri yang sudah banyak itu belum cukup!
Daily Bible Commentary: “Nathan stressed the enormity of David’s action (7,8): God had saved David, made him king, and though he had been Saul’s retainers, had given him legally all that had been Saul’s (there is no suggestion that he had actually married any members of Saul’s harem). Surely God would have given him anything else reasonable.” [= Natan menekankan besarnya tindakan Daud (ay 7,8): Allah telah menyelamatkan Daud, menjadikannya raja, dan meskipun dia pernah menjadi pengikut Saul, Allah telah memberinya secara sah semua yang dimiliki Saul (tidak ada indikasi bahwa dia benar-benar menikahi anggota harem Saul). Pastinya Allah akan memberinya hal-hal lain yang wajar / masuk akal jika diminta.] - vol I, hal 282.
Keil & Delitzsch: “These words refer to the fact that, according to the general custom in the East, when a king died, his successor upon the throne also succeeded to his harem, so that David was at liberty to take his predecessor’s wives; though we cannot infer from this that he actually did so: in fact this is by no means probable, since, according to 1 Sam. 14:50, Saul had but one wife, and according to 2 Sam. 3:7 only one concubine, whom Abner appropriated to himself.” [= Kata-kata ini merujuk pada fakta bahwa, menurut kebiasaan umum di Timur, ketika seorang raja meninggal, penerusnya di atas takhta juga mewarisi haremnya, sehingga Daud berhak untuk mengambil istri-istri pendahulunya; meskipun kita tidak dapat menyimpulkan dari ini bahwa dia benar-benar melakukannya: sebenarnya, ini sama sekali tidak mungkin, karena menurut 1Sam 14:50, Saul hanya memiliki satu istri, dan menurut 2Sam 3:7, hanya satu gundik, yang diambil oleh Abner untuk dirinya sendiri.].
1Sam 14:50 - “Isteri Saul bernama Ahinoam, anak Ahimaas. Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner, paman Saul.”.
2Sam 3:7-8 - “(7) Saul mempunyai gundik yang bernama Rizpa; dia anak perempuan Aya. Berkatalah Isyboset kepada Abner: ‘Mengapa kauhampiri gundik ayahku?’ (8) Lalu sangat marahlah Abner karena perkataan Isyboset itu, katanya: ‘Kepala anjing dari Yehudakah aku? Sampai sekarang aku masih menunjukkan kesetiaanku kepada keluarga Saul, ayahmu, kepada saudara-saudaranya dan kepada sahabat-sahabatnya, dan aku tidak membiarkan engkau jatuh ke tangan Daud, tetapi sekarang engkau menuduh aku berlaku salah dengan seorang perempuan?”.
Catatan: tidak ada bukti bahwa Abner memang meniduri Rizpa seperti yang dituduhkan kepadanya oleh Isyboset. Dan kemarahan Abner yang menyebabkan ia lalu mendukung Daud, kelihatannya menunjukkan bahwa tuduhan itu tidak benar!
Jamieson, Fausset & Brown: “‘I gave thee thy master’s house, and thy master’s wives.’ The phraseology means nothing more than that God in His providence, had given David, as king of Israel, everything that was Saul’s. The history furnishes conclusive evidence that he never actually married any of the wives of Saul.” [= ‘Aku telah memberimu rumah tuanmu, dan istri-istri tuanmu.’ Frase ini hanya berarti bahwa Allah dalam providensiaNya telah memberikan kepada Daud, sebagai raja Israel, segala sesuatu yang dimiliki Saul. Sejarah memberikan bukti yang meyakinkan bahwa dia tidak pernah benar-benar menikahi salah satu istri Saul.].
Adam Clarke: “‘Thy master’s wives into thy bosom.’ Perhaps this means no more than that he had given him absolute power over everything possessed by Saul; and since it was the custom for the new king to succeed even to the wives and concubines, the whole harem of the deceased king, so it was in this case; and the possession of the wives was a sure proof that he had gotten all regal rights. But could David, as the son-in-law of Saul, take the wives of his father-in-law? However, we find that delicacy was seldom consulted in these cases; and Absalom lay with his own father’s wives in the most public manner, to show that he had seized the kingdom, because the wives of the preceding belonged to the succeeding king, and to none other.” [= ‘Istri-istri tuanmu ke dalam pelukanmu.’ Mungkin ini hanya berarti bahwa Ia telah memberinya kekuasaan mutlak atas segala sesuatu yang dimiliki Saul; dan karena sudah menjadi kebiasaan bagi raja baru untuk mewarisi bahkan istri-istri dan gundik-gundik, seluruh harem raja yang telah meninggal, maka hal ini berlaku juga dalam kasus ini; dan kepemilikan terhadap istri-istri adalah bukti pasti bahwa ia telah mendapatkan semua hak kerajaan. Namun, bisakah Daud, sebagai menantu Saul, mengambil istri-istri mertuanya? Namun, kita menemukan bahwa kesopanan sering kali diabaikan dalam kasus-kasus seperti ini; dan Absalom berbaring dengan istri-istri ayahnya dengan cara yang paling publik, untuk menunjukkan bahwa dia telah merebut kerajaan, karena istri-istri raja yang terdahulu menjadi milik raja yang baru, dan tidak ada orang lain.].
Matthew Poole: “‘Thy master’s wives,’ or ‘women,’ as that word is elsewhere used; as Numb. 31:18. And though we read not a word of God’s giving, or David’s taking, any of Saul’s wives into his bosom; or, which is all one, into his bed; yet (which I think to be aimed at here) it might be according to the manner of that time, that the wives and concubines of the precedent king belonged to the successor, to be at least at his dispose. And to pretend to them, was interpreted little less than pretending to the crown; which made it fatal to Adonijah to ask Abishag, 1Kings 2:23; and to Abner to be suspected for Rizpah, 2Sam 3:8. And Absalom, usurping the crown, usurped the concubines also; which is looked on as a crime unpardonable, 2Sam 16:21. Nor would this have been reckoned amongst the mercies and blessings which God here is said to give him and which are opposed to that which he sinfully took. But we do read, that Merab, Saul’s daughter, was given to him for his wife by Saul’s promise, and consequently by God’s grant; though afterwards Saul perfidiously gave her to another man; and that Michal, the other daughter, was actually given to him, 1Sam 18. And it is very possible that some other of David’s wives were nearly related to the house of Saul; whereby David might design to enlarge and strengthen his interest in the kingdom; although there is no absolute necessity of restraining this to Saul, seeing the word is plural, ‘masters,’ and may belong to others also, who sometimes were owned by David as his masters, lords, or superiors, such as Nabal was, and some others not elsewhere named might be, whose ‘houses’ and ‘wives,’ or, at least, ‘women,’ God might give to David. ‘Such and such things;’ such other things as thou hadst wanted, or in reason desired.” [= ‘Istri-istri tuanmu,’ atau ‘perempuan,’ sebagaimana kata itu digunakan di bagian lain; seperti dalam Bil 31:18. Dan meskipun kita tidak membaca satu kata pun tentang Allah yang memberikan, atau Daud yang mengambil, salah satu istri Saul ke dalam pelukannya; atau, yang sama artinya, ke dalam tempat tidurnya; namun (yang saya kira dimaksudkan di sini) mungkin sesuai dengan kebiasaan pada masa itu bahwa istri-istri dan gundik-gundik raja sebelumnya menjadi milik penerusnya, setidaknya untuk berada di bawah kekuasaannya. Dan mengklaim mereka dianggap hampir sama dengan mengklaim takhta; hal ini menyebabkan kematian Adonia ketika ia meminta Abisag, 1Raja 2:23; dan bagi Abner yang dicurigai karena Rizpa, 2Sam 3:8. Dan Absalom, yang merebut takhta, juga merebut gundik-gundik itu; yang dianggap sebagai kejahatan yang tak terampuni, 2Sam 16:21. Hal ini tidak akan dianggap sebagai bagian dari kasih karunia dan berkat yang dikatakan telah diberikan Allah kepadanya, yang berlawanan dengan apa yang diambilnya secara berdosa. Tetapi kita membaca bahwa Merab, putri Saul, dijanjikan kepada Daud sebagai istrinya oleh Saul, dan karenanya dianggap sebagai pemberian dari Allah; meskipun kemudian Saul dengan licik memberikan dia kepada pria lain. Dan Mikhal, putri lainnya, benar-benar diberikan kepada Daud, 1Sam 18. Dan sangat mungkin bahwa beberapa istri Daud lainnya memiliki hubungan dekat dengan keluarga Saul; dengan mana Daud mungkin bermaksud memperluas dan memperkuat pengaruhnya di kerajaan; sekalipun di sana tidak ada keharusan mutlak untuk membatasi hal ini hanya pada Saul, karena kata tersebut berbentuk jamak, ‘tuan-tuanmu,’ dan bisa merujuk pada orang lain juga, yang kadang-kadang diakui oleh Daud sebagai tuan, penguasa, atau atasannya, seperti Nabal, dan beberapa orang lain yang tidak disebutkan namanya, yang mungkin ‘rumah’ dan ‘istri-istri,’ atau setidaknya ‘perempuan-perempuan’ mereka, telah diberikan Tuhan kepada Daud. ‘Hal-hal semacam ini;’ hal-hal lain yang kurang kamu miliki, atau yang secara wajar kamu inginkan.] - hal 608.
Catatan: dua kali kata ‘tuan’ (KJV: ‘master’) dalam bahasa Ibraninya memang menggunakan bentuk jamak (אֲדֹנֶ֗יךָ / ADONEYKHA = your masters).
Bil 31:18 - “Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu.”.
Catatan: saya tak mengerti mengapa ayat ini dijadikan referensi, karena sama sekali tak ada hubungannya. ChatGPT juga punya pandangan yang sama dengan saya. Atau ayat itu salah cetak, atau penggunaan ayat itu tidak relevan.
1Raja 2:13-25 - “(13) Pada suatu hari Adonia, anak Hagit, masuk menghadap Batsyeba, ibu Salomo, lalu perempuan itu berkata: ‘Apakah engkau datang dengan maksud damai?’ Jawabnya: ‘Ya, damai!’ (14) Kemudian katanya: ‘Ada sesuatu yang hendak kukatakan kepadamu.’ Jawab perempuan itu: ‘Katakanlah!’ (15) Lalu katanya: ‘Engkau sendiri tahu bahwa akulah yang berhak atas kedudukan raja, dan bahwa seluruh Israel mengharapkan, supaya aku menjadi raja; tetapi sebaliknya kedudukan raja jatuh kepada adikku, sebab dari Tuhanlah ia mendapatnya. (16) Dan sekarang, satu permintaan saja kusampaikan kepadamu; janganlah tolak permintaanku.’ Jawab perempuan itu kepadanya: ‘Katakanlah!’ (17) Maka katanya: ‘Bicarakanlah kiranya dengan raja Salomo, sebab ia tidak akan menolak permintaanmu, supaya Abisag, gadis Sunem itu, diberikannya kepadaku menjadi isteriku.’ (18) Jawab Batsyeba: ‘Baik, aku akan membicarakan hal itu untuk engkau dengan raja.’ (19) Batsyeba masuk menghadap raja Salomo untuk membicarakan hal itu untuk Adonia, lalu bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya; kemudian duduklah ia di atas takhtanya dan ia menyuruh meletakkan kursi untuk bunda raja, lalu perempuan itu duduk di sebelah kanannya. (20) Berkatalah perempuan itu: ‘Suatu permintaan kecil saja yang kusampaikan kepadamu, janganlah tolak permintaanku.’ Jawab raja kepadanya: ‘Mintalah, ya ibu, sebab aku tidak akan menolak permintaanmu.’ (21) Kata perempuan itu: ‘Biarlah Abisag, gadis Sunem itu, diberikan kepada kakakmu Adonia menjadi isterinya.’ (22) Tetapi raja Salomo menjawab ibunya: ‘Mengapa engkau meminta hanya Abisag, gadis Sunem itu, untuk Adonia? Minta jugalah untuknya kedudukan raja! Bukankah dia saudaraku yang lebih tua, dan di pihaknya ada imam Abyatar dan Yoab, anak Zeruya?’ (23) Lalu bersumpahlah raja Salomo demi TUHAN: ‘Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu, jika Adonia tidak membayarkan nyawanya dengan permintaan ini! (24) Oleh sebab itu, demi TUHAN yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikanNya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh.’ (25) Lalu raja Salomo menyerahkan hal itu kepada Benaya bin Yoyada; orang ini memancung dia sehingga mati.”.
Matthew Henry (tentang 1Raja 2:12-25): “Adonijah’s treasonable project, which was to marry Abishag, David’s concubine, not because he was in love with her, but because, by her, he hoped to renew his claim to the crown, which might stand him in stead, or because it was then looked upon as a branch of the government to have the wives of the predecessor, 2 Sam. 12:8. Absalom thought his pretensions much supported by lying with his father’s concubines. Adonijah flatters himself that if he may succeed him in his bed, especially with the best of his wives, he may by that means step up to succeed him in his throne. Restless and turbulent spirits reach high. It was but a small game to play at, as it should seem, yet he hoped to make it an after-game for the kingdom, and now to gain that by a wife which he could not gain by force. ... Solomon convinces his mother of the unreasonableness of the request, and shows her the tendency of it, which, before, she was not aware of. His reply is somewhat sharp: ‘Ask for him the kingdom also, v. 22. To ask that he may succeed the king in his bed is, in effect, to ask that he may succeed him in his throne; for that is it he aims at.’ Probably he had information, or cause for a strong suspicion, that Adonijah was plotting with Joab and Abiathar to give him disturbance, which warranted him to put this construction upon Adonijah’s request.” [= Rencana pengkhianatan Adonia, yang adalah untuk menikahi Abisag, gundik Daud, bukan karena dia mencintainya, tetapi karena melalui dia, dia berharap dapat memperbarui klaimnya atas takhta, yang mungkin akan mendukung posisinya, atau karena pada masa itu dianggap sebagai bagian dari kekuasaan untuk memiliki istri-istri dari pendahulu, 2Sam 12:8. Absalom merasa klaimnya atas takhta semakin kuat dengan tidur bersama gundik-gundik ayahnya. Adonia menipu dirinya sendiri bahwa jika dia dapat menggantikan Daud di tempat tidurnya, terutama dengan istri terbaiknya, dia mungkin dapat menggantikannya di takhta juga. Jiwa yang gelisah dan ambisius menargetkan hal-hal yang tinggi. Tampaknya ini adalah permainan kecil, namun dia berharap dapat menggunakannya sebagai strategi kedua untuk merebut kerajaan, dan sekarang ingin mendapatkan melalui seorang istri apa yang tidak bisa dia dapatkan dengan kekerasan. ... Salomo meyakinkan ibunya tentang ketidak-masuk-akalan permintaan itu, dan menunjukkan tujuannya, yang sebelumnya tidak disadari oleh ibunya. Tanggapannya cukup tajam: ‘Mintalah juga kerajaan baginya,’ ayat 22. Meminta agar dia menggantikan raja di tempat tidurnya pada dasarnya sama dengan meminta agar dia menggantikannya di takhta; karena itulah yang dia incar. Mungkin Salomo memiliki informasi, atau alasan kuat untuk mencurigai, bahwa Adonia sedang bersekongkol dengan Yoab dan Abyatar untuk menimbulkan masalah baginya, yang membuat Salomo merasa beralasan untuk menafsirkan permintaan Adonia seperti itu.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang 1Raja 2): “‘Why dost thou ask Abishag? ... ask for him the kingdom also.’ - (see the notes at 2 Sam. 16:11; also at 12:8.) Solomon’s indignation was roused; he in a moment penetrated the artful scheme; and, from Adonijah’s associating the names of Abiathar and Joab, he seems to have suspected or known that those deep schemers had been his prompters. ... ‘Adonijah ... spoken this word against his own life.’ Whether there was a treasonable design concealed under this request or not, the act, according to Eastern notions, was criminal, and of dangerous consequence to the state. There is no ground of censure upon Solomon for cruelty or precipitation in this instance. He had pardoned Adonijah’s former conspiracy; but this new attempt was rebellion against the viceroy appointed by the Divine King, and called for condign punishment.” [= ‘Mengapa engkau meminta Abisag? ... mintalah juga kerajaan untuknya.’ (Lihat catatan di 2Sam 16:11; juga di 12:8.) Kemarahan Salomo terpicu; ia dengan segera memahami rencana licik itu; dan, karena Adonia mengaitkan nama Abyatar dan Yoab, ia tampaknya curiga atau mengetahui bahwa para perencana licik itu telah menjadi pengarahnya. ... ‘Adonia ... telah mengatakan kata-kata ini yang merugikan nyawanya sendiri.’ Apakah ada rencana pengkhianatan tersembunyi di balik permintaan ini atau tidak, tindakan tersebut, menurut pandangan Timur, adalah kriminal dan berakibat berbahaya bagi negara. Tidak ada alasan untuk mengecam Salomo atas kekejaman atau keburu-buruan dalam kasus ini. Ia telah mengampuni konspirasi Adonia yang sebelumnya; tetapi upaya baru ini adalah pemberontakan terhadap wakil yang ditunjuk oleh Raja Ilahi, dan memerlukan hukuman yang setimpal.].
Barnes’ Notes (tentang 1Raja 2:22): “‘Ask for him the kingdom also.’ Bath-sheba had not seen anything dangerous or suspicious in Adonijah’s request. Solomon, on the contrary, takes alarm at once. To ask for Abishag was to ask for the kingdom. To the Oriental mind a monarch was so sacred, that whatever was brought near to him was thenceforth separate from common use. This sacred and separate character attached especially to the Royal harem. The inmates either remained widows for the rest of their lives, or became the wives of the deceased king’s successor. When a monarch was murdered, or dethroned, or succeeded by one whose title was doubtful, the latter alternative was almost always adopted (compare 2Sam. 12:8; 16:22). Public opinion so closely connected the title to the crown and the possession of the deceased monarch’s wives, that to have granted Adonijah’s request would have been the strongest encouragement to his pretensions. Solomon, seeing this, assumes that Adonijah cherishes a guilty purpose, that there has been a fresh plot, that Abiathar and Joab - Adonijah’s counselors in the former conspiracy (1 Kings 1:7) - are privy to it, and that the severest measures are necessary to crush the new treason.” [= ‘Mintalah juga kerajaan untuknya.’ Batsyeba tidak melihat adanya bahaya atau kecurigaan dalam permintaan Adonia. Sebaliknya, Salomo langsung merasa terancam. Meminta Abisag berarti meminta kerajaan. Bagi pikiran Timur, seorang raja dianggap sangat keramat, sehingga apa pun yang didekatkan kepadanya menjadi terpisah dari penggunaan umum. Karakter keramat dan terpisah ini terutama melekat pada harem kerajaan. Penghuni harem tersebut biasanya tetap menjadi janda seumur hidup mereka, atau menjadi istri pengganti raja yang telah meninggal. Ketika seorang raja dibunuh, digulingkan, atau digantikan oleh seseorang yang gelarnya diragukan, alternatif terakhir hampir selalu diambil (bandingkan 2Sam 12:8; 16:22). Pendapat umum sangat mengaitkan gelar dengan mahkota dan kepemilikan istri-istri raja yang telah meninggal, sehingga mengabulkan permintaan Adonia akan menjadi dorongan terkuat untuk klaimnya. Salomo, menyadari hal ini, menganggap bahwa Adonia memiliki niat jahat, bahwa ada rencana baru, bahwa Abyatar dan Yoab - penasihat Adonia dalam konspirasi sebelumnya (1Raja 1:7) - terlibat, dan bahwa tindakan paling keras diperlukan untuk menghancurkan pengkhianatan baru ini.].
1Raja 1:7 - “Maka berundinglah ia dengan Yoab, anak Zeruya dan dengan imam Abyatar dan mereka menjadi pengikut dan pembantu Adonia.”.
Wycliffe Bible Commentary (tentang 1Raja 2): “‘And Adonijah ... came to Bath-sheba.’ He approached Solomon’s mother with a seemingly harmless but really insidious request. He said, in effect, ‘Let Abishag be given to me.’ This young girl had attended David in his declining state. The unsuspecting mother saw nothing perverse in this request, but simply an ‘affair of the heart,’ and readily agreed. 19. Bath-sheba therefore went unto king Solomon. She innocently became a go-between for Adonijah. With great courtesy the king received his mother ... until she placed the request before him. ... ‘Why dost thou ask Abishag ... for Adonijah?’ The mental acumen of Solomon penetrated the plot. Even though David had not ‘known’ Abishag, she was nevertheless considered an inheritor. With her would go the rights to the throne. Having once failed in an abortive attempt to seize the kingdom, Adonijah now sought in a more subtle way to gain his objective. This time he would not be pardoned.” [= ‘Dan Adonia ... datang kepada Batsyeba.’ Ia mendekati ibu Salomo dengan permintaan yang tampaknya tidak berbahaya tetapi sebenarnya berniat jahat. Ia berkata, pada dasarnya, ‘Biarkan Abisag diberikan kepadaku.’ Gadis muda ini telah melayani Daud dalam masa-masa akhir hidupnya. Ibu yang tidak curiga tidak melihat adanya kepentingan buruk dalam permintaan ini, hanya sebagai ‘masalah hati,’ dan dengan cepat setuju. 19. Oleh karena itu, Batsyeba pergi kepada raja Salomo. Ia dengan polos menjadi perantara untuk Adonia. Dengan sopan raja menerima ibunya ... hingga ia mengajukan permintaan itu kepadanya. ... ‘Mengapa engkau meminta Abisag ... untuk Adonia?’ Kecerdasan Salomo menangkap rencana tersebut. Meskipun Daud belum tidur dengan Abisag, ia tetap dianggap sebagai bagian dari warisan. Dengan Abisag juga akan ikut hak atas takhta. Setelah gagal dalam upaya yang tidak berhasil untuk merebut kerajaan, Adonia kini berusaha dengan cara yang lebih halus / licik untuk mencapai tujuannya. Kali ini ia tidak akan diampuni.].
1Raja 1:1-4 - “(1) Raja Daud telah tua dan lanjut umurnya, dan biarpun ia diselimuti, badannya tetap dingin. (2) Lalu para pegawainya berkata kepadanya: ‘Hendaklah dicari bagi tuanku raja seorang perawan yang muda, untuk melayani dan merawat raja; biarlah ia berbaring di pangkuanmu, sehingga badan tuanku raja menjadi panas.’ (3) Maka di seluruh daerah Israel dicarilah seorang gadis yang cantik, dan didapatlah Abisag, gadis Sunem, lalu dibawa kepada raja. (4) Gadis itu amat cantik, dan ia menjadi perawat raja dan melayani dia, tetapi raja tidak bersetubuh dengan dia.”.
Keil & Delitzsch (tentang 1Raja 2): “he knew how to cover over the dangerous sentiment implied in his words in a very skilful manner by adding the further remark, that the transfer of the kingdom to his brother had come from Jehovah; so that Bathsheba did not detect the artifice, and promised to fulfil his request (vv. 16ff.) to intercede with king Solomon for Abishag to be given him to wife. ... To her request, ‘Let Abishag of Shunem be given to Adonijah thy brother for a wife’ ... which she regarded in her womanly simplicity as a very small one ..., he replied with indignation, detecting at once the intrigues of Adonijah: ‘And why dost thou ask Abishag of Shunem for Adonijah? ask for him the kingdom, for he is my elder brother; and indeed for him, and for Abiathar the priest, and for Joab the son of Zeruiah.’ ... Although Abishag had been only David’s nurse, in the eyes of the people she passed as his concubine; and among the Israelites, just as with the ancient Persians (Herod. iii. 68), taking possession of the harem of a deceased king was equivalent to an establishment of the claim to the throne (see at 2 Sam. 12:8 and 3:7-8). According to 2 Sam. 16:21, this cannot have been unknown even to Bathsheba; but as Adonijah’s wily words had disarmed all suspicion, she may not have thought of this, or may perhaps have thought that Abishag was not to be reckoned as one of David’s concubines, because David had not known her (1 Kin 1:4). ... Verse 25. Solomon had this sentence immediately executed upon Adonijah by Benaiah, the chief of the body-guard, according to the oriental custom of both ancient and modern times. The king was perfectly just in doing this. For since Adonijah, even after his first attempt to seize upon the throne had been forgiven by Solomon, endeavoured to secure his end by fresh machinations, duty to God, who had exalted Solomon to the throne, demanded that the rebel should be punished with all the severity of the law, without regard to blood-relationship.” [= ia tahu bagaimana menyembunyikan sentimen berbahaya yang tersirat dalam kata-katanya dengan sangat cerdik dengan menambahkan pernyataan lebih lanjut, bahwa pengalihan kerajaan kepada saudaranya telah datang dari Yehovah; sehingga Batsyeba tidak mendeteksi tipu daya tersebut, dan berjanji untuk memenuhi permintaannya (ay 16 dst.) untuk memohon kepada raja Salomo agar Abisag diberikan kepadanya sebagai istri. ... Kepada permintaannya, ‘Biarkan Abisag dari Sunem diberikan kepada Adonia, saudaramu, sebagai istri’ ... yang ia anggap dalam kepolosan wanita sebagai permintaan yang sangat kecil ..., ia menjawab dengan kemarahan, segera mendeteksi intrik Adonia: ‘Mengapa engkau meminta Abisag dari Sunem untuk Adonia? Mintalah juga kerajaan untuknya, karena ia adalah saudara laki-lakiku yang lebih tua; dan juga untuknya, dan untuk Abyatar sang imam, dan untuk Yoab, putra Zeruya.’ ... Meskipun Abisag hanya merupakan pengasuh Daud, di mata orang-orang ia dianggap sebagai gundik Daud; dan di antara orang Israel, sama seperti di Persia kuno (Herod. iii. 68), mengambil alih harem seorang raja yang telah meninggal setara dengan mendirikan klaim atas takhta (lihat di 2Sam 12:8 dan 3:7-8). Menurut 2Sam 16:21, hal ini pasti tidak diketahui bahkan oleh Batsyeba; tetapi karena kata-kata licik Adonia telah melumpuhkan semua kecurigaan, ia mungkin tidak memikirkan hal ini, atau mungkin berpikir bahwa Abisag tidak dapat dianggap sebagai salah satu gundik Daud, karena Daud belum tidur dengannya (1Raja 1:4). ... Ayat 25. Salomo segera menjalankan hukuman ini terhadap Adonia oleh Benaya, kepala pengawal, sesuai dengan kebiasaan Timur kuno dan modern. Raja sepenuhnya adil dalam melakukan hal ini. Karena Adonia, bahkan setelah upaya pertamanya untuk merebut takhta telah diampuni oleh Salomo, berusaha untuk mencapai tujuannya dengan rencana licik yang baru, kewajiban kepada Allah, yang telah meninggikan Salomo ke takhta, menuntut agar pemberontak dihukum dengan segala kekerasan hukum, tanpa memandang hubungan darah.].
Matthew Poole (tentang 1Raja 2:22): “his design is not upon Abishag, but upon the kingdom; which, by this means, he thinks to recover; partly because she was the last king’s wife, or concubine, which might strengthen his pretence to the crown; see 2Sam 3:7; 12:8; 16:21; and partly because by her eminent beauty, and near relation to David, she had a powerful interest in the court.” [= Rancangannya bukan pada Abisag, tetapi pada kerajaan; yang, dengan cara ini, ia pikir akan dipulihkan. Sebagian karena ia adalah istri terakhir raja atau gundik, yang dapat memperkuat klaimnya atas mahkota; lihat 2Sam 3:7; 12:8; 16:21; dan sebagian karena kecantikannya yang menonjol, dan hubungan dekatnya dengan Daud, membuatnya memiliki pengaruh yang kuat di istana.] - hal 651.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali