kebaktian online

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 27 Oktober 2024, pk 09.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

II Samuel 12:1-25(2)

 

teguran nabi natan (2)

 

2Sam 12:1-25 - “(1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.’ (5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’ (7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. (10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ (13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ (24) Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini (25) dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.”.

 

III) Reaksi Daud terhadap cerita nabi Natan (ay 5-6).

 

Ay 5-6: “(5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’”.

 

1) Sebetulnya reaksi marah ini menunjukkan Daud punya kasih.

Bdk. 1Kor 13:6 - “Ia (kasih) tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran..

KJV: Rejoiceth not in iniquity, but rejoiceth in the truth; [= Tidak bersukacita dalam kejahatan, tetapi bersukacita dalam kebenaran:].

NIV: Love does not delight in evil but rejoices with the truth. [= Kasih tidak menyenangi kejahatan tetapi bersukacita karena kebenaran.].

 

The Bible Exposition Commentary: “Since David had been a shepherd himself, he would pay close attention to a story about the theft of an innocent lamb; and as king, he was obligated to see that poor families were given justice.” [= Karena Daud sendiri pernah menjadi seorang gembala, dia pasti akan sangat memperhatikan cerita tentang pencurian anak domba yang tak bersalah; dan sebagai raja, dia berkewajiban untuk memastikan bahwa keluarga-keluarga miskin diberikan keadilan.].

 

2) Daud berkata bahwa orang itu harus dihukum mati dan harus mengganti domba itu 4x lipat (ay 6a).

Baik tentang hukuman mati, maupun denda, ada hal-hal yang harus dijelaskan, dan tidak semua penafsir sepakat dengan hal itu.

 

a)      Denda 4x lipat.

 

Kel 22:1 - “‘Apabila seseorang mencuri seekor lembu atau seekor domba dan membantainya atau menjualnya, maka ia harus membayar gantinya, yakni lima ekor lembu ganti lembu itu dan empat ekor domba ganti domba itu.”.

 

Ini menunjukkan Daud hafal alkitabnya!

 

Adam Clarke: “Thou art this son of death, and thou shalt restore this lamb FOURFOLD. It is indulging fancy too much to say David was called, in the course of a just Providence to pay this fourfold debt? to lose four sons by untimely deaths, namely, this son of Bath-sheba, on whom David had set his heart, was slain by the Lord; Amnon, murdered by his brother Absalom; Absalom, slain in the oak by Joab; and Adonijah, slain by the order of his brother Solomon, even at the altar of the Lord!” [= ‘Engkau adalah anak kematian ini, dan engkau harus mengembalikan domba ini EMPAT KALI.’ Apakah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa Daud dipanggil, dalam jalur Providensia yang adil, untuk membayar utang empat kali lipat ini? Mengalami kehilangan empat anak melalui kematian yang tidak wajar: yaitu anak dari Batsyeba, yang sangat dicintai oleh Daud, dibunuh oleh Tuhan; Amnon, dibunuh oleh saudaranya Absalom; Absalom, dibunuh di pohon ek oleh Yoab; dan Adonia, dibunuh atas perintah saudaranya Salomo, bahkan di altar Tuhan!].

 

b)      Denda 4x lipat atau 7x lipat?

 

Barnes’ Notes: “‘Fourfold.’ The exact number prescribed by the Law (see the marginal references), and acted upon by Zaccheus. The Septuagint has ‘sevenfold,’ as in Prov 6:31.” [= ‘Empat kali LIPAT.’ Jumlah yang tepat yang ditetapkan oleh Hukum (lihat catatan tepi), dan diterapkan oleh Zakheus (Luk 19:8). Septuaginta menggunakan istilah ‘tujuh kali lipat,’ seperti dalam Amsal 6:31 (Tetapi dalam Kel 22:1 LXX tetap menterjemahkan 4x lipat).].

 

Luk 19:8 - Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.’.

 

Amsal 6:31 - “Dan kalau ia tertangkap, haruslah ia membayar kembali tujuh kali lipat, segenap harta isi rumahnya harus diserahkan.”.

 

Kel 22:1-4 - “(1) ‘Apabila seseorang mencuri seekor lembu atau seekor domba dan membantainya atau menjualnya, maka ia harus membayar gantinya, yakni lima ekor lembu ganti lembu itu dan empat ekor domba ganti domba itu. (2) Jika seorang pencuri kedapatan waktu membongkar, dan ia dipukul orang sehingga mati, maka si pemukul tidak berhutang darah; (3) tetapi jika pembunuhan itu terjadi setelah matahari terbit, maka ia berhutang darah. Pencuri itu harus membayar ganti kerugian sepenuhnya; jika ia orang yang tak punya, ia harus dijual ganti apa yang dicurinya itu. (4) Jika yang dicurinya itu masih terdapat padanya dalam keadaan hidup, baik lembu, keledai atau domba, maka ia harus membayar ganti kerugian dua kali lipat.”.

 

Hukuman 2-5 x lipat dalam Kel 22:1-4 tidak bertentangan dengan Amsal 6:31 yang mengatakan 7 x lipat, karena ‘7 x lipat’ itu bukanlah sesuatu yang harus diartikan secara hurufiah (bdk. Kej 4:24  Maz 12:7  Maz 79:12  Daniel 3:19,22). Ungkapan ‘7 x lipat’ itu harus diartikan ‘berlipat-lipat / berlipat-ganda’, dan dengan demikian maka tidak ada pertentangan antara Kel 22:1-4 dengan Amsal 6:31.

 

Kej 4:23-24 - “(23) Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: ‘Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak; (24) sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat.’.

 

Maz 12:7 - Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah..

 

Maz 79:12 - Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepadaMu, ya Tuhan!.

 

Daniel 3:19,22 - “(19) Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. ... (22) Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas..

 

b) Dari mana hukuman mati itu? Bukankah hukum Taurat menyatakan hukumannya denda 4x lipat?

 

Kel 22:1 - “‘Apabila seseorang mencuri seekor lembu atau seekor domba dan membantainya atau menjualnya, maka ia harus membayar gantinya, yakni lima ekor lembu ganti lembu itu dan empat ekor domba ganti domba itu.”.

 

Matthew Henry: “[1.] That, for his injustice in taking away the lamb, he should restore four-fold, according to the law (Exo. 22:1), four sheep for a sheep. [2.] that for his tyranny and cruelty, and the pleasure he took in abusing a poor man, he should be put to death. If a poor man steal from a rich man, to satisfy his soul when he is hungry, he shall make restitution, though it cost him all the substance of his house, Prov. 6:30-31 ... ; but if a rich man steal for stealing sake, not for want but wantonness, merely that he may be imperious and vexatious, he deserves to die for it, for to him the making of restitution is no punishment, or next to none. If the sentence be thought too severe, it must be imputed to the present roughness of David’s temper, being under guilt, and not having himself as yet received mercy.” [= (1.) Bahwa, karena ketidakadilan dalam mengambil domba itu, dia harus mengganti empat kali lipat, sesuai dengan hukum Taurat (Kel 22:1), yaitu empat domba untuk seekor domba. (2.) Bahwa karena tirani dan kekejamannya, serta kesenangan yang dia rasakan dalam menyakiti seorang pria miskin, dia harus dihukum mati. Jika seorang pria miskin mencuri dari seorang pria kaya untuk memuaskan dirinya ketika dia lapar, dia harus mengganti kerugian, meskipun itu menghabiskan ‘seluruh harta rumahnya’, Amsal 6:30,31 ...; tetapi jika seorang pria kaya mencuri hanya untuk kesenangan mencuri, bukan karena kebutuhan tetapi untuk kepuasan semata, hanya untuk menunjukkan kekuasaannya dan menyusahkan orang lain, dia pantas dihukum mati, karena bagi dia, pengembalian kerugian bukanlah hukuman, atau hampir tidak ada. Jika hukuman tersebut dianggap terlalu berat, itu harus diatribusikan pada kekasaran temperamen Daud, yang saat itu berada di bawah rasa bersalah, dan belum menerima belas kasihan.].

 

Amsal 6:30-31 - “(30) Apakah seorang pencuri tidak akan dihina, apabila ia mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar? (31) Dan kalau ia tertangkap, haruslah ia membayar kembali tujuh kali lipat, segenap harta isi rumahnya harus diserahkan.”.

 

Adam Clarke: “‘The man that hath done this thing shall surely die.’ Literally  בֶן־מָ֔וֶת BEN-MAWET, ‘he is a son of death,’ a very bad man, and one who deserves to die. But the law did not sentence a sheep-stealer to death; let us hear it: If a man steal an ox or a sheep, he shall restore FIVE OXEN for an ox, and FOUR SHEEP for a sheep, Ex 22:1; and hence, David immediately says, He shall restore the lamb FOURFOLD.” [= ‘Orang yang telah melakukan hal ini pasti akan mati.’ Secara harafiah, בֶן־מָ֔וֶת  ‎ben-‎‎maawet‎, ‘dia adalah anak kematian,’ seorang yang sangat jahat, dan orang yang pantas dihukum mati. Namun, hukum Taurat tidak menghukum pencuri domba dengan hukuman mati; mari kita mendengarnya: Jika seorang pria mencuri seekor lembu atau domba, dia harus mengembalikan LIMA EKOR LEMBU untuk seekor lembu, dan EMPAT EKOR DOMBA untuk seekor domba (Kel 22:1); dan oleh karena itu, Daud segera mengatakan, ‘Dia harus mengembalikan domba itu EMPAT KALI LIPAT.].

 

Kel 22:1 - “‘Apabila seseorang mencuri seekor lembu atau seekor domba dan membantainya atau menjualnya, maka ia harus membayar gantinya, yakni lima ekor lembu ganti lembu itu dan empat ekor domba ganti domba itu.”.

 

Pulpit Commentary: “‘Shall surely die.’ It is strange language to declare that a man shall be put to death and then fined four lambs. But David says nothing of the sort, but that the man is ‘a son of death,’ that is, a wretch who deserves to die. The Revised Version correctly renders, ‘is worthy to die.’” [= ‘Pasti akan mati.’ Ini adalah bahasa yang aneh untuk menyatakan bahwa seseorang harus dihukum mati dan kemudian dikenakan denda empat domba. Namun, Daud tidak mengatakan hal seperti itu, melainkan bahwa orang itu adalah ‘anak kematian,’ yaitu seorang yang buruk dan pantas mati. Versi yang Direvisi dengan benar menterjemahkan sebagai, ‘layak untuk mati.’].

YLT: a son of death is the man [= orang itu adalah seorang anak dari kematian].

RSV/NIV/NASB: ‘deserves to die’ [= layak untuk mati].

ASV: “worthy to die” [= layak untuk mati].

 

Jadi arti yang benar dari kata-kata Daud adalah ‘orang itu layak untuk mati’, bukan ‘orang itu harus mati’!

 

c)      Cara yang benar dalam menerapkan firman yang kita dengar.

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Wordsworth: “Here also is a lesson to hearers. David listened to a sermon from Nathan, which exactly suited his own case, and yet he did not apply it to himself. He turned the edge of it from himself to another. The benefit of sermons depends more upon the hearer than the preacher. The best sermon is that which is best applied by those to whom it is preached.” [= Di sini juga terdapat pelajaran bagi para pendengar. Daud mendengarkan khotbah dari Natan, yang tepat mengenai kasusnya sendiri, namun dia tidak menerapkannya pada dirinya sendiri. Dia mengalihkan sisi tajam dari kotbah itu dari dirinya sendiri kepada orang lain. Manfaat khotbah lebih tergantung pada pendengarnya dari pada pada pengkhotbah. Khotbah terbaik adalah yang paling baik diterapkan oleh mereka yang mendengarnya.].

Catatan: bagian akhir itu hanya benar kalau khotbah itu memang firman Tuhan, bukan ajaran sesat!

 

IV) Nabi Natan menerapkan cerita itu kepada Daud sendiri!

 

Ay 7-9: “(7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.”.

 

1) Ini pasti sangat mengejutkan Daud!

 

Ay 7a: “Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu!.

 

The Biblical Illustrator: ‘And Nathan said to David, Thou art the man.’ The king must have been startled beyond all power of self-control. How rapid was the transition of feeling through which he passed! One minute he was on his feet in all the flush of indignation at another’s sin, fairly exulting in the proud sense of unutterable contempt at injustice so apparent and so unmitigated in its foul stroke. The next minute he perceived the countenance of Nathan changing towards him. Around came that long scornful finger, which had been pointing at an imaginary offender; and now in reply to the implied inquiry for that offender’s name, its index slowly reached his own face, and then the sober words were spoken: ‘Thou art the man.’[= ‘Dan Natan berkata kepada Daud, Engkaulah orang itu.’ Raja pasti sangat terkejut hingga kehilangan kendali diri. Betapa cepatnya transisi perasaan yang dialaminya! Satu menit dia berdiri dengan semua kemarahan atas dosa orang lain, benar-benar merasa bangga dalam rasa hina yang tak terucapkan terhadap ketidakadilan yang sangat jelas dan tidak teredakan dalam serangannya yang kotor. Pada menit berikutnya, dia menyadari wajah Natan berubah ke arahnya. Jari yang penuh penghinaan itu, yang sebelumnya menunjuk ke pelanggar yang imajiner, kini perlahan-lahan menunjuk ke wajahnya sendiri, dan kemudian kata-kata yang tenang diucapkan: ‘Engkaulah orang itu.’].

 

2) Sekarang, nabi Natan berbicara demi nama Tuhan (ay 7b).

 

Ay 7b: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul..

 

Matthew Henry: “Now he speaks immediately from God, and in his name. He begins with, ‘Thus saith the Lord God of Israel,’ a name sacred and venerable to David, and which commanded his attention. Nathan now speaks, not as a petitioner for a poor man, but as an ambassador from the great God, with whom is no respect of persons.” [= Sekarang dia berbicara langsung dari Allah, dan dalam namaNya. Dia memulai dengan, ‘Demikianlah firman Tuhan, Allah Israel,’ nama yang suci dan dihormati oleh Daud, dan yang memerintahkan perhatiannya. Natan sekarang berbicara, bukan sebagai pemohon untuk seorang pria miskin, tetapi sebagai utusan dari Allah yang besar, yang tidak memandang orang.].

 

3) Pembahasan ay 7b.

 

Ay 7b: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.”.

 

Pulpit Commentary: “‘I anointed thee.’ The solemn anointing made David the representative of Jehovah, and thus his sin was aggravated by the degradation in the eyes of the people, both of the kingly office and also of Jehovah himself. Rank and authority are given to men that they may lead others to do right; it is a fearful misuse of them when they give prestige to sin.” [= ‘Aku telah mengurapimu.’ Pengurapan yang khidmat menjadikan Daud wakil Yehovah, dan dengan demikian dosanya diperburuk oleh penghinaan di mata orang-orang, baik terhadap jabatan kerajaan maupun terhadap Yehovah sendiri. Pangkat dan otoritas diberikan kepada manusia agar mereka dapat memimpin orang lain untuk melakukan yang benar; adalah penyalahgunaan yang menakutkan dari mereka ketika mereka memberikan kehormatan pada dosa.].

 

Matthew Henry: (1.) God, by Nathan, reminds David of the great things he had done and designed for him, anointing him to be king, and preserving him to the kingdom (v. 7), giving him power over the house and household of his predecessor, and of others that had been his masters, Nabal for one. He had given him the house of Israel and Judah. The wealth of the kingdom was at his service and every body was willing to oblige him. Nay, he was ready to bestow any thing upon him to make him easy: I would have given thee such and such things, v. 8. See how liberal God is in his gifts; we are not straitened in him. Where he has given much, yet he gives more. And God’s bounty to us is a great aggravation of our discontent and desire of forbidden fruit. It is ungrateful to covet what God has prohibited, while we have liberty to pray for what God has promised, and that is enough.” [= (1.) Allah, melalui Natan, mengingatkan Daud akan hal-hal besar yang telah Dia lakukan dan rancangkan untuknya, mengurapi dia menjadi raja, serta memeliharanya untuk kerajaan (ay 7), memberikan kekuasaan atas keluarga dan rumah tangga pendahulunya, serta orang-orang lain yang pernah menjadi tuannya, seperti Nabal. Dia telah memberinya pemerintahan / kerajaan Israel dan Yehuda. Kekayaan kerajaan melayani dia dan semua orang bersedia memenuhi permintaannya. Bahkan, Ia siap memberikan apa saja kepadanya untuk membuatnya merasa nyaman: ‘Aku akan memberimu ini dan itu,’ ay 8. Lihatlah betapa dermawannya Allah dalam pemberianNya; kita tidak kekurangan dalam diriNya. Di mana Dia telah memberikan banyak, Dia masih memberi lebih banyak lagi. Kemurahan Allah kepada kita adalah suatu tindakan yang sangat menyakitkan hati dari ketidakpuasan dan keinginan kita akan buah terlarang. Merupakan suatu rasa tidak tahu berterima-kasih untuk menginginkan apa yang Tuhan larang, sementara kita memiliki kebebasan untuk berdoa untuk apa yang telah Allah janjikan, dan itu sudah cukup.].

 

Catatan: Nama ‘Nabal’ yang disebut sebagai ‘tuan dari Daud’ ini membingungkan bagi saya. Memang istri Nabal, yaitu Abigail, belakangan menjadi istri Daud setelah Nabal mati, tetapi dalam sepanjang cerita tentang Nabal (1Sam 25:2-42), dia tidak pernah disebut sebagai ‘tuan dari Daud’! Ini baru akan saya bahas dalam pembahasan ay 8.

 

Saya lalu menanyakan pada ChatGPT: Mengapa beberapa buku tafsiran mengatakan bahwa Nabal adalah salah satu dari ‘tuan’ Daud dalam 2Sam 12:7?

 

Ini jawaban yang diberikan oleh ChatGPT:

 

Pemahaman bahwa Nabal adalah salah satu ‘tuan’ Daud dalam tafsiran tertentu, khususnya dalam hubungannya dengan 2Sam 12:7, mungkin berasal dari cara penafsiran alegoris atau kiasan yang lebih dalam mengenai kisah Nabal dan Daud. Meski tidak secara hurufiah disebutkan dalam teks bahwa Nabal adalah tuan Daud, beberapa penafsir melihat paralel spiritual atau teologis yang menarik dalam kisah mereka.

 

Mari kita analisis lebih lanjut.

1.  Konteks 2Sam 12:7: Ayat ini adalah bagian dari peringatan yang diberikan Nabi Natan kepada Daud setelah dosanya dengan Batsyeba dan pembunuhan Uria. Natan menggunakan perumpamaan tentang seorang kaya yang mengambil domba satu-satunya milik orang miskin, yang secara kiasan mengacu pada tindakan Daud terhadap Uria. Ketika Natan berkata kepada Daud, ‘Engkaulah orang itu,’ dia mengungkapkan bahwa Daud adalah orang yang bersalah dalam perumpamaan tersebut.

2.  Paralel dengan Kisah Nabal: Dalam 1Sam 25, kisah Nabal, yang adalah seorang kaya namun kejam dan egois, dihadapkan dengan Daud yang saat itu dalam posisi lebih lemah, namun kemudian menjadi lebih kuat. Beberapa tafsiran melihat kesamaan sifat antara Nabal dan karakter orang kaya dalam perumpamaan Natan. Mereka melihat Nabal sebagai ‘tuan’ atau orang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan, yang seharusnya bersikap murah hati kepada orang lain tetapi justru bertindak dengan cara yang egois.

3.  Alegori Moral: Dalam beberapa tafsiran, Nabal dianggap sebagai simbol dari orang kaya yang tidak bermoral, yang memiliki kekuasaan atas orang-orang seperti Daud (sebelum Daud menjadi raja). Dengan cara ini, Nabal secara figuratif menjadi ‘tuan’ bagi Daud dalam arti bahwa Daud, meskipun seorang pahlawan yang diurapi Tuhan, masih bergantung pada kemurahan hati orang-orang kaya seperti Nabal selama masa pelariannya. Jadi, ketika Daud kemudian berhadapan dengan Natan, paralel ini kadang digunakan untuk menyoroti bagaimana Daud, yang pernah berada dalam posisi orang yang lemah (seperti dalam kisah Nabal), kini harus menghadapi posisinya sebagai ‘orang kaya’ dalam perumpamaan Natan.

4.  Hubungan Figuratif: Tafsiran ini mungkin lebih bersifat kiasan daripada literal. Beberapa penafsir melihat Nabal sebagai peringatan moral bagi Daud dalam hubungannya dengan kuasa dan kekuasaan yang ia miliki, dan bagaimana Daud juga bisa menjadi ‘Nabal’ jika tidak berhati-hati dalam mengelola kekuasaannya, terutama dalam kasus Batsyeba dan Uria.

Kesimpulannya, ide bahwa Nabal adalah salah satu ‘tuan’ Daud dalam konteks 2Sam 12:7 kemungkinan besar didasarkan pada interpretasi kiasan atau moral, yang melihat adanya paralel antara kisah Nabal dan perumpamaan yang disampaikan oleh Natan kepada Daud. Tafsiran ini berusaha menyoroti tema tentang kekuasaan, tanggung jawab moral, dan bagaimana seseorang yang pernah dalam posisi lemah (seperti Daud sebelum menjadi raja) bisa jatuh ke dalam dosa ketika memiliki kuasa besar.

 

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali