(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tgl 20 Oktober 2024, pk 09.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
II Samuel 12:1-25(1)
teguran nabi natan(1)
2Sam 12:1-25 - “(1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.’ (5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’ (7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. (10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ (13) Lalu berkatalah Daud kepada Natan: ‘Aku sudah berdosa kepada TUHAN.’ Dan Natan berkata kepada Daud: ‘TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. (14) Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’ (15) Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. (16) Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. (17) Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. (18) Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: ‘Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!’ (19) Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: ‘Sudah matikah anak itu?’ Jawab mereka: ‘Sudah.’ (20) Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan. (21) Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!’ (22) Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.’ (24) Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini (25) dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.”.
I) Kehidupan Daud sebelum teguran Natan.
Pulpit Commentary: “The sin of David could not be hid. It was known to his servants (ch. 11:4) and to Joab; it must have been surmised by many from his hasty marriage; and now it was fully manifest (ch. 11:27). About a year had elapsed. ‘What a year for David to have spent! What a joyless, sunless, godless year! Were God’s words still sweet to his taste? Were they still the rejoicing of his heart? or had he come to hate the threatening of the Law?’ (J. Wright).” [= Dosa Daud tidak dapat disembunyikan. Itu diketahui oleh para pelayannya (2Sam 11:4) dan oleh Yoab; banyak orang mungkin sudah menduganya dari pernikahannya yang tergesa-gesa; dan sekarang itu sepenuhnya terungkap (2Sam 11:27). Sekitar satu tahun telah berlalu. ‘Betapa tahun yang berat bagi Daud untuk dijalani! Betapa tahun yang tanpa sukacita, tanpa sinar matahari, tanpa Allah! Apakah firman Allah masih manis di lidahnya? Apakah itu masih menjadi sumber sukacita hatinya? Ataukah dia telah mulai membenci ancaman dari hukum Taurat?’ (J. Wright).] - hal 301.
2Sam 11:3-4 - “(3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: ‘Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.’ (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.”.
2Sam 11:27 - “Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.”.
Banyak penafsir yang menganggap bahwa keadaan Daud dalam dosa ini adalah seperti yang ia gambarkan dalam Maz 32:3-4 - “(3) Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; (4) sebab siang malam tanganMu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela”.
Pulpit Commentary: “Whithersoever the sinner may turn himself, or however he may be mentally affected, his malady is in no degree lightened nor his welfare in any degree promoted until he is restored to God” [= Ke mana pun seorang pendosa berbalik, atau bagaimanapun dia terpengaruh secara mental, penyakitnya tidak akan berkurang sedikit pun, dan kesejahteraannya tidak akan meningkat sama sekali sampai dia dibawa kembali kepada Allah.] - hal 284.
Catatan: ini kutipan dari kata-kata Calvin yang mengomentari Maz 32.
Matthew Henry: “It seems to have been a great while after David had been guilty of adultery with Bath-sheba before he was brought to repentance for it. For, when Nathan was sent to him, the child was born (v. 14), so that it was about nine months that David lay under the guilt of that sin, and, for aught that appears, unrepented of. What shall we think of David’s state all this while? ... during these nine months, we may well suppose his comforts and the exercises of his graces suspended, and his communion with God interrupted; during all that time, it is certain, he penned no psalms, his harp was out of tune, and his soul like a tree in winter, that has life in the root only. Therefore, after Nathan had been with him, he prays, Restore unto me the joy of thy salvation, and open thou my lips, Ps. 51:12,15.” [= Tampaknya butuh waktu cukup lama setelah Daud bersalah karena berzinah dengan Batsyeba sebelum dia bertobat atas perbuatannya. Sebab, ketika Natan diutus kepadanya, anak itu sudah lahir (2Sam 12:14), sehingga sekitar sembilan bulan Daud berada di bawah rasa bersalah atas dosa tersebut, dan, sejauh yang terlihat, belum bertobat. Apa yang bisa kita pikirkan tentang keadaan Daud selama ini? ... Selama sembilan bulan itu, kita bisa mengira bahwa penghiburan dan penggunaan kasih karunianya tertunda, serta persekutuannya dengan Allah terganggu; selama waktu itu, yang pasti, dia tidak menulis mazmur, harpanya tidak lagi selaras, dan jiwanya seperti pohon di musim dingin, yang hanya memiliki kehidupan di akarnya saja. Oleh karena itu, setelah Natan mendatanginya, Daud berdoa, ‘Kembalikanlah kepadaku kegembiraan akan keselamatanMu, dan bukalah bibirku,’ (Maz 51:14,17).].
2Sam 12:14 - “Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.’”.
Maz 51:14,17 - “(14) Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari padaMu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! ... (17) Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepadaMu!”.
Pulpit Commentary: “Though David had remained unrepentant for nearly a year, for we read in ver. 14 that the child was born, yet we are not to suppose that there had been no compunctions of conscience. A man could scarcely pass from utter callousness to a state of mind so tender as that depicted in Ps. 51. without some preparation. Assuredly David had suffered much mental distress, but he had given no outward sign of contrition, and possibly, but for Nathan’s message, he might have overpowered his conscience, and his self-reproaches have become less frequent and agitating. More probably he was slowly ripening for repentance, and Nathan’s words let loose the agonizing feelings which had more and more struggled within him against his baser lusts.” [= Meskipun Daud telah tetap tidak bertobat selama hampir setahun, karena kita membaca dalam ay 14 bahwa anak itu telah lahir, kita tidak seharusnya menganggap bahwa tidak ada rasa penyesalan dalam dirinya. Seseorang hampir tidak bisa beralih dari kekerasan hati total ke keadaan pikiran yang begitu lembut seperti yang digambarkan dalam Maz 51 tanpa adanya persiapan. Pasti Daud telah mengalami banyak tekanan mental, tetapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan secara lahiriah, dan mungkin saja, tanpa pesan dari Natan, dia bisa saja menekan hati nuraninya, dan rasa menuduh dirinya sendiri menjadi kurang sering dan mengganggu. Kemungkinan besar dia perlahan-lahan mematangkan diri untuk pertobatan, dan kata-kata Natan melepaskan perasaan menyakitkan yang semakin lama semakin berjuang di dalam dirinya melawan nafsu-nafsu yang lebih rendah.].
Pulpit Commentary: “I. A double life. At least ten months had elapsed from the date of David’s fall to the visit of Nathan. During that period many public and private acts had been performed by the king in the ordinary course of life, in addition to those referred to in ch. 11:14-27. It was his policy to keep up a good appearance - to be in administration, in public worship, in regard for religious ordinances, and in general morality all that he had ever been. He passed still as the pious, just ruler and exemplary man. That was one life. But inwardly there was another. The conscience was dull, or, if it spoke plainly, was constantly being suppressed. The uncomfortableness of secret sin induced self-reproach and loss of self-respect. He was an instance of a man ‘holding the truth in unrighteousness’ (Rom. 1:18). This double life is the experience of every good man who falls into sin and seeks to cover it up. He knows too much to be really happy, but he is too enslaved by his sin to be truly godly. The outside is fair; within is desolation.” [= I. Suatu keHIDUPan GANDA. Setidaknya sepuluh bulan telah berlalu sejak kejatuhan Daud hingga kunjungan Natan. Selama periode tersebut, banyak tindakan umum dan pribadi telah dilakukan oleh raja dalam rutinitas hidupnya sehari-hari, selain dari yang disebutkan dalam 2Sam 11:14-27. Kebijakan Daud adalah mempertahankan penampilan yang baik - baik dalam administrasi, ibadah umum, penghormatan terhadap tata cara keagamaan, dan dalam moralitas umum - seperti yang telah dia lakukan sebelumnya. Dia tetap melanjutkan sebagai penguasa yang saleh, adil, dan teladan. Itu adalah satu kehidupan. Namun di dalam dirinya, terdapat kehidupan yang lain. Nuraninya tumpul, atau jika berbicara dengan jelas, terus-menerus ditekan. Ketidaknyamanan dari dosa tersembunyi menimbulkan penyesalan diri dan kehilangan harga diri. Dia adalah contoh seseorang yang ‘menahan kebenaran dalam ketidakadilan / ketidakbenaran’ (Roma 1:18). Hidup ganda ini adalah pengalaman setiap orang baik yang jatuh dalam dosa dan berusaha menutupinya. Dia tahu terlalu banyak untuk benar-benar bahagia, tetapi dia terlalu diperbudak oleh dosanya untuk benar-benar saleh. Bagian luar tampak baik; di dalamnya adalah kesedihan.].
Ro 1:18 - “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.”.
II) Tuhan mengutus nabi Natan kepada Daud (ay 1a).
Ay 1a: “TUHAN mengutus Natan kepada Daud.”.
Matthew Henry: “The messenger God sent to him. We were told by the last words of the foregoing chapter that the thing David had done displeased the Lord, upon which, one would think, it should have followed that the Lord sent enemies to invade him, terrors to take hold on him, and the messengers of death to arrest him. No, he sent a prophet to him - Nathan, his faithful friend and confidant, to instruct and counsel him, v. 1. David did not send for Nathan (though he had never had so much occasion as he had now for his confessor), but God sent Nathan to David. Note, Though God may suffer his people to fall into sin, he will not suffer them to lie still in it. ‘He went on frowardly in the way of his heart,’ and if left to himself, would have wandered endlessly, but (saith God) I have seen his ways, and will heal him, Isa. 57:17-18. He sends after us before we seek after him, else we should certainly be lost.” [= Utusan yang diutus Allah kepadanya. Kita diberitahu oleh kata-kata terakhir dalam pasal sebelumnya bahwa apa yang dilakukan Daud tidak menyenangkan Tuhan, dan karena itu, seseorang mungkin berpikir, bahwa Tuhan akan mengirim musuh untuk menyerang dia, ketakutan untuk menguasainya, dan utusan kematian untuk menangkapnya. Namun tidak, Ia mengutus seorang nabi kepadanya - Natan, sahabat setia dan kepercayaannya, untuk mengajarinya dan menasihatinya (ay 1). Daud tidak memanggil Natan (meskipun dia tidak pernah begitu membutuhkan seorang untuk mengaku dosa seperti saat ini), tetapi Allah mengutus Natan kepada Daud. Perhatikan, meskipun Allah mungkin membiarkan umatNya jatuh ke dalam dosa, Dia tidak akan membiarkan mereka tetap tergeletak di dalamnya. Daud berjalan dengan keras kepala di jalannya sendiri, dan jika dibiarkan sendirian, dia akan tersesat tanpa henti, tetapi (kata Allah) ‘Aku telah melihat jalannya, dan Aku akan menyembuhkannya’, (Yes 57:17-18). Allah mengejar kita sebelum kita mencariNya, kalau tidak kita pasti akan tersesat.].
Yes 57:17-19 - “(17) Aku murka karena kesalahan kelobaannya, Aku menghajar dia, menyembunyikan wajahKu dan murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya. (18) Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang berkabung (19) Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat - firman TUHAN - Aku akan menyembuhkan dia!”.
Matthew Henry: “Nathan was the prophet by whom God had sent him notice of his kind intentions towards him (2Sam 7:4), and now, by the same hand, he sends him this message of wrath. God’s word in the mouth of his ministers must be received, whether it speak terror or comfort. Nathan was obedient to the heavenly vision, and went on God’s errand to David. He did not say, ‘David has sinned, I will not come near him.’ No; count him not an enemy, but admonish him as a brother, 2 Thes. 3:15. He did not say, ‘David is a king, I dare not reprove him.’ No; if God sends him, he sets his face like a flint, Isa. 50:7.” [= Natan adalah nabi yang melalui dia Allah telah memberitahukan tujuan baikNya terhadap Daud (2Sam 7:4), dan sekarang, melalui orang yang sama, Dia mengirimkan pesan murkaNya. Firman Allah di mulut hambaNya harus diterima, baik itu berbicara tentang ketakutan atau penghiburan. Natan taat pada penglihatan surgawi dan menjalankan tugas Allah kepada Daud. Dia tidak berkata, ‘Daud telah berdosa, aku tidak akan mendekatinya.’ Tidak, jangan menganggapnya sebagai musuh, tetapi tegurlah dia sebagai seorang saudara (2Tes 3:15). Dia juga tidak berkata, ‘Daud adalah seorang raja, aku tidak berani menegurnya.’ Tidak, jika Allah mengutusnya, dia menghadapinya dengan berani seperti batu karang (Yes 50:7).].
2Sam 7:4-5 - “(4) Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: (5) ‘Pergilah, katakanlah kepada hambaKu Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagiKu untuk Kudiami?”.
2Tes 3:14-15 - “(14) Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, (15) tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.”.
Yes 50:7 - “Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.”.
Pulpit Commentary: “V. The Divine beginning of salvation. Had David been left to himself the probability is that the coils of iniquity would have been formed around him more and more as time advanced; for the law of habit here holds good. It is instructive to observe that the first step towards a change in his condition was on the Divine side. God sent his prophet Nathan, charged with a merciful purpose, though mercy was to be tempered with judgment. Certainly David might well say in days subsequent, ‘My salvation cometh from him’ (Ps. 62:1, 7). Here we have an illustration of the great truth that God is the Author of our salvation. He seeks us. He comes to us in our low estate. This is true of mankind as a whole (John 3:16, 17; 1 John 4:9, 10), of each one brought from the ways of sin (1 John 4:19), and of the backslider (Ps. 23:3). It is all of grace. Our Saviour’s earthly life of pleading and seeking was a visible and audible illustration of the outgoing of the heart of the Father towards the fallen.” [= V. Permulaan Ilahi dari keselamatan. Seandainya Daud dibiarkan begitu saja, kemungkinan besar belitan kejahatan akan semakin menyelimutinya seiring berjalannya waktu; karena hukum kebiasaan berlaku di sini. Merupakan sesuatu yang bersifat pengajaran untuk mengamati bahwa langkah pertama menuju perubahan dalam kondisinya berasal dari pihak Ilahi. Allah mengirim nabiNya, Natan, dengan suatu tujuan penuh belas kasihan, meskipun belas kasihan itu harus disertai dengan penghakiman. Tentu saja, Daud bisa dengan tepat mengatakan di hari-hari berikutnya, ‘Keselamatanku datang dariNya’ (Maz 62:2,8). Di sini kita memiliki ilustrasi dari kebenaran besar bahwa Allah adalah Pencipta keselamatan kita. Dia mencari kita. Dia datang kepada kita dalam keadaan kita yang rendah. Ini benar untuk umat manusia secara keseluruhan (Yoh 3:16,17; 1Yoh 4:9,10), untuk setiap orang yang dibawa keluar dari jalan dosa (1Yoh 4:19), dan untuk orang yang mundur (Maz 23:3). Itu semua adalah dari kasih karunia. Kehidupan Juruselamat kita di dunia yang penuh dengan permohonan dan pencarian adalah ilustrasi yang nyata dan terdengar tentang gerakan hati Bapa terhadap yang jatuh.].
Maz 62:2,8 - “(2) Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari padaNyalah keselamatanku. ... (8) Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.”.
Yoh 3:16-17 - “(16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (17) Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”.
1Yoh 4:9,10 - “(9) Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya. (10) Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”.
1Yoh 4:19 - “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”.
Maz 23:3 - “Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya.”.
III) Nabi Natan menegur Daud (ay 1b-12).
Ay 1b-12: “(1b) Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: ‘Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.’ (5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. (6) Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.’ (7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: ‘Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. (10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’”.
1) Nabi Natan pasti telah lama menanti perintah Tuhan untuk menegur Daud.
Pulpit Commentary: “We may feel sure that Nathan had long grieved over David’s fall, and reflected upon the steps which ought to be taken for his admonition. And now, in answer to prayer, the command came from Jehovah bidding him go and bear his testimony.” [= Kita bisa yakin bahwa Nathan telah lama berduka atas kejatuhan Daud dan merenungkan langkah-langkah yang seharusnya diambil untuk menegurnya. Dan sekarang, sebagai jawaban atas doa, datanglah perintah dari Tuhan yang menyuruhnya pergi dan memberikan kesaksiannya.] - hal 287.
Amsal 27:5-6 - “(5) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. (6) Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”.
Tetapi mengapa Natan baru menegur sekarang, setelah Daud hidup dalam dosa sekitar 1 tahun? Tuhan yang baru memerintahkan itu, dan Tuhan pasti menganggap saat itu saat yang paling tepat.
2) Keberanian nabi Natan untuk menegur seorang raja, seperti Daud, harus dipuji dan diteladani. Kebanyakan hamba Tuhan takut menegur orang gede / berkedudukan atau orang kaya.
3) Nabi Natan menggunakan taktik / strategi dalam menegur Daud, dengan memulainya dengan sebuah cerita.
Orang di sana senang dengan binatang peliharaan, tetapi anjing merupakan binatang haram, sehingga tempatnya digantikan oleh anak rusa, anak kambing atau anak domba (Pulpit Commentary, hal 287). Jadi cerita ini bukan sesuatu yang aneh, mengada-ada dan sebagainya.
Pulpit Commentary: “One of the most effectual means of convincing a man of sin is by setting it before him as existing in another person. ... Self-interest, passion, and prejudice, that darken a man’s view of his own sin, have comparatively little influence upon him when looking at the sin of another” [= Salah satu cara yang paling efektif untuk meyakinkan seseorang tentang dosanya adalah dengan menampilkan dosa tersebut seolah-olah ada pada orang lain. ... Kepentingan pribadi, nafsu, dan prasangka yang menggelapkan pandangan seseorang terhadap dosanya sendiri, memiliki pengaruh yang relatif kecil kepadanya ketika dia melihat dosa orang lain.] - hal 305.
Matthew Henry: “He had many wives and concubines, whom he kept at a distance, as rich men keep their flocks in their fields. Had he had but one, and had she been dear to him, as the ewe-lamb was to its owner, had she been dear to him as the loving hind and the pleasant roe, her breasts would have satisfied him at all times, and he would have looked no further, Prov. 5:19. Marriage is a remedy against fornication, but marrying many is not; for, when once the law of unity is transgressed, the indulged lust will hardly stint itself.” [= Daud memiliki banyak istri dan selir, yang dia jaga dari kejauhan, seperti orang kaya yang menjaga kawanan ternaknya di ladang. Seandainya dia hanya memiliki satu istri, dan dia sangat berharga baginya, seperti anak domba betina bagi pemiliknya, dan jika dia begitu berharga baginya seperti rusa betina yang penuh kasih dan kijang yang manis, maka dia akan puas dengan cinta istrinya dan tidak akan mencari yang lain (Amsal 5:19). Pernikahan adalah obat untuk melawan percabulan, tetapi memiliki banyak istri bukanlah solusinya; karena, ketika hukum kesatuan dilanggar, nafsu yang dituruti akan sulit untuk dibatasi.].
Amsal 5:18-19 - “(18) Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu: (19) rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.”.
Bdk. 1Kor 7:1-5,9 - “(1) Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, (2) tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. (3) Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. (4) Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. (5) Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. ... (9) Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.”.
Pulpit Commentary: “VI. The defensive attitude of impenitence. The elaborate simplicity of Nathan’s parable, in order to reach the conscience and heart of David, suggest to us the fact of a certain defensive attitude of David’s mind, which had to be broken down. It is a special weapon in a ‘holy war,’ designed to attack a peculiar line of defence. It is well known how men, when they have done a wrong, are on the qui vive lest the wrong should be detected and brought home to them; and the resources of reason, ingenuity, and cunning are employed to ward off any approach to the inner life.” [= VI. SIKAP DEFENSIF orang yang tidak bertobat. Kesederhanaan yang mendalam dari perumpamaan Natan, yang bertujuan untuk mencapai hati nurani dan hati Daud, menunjukkan kepada kita sikap fakta tentang suatu sikap defensif tertentu dalam pikiran Daud yang harus dihancurkan. Ini adalah senjata khusus dalam ‘perang kudus,’ yang dirancang untuk menyerang garis pertahanan yang khas. Telah diketahui bahwa ketika seseorang telah melakukan kesalahan, mereka sangat waspada / berjaga-jaga agar kesalahan tersebut tidak terdeteksi dan terungkap kepada mereka; dan sumber daya dari akal, kecerdikan, dan kepintaran digunakan untuk menghindari setiap pendekatan ke kehidupan batin mereka.].
Pulpit Commentary: “VII. The use of the good element in man. Nathan approached David in friendliness, recognizing him as a man generally mindful of his people, pitiful towards the poor and weak, and a lover of justice. He knew that there were still elements of good in the fallen saint. The great transgression had not obliterated all trace of the noble qualities of former days. Where these did not come in the way of the one selfish lust which had for the time gained dominion, they were not only cherished, but were at hand for expression when occasion required. In proportion as these could be strengthened and utilized, there would be hope of bringing them to bear, by a reflected light, on the one deed in which they had been suppressed. By a flank movement, and using a piece of history as the instrument, he hoped to turn the whole force of David’s better qualities on the cherished secret sin. It was an instance of a wise setting of one part of a man’s nature against another part, so that, by a sort of moral dynamic, the worse should be forced out. In dealing with men we ought to avail ourselves of their good qualities and bring them to bear on the removal of the bad. When Christ dealt with publicans and sinners he did not make a direct attack on their sins.” [= VII. PEMANFAATAN UNSUR BAIK DALAM DIRI MANUSIA. Natan mendekati Daud dengan sikap ramah, mengakui bahwa dia adalah orang yang umumnya memperhatikan rakyatnya, penuh belas kasihan terhadap orang miskin dan lemah, serta mencintai keadilan. Natan tahu bahwa masih ada unsur-unsur baik dalam diri orang kudus yang telah jatuh. Pelanggaran besar itu belum menghapus semua jejak kwalitas mulia dari masa lalu. Di mana kwalitas ini tidak bertentangan dengan nafsu egois yang untuk sementara waktu menguasai dirinya, mereka tidak hanya dipelihara tetapi juga siap untuk diekspresikan ketika kesempatan memerlukannya. Seiring dengan penguatan dan pemanfaatan unsur-unsur ini, akan ada harapan untuk memanfaatkan mereka, melalui cahaya yang dipantulkan, pada satu perbuatan yang telah ditekan tersebut. Melalui gerakan samping dan menggunakan sepotong sejarah sebagai alat, Natan berharap dapat mengarahkan seluruh kekuatan kwalitas baik Daud pada dosa tersembunyi yang dipelihara itu. Ini adalah contoh cerdik menempatkan satu bagian dari sifat manusia melawan bagian lainnya, sehingga, melalui semacam dinamika moral, yang lebih buruk dapat dipaksa keluar. Dalam berurusan dengan orang, kita seharusnya memanfaatkan kwalitas baik mereka dan menggunakannya untuk menghilangkan yang buruk. Ketika Kristus berurusan dengan pemungut cukai dan orang berdosa, Dia tidak menyerang dosa-dosa mereka secara langsung.].
Pulpit Commentary: “We should take warning from the instances in the Bible, and not presume on God’s silence, or think that, because we are left to pursue our own courses, it will always be so.” [= Kita seharusnya mengambil pelajaran dari contoh-contoh dalam Alkitab, dan tidak menganggap remeh kesenyapan Allah, atau berpikir bahwa, karena kita dibiarkan mengikuti jalan kita sendiri, keadaan itu akan selalu seperti itu.].
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali