(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tanggal 4 Agustus 2024, pk 09.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
II Samuel 11:1-27
daud dan batsyeba(3)
2Sam 11:1-27 - “(1) Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. (2) Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. (3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: ‘Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.’ (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya. (5) Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: ‘Aku mengandung.’ (6) Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: ‘Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku.’ Maka Yoab menyuruh Uria menghadap Daud. (7) Ketika Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keadaan Yoab dan tentara dan keadaan perang. (8) Kemudian berkatalah Daud kepada Uria: ‘Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu.’ Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja. (9) Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya. (10) Diberitahukan kepada Daud, demikian: ‘Uria tidak pergi ke rumahnya.’ Lalu berkatalah Daud kepada Uria: ‘Bukankah engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu?’ (11) Tetapi Uria berkata kepada Daud: ‘Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!’ (12) Kata Daud kepada Uria: ‘Tinggallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi.’ Jadi Uria tinggal di Yerusalem pada hari itu. (13) Keesokan harinya Daud memanggil dia untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya. (14) Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria. (15) Ditulisnya dalam surat itu, demikian: ‘Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.’ (16) Pada waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa. (17) Ketika orang-orang kota itu keluar menyerang dan berperang melawan Yoab, maka gugurlah beberapa orang dari tentara, dari anak buah Daud; juga Uria, orang Het itu, mati. (18) Kemudian Yoab menyuruh orang memberitahukan kepada Daud jalannya pertempuran itu. (19) Ia memerintahkan kepada suruhan itu, demikian: ‘Jika engkau sudah selesai mengabarkan jalannya pertempuran itu kepada raja, (20) dan jikalau raja menjadi geram dan berkata kepadamu: Mengapa kamu demikian dekat ke kota itu untuk berperang? Tidakkah kamu tahu, bahwa orang akan memanah dari atas tembok? (21) Siapakah yang menewaskan Abimelekh bin Yerubeset? Bukankah seorang perempuan menimpakan batu kilangan kepadanya dari atas tembok, sehingga ia mati di Tebes? Mengapa kamu demikian dekat ke tembok itu? - maka haruslah engkau berkata: Juga hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati.’ (22) Lalu pergilah suruhan itu dan sesampainya ia memberitahukan kepada Daud segala yang diperintahkan Yoab kepadanya. (23) Suruhan itu berkata kepada Daud: ‘Orang-orang itu lebih kuat dari pada kami dan keluar menyerang kami di padang. Tetapi kami mendesak mereka kembali sampai ke lobang pintu gerbang. (24) Pada waktu itu pemanah-pemanah menembak kepada hamba-hambamu dari atas tembok, sehingga beberapa dari hamba raja mati; juga hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati.’ (25) Kemudian berkatalah Daud kepada suruhan itu: ‘Beginilah kaukatakan kepada Yoab: Janganlah sebal hatimu karena perkara ini, sebab sudah biasa pedang makan orang ini atau orang itu. Sebab itu perhebatlah seranganmu terhadap kota itu dan runtuhkanlah itu. Demikianlah kau harus kuatkan hatinya!’ (26) Ketika didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. (27) Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.”.
VI) Batsyeba mengandung dan reaksi Daud terhadap hal itu (ay 5).
1) Ay 5: “Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: ‘Aku mengandung.’”.
Adam Clarke: “‘And the woman conceived.’ A proof of the observation on 2 Sam. 11:4; as that is the time in which women are most apt to conceive.” [= ‘Dan perempuan itu hamil.’ Sebuah bukti dari pengamatan tentang 2Sam 11:4; karena itu adalah waktu di mana wanita paling rentan untuk hamil.].
2) Kalau kehamilan ini diketahui orang, maka berdasarkan hukum Taurat, baik Daud maupun Batsyeba seharusnya dihukum mati.
Im 20:10 - “Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.”.
3) Daud berusaha menutupi kejahatannya (ay 6-13).
Ay 6-13: “(6) Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: ‘Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku.’ Maka Yoab menyuruh Uria menghadap Daud. (7) Ketika Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keadaan Yoab dan tentara dan keadaan perang. (8) Kemudian berkatalah Daud kepada Uria: ‘Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu.’ Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja. (9) Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya. (10) Diberitahukan kepada Daud, demikian: ‘Uria tidak pergi ke rumahnya.’ Lalu berkatalah Daud kepada Uria: ‘Bukankah engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu?’ (11) Tetapi Uria berkata kepada Daud: ‘Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!’ (12) Kata Daud kepada Uria: ‘Tinggallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi.’ Jadi Uria tinggal di Yerusalem pada hari itu. (13) Keesokan harinya Daud memanggil dia untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya.”.
Calvin: “Well, from that we must note that God holds the hearts of men (Prov. 21:1) - for if Uriah had not been prevented by the secret counsel of God, one could not have presumed that a man would abstain from his wife.” [= Dari hal itu kita harus memperhatikan bahwa Allah menguasai hati manusia (Amsal 21:1) - karena jika Uria tidak dicegah oleh rencana rahasia Allah, seseorang tidak akan bisa percaya bahwa seorang pria akan menahan diri dari istrinya.] - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 493.
Pulpit Commentary: “In their attempts at concealment men are wont to employ extraordinary ingenuity (1Sam 18:17-30), and to hide their base design under the cover of kindness (vers. 7-9). ... Although defeated, their attempts are usually repeated (ver. 13), but only to issue in greater disappointment, perplexity, and anxiety. The devices of sin are like a labyrinth, in which the sinner becomes more and more inextricably involved. They are like the meshes of a net, in which he becomes more and more hopelessly entangled.” [= Dalam upaya mereka untuk menyembunyikan, manusia cenderung menggunakan kecerdikan luar biasa (1Sam 18:17-30), dan menyembunyikan niat jahat mereka di balik sikap kebaikan (ay 7-9). ... Meskipun gagal, upaya mereka biasanya diulang (ay 13), tetapi hanya menghasilkan kekecewaan, kebingungan, dan kecemasan yang lebih besar. Tipu muslihat dosa seperti labirin, dalam mana si pendosa semakin terjerat tanpa bisa keluar. Mereka seperti jaring, dalam mana ia semakin tidak berdaya terjerat.] - hal 280.
The Biblical Illustrator: “There was the example of Uriah - so eminent a pattern of faithfulness to his duty as a soldier - of firm aversion even to lawful indulgences that might indispose him for the hardships of a soldier’s life, or be unsuitable in the comrade of brave, self-denying men.” [= Di sana ada contoh / teladan dari Uria - yang begitu menonjol dalam kesetiaan terhadap tugasnya sebagai seorang tentara - yang dengan tegas menolak bahkan kenikmatan yang sah yang mungkin membuatnya tidak siap menghadapi kesulitan hidup sebagai tentara, atau yang tidak pantas bagi seorang rekan tentara yang berani dan rela menyangkal diri.].
Calvin: “When David saw that he was frustrated, because Uriah did not want to sleep with his wife, he racked his brain, seeking time to accomplish what he had failed to obtain by his first suggestion. He tried him again and called him. Previously, ‘he had sent him a present to his house’ (2Sam 11:8). Now, ‘he called him to his table’ (2Sam 11:13). This already showed that God had unquestionably cast him down. By his own actions, David would show himself to be guilty, although he was trying to do the opposite. For sending a royal present would have seemed rather strange, and could have caused Uriah to feel some suspicion. In this, we see how God removes every vestige of prudence and discretion from those who live with a bad conscience.” [= Ketika Daud melihat bahwa ia gagal, karena Uria tidak mau tidur dengan istrinya, ia memutar otaknya, mencari waktu untuk mencapai apa yang ia gagal dapatkan dengan usulan pertamanya. Ia mencobanya lagi dan memanggilnya. Sebelumnya, ‘ia telah mengirimkan hadiah kepadanya ke rumahnya’ (2Sam 11:8). Sekarang, ‘ia memanggilnya ke mejanya’ (2Sam 11:13). Ini sudah menunjukkan bahwa Tuhan tanpa diragukan telah membuatnya tertekan. Dengan tindakannya sendiri, Daud menunjukkan dirinya bersalah, meskipun ia berusaha melakukan yang sebaliknya. Karena mengirimkan hadiah kerajaan akan tampak agak aneh, dan dapat membuat Uria merasa curiga. Dalam hal ini, kita melihat bagaimana Allah menghapus setiap jejak kebijaksanaan dan kehati-hatian dari mereka yang hidup dengan hati nurani yang buruk.] - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 494.
Calvin: “David’s great perplexity shows us that even kings cannot flee the torment with which God pursues all those who have offended him. ... No-one had accused David, but even while his sin was still unknown, he felt under pressure. Although he did not know exactly where he was in this matter, he began running in strange directions; first he would seek one way out, then another.” [= Kebingungan besar Daud menunjukkan kepada kita bahwa bahkan raja-raja tidak dapat melarikan diri dari siksaan dengan mana Allah mengejar semua orang yang telah membuatNya marah. ... Belum ada seorangpun yang menuduh Daud, tetapi meskipun dosanya masih belum diketahui, ia merasa tertekan. Meskipun ia tidak tahu persis di mana ia berada dalam masalah ini, ia mulai berlari ke arah yang aneh; pertama-tama ia mencari satu jalan keluar, lalu yang lain.] - ‘Sermons on 2 Samuel’, hal 494.
Pulpit Commentary: “what the narrative sets before us is not an endeavour to escape from God and his anger; it shows us rather that, as soon as the mind can collect itself after the indulgence in sin, it recognizes the possibility of men becoming acquainted with the deed done. ... The fear of man is a very potent influence. ... God knows all and judges all, and yet all effort is to keep man from knowing! Nothing is done Godward, except to harden the heart against him ... The knowledge that God knows and is angry counts for nothing. ... All thought is on man, and at any cost man must be kept in ignorance.” [= Apa yang disajikan dalam narasi ini bukanlah upaya untuk melarikan diri dari Allah dan kemarahanNya; melainkan menunjukkan bahwa, segera setelah pikiran dapat mengumpulkan dirinya setelah pemuasan dalam dosa, ia menyadari kemungkinan manusia mengetahui perbuatan yang telah dilakukan. ... Ketakutan terhadap manusia adalah pengaruh yang sangat kuat. ... Allah mengetahui segalanya dan menghakimi segalanya, namun semua usaha adalah untuk menjaga agar manusia tidak mengetahui! Tidak ada yang dilakukan terhadap Allah, kecuali mengeraskan hati terhadapNya ... Pengetahuan bahwa Allah tahu dan marah tidak berarti apa-apa. ... Semua pikiran tertuju kepada manusia, dan dengan segala cara manusia harus dijaga dalam ketidaktahuan.] - hal 272,273.
Matthew Henry: “The reason he gave to David for this strange instance of self-denial and mortification was very noble, v. 11. While the army was encamped in the field, he would not lie at ease in his own house. ... The consideration of the public hardships and hazards kept Uriah from lawful pleasures, yet could not keep David, though more nearly interested, from unlawful ones. Uriah’s severity to himself should have shamed David for his indulgence of himself.” [= Alasan yang dia berikan kepada Daud untuk contoh aneh penyangkalan diri dan penyiksaan diri ini sangat mulia, ay 11. Sementara tentara berkemah di lapangan, dia tidak mau beristirahat dengan nyaman di rumahnya sendiri. ... Pertimbangan tentang kesulitan dan bahaya publik membuat Uria menjauhi kesenangan yang sah, namun tidak bisa membuat Daud, meskipun lebih berkepentingan, menjauhi yang tidak sah. Kekerasan Uria terhadap dirinya sendiri seharusnya membuat Daud malu atas pemuasannya terhadap dirinya sendiri.].
Teladan Uriah ini seharusnya menyadarkan Daud, tetapi ternyata tidak. Sekarang ia berusaha membuat Uria mabuk (ay 13a).
Matthew Henry: “It is a very wicked thing, upon any design whatsoever, to make a person drunk. Woe to him that does so, Hab. 2:15-16. God will put a cup of trembling into the hands of those who put into the hands of others the cup of drunkenness. Robbing a man of his reason is worse than robbing him of his money, and drawing him into sin worse than drawing him into any trouble whatsoever.” [= Adalah hal yang sangat jahat, dengan alasan apapun, untuk membuat seseorang mabuk. Celakalah dia yang melakukannya, Hab 2:15-16. Tuhan akan memberikan cawan gemetar ke tangan mereka yang memberikan cawan kemabukan kepada orang lain. Merampas akal seseorang lebih buruk daripada merampas uangnya, dan menariknya ke dalam dosa lebih buruk daripada menariknya ke dalam masalah apapun.].
Hab 2:15 - “Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya.”.
Calvin: “Uriah was not literally drunk, but this word ‘drunk’ is used figuratively in Scripture to describe all banquets where men have drunk more than usual, although they have eaten soberly. Now in a banquet, one certainly drinks much more than ordinary, and yet one is still sober. ... what was the drunkenness of Uriah really like? He stayed away from his wife, as he did the previous night. If he had been literally drunk, it is certain that he would not have done that, and would not have been able to abstain from going to his wife.” [= Uria tidak benar-benar mabuk, tetapi kata ‘mabuk’ ini digunakan secara kiasan dalam Kitab Suci untuk menggambarkan semua perjamuan di mana orang telah minum lebih banyak dari biasanya, meskipun mereka telah makan dengan waras. Dalam suatu perjamuan, seseorang pasti minum jauh lebih banyak dari biasanya, namun tetap waras. ... bagaimana sebenarnya mabuknya Uria? Dia tetap menjauhi istrinya, seperti yang dia lakukan pada malam sebelumnya. Jika dia benar-benar mabuk, pastinya dia tidak akan melakukan hal itu, dan tidak akan bisa menahan diri untuk tidak pergi ke istrinya.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 500,501,502.
4) Usaha terakhir Daud adalah membunuh Uria (ay 14-15).
Ay 14-15: “(14) Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria. (15) Ditulisnya dalam surat itu, demikian: ‘Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.’”.
Calvin: “Now who thinks that he is strong enough to make himself stand, when David stumbled? It is not a question of flattering ourselves, no matter how many favours God has bestowed upon us. Instead, let us be even more careful to cling to the good and to be content with it. Even this will not come from our own virtue, but we must be fortified from elsewhere. All our strength, therefore, lies in recognising our weakness, and in having our refuge in God, so that we might rely upon his help.” [= Sekarang siapa yang berpikir bahwa dia cukup kuat untuk membuat dirinya berdiri, ketika Daud tersandung? Ini bukan soal memuji diri sendiri, tidak peduli berapa banyak anugerah yang telah Allah berikan kepada kita. Sebaliknya, mari kita lebih berhati-hati untuk berpegang pada kebaikan dan merasa puas dengannya. Bahkan ini tidak akan datang dari kebajikan kita sendiri, tetapi kita harus dikuatkan dari tempat lain. Oleh karena itu, semua kekuatan kita terletak pada kesadaran akan kelemahan kita, dan dalam mencari perlindungan pada Allah, agar kita bisa mengandalkan pertolonganNya.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 502.
Calvin: “we see how David was hardened in his evil. For when he had seen that Joab had killed Abner, he had protested: ‘May this return on his own head and on his descendants, and may this murder not be imputed to me, but may I be found innocent’ (2Sam 3:28-29). Well now, what should he say concerning the death of Uriah? ... this time it is David who is the murderer, indeed, a traitor, but not towards an enemy - unlike Joab, whose reason for killing Abner was to avenge the death of his brother. ... Here we see that when sinners are hardened, they lose their sensitivity to good and evil, like someone stupid. ... If this happened to David, who was such an excellent man, what will it be with us?” [= Kita melihat bagaimana Daud menjadi keras hati dalam kejahatannya. Ketika dia mengetahui bahwa Yoab telah membunuh Abner, dia telah memprotes: ‘Semoga ini kembali ke kepalanya sendiri dan keturunannya, dan semoga pembunuhan ini tidak dianggap sebagai tanggung jawabku, tetapi semoga aku ditemukan tidak bersalah’ (2Sam 3:28-29). Sekarang, apa yang harus dia katakan tentang kematian Uria? ... Kali ini Daud adalah pembunuh, bahkan, seorang pengkhianat, tetapi bukan terhadap musuh - berbeda dengan Yoab, yang alasan membunuh Abner adalah untuk membalas kematian saudaranya. ... Di sini kita melihat bahwa ketika pendosa-pendosa menjadi keras hati, mereka kehilangan kepekaan terhadap kebaikan dan kejahatan, seperti seseorang yang bodoh. ... Jika ini terjadi pada Daud, yang merupakan orang yang sangat luar biasa, bagaimana dengan kita?] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 506.
2Sam 2:17-23 - “(17) Pada hari itu pertempuran sangat hebat, dan Abner serta orang-orang Israel terpukul kalah oleh anak buah Daud. (18) Ketiga anak laki-laki Zeruya, yakni Yoab, Abisai dan Asael ada di sana; Asael cepat larinya seperti kijang di padang. (19) Asael mengejar Abner dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dalam membuntutinya. (20) Lalu Abner berpaling ke belakang dan bertanya: ‘Engkaukah itu Asael?’ Jawabnya: ‘Ya, aku.’ (21) Kemudian berkatalah Abner kepadanya: ‘Menyimpanglah ke kiri atau ke kanan, tangkaplah salah seorang dari orang-orang muda itu dan ambillah senjatanya.’ Tetapi Asael tidak mau berhenti membuntuti Abner. (22) Berkatalah sekali lagi Abner kepada Asael: ‘Berhentilah membuntuti aku. Apa aku harus memukul engkau sampai jatuh? Bagaimana aku dapat memandang muka Yoab, abangmu itu?’ (23) Tetapi Asael menolak berhenti. Lalu Abner menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombaknya, sehingga tombak itu menembus belakangnya; dan rebahlah ia di sana dan mati di tempat itu juga. Semua orang yang datang ke tempat Asael rebah dan mati itu, berhenti di sana.”.
2Sam 3:17-39 - “(17) Sementara itu berundinglah Abner dengan para tua-tua orang Israel, katanya: ‘Telah lama kamu menghendaki Daud menjadi raja atas kamu. (18) Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’ (19) Abner berbicara dengan orang Benyamin; pula Abner pergi membicarakan dengan Daud di Hebron segala yang sudah dipandang baik oleh orang Israel dan oleh seluruh kaum Benyamin. (20) Ketika Abner datang kepada Daud di Hebron bersama-sama dua puluh orang, maka Daud mengadakan perjamuan bagi Abner dan orang-orang yang menyertainya. (21) Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’ Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat. (22) Anak buah Daud dan Yoab baru saja pulang setelah mengadakan penggerebekan dan mereka membawa pulang jarahan yang banyak. Tetapi Abner tidak lagi bersama-sama Daud di Hebron, sebab ia telah dilepasnya pergi dengan selamat. (23) Ketika Yoab bersama dengan segenap tentaranya sudah pulang, diberitahukan kepada Yoab, demikian: ‘Abner bin Ner telah datang kepada raja dan ia sudah dibiarkannya pergi dengan selamat.’ (24) Kemudian pergilah Yoab kepada raja, katanya: ‘Apakah yang telah kauperbuat? Abner telah datang kepadamu; mengapa engkau membiarkannya begitu saja? (25) Apakah engkau tidak kenal Abner bin Ner itu. Ia datang untuk memperdaya engkau dan untuk mengetahui gerak-gerikmu dan untuk mengetahui segala yang hendak kaulakukan.’ (26) Sesudah itu keluarlah Yoab meninggalkan Daud dan menyuruh orang menyusul Abner, lalu mereka membawanya kembali dari perigi Sira tanpa diketahui Daud. (27) Ketika Abner kembali ke Hebron, maka Yoab membawanya sebentar ke samping di tengah-tengah pintu gerbang itu, seakan-akan hendak berbicara dengan dia dengan diam-diam; kemudian ditikamnyalah dia di sana pada perutnya, sehingga mati, membalas darah Asael, adiknya. (28) Ketika hal itu didengar Daud kemudian, berkatalah ia: ‘Aku dan kerajaanku tidak bersalah di hadapan TUHAN sampai selama-lamanya terhadap darah Abner bin Ner itu. (29) Biarlah itu ditanggung oleh Yoab sendiri dan seluruh kaum keluarganya. Biarlah dalam keturunan Yoab tidak putus-putusnya ada orang yang mengeluarkan lelehan, yang sakit kusta, yang bertongkat, yang tewas oleh pedang atau yang kekurangan makanan.’ (30) Demikianlah Yoab dan Abisai, adiknya, membunuh Abner, karena ia telah membunuh Asael, adik mereka, di Gibeon dalam pertempuran. (31) Dan berkatalah Daud kepada Yoab dan kepada segala rakyat yang bersama-sama dengan dia: ‘Koyakkanlah pakaianmu dan lilitkanlah pada tubuhmu kain kabung dan merataplah di depan mayat Abner.’ Raja Daud sendiripun berjalan di belakang usungan mayat. (32) Ketika orang menguburkan Abner di Hebron, maka menangislah raja dengan suara nyaring pada kubur Abner dan seluruh rakyatpun menangis. (33) Karena Abner raja mengucapkan nyanyian ratapan ini: ‘Apakah Abner harus mati seperti orang bebal? (34) Tanganmu tidak terikat dan kakimu tidak dirantai. Engkau gugur seperti orang gugur oleh orang-orang durjana.’ Dan seluruh rakyat itu makin menangis karena dia. (35) Seluruh rakyat datang menawarkan kepada Daud untuk makan roti selagi hari siang, tetapi Daud bersumpah, katanya: ‘Kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika sebelum matahari terbenam aku mengecap roti atau apapun.’ (36) Ketika seluruh rakyat melihat hal itu, mereka menganggap hal itu baik, seperti segala sesuatu yang dilakukan raja dianggap baik oleh seluruh rakyat. (37) Maka tahulah seluruh rakyat dan seluruh Israel pada hari itu, bahwa pembunuhan Abner bin Ner bukanlah rancangan raja. (38) Kemudian berkatalah raja kepada para pegawainya: ‘Tidak tahukah kamu, bahwa pada hari ini gugur seorang pemimpin, seorang besar, di Israel? (39) Tetapi aku ini sekarang masih lemah, sekalipun sudah diurapi menjadi raja, sedang orang-orang itu, yakni anak-anak Zeruya, melebihi aku dalam kekerasan. Kiranya TUHAN membalas kepada orang yang berbuat jahat setimpal dengan kejahatannya.’”.
Pulpit Commentary: “He sent back the unsuspicious warrior to Rabbah, to Joab, with a letter, which, under the name of ‘Uriah’s letter,’ has become notorious throughout the world. It was written with the same pen with which the sweet psalmist had written his psalms” [= Dia mengirim kembali pejuang yang tidak curiga itu ke Raba, kepada Yoab, dengan sebuah surat, yang, dengan nama ‘surat Uria,’ telah menjadi terkenal (secara buruk) di seluruh dunia. Surat itu ditulis dengan pena yang sama dengan yang digunakan oleh pemazmur yang manis untuk menulis mazmur-mazmurnya.] - hal 280.
Keil & Delitzsch: “We may see from this how deep a soul may fall when it turns away from God, and from the guidance of His grace. This David, who in the days of his persecution would not even resort to means that were really plausible in order to defend himself, was now not ashamed to resort to the greatest crimes in order to cover his sin. O God! how great is our strength when we lay firm hold of Thee! And how weak we become as soon as we turn away from Thee! The greatest saints would be ready for the worst of deeds, if Thou shouldst but leave them for a single moment without Thy protection. Whoever reflects upon this, will give up all thought of self-security and spiritual pride.” [= Kita dapat melihat dari sini betapa dalamnya jiwa bisa jatuh ketika berpaling dari Allah dan dari bimbingan kasih karuniaNya. Daud ini, yang pada masa penganiayaannya tidak mau menggunakan cara yang sebenarnya mungkin untuk membela dirinya, kini tidak malu untuk melakukan kejahatan terbesar untuk menutupi dosanya. Ya Allah! Betapa besar kekuatan kita ketika kita memegang teguh Engkau! Dan betapa lemah kita menjadi begitu kita berpaling dariMu! Orang-orang kudus yang paling agungpun akan siap untuk melakukan perbuatan terburuk, jika Engkau meninggalkan mereka hanya untuk satu saat tanpa perlindunganMu. Barangsiapa yang merenungkan hal ini, akan melepaskan semua pikiran tentang keamanan diri dan kesombongan rohani.].
Daud memang mempunyai 2x kesempatan untuk membunuh Saul, tetapi ia menahan dirinya karena tahu bahwa Saul adalah Raja yang diurapi Tuhan. Camkan: pintu yang terbuka belum tentu datang dari Tuhan!
1Sam 24:2-7 - “(2) Ketika Saul pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah kepadanya, demikian: ‘Ketahuilah, Daud ada di padang gurun En-Gedi.’ (3) Kemudian Saul mengambil tiga ribu orang yang terpilih dari seluruh orang Israel, lalu pergi mencari Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing Hutan. (4) Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, tetapi Daud dan orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu. (5) Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: ‘Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.’ Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. (6) Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; (7) lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: ‘Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.’”.
1Sam 26:3-12 - “(3) Berkemahlah Saul di bukit Hakhila yang di tepi jalan di padang belantara, sedang Daud tinggal di padang gurun. Ketika diketahui Daud, bahwa Saul datang mengikuti dia ke padang gurun, (4) disuruhnyalah pengintai-pengintai, maka diketahuinyalah, bahwa Saul benar-benar datang. (5) Berkemaslah Daud, lalu sampai ke tempat Saul berkemah. Waktu Daud melihat tempat Saul berbaring dengan Abner bin Ner, panglima tentaranya, - Saul berbaring di tengah-tengah perkemahan, sedang rakyat berkemah sekelilingnya - (6) berbicaralah Daud kepada Ahimelekh, orang Het itu, dan kepada Abisai, anak Zeruya, saudara Yoab, katanya: ‘Siapa turun bersama-sama dengan aku kepada Saul ke tempat perkemahan itu?’ Jawab Abisai: ‘Aku turun bersama-sama dengan engkau.’ (7) Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya. (8) Lalu berkatalah Abisai kepada Daud: ‘Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini, dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali.’ (9) Tetapi kata Daud kepada Abisai: ‘Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?’ (10) Lagi kata Daud: ‘Demi TUHAN yang hidup, niscaya TUHAN akan membunuh dia: entah karena sampai ajalnya dan ia mati, entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana. (11) Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi.’ (12) Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi itu dari sebelah kepala Saul, lalu mereka pergi. Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang mengetahuinya, tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur, karena TUHAN membuat mereka tidur nyenyak.”.
Matthew Henry: “David has sinned, and Bath-sheba has sinned, and both against him, and therefore he must die; David determines he must. Is this the man whose heart smote him because he had cut off Saul’s skirt? Quantum mutatus ab illo! - But ah, how changed! Is this he that executed judgment and justice to all his people? How can he now do so unjust a thing? See how fleshly lusts war against the soul, and what devastations they make in that war; how they blink the eyes, harden the heart, sear the conscience, and deprive men of all sense of honour and justice. Whoso committeth adultery with a woman lacketh understanding and quite loses it; he that doth it destroys his own soul, Prov. 6:32.” [= Daud telah berdosa, dan Batsyeba telah berdosa, dan keduanya melawan dia, dan karena itu dia harus mati; Daud memutuskan bahwa dia harus mati. Inikah orang yang hatinya merasa tertekan karena telah memotong ujung jubah Saul? Betapa berubahnya dia! - Tapi ah, betapa berubah! Inikah orang yang menegakkan hukum dan keadilan bagi seluruh rakyatnya? Bagaimana mungkin dia sekarang melakukan sesuatu yang tidak adil / tidak benar seperti itu? Lihatlah bagaimana nafsu daging melawan jiwa, dan kerusakan apa yang mereka buat dalam peperangan itu; bagaimana mereka mengedipkan mata, mengeraskan hati, membakar hati nurani, dan merampas semua rasa kehormatan dan keadilan. Barangsiapa berzinah dengan seorang wanita, kurang pengertian dan benar-benar kehilangan pengertian; dia yang melakukannya menghancurkan jiwanya sendiri, Amsal 6:32.].
Amsal 6:32 - “Siapa melakukan zinah tidak berakal budi; orang yang berbuat demikian merusak diri.”.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Set ye Uriah in the fore front of the hottest battle.’ The various arts and stratagems by which the king tried to cajole Uriah, until at last he resorted to the horrid crime of murder, the cold-blooded cruelty of despatching the letter by the hands of the gallant but much-wronged soldier himself, the enlistment of Joab to be a partaker of his sin, the heartless affectation of mourning, and the indecent haste of his marriage with Bath-sheba, have left an indelible stain upon the character of David, and exhibit a painfully humiliating proof of the awful lengths to which the best of men may go when they want the restraining grace of God.” [= ‘Tempatkan Uria di garis depan pertempuran yang paling sengit.’ Berbagai seni dan strategi yang digunakan raja untuk membujuk Uria, sehingga pada akhirnya ia menggunakan strategi kriminil yang mengerikan berupa pembunuhan, kekejaman berdarah dingin mengirimkan surat melalui tangan tentara yang gagah berani namun sangat dirugikan itu sendiri, tindakan melibatkan Yoab untuk mengambil bagian dari dosanya, kepura-puraan yang tidak berperasaan saat berkabung, dan sikap terburu-buru yang tidak tepat dalam pernikahannya dengan Batsyeba, telah meninggalkan noda yang tak terhapuskan pada karakter Daud, dan menunjukkan bukti yang menyakitkan tentang betapa jauh langkah yang dapat diambil oleh orang-orang terbaik ketika mereka tidak mendapatkan kasih karunia Allah yang menahan / mengekang.].
Matthew Henry: “Adulteries have often occasioned murders, and one wickedness must be covered and secured with another. The beginnings of sin are therefore to be dreaded; for who knows where they will end? It is resolved in David’s breast (which one would think could never possibly have harboured so vile a thought) that Uriah must die. That innocent, valiant, gallant man, who was ready to die for his prince’s honour, must die by his prince’s hand.” [= Perzinahan sering kali mengakibatkan pembunuhan, dan satu kejahatan harus ditutupi dan diamankan dengan kejahatan lainnya. Karena itu awal mula dosa harus ditakuti; sebab siapa yang tahu dimana mereka akan berakhir? Diputuskan dalam dada Daud (yang orang pikirkan tidak mungkin menyembunyikan pikiran sejahat itu) bahwa Uria harus mati. Orang yang tidak bersalah, berani, dan gagah itu, yang siap mati demi kehormatan rajanya, harus mati di tangan rajanya.].
Nanti akan terlihat bahwa dalam pelaksanaan dari perintah ini, bukan hanya Uria yang mati dibunuh, tetapi juga beberapa orang lain yang tak bersalah. Jadi Daud bukan hanya melakukan pembunuhan terhadap Uria, tetapi juga terhadap orang-orang yang lain ini.
Pulpit Commentary: “as is often the case, the sins which followed were worse than those which prepares the way. Vice begins as a small stream trickling through the opposing dam, but it quickly breaks down all moral and straints, and rushes along like a destroying flood.” [= Seperti sering terjadi, dosa-dosa yang mengikuti biasanya lebih buruk daripada dosa-dosa yang mempersiapkan jalan. Keburukan dimulai sebagai aliran kecil yang merembes melalui bendungan yang menahan, tetapi dengan cepat meruntuhkan semua pembatas moral dan melaju seperti suatu banjir yang merusak.] - hal 288.
Kita harus melihat dua sisi dari kehidupan Daud!
The Biblical Illustrator: “Justice requires also that we should contrast his murder and adultery with the splendid actions of his life. ‘David,’ says the sacred historian (1 Kings 15:5) ‘did that which was right in the eyes of the Lord, and turned not aside from any thing that he commanded him all the days of his life, save only in the matter of Uriah the Hittite.’” [= Keadilan juga menuntut agar kita membandingkan pembunuhan dan perzinahan yang dilakukannya dengan tindakan-tindakan gemilang dalam hidupnya. ‘Daud,’ kata sejarawan suci (1Raja 15:5), ‘melakukan apa yang benar di mata Tuhan, dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkanNya sepanjang hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het.’].
1Raja 15:5 - “karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkanNya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.”.
Mengapa yang disebut adalah Uriah, bukan Batsyeba? Jelas karena pembunuhan merupakan dosa yang lebih hebat dari perzinahan.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali