Pemahaman
Alkitab
(Rungkut Megah
Raya, blok D no 16)
Rabu, tanggal
23 November 2011, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331
/ 6050-1331)
II Petrus 3:1-18(9)
Langit dan bumi
akan dimusnahkan dan lalu diciptakan yang baru, atau hanya diperbaharui?
Ay 10-13: “(10)
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti
pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan
unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di
atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur
secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu
yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit
akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13)
Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang
baru, di mana terdapat kebenaran”.
1)
Arti dari ‘langit’ dan ‘bumi’ (ay 10).
Tentang
arti dari kata ‘bumi’ tak ada masalah. Artinya memang adalah ‘bumi’,
mungkin mencakup segala sesuatu yang ada di dalamnya / di atasnya.
Tetapi
apa arti dari kata ‘langit’? Perlu diketahui bahwa berbeda dengan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris dimana ada perbedaan antara kata langit / sky
dengan kata surga / heaven, maka baik
dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani kedua kata itu adalah sama. Dalam
bahasa Ibrani digunakan kata Syamayim,
dan dalam bahasa Yunani digunakan kata OURANOS, untuk menyatakan kedua kata itu
(‘langit’ dan ‘surga’). Jadi dalam menterjemahkan kata-kata Ibrani dan
Yunani itu ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kontext
harus menentukan apakah kita harus memilih langit / sky
atau surga / heaven.
Dalam
2Pet 3:10-13 ini kata ‘langit’ berasal dari kata Yunani OURANOS, dan jelas
tidak boleh diartikan heaven / surga, tetapi harus diartikan sky / langit!
Bible
Knowledge Commentary: “‘the
heavens’ (the earth’s atmosphere and the starry sky, not God’s abode)” [= ‘Surga’ (atmosfir dari bumi dan langit dengan
bintang-bintang, bukan tempat tinggal Allah)].
Barnes’
Notes:
“‘In
the which the heavens shall pass away with a great noise.’ That is, what seems
to US to be the heavens. It cannot mean that the holy home where God dwells will
pass away” (= ‘Pada
hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat’. Yaitu, apa yang
kelihatan bagi KITA sebagai surga. Itu tidak bisa berarti bahwa rumah kudus
dimana Allah tinggal akan berlalu).
Anthony
A. Hoekema: “The expression ‘heaven and earth’ should be understood as
a biblical way of designating the entire universe” (= Ungkapan ‘langit
dan bumi’ harus dimengerti sebagai suatu cara Alkitabiah untuk menunjuk pada
seluruh alam semesta) - ‘The Bible and The Future’, hal 279.
Kalau
dilihat sepintas dari kata-kata dalam ay 10-13 di atas, maka jelas
bahwa langit dan bumi yang sekarang ini akan dimusnahkan. Tetapi kalau kita
membaca buku-buku tafsiran, ternyata bagian ini menimbulkan suatu perdebatan
yang luar biasa hebatnya, dan sangat membingungkan.
Ada
4 kelompok penafsir berkenaan dengan hal ini:
a)
Penafsir-penafsir yang secara meyakinkan berpandangan bahwa langit dan
bumi tidak dimusnahkan, tetapi hanya diperbaharui.
Dasar
Alkitab yang digunakan kelompok ini:
1.
Membandingkan ay 10-13 dengan ay 6.
Ay
6,10-13 - “(6) dan bahwa oleh air itu,
bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. .... (10)
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap
dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api,
dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika
segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu
harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari
Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan
hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan
langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”.
Dalam
ay 6, yang membicarakan penghancuran dunia pada jaman Nuh, kata ‘binasa’
tidak berarti ‘musnah’, tetapi hanya diperbaharui. Maka dalam ay 10-13
juga harus diartikan demikian.
Jawab:
a.
Kalau dalam ay 6 artinya ‘diperbaharui’, tidak berarti dalam ay 10-13
artinya juga harus demikian.
b.
Kata Yunani yang digunakan dalam ay 6 (yang diterjemahkan ‘binasa’ maupun ‘dimusnahkan’)
tidak muncul dalam ay 10-13. Dalam ay 10-13 digunakan kata-kata Yunani
yang berbeda.
2.
Kis 3:21 - “Kristus itu harus
tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang
difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu”.
Ayat
ini jelas menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, dan menyebutnya
sebagai ‘waktu pemulihan segala sesuatu’. Kata ‘pemulihan’ jelas
menunjuk pada pembaharuan, bukan pemusnahan yang lalu disusul oleh penciptaan
kembali.
Jawab:
Apa arti dari ‘segala sesuatu’?
Apakah betul-betul segala sesuatu dalam arti yang mutlak? Calvin dan Adam Clarke
sama-sama mengarahkan ini hanya pada pengudusan manusia yang berdosa (yang
percaya). Kalau kata-kata ‘segala sesuatu’ mau diartikan secara mutlak,
harus dipertanyakan: kalau begitu ungkapan itu di sini juga mencakup Iblis dan
setan-setan? Mustahil, bukan? Bahkan orang-orang yang tidak percaya juga tidak
diperbaharui, apalagi Iblis dan setan-setan.
Kalau
kata-kata ‘segala sesuatu’ hanya mencakup manusia yang percaya, maka jelas
ayat ini tak bisa digunakan untuk menunjuk pada pemulihan alam semesta.
3.
Ro 8:19-23 - “(19) Sebab dengan
sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.
(20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan
oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
(21) tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan
dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan
anak-anak Allah. (22) Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk
sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. (23) Dan bukan hanya
mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga
mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu
pembebasan tubuh kita”.
Catatan:
dalam ay 19,20,21 KJV menterjemahkan ‘the
creature’ (= makhluk ciptaan), tetapi RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV menterjemahkan
‘the creation’ (= ciptaan). Tetapi
dalam ay 22 semuanya menterjemahkan ‘the
whole creation’ (= seluruh ciptaan).
Inti
dari penggunaan text ini oleh kelompok ini adalah sebagai berikut: Text ini
menunjukkan bahwa karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka bukan hanya
manusia yang menjadi rusak, tetapi semua ciptaan yang lain juga mengalami efek
negatif dari jatuhnya manusia ke dalam dosa. Dan text ini juga menunjukkan bahwa
sama seperti orang-orang percaya / anak-anak Allah menderita dan menantikan
pembaharuan, demikian juga dengan semua makhluk ciptaan yang lain. Jadi, kalau
manusia (yang percaya) akan diperbaharui, demikian juga semua ciptaan yang lain,
termasuk alam semesta.
Calvin (tentang Ro
8:21): “It is then indeed meet
for us to consider what a dreadful curse we have deserved, since all created
things in themselves blameless, both on earth and in the visible heaven, undergo
punishment for our sins; for it has not happened through their own fault, that
they are liable to corruption. Thus the condemnation of mankind is imprinted on
the heavens, and on the earth, and on all creatures. It hence also appears to
what excelling glory the sons of God shall be exalted; for all creatures shall
be renewed in order to amplify it, and to render it illustrious” (= Maka
merupakan hal yang pantas bagi kita untuk mempertimbangkan / merenungkan kutuk
menakutkan yang bagaimana yang kita layak dapatkan, karena semua hal-hal /
benda-benda ciptaan yang dalam dirinya sendiri tidak bersalah, baik di bumi dan
di surga / langit yang kelihatan, mengalami hukuman untuk dosa-dosa kita; karena
itu tidak terjadi melalui kesalahan mereka sendiri, sehingga mereka menjadi
dapat terkena kerusakan. Demikianlah hukuman / kutukan umat manusia ditandai di
surga / langit, dan di bumi, dan di semua makhluk ciptaan. Maka juga terlihat
pada kemuliaan unggul yang bagaimana anak-anak Allah akan ditinggikan; karena
semua makhluk ciptaan akan diperbaharui untuk memperkuat / memperjelasnya, dan
membuatnya sangat jelas).
Matthew
Henry: “The
sense of the apostle in these four verses we may take in the following
observations: - (1.) That there is a present vanity to which the creature, by
reason of the sin of man, is made subject, v. 20.
When man sinned, the ground was cursed for man’s sake, and with it all the
creatures (especially of this lower world, where our acquaintance lies) became
subject to that curse, became mutable and mortal. Under the bondage of
corruption, v. 21. There is an impurity, deformity, and infirmity, which the
creature has contracted by the fall of man: the creation is sullied and
stained, much of the beauty of the world gone. There is an enmity of one
creature to another; they are all subject to continual alteration and decay of
the individuals, liable to the strokes of God’s judgments upon man.
When the world was drowned, and almost all the creatures in it, surely then it
was subject to vanity indeed. The whole species of creatures is designed for,
and is hastening to, a total dissolution by fire. And it is not the least part
of their vanity and bondage that they are used, or abused rather, by men as
instruments of sin. The creatures are often abused to the dishonour of their
Creator, the hurt of his children, or the service of his enemies. When the
creatures are made the food and fuel of our lusts, they are subject to vanity,
they are captivated by the law of sin. And this not willingly, not of their
own choice. All the creatures desire their own perfection and consummation;
when they are made instruments of sin it is not willingly. Or, They are thus
captivated, not for any sin of their own, which they had committed, but for
man’s sin: By reason of him who hath subjected the same. Adam did it
meritoriously; the creatures being delivered to him, when he by sin delivered
himself he delivered them likewise into the bondage of corruption. God did it
judicially; he passed a sentence upon the creatures for the sin of man, by
which they became subject. And this yoke (poor creatures) they bear in hope
that it will not be so always. Ep elpidi hoti kai, &c. - in
hope that the creature itself; so many Greek copies join the words. We have
reason to pity the poor creatures that for our sin have become subject to
vanity. (2.) That the creatures groan and travail in
pain together under this vanity and corruption, v. 22. It is a figurative
expression. Sin is a burden to the whole creation; the sin of the Jews, in
crucifying Christ, set the earth a quaking under them. The idols were a burden
to the weary beast, Isa 46:1. There is a general outcry of the whole creation
against the sin of man: the stone crieth out of the wall (Hab 2:11), the land
cries, Job 31:38. (3.) That the creature, that is now thus burdened, shall, at
the time of the restitution of all things, be delivered from this bondage into
the glorious liberty of the children of God (v. 21) - they shall no more be
subject to vanity and corruption, and the other fruits of the curse; but, on
the contrary, this lower world shall be renewed: when there will be new
heavens there will be a new earth (2 Peter 3:13; Rev 21:1); and there shall be
a glory conferred upon all the creatures, which shall be (in the proportion of
their natures) as suitable and as great an advancement as the glory of the
children of God shall be to them. The fire at the last day shall be a
refining, not a destroying annihilating fire. ... (4.) That the
creature doth therefore earnestly expect and wait for the manifestation
of the children of God, v. 19. Observe, At the second coming of Christ there
will be a manifestation of the children of God. Now the saints are
God’s hidden ones, the wheat seems lost in a heap of chaff; but then they
shall be manifested. It does not yet appear what we
shall be (1 John 3:2), but then the glory shall be revealed. The children of
God shall appear in their own colours. And this redemption of the creature is
reserved till then; for, as it was with man and for man that they fell
under the curse, so with man and for man they shall be delivered. All the
curse and filth that now adhere to the creature shall be done away then when
those that have suffered with Christ upon earth shall reign with him upon the
earth. This the whole creation looks and longs for; and it may serve as a
reason why now a good man should be merciful to his beast”
(= ).
Catatan:
saya tidak memberikan terjemahan dari kata-kata Matthew Henry ini, karena
terlalu panjang dan intinya sama seperti inti yang sudah saya berikan di atas.
Jawab:
Text
ini adalah text yang sangat sukar, dan memungkinkan bermacam-macam penafsiran.
Matthew
Henry:
“This
observation in these verses has some difficulty in it, which puzzles
interpreters a little; and the more because it is a remark not made in any other
scripture, with which it might be compared”
(= Pengamatan / pandangan ini dalam
ayat-ayat ini mempunyai beberapa kesukaran di dalamnya, yang agak membingungkan
para penafsir; dan yang makin menyukarkan adalah karena itu merupakan suatu
kata-kata yang tidak digunakan di bagian lain manapun dari Kitab Suci, dengan
mana itu bisa dibandingkan).
Catatan:
bandingkan kata-kata ini dengan kata-kata Adam Clarke di bawah nanti yang
mengutip kata-kata Dr. Lightfoot, yang menunjukkan kesukaran dalam penafsiran
text ini.
Adam
Clarke memberikan penafsirannya dan juga penafsiran dari Dr. Lightfoot yang
menunjukkan bahwa text ini ternyata ditafsirkan secara sangat beraneka ragam
(khususnya berkenaan dengan kata-kata ‘seluruh makhluk’).
Adam
Clarke (tentang Ro 8:19):
“‘For
the earnest expectation of the creature.’ There is considerable difficulty in
this and the four following verses: and the difficulty lies chiefly in the meaning
of the word hee
ktisis, which we translate ‘the
creature,’ and ‘creation.’ Some think that by it the brute creation is
meant; others apply it to the Jewish people; others to the godly; others to the
Gentiles; others to the good angels; and others to the fallen spirits, both
angelic and human. Dissertations without end have been written on it; and it
does not appear that the Christian world are come to any general agreement on
the subject. Dr. Lightfoot’s mode of explanation appears to me to be the
best, on the whole. ‘There is,’ says he, ‘a twofold key hanging at this
place, which may unlock the whole, and make the sense plain and easy, 1. The
first is the phrase, pasa
hee ktisis, which we render ‘the
whole creation,’ Rom 8:22, and with which we meet twice elsewhere in the New
Testament. Mark 16:15: ‘Preach the Gospel,’ pasee
tee ktisei, ‘to every creature’;
and Col 1:23: ‘The Gospel was preached,’ en
pasee tee ktisei, ‘to
every creature.’ Now it is sufficiently apparent what is meant by pasa ktisis
in both of these places, namely, ‘all nations,’ or ‘the pagan world.’
For that which in Mark is, ‘preach the Gospel to every creature,’ is, in
Matt 28:19, ‘go and teach,’ panta
ta ethnee, ‘all nations.’ And this
very phrase in this place lays claim to that very interpretation. And the Hebrew
kol haberiyowt,
which corresponds to the Greek phrase, pasa
hee ktisis, ‘every creature,’ is applied by the Jews to the Gentiles,
and that by way of opposition to Israel”
(= ‘Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan’. Ada banyak
kesukaran dalam ayat ini dan 4 ayat berikutnya: dan kesukarannya terletak
terutama dalam arti dari kata HEE KTISIS, yang kita terjemahkan ‘makhluk
ciptaan’ dan ‘ciptaan’. Sebagian orang menganggap itu berarti ciptaan yang
tak berakal; yang lain menerapkannya kepada orang-orang Yahudi; yang lain pada
orang-orang saleh; yang lain kepada orang-orang non Yahudi; yang lain kepada
malaikat-malaikat yang baik; dan yang lain kepada roh-roh yang jatuh, baik
malaikat dan manusia. Disertasi tanpa akhir telah ditulis tentangnya; dan tak
terlihat bahwa dunia Kristen akan mencapai persetujuan umum apapun tentang pokok
ini. Secara keseluruhan, cara penjelasan Dr. Lightfoot bagi saya kelihatan
sebagai yang terbaik. Katanya, “Ada 2 kunci tergantung pada tempat ini, yang
bisa membuka seluruhnya, dan membuat artinya jelas / sederhana dan mudah, 1.
Yang pertama adalah ungkapan, pasa
hee ktisis, yang kita terjemahkan
‘seluruh ciptaan’, Ro 8:22, dan dengan mana kita bertemu 2 x di tempat lain
dalam Perjanjian Baru. Mark 16:15: ‘Beritakanlah Injil, pasee
tee ktisei, ‘kepada setiap
makhluk’; dan Kol 1:23: ‘Injil diberitakan,’ en
pasee tee ktisei,
‘kepada setiap makhluk.’ Adalah cukup jelas apa yang dimaksudkan dengan pasa
ktisis di kedua tempat ini, yaitu ‘semua bangsa’, atau ‘dunia orang
kafir’. Karena apa yang dalam Markus adalah ‘beritakanlah Injil kepada
setiap makhluk’ dalam Mat 28:19 adalah ‘pergilah dan ajarkanlah’, panta
ta ethnee, ‘semua bangsa’. Dan ungkapan ini di tempat
ini memberikan tuntutan pada penafsiran itu. Dan kata-kata Ibrani kol haberiyowt, yang sesuai dengan
ungkapan Yunani, pasa hee ktisis,
‘setiap makhluk’, diterapkan oleh orang-orang Yahudi kepada orang-orang non
Yahudi, dan itu dengan cara mempertentangkannya dengan Israel).
Barnes’
Notes (tentang Ro 8:19):
“‘Of
the creature tees ktiseoos’
Perhaps there is not a passage in the New Testament that has been deemed more
difficult of interpretation than this (Rom 8:19-23); and after all the labors
bestowed on it by critics, still there is no explanation proposed which
is perfectly satisfactory, or in which commentators concur”
[= ‘Tentang makhluk ciptaan TEES KTISEOOS’. Mungkin tak ada text dalam
Perjanjian Baru yang dianggap lebih sukar dari penafsiran text ini (Ro 8:19-23);
dan setelah semua jerih payah yang diberikan pada text ini oleh para pengkritik,
tetap di sana tidak ada penjelasan yang diusulkan yang memuaskan dengan
sempurna, atau dalam mana para penafsir setuju].
Karena
sukarnya text ini, dan adanya bermacam-macam penafsiran tentangnya, penggunaan
text ini sebagai dasar dari pembaharuan alam semesta, merupakan sesuatu yang
sangat meragukan.
4.
Tak pernah ada apapun yang Allah ciptakan, yang dihancurkan /
dimusnahkan.
Charles
Hodge:
“There
is no evidence, either from Scripture or experience, that any substance has ever
been annihilated. If force be motion, it may cease; but cessation of motion is
not annihilation, and the common idea in our day, among men of science, is that
no force is ever lost; it is, as they say, only transformed. However this may
be, it is a purely gratuitous assumption that any substance has ever passed out
of existence. In all the endless and complicated changes which have been going
on, from the beginning, in our earth and throughout the universe, nothing, so
far as known, has ever ceased to be. Of course He who creates can destroy; the
question, however, concerns the purpose, and not the power of God; and He has
never, either in his word or in his works, revealed his purpose to destroy
anything He has once created”
(= Tidak ada bukti, atau dari Kitab Suci atau pengalaman, bahwa ada zat apapun
yang pernah dimusnahkan. Jika kekuatan itu adalah gerakan, maka itu bisa
berhenti; tetapi perhentian dari gerakan bukanlah pemusnahan, dan gagasan umum
pada jaman kita, di antara orang-orang dari ilmu pengetahuan, adalah bahwa
kekuatan tidak pernah hilang; itu hanya, seperti kata mereka, diubah.
Bagaimanapun adanya, merupakan sesuatu yang semata-mata merupakan anggapan yang
sembrono / tak beralasan bahwa zat apapun pernah hilang keberadaannya. Dalam
semua perubahan yang tak ada akhirnya dan rumit yang telah terjadi sampai saat
ini, dari semula, dalam bumi kita dan di seluruh alam semesta, tidak ada,
sepanjang yang diketahui, pernah hilang keberadaannya. Tentu saja Ia yang
menciptakan, bisa menghancurkan / memusnahkan; tetapi pertanyaannya berkenaan
dengan tujuan, dan bukan dengan kuasa Allah; dan Ia tidak pernah, apakah dalam
firmanNya atau dalam pekerjaanNya, menyatakan tujuanNya untuk menghancurkan
sesuatu yang pernah Ia ciptakan) - ‘Systematic Theology’,
vol 3, hal 852.
Barnes’
Notes: “The
word rendered ‘burned up,’ like the word just before used and rendered
‘fervent heat’ - a word of the same origin, but here intensive - means
that they will undergo such a change as fire will produce; not, necessarily,
that the matter composing them will be annihilated. If the matter composing
the earth is ever to be destroyed entirely, it must be by the immediate power
of God, because only He who created can destroy. There is not the least
evidence that a particle of matter originally made has been ANNIHILATED since
the world began; and there are no fires so intense, no chemical powers so
mighty, as to cause a particle of matter to cease wholly to exist. So far as
the power of man is concerned, and so far as one portion of matter can prey on
another, matter is as imperishable as mind, and neither can be destroyed
unless GOD destroys it. Whether it is His purpose
to ANNIHILATE any portion of the matter which He has made, does not appear
from His Word; but it is clear that He intends that the universe shall undergo
important CHANGES. As to the possibility
or probability of such a destruction by fire as is predicted here, no
one can have any doubt who is acquainted with the disclosures of modern
science in regard to the internal structure of the earth”
(= ).
Jawab:
a.
Menurut saya ini merupakan suatu argumentasi yang tidak Alkitabiah,
karena memang tidak punya dasar Alkitab sama sekali. Bahwa sampai saat ini Allah
tidak pernah memusnahkan sesuatu, tetapi hanya mengubahnya menjadi sesuatu yang
lain, tidak berarti bahwa pada akhir jaman Ia juga tidak mungkin memusnahkan,
dan hanya mungkin memperbaharui. Yang digunakan oleh Hodge dan Barnes, menurut
saya hanya merupakan ‘argument from
silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an), yang tidak mempunyai kekuatan.
b.
Bahwa dalam firman / Kitab Suci tidak pernah ada pemusnahan apapun yang
Allah ciptakan, itu kalau bagian ini (2Pet 3:10-13) diartikan menurut
pandangan pertama. Kalau diartikan menurut pandangan kedua maka jelas Kitab Suci
mengajarkan adanya pemusnahan.
Dan
sebetulnya ada ayat yang menunjukkan hal itu, yaitu Ibr 1:10-12, tetapi itu akan
saya bahas pada waktu membahas pandangan kedua.
c.
Kalau memang tidak ada apapun yang dimusnahkan, lalu bagaimana dengan
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda? Apakah semuanya tidak ada yang
dimusnahkan pada akhir jaman? Sampai saat ini saya berpandangan bahwa semua itu
akan dimusnahkan; tetapi mari kita bandingkan dengan pandangan dari beberapa
penafsir di bawah ini.
Anthony
A. Hoekema: “Earlier we looked at a number of Old Testament prophecies which
speak of a glorious future for the earth. ... They tell us that on that earth
the wolf and the lamb shall feed together”
(= Di depan kita melihat pada sejumlah nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang
berbicara tentang suatu masa depan yang mulia untuk bumi. ... Nubuat-nubuat itu
memberitahu kita bahwa di bumi serigala dan domba akan makan bersama-sama)
- ‘The Bible and The Future’, hal 275.
Bandingkan
dengan:
·
Yes 11:6-8 - “(6)
Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping
kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang
anak kecil akan menggiringnya. (7) Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput
dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti
lembu. (8) Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak
yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak”.
·
Yes 65:25 - “Serigala
dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti
lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang
berlaku busuk di segenap gunungKu yang kudus,’ firman TUHAN”.
Tetapi
agak belakangan Anthony A. Hoekema sendiri mengatakan: “Whether they are
all to be literally fulfilled is open to question; surely details about wolves
and lambs, ..., are to be understood not in a crassly literal way but as
figurative descriptions of what the new earth will be like” (= Apakah
nubuat-nubuat itu semua harus digenapi
secara hurufiah terbuka terhadap pertanyaan; jelas bahwa detail-detail tentang
serigala dan domba, ..., harus dimengerti bukan dalam cara hurufiah yang kasar /
bodoh tetapi sebagai penggambaran-penggambaran yang bersifat kiasan tentang akan
seperti apa bumi yang baru itu) - ‘The
Bible and The Future’, hal 276.
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Yes 11:6): “These may be
figures for men of corresponding animal-like characters (Ezek 22:27; 38:13; Jer
5:6; 13:23; Matt 7:15; Luke 10:3). Still a literal change in the relations of
animals to man and each other, restoring the state in Eden, is a more likely
interpretation” [= Ini bisa
merupakan kiasan-kiasan untuk manusia dengan karakter / sifat yang seperti
binatang (Yeh 22:27; 38:13; Yer 5:6; 13:23; Mat 7:15;
Luk 10:3). Tetap suatu perubahan yang hurufiah dalam hubungan binatang-binatang
dengan manusia dan mereka satu sama lain, memulihkan keadaan di Eden, adalah
penafsiran yang lebih memungkinkan].
Barnes’
Notes (tentang Yes 11:6):
“The
figure is taken from the condition of animals of all descriptions living in a
state of harmony, where those which are by nature defenseless, and which are
usually made the prey of the strong, are suffered to live in security. By
nature the wolf preys upon the lamb, and the leopard upon the kid, and the
adder is venomous, and the bear, and the cow, and the lion, and the ox, cannot
live together. But if a state of things should arise, where all this hostility
would cease; where the wild animals would lay aside their ferocity, and where
the feeble and the gentle would be safe; where the adder would cease to be
venomous, and where all would be so mild and harmless that a little child
would be safe, and could lead even the most ferocious animals, that state
would represent the reign of the Messiah. Under his dominion, such a change
would be produced as that those who were by nature violent, severe, and
oppressive; those whose disposition is illustrated by the ferocious and
bloodthirsty propensities of the lion and the leopard, and by the poison of
the adder, would be changed and subdued, and would be disposed to live in
peace and harmony with others. This is the ‘general’ idea of the passage.
We are not to cut the interpretation to the quick, and to press the
expressions to know what particular class of people are represented by the
lion, the bear, or the adder. The ‘general’ image that is before the
prophet’s mind is that of peace and safety, ‘such as that would be’ if a
change were to be produced in wild animals, making them tame, and peaceful,
and harmless. ... That this passage is descriptive of the times of the
Messiah, there can be no doubt. It has been a question, to what particular
part of his reign the prophet has reference. Some have referred it to the time
when he came, and to the influence of his gospel in mitigating the ferocity of
his enemies, and ultimately disposing them to suffer Christens to live with
them - the infuriated enemies of the cross, under the emblem of the wolf, the
bear, the leopard, and the adder, becoming willing that the Christian, under
the emblem of the lamb, and the kid, should live with them without
molestation. This is the interpretation of Vitringa. Others have referred it
to the Millennium - as descriptive of a state of happiness, peace, and
universal security then. Others have referred it to the second coming of the
Messiah, as descriptive of a time when it is supposed that he will reign
personally on the earth, and when there shall be universal security and peace,
and when the nature of animals shall be so far changed, that the ferocity of
those which are wild and ravenous shall cease, and they shall become harmless
to the defenseless. ... That it does not refer to any literal change in the
nature of animals, so that the ferocity of the untamed shall be wholly laid
aside, the disposition to prey on one another wholly cease, and the poisonous
nature of the adder be destroyed, seems to me to be evident: (a) Because the
whole description has a highly figurative and poetical cast. (b) Because such
figurative expressions are common in all poetry, and especially among the
Orientals. (c) Because it does not appear how the gospel has any tendency to
change the nature of the lion, the bear, or the serpent. It acts on men, not
on brutes; on human hearts, not on the organization of wild animals. (d)
Because such a state of things could not occur without a perpetual miracle,
changing the physical nature of the whole animal creation, The lion, the wolf,
the panther, are made to live on flesh. The whole organization of their teeth
and digestive powers is adapted to this, and this alone. To fit them to live
on vegetable food, would require a change in their whole structure, and
confound all the doctrines of natural history. The adder is poisonous, and
nothing but a miracle would prevent the poisonous secretion, and make his bite
innocuous. But where is a promise of any such continued miracle as shall
change the whole structure of the animal creation, and make the physical world
different from what it is? It is indeed probable that wild animals and
venomous serpents will wholly retire before the progress of civilization and
Christianity, and that the earth may be inhabited everywhere with safety - for
such is the tendency of the advance of civilization - but this is a very
different thing from a change in the physical nature of the animal creation.
The fair interpretation of this passage is, therefore, that revolutions will
be produced in the wild and evil passions of men - the only thing with which
the gospel has to do as great ‘as if’ a change were produced in, the
animal creation, and the most ferocious and the most helpless should dwell
together”
(= ).
Barnes secara pasti
tidak menganggap Yes 11:6-8 harus ditafsirkan secara hurufiah. Ia memberikan
beberapa alasan yaitu: seluruh text memang bersifat puisi, dan penafsiran yang
bersifat kiasan memang merupakan sesuatu yang umum bagi text-text yang sifatnya
puisi. Juga ia menganggap bahwa injil mengubah manusia, bukan binatang. Dan
selanjutnya, ia juga menganggap bahwa membutuhkan mujijat-mujijat yang terjadi
terus menerus untuk membuat binatang-binatang pemakan daging menjadi pemakan
rumput, dan membuat ular berbisa menjadi tidak berbahaya. Dan dalam Alkitab tak
pernah dijanjikan mujijat-mujijat yang terjadi terus menerus seperti itu. Bagi
dia ini menggambarkan orang-orang yang dulunya bertengkar dan menindas satu sama
lain, yang lalu hidup dalam damai pada masa pemerintahan Mesias. Tentang kapan
masa yang ditunjuk oleh text ini ada bermacam-macam pandangan. Ada yang
menganggap masa itu terjadi setelah kedatangan Yesus yang pertama, karena Injil
yang diterima oleh orang-orang membuat mereka damai satu dengan yang lainnya.
Orang lain menafsirkan bahwa ini menunjuk pada damai yang terjadi pada masa
kerajaan 1000 tahun. Orang lain lagi menganggap ini sebagai damai yang terjadi
di bumi yang baru setelah kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Catatan: kalau Barnes memang menganggap
bahwa binatang-binatang ini hanya kiasan-kiasan, lalu binatang-binatang pergi
kemana? Musnah? Kalau tidak kemana? Bukankah aneh kalau ia menganggap bahwa tak
ada ciptaan Allah yang dimusnahkan?
Matthew
Henry: “What becomes of the souls of
brutes, that go downwards, none can tell. But it should seem by the
scripture that there will be some kind of restoration of them. And if it be
objected, What use will they be of to glorified saints? we may suppose them of
as much use as they were to Adam in innocency; and if it be only to illustrate
the wisdom, power, and goodness of their Creator, that is enough” (= Apa yang terjadi dengan jiwa-jiwa dari binatang-binatang yang tak
berakal, yang turun ke bawah, tak seorangpun bisa mengatakan / memberitahu.
Tetapi kelihatannya dari Kitab Suci adalah bahwa akan ada semacam pemulihan
tentang mereka. Dan kalau ada yang keberatan, Apa gunanya mereka bagi
orang-orang kudus yang telah dimuliakan? kita bisa menganggap mereka dengan
kegunaan yang sama seperti mereka bagi Adam dalam ketidak-berdosaan; dan jika
itu hanya untuk menjelaskan hikmat, kuasa, dan kebaikan dari Pencipta mereka,
itu cukup).
Catatan:
saya tak setuju dengan kata-kata Matthew Henry di sini. Memang Adam tak boleh
makan binatang, tetapi setelah jaman Nuh, binatang boleh dimakan, dan bisa saja
untuk kegunaan ini binatang diciptakan. Juga, berbeda dengan orang-orang kudus
yang telah dimuliakan, yang tidak lagi membutuhkan tambahan penjelasan tentang
kemahakuasaan dan kehebatan Allah dalam penciptaan, maka bagi orang-orang dalam
dunia yang sekarang ini, banyaknya macam binatang yang ada dan cara mereka
mencari makan dsb, menunjukkan kreativitas yang luar biasa dari sang Pencipta.
Calvin
(tentang Ro 8:21): “But
he means not that all creatures shall be partakers of the same glory with the
sons of God; but that they, according to their nature, shall be participators of
a better condition; for God will restore to a perfect state the world, now
fallen, together with mankind. But what that perfection will be, as to beasts
as well as plants and metals, it is not meet nor right in us to
inquire more curiously; for the chief effect of
corruption is decay. Some subtle men, but hardly sober-minded, inquire
whether all kinds of animals will be immortal; but if reins be given to
speculations where will they at length lead us? Let us then be content with this
simple doctrine, - that such will be the constitution and the complete order of
things, that nothing will be deformed or fading”
(= Tetapi ia tidak memaksudkan bahwa
semua makhluk ciptaan akan mengambil bagian dari kemuliaan yang sama dengan
anak-anak Allah; tetapi bahwa mereka, sesuai dengan sifat dasar mereka, akan
menjadi pengambil-pengambil bagian dari suatu kondisi / keadaan yang lebih baik;
karena Allah akan memulihkan pada suatu keadaan yang sempurna dunia, yang
sekarang jatuh, bersama-sama dengan umat manusia. Tetapi bagaimana kesempurnaan
itu, berkenaan dengan binatang-binatang maupun tanaman-tanaman dan
logam-logam / zat-zat / materi-materi, tidaklah pantas ataupun benar bagi
kita untuk menanyakan dengan keingintahuan yang lebih, karena
akibat utama dari kerusakan adalah pembusukan. Sebagian orang-orang
yang tajam pikirannya, tetapi hampir tidak berpikiran waras, menanyakan apakah
semua jenis binatang-binatang akan menjadi kekal; tetapi jika kendali
diberikan kepada spekulasi-spekulasi kemana mereka akhirnya membawa kita? Karena
itu hendaklah kita puas dengan doktrin / ajaran yang sederhana ini, - bahwa
demikianlah akan terjadi cara pembentukan dan keadaan dari hal-hal /
benda-benda, bahwa tidak ada yang akan cacat
bentuknya atau layu / memudar / menghilang).
Catatan: saya tak terlalu mengerti bagian
yang saya beri garis bawah ganda.
Saya sendiri menganggap
bahwa binatang, tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda, tidak mempunyai sifat
kekal. Jadi pada saat Yesus datang kedua kalinya, mereka semua akan musnah.
Persoalan terbesar, menurut saya, dengan tetap adanya binatang dalam kehidupan
yang akan datang, adalah: kemana mereka akan pergi? Ke surga atau ke neraka?
Kalau ke neraka, itu rasanya mustahil, pertama karena sebagai makhluk yang tidak
bermoral, dimana tidak ada suci atau berdosa, mereka tidak mungkin dihukum. Dan
kedua, text-text dalam Yesaya menunjukkan adalah damai antara binatang-binatang
buas dengan binatang-binatang lain yang biasanya adalah mangsa mereka, antara
ular berbisa dengan anak kecil dan sebagainya. Itu rasanya tidak mungkin
menunjuk pada neraka!
Tetapi kalau semua
binatang masuk surga, itu berarti jauh lebih enak dan menguntungkan untuk
menjadi binatang dari pada menjadi manusia, karena mayoritas manusia akan masuk
neraka!
Karena keduanya
mustahil, maka saya harus mengambil pandangan bahwa mereka akan dimusnahkan!
Tidak ada dasar untuk beranggapan bahwa tidak mungkin Tuhan memusnahkan apapun
yang pernah Ia ciptakan!
Dalam pembahasannya
tentang 2Sam 12:22-23 Calvin jelas menganggap bahwa berbeda dengan manusia,
binatang tidak kekal / tidak mempunyai kehidupan yang akan datang.
2Sam
12:22-23 - “(22)
Jawabnya: ‘Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku:
siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (23) Tetapi
sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku
mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan
kembali kepadaku.’”.
Calvin:
“when he said: ‘He shall not return to me’ but rather ‘I must go
to him’, he was showing here the hope that he had of life after death. For
people will not say that dumb animals go away to their fathers and mothers or to
their children! Why? Because there are creatures who have only a temporal life.
It is quite true that we only live in this world for a limited time, and to all
outward appearances, one could say, as does Solomon, that it is the same thing
that happens with the death of a man as with the death of a horse (Eccles.
3:19). However, let us take into consideration the fact that we are created
in the image of God, and that there is a better life for our souls. Thus, David
is assuming here that men are not to be like dumb animals” [= pada
waktu ia berkata: ‘Ia tidak akan kembali kepadaku’ tetapi ‘Aku harus pergi
kepada dia’, ia sedang menunjukkan di sini pengharapan yang ia miliki tentang
kehidupan setelah kematian. Karena orang-orang tidak akan berkata bahwa
binatang-binatang yang bisu / bodoh pergi kepada bapa dan ibu mereka atau kepada
anak-anak mereka! Mengapa? Karena mereka adalah makhluk-makhluk yang hanya
mempunyai kehidupan sementara. Adalah benar bahwa kita hanya hidup di dunia
untuk waktu yang terbatas, dan dari semua penampilan luar, seseorang bisa
mengatakan, seperti dikatakan oleh Salomo, bahwa hal yang sama yang terjadi
dengan kematian manusia seperti dengan kematian dari seekor kuda (Pkh 3:19). Tetapi,
hendaklah kita mempertimbangkan fakta bahwa kita diciptakan menurut gambar
Allah, dan bahwa di sana ada suatu kehidupan yang lebih baik untuk jiwa-jiwa
kita. Maka, Daud di sini sedang menganggap bahwa manusia tidaklah seperti
binatang-binatang yang bisu / bodoh] - ‘Sermons on 2Samuel’,
hal 592.
Calvin:
“David clearly knew that although he had life in this world, he had to
wait another life, even more certain than this one. Through this knowledge, he
preached a strong sermon to us, for we can see that he was always aware that
after his death he would without doubt contemplate the glory of God. Let us
learn, therefore, that though we are in this world, we should live in it in such
a way that we realise that we are invited to another life, which will be
permanent, and that God has chosen to separate us from dumb animals by
imprinting the mark of his image in us. Let us not be like the profane, who
think everything is extinguished at death, but let us realise that it is the
passage through which we go to those who have preceded us” (= Daud dengan
jelas tahu bahwa sekalipun ia mempunyai kehidupan di dunia ini, ia harus
menunggu kehidupan yang lain, yang bahkan lebih pasti dari kehidupan yang ini.
Melalui pengetahuan ini, ia mengkhotbahkan suatu khotbah yang kuat bagi kita,
karena kita bisa melihat bahwa ia selalu sadar bahwa setelah kematiannya ia tak
diragukan akan menatap kemuliaan Allah. Karena itu, hendaklah kita belajar,
bahwa sekalipun kita ada dalam dunia ini, kita harus hidup di dalamnya dengan
suatu cara sedemikian rupa sehingga kita menyadari bahwa kita diundang pada
suatu kehidupan yang lain, yang akan mrpkl kehidupan yang permanen, dan bahwa
Allah telah memilih kita untuk memisahkan kita dari binatang-binatang yang bisu
/ bodoh, dengan mencap / menanamkan tanda dari gambarNya di dalam kita.
Hendaklah kita tidak seperti orang-orang biasa / duniawi, yang berpikir bahwa
sesuatu dipadamkan / dimatikan pada kematian, tetapi hendaklah kita menyadari
bahwa itu merupakan suatu jalan melalui mana kita pergi kepada mereka yang telah
mendahului kita) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 592-593.
5.
Anthony A. Hoekema menggunakan janji Allah kepada Abraham.
Anthony
A. Hoekema (hal 278) mengutip Kej 17:8 - “Kepadamu
dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang
asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk
selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.’”.
Ia
menekankan bahwa janji tentang kepemilikan tanah Kanaan ini diberikan bukan
hanya kepada keturunan Abraham tetapi juga kepada Abraham sendiri. Sampai
mati Abraham hanya memiliki sedikit sekali / sebagian sangat kecil dari tanah
Kanaan. Lalu kapan janji ini digenapi dalam diri Abraham?
Ia
lalu mengutip Ibr 11:9-10,13-16 - “(9)
Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah
asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi
ahli waris janji yang satu itu. (10) Sebab ia menanti-nantikan kota yang
mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. ... (13) Dalam
iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa
yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai
kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di
bumi ini. (14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka
dengan rindu mencari suatu tanah air. (15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu
mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup
mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. (16) Tetapi sekarang mereka
merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab
itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah
kota bagi mereka”.
Anthony
A. Hoekema menafsirkan bahwa ‘kota yang
mempunyai dasar’ menunjuk pada Yerusalem yang baru yang akan ditemukan /
didapati di bumi yang baru itu. Inilah penggenapan janji kepada Abraham itu.
Ia
juga mengatakan bahwa dari Ibr 4 kita bisa melihat bahwa Kanaan merupakan type
dari sabat di surga yang tersisa untuk umat Allah.
Anthony
A. Hoekema: “Canaan, therefore, was not an end in itself; it pointed
forward to the new earth which was to come. From Galatians 3:29, further, we
learn that if we are Christ’s, we are Abraham’s seed, heirs according to
promise. All of us, who are united to Christ by faith, therefore, are in this
wider sense the seed of Abraham. And the promise of which we are heirs must
include the promise of the land. When, in the light of this New Testament
expansion of Old Testament thought, we reread Genesis 17:8, we see in it now a
promise of the ultimate everlasting possession by all the people of God - all
those who are in the widest sense of the word the seed of Abraham - of that new
earth of which Canaan was only a type. Thus the promise of the inheritance of
the land has meaning for all believers today” [= Karena itu, Kanaan,
bukanlah akhir / tujuan dalam dirinya sendiri; itu menunjuk ke depan pada bumi
yang baru yang masih akan datang. Selanjutnya, dari Gal 3:29, kita mempelajari
bahwa jika kita adalah milik Kristus, kita adalah benih dari Abraham,
pewaris-pewaris sesuai dengan janji. Karena itu, semua kita, yang dipersatukan
dengan Kristus oleh iman, dalam arti yang lebih luas ini, adalah benih Abraham.
Dan janji tentang mana kita adalah pewaris-pewaris harus mencakup janji dari
tanah (Kanaan). Pada waktu, dalam
terang dari perluasan Perjanjian Baru dari pikiran Perjanjian Lama ini, kita
membaca ulang Kej 17:8, sekarang kita melihat di dalamnya suatu janji tentang
kepemilikan kekal dan terakhir oleh semua umat Allah - semua mereka yang dalam
arti terluas dari kata itu adalah benih Abraham - tentang bumi yang baru tentang
mana Kanaan hanya merupakan suatu type. Maka janji tentang warisan tentang tanah
(Kanaan) mempunyai arti bagi semua orang percaya jaman ini] - ‘The
Bible and The Future’, hal 279.
Gal 3:29
- “Dan jikalau kamu adalah milik
Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji
Allah”.
Tanggapan
saya:
menurut saya ini salah sama sekali. Janji itu digenapi bagi Abraham (maupun
kita) dengan ia / kita masuk surga! Jadi Abraham (maupun kita) memiliki bukan
Kanaan yang hanya merupakan type, tetapi anti type-nya, yaitu surga!
6.
Penafsiran ini sesuai dengan ayat-ayat seperti Maz 37:11 / Mat 5:5.
Maz 37:11
- “Tetapi orang-orang yang rendah hati
akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang
berlimpah-limpah”.
KJV:
‘inherit the earth’ (= mewarisi bumi).
Mat
5:5 - “Berbahagialah orang yang lemah
lembut, karena mereka akan memiliki bumi”.
KJV:
‘inherit the earth’ (= mewarisi bumi).
Jawab:
ayat-ayat ini bisa ditafsirkan secara berbeda.
Matthew
Henry (tentang Mat 5:5):
“‘They
shall inherit the earth;’ it is quoted from Ps 37:11, ... Or, ‘They shall
inherit the land’ (so it may be read), the land of Canaan, a type of heaven.
So that all the blessedness of heaven above, and all the blessings of earth
beneath, are the portion of the meek” [= ‘Mereka akan mewarisi bumi’; ini dikutip dari Maz 37:11, ...
Atau, ‘Mereka akan mewarisi tanah’ (begitulah itu bisa dibaca), tanah
Kanaan, suatu type dari surga. Sehingga semua kebahagiaan / keberkatan dari
surga di atas, dan semua berkat-berkat dari bumi di bawah, adalah bagian dari
orang yang lemah lembut].
Adam
Clarke (tentang Mat 5:5):
“Canaan
was a type of the kingdom of God; and who is so likely to inherit glory as the
man in whom the meekness and gentleness of Jesus dwelt?”
(= Kanaan adalah suatu type dari kerajaan Allah; dan siapa yang begitu
memungkinkan untuk mewarisi kemuliaan seperti manusia dalam siapa kelembutan
Yesus ada?).
Barnes’
Notes (tentang Mat 5:5):
“‘They
shall inherit the earth.’ This might have been translated the land. It is
probable that here is a reference to the manner in which the Jews commonly
expressed themselves to denote any great blessing. It was promised to them that
they should inherit the land of Canaan. For a long time the patriarchs looked
forward to this, Gen 15:7-8; Ex 32:13. They regarded it as a great blessing. It
was so spoken of in the journey in the wilderness, and their hopes were crowned
when they took possession of the promised land, Deut 1:38; 16:20. In the time of
our Saviour they were in the constant habit of using the Old Testament, where
this promise perpetually occurs, and they used it ‘as a proverbial expression
to denote any great blessing, perhaps as the sum of all blessings,’ Ps 37:20;
Isa 60:21. Our Saviour used it in this sense, and meant to say, not that the
meek would own great property or have many lands, but that they would possess
special blessings. The Jews also considered the land of Canaan as a type of
heaven, and of the blessings under the Messiah. To inherit the land became,
therefore, an expression denoting those blessings. When our Saviour uses this
language here, he means that the meek shall be received into his kingdom, and
partake of its blessings here, and of the glories of the heavenly Canaan
hereafter”
(= ‘Mereka akan mewarisi bumi’. Ini bisa diterjemahkan ‘tanah’. Adalah
mungkin bahwa di sini ada suatu referensi pada cara dalam mana orang-orang
Yahudi biasanya menyatakan diri mereka sendiri untuk menunjuk pada berkat besar
apapun. Dijanjikan kepada mereka bahwa mereka akan mewarisi tanah Kanaan. Untuk
waktu yang lama nenek moyang mereka memandang ke depan pada hal ini, Kej 15:7-8;
Kel 32:13. Mereka menganggapnya sebagai suatu berkat yang besar. Itu dibicarakan
demikian dalam perjalanan di padang gurun, dan pengharapan mereka dimahkotai
pada waktu mereka merebut tanah perjanjian, Ul 1:38; 16:20. Pada jaman sang
Juruselamat kita, mereka selalu terbiasa untuk menggunakan Perjanjian Lama,
dimana janji ini terus menerus muncul, dan mereka menggunakannya ‘sebagai
suatu ungkapan yang bersifat kiasan untuk menunjuk pada berkat besar apapun,
mungkin total / jumlah dari semua berkat’, Maz 37:20; Yes 60:21. Juruselamat
kita menggunakannya dalam arti ini, bermaksud untuk mengatakan, bukan bahwa
orang yang lemah lembut akan memiliki milik yang besar atau banyak tanah, tetapi
bahwa mereka akan memiliki berkat-berkat khusus. Orang-orang Yahudi juga
menganggap tanah Kanaan sebagai suatu type dari surga, dan dari berkat-berkat di
bawah sang Mesias. Karena itu, ‘mewarisi tanah’ menjadi suatu ungkapan yang
menunjuk pada berkat-berkat itu. Pada waktu sang Juruselamat mengunakan bahasa /
kata-kata ini di sini, Ia memaksudkan bahwa orang yang lemah lembut akan
diterima ke dalam kerajaanNya, dan mengambil bagian dari berkat-berkatnya di
sini, dan dari kemuliaan-kemuliaan dari Kanaan surgawi sesudahnya / di alam
baka).
7.
Mat 19:28 menggunakan kata yang arti sebenarnya adalah ‘regeneration’ (= kelahiran baru). Dalam kelahiran baru, kita
tidak diciptakan ulang, tetapi hanya diperbaharui.
Mat
19:28 - “Kata Yesus kepada mereka:
‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali,
apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah
mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel”.
KJV/NASB:
‘in the regeneration’ (= dalam
kelahiran kembali).
RSV:
‘in the new world’ (= dalam dunia
yang baru).
NIV:
‘at the renewal of all things’ (=
pada pembaharuan dari segala sesuatu).
Jawab:
a.
Apakah kata ‘regeneration’
/ ‘kelahiran baru’, harus disamakan artinya pada waktu kata itu diterapkan
pada manusia dan pada waktu kata itu diterapkan pada alam semesta? Menurut saya,
belum tentu / tidak ada keharusan seperti itu.
b.
Menurut Bible Works 7, kata Yunani yang digunakan di sini memang bisa
diartikan sebagai ‘renewal’ (=
pembaharuan) seperti dalam NIV, tetapi juga bisa diartikan sebagai ‘recreation’ (= penciptaan kembali) seperti dalam Kitab Suci
Indonesia. Kalau diambil arti ke 2 maka justru akan mendukung pandangan kedua,
bukan pandangan ini.
8.
Kata ‘new’ (= baru) yang
digunakan dalam ay 13, dalam bahasa Yunaninya tidak menunjuk pada sesuatu
yang baru ada untuk pertama kalinya.
Catatan:
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘new’ (= baru) adalah KAINOS, bukan NEOS. Apa beda dua kata ini?
Anthony
A. Hoekema: “The
word NEOS means new in time or origin, whereas the word KAINOS means new in
nature or in quality” (= Kata NEOS artinya baru dalam waktu atau asal
usul, sedangkan kata KAINOS artinya baru dalam sifat dasar dan kwalitet) - ‘The
Bible and The Future’, hal 280.
Vine’s
Expository Dictionary (dengan topik ‘new’):
“1.
kainos (kaino/$)
denotes ‘new,’ of that which is unaccustomed or unused, not ‘new’
in time, recent, but ‘new’ as to form or quality, of different nature from
what is contrasted as old. ‘The new tongues,’
kainos, of Mark 16:17 are the ‘other tongues,’ heteros, of Acts 2:4. These
languages, however, were ‘new’ and ‘different,’ not in the sense that
they had never been heard before, or that they were new to the hearers, for it
is plain from v. 8 that this is not the case; they were new languages
to the speakers, different from those in which they were accustomed to speak” (=).
Vine’s
Expository Dictionary (dengan topik ‘new’):
“2.
neos (ne/o$)
signifies ‘new’ in respect of time, that which is recent;
it is used of the young, and so translated, especially the comparative degree
‘younger’; accordingly what is neos may be a reproduction of the old in
quality or character. Neos and kainos are sometimes used of the same thing,
but there is a difference, as already indicated. Thus the ‘new man’ in Eph
2:15 (kainos) is ‘new’ in differing in character; so in 4:24 (see No. 1);
but the ‘new man’ in Col 3:10 (neos) stresses the fact of the believer’s
‘new’ experience, recently begun, and still proceeding. ‘The old man in
him... dates as far back as Adam; a new man has been born, who therefore is
fitly so called’ [i. e., neos], Trench, Syn. Sec. lx. The ‘New’ Covenant
in Heb 12:24 is ‘new’ (neos) compared with the Mosaic, nearly fifteen
hundred years before; it is ‘new’ (kainos) compared with the Mosaic, which
is old in character, ineffective, 8:8,13; 9:15. The ‘new’ wine of Matt
9:17; Mark 2:22; Luke 5:37-39, is neos, as being of recent production; the
‘new’ wine of the kingdom, Matt 26:29; Mark 14:25, is kainos, since it
will be of a different character from that of this world” (=).
Jawab:
Saya
beranggapan bahwa dari semua argumentasi yang mendukung pandangan pertama ini,
yang ini adalah yang paling kuat dan paling sukar dijawab.
Tetapi
kalau saya harus menjawabnya, saya akan mengatakan bahwa arti kata dalam
bahasa Yunani kadang-kadang digunakan secara menyimpang / tidak seperti
seharusnya.
Sebagai
contoh, saya pernah mempelajari tentang kata ‘another’
(= yang lain), yang dalam bahasa Yunani ada 2 kata, yaitu ALLOS dan HETEROS.
W.
E. Vine dalam bukunya yang berjudul ‘An
Expository Dictionary of New Testament Words’ mengatakan sebagai berikut: “ALLOS
... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different
sort” (= ALLOS ... menunjuk pada yang lain dari jenis yang sama; HETEROS
... menunjuk pada yang lain dari jenis yang berbeda).
Illustrasi:
Di sini ada 1 gelas Aqua. Kalau saya menginginkan 1 gelas Aqua lagi, yang sama
dengan ini, maka saya harus menggunakan kata ALLOS. Tetapi kalau saya
menghendaki 1 gelas minuman yang lain, misalnya Coca Cola, maka saya harus
menggunakan kata HETEROS, bukan ALLOS.
Arti
seperti ini cocok pada waktu diterapkan pada kasus di bawah ini.
Yesus
disebut sebagai PARAKLETOS dalam 1Yoh 2:1 - “Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika
seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara (PARAKLETOS)
pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”.
Lalu
Yoh 14:16 menyebut Roh Kudus sebagai PARAKLETOS / Penolong ‘yang lain’.
Yoh
14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa,
dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai
kamu selama-lamanya”.
Kata
‘Penolong’ diterjemahkan dari
kata Yunani PARAKLETOS, sedangkan kata-kata ‘yang
lain’ dari kata Yunani ALLOS.
Mengomentari
ini, maka perhatikan kata-kata dari William
Hendriksen di bawah ini.
William
Hendriksen mengatakan tentang Roh Kudus sebagai berikut: “He is another Helper,
not a different Helper. The word another indicates one like
myself, who will take my place, do my work. Hence, if Jesus is a person, the
Holy Spirit must also be a person” (= Ia adalah Penolong yang lain,
bukan Penolong yang berbeda. Kata yang lain menunjukkan seseorang
seperti Aku sendiri, yang akan mengambil tempatKu, melakukan pekerjaanKu. Jadi,
jika Yesus adalah seorang pribadi, Roh Kudus harus juga adalah seorang pribadi).
William
Hendriksen melanjutkan dengan berkata: “For
the same reason, if Jesus is divine, the Spirit, too, must be divine” (=
Dengan alasan yang sama, jika Yesus bersifat ilahi / adalah Allah, Roh juga
harus bersifat ilahi / adalah Allah).
Tetapi
apakah perbedaan arti dari ALLOS dan HETEROS itu selalu cocok dalam segala
keadaan? Mari kita melihat kasus di bawah ini.
Mat 13:3-8
- “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal
dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk
menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan,
lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian (yang lain)
jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun
segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit,
layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian (yang lain)
lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya
sampai mati. (8) Dan sebagian (yang lain)
jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang
enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat”.
Baik
dalam ay 5,7,8, seharusnya ada kata-kata ‘yang
lain’, dan untuk itu digunakan kata Yunani ALLOS, dan ini cocok dengan
arti dari ALLOS, karena benih itu adalah benih yang berbeda tetapi dari jenis
yang sama. Dalam bagian paralelnya dalam Injil Markus, yaitu Mark 4:3-8, maka
juga digunakan ALLOS seperti dalam Mat 13:3-8.
Sekarang
mari kita perhatikan bagian paralel yang lain lagi dari Mat 13 ini, yaitu Luk
8:5-8a - “(5) ‘Adalah seorang penabur
keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu
jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya
sampai habis. (6) Sebagian (yang lain)
jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena
tidak mendapat air. (7) Sebagian (yang lain)
lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan
menghimpitnya sampai mati. (8a) Dan sebagian (yang lain)
jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.’”.
Baik
dalam ay 6,7,8, seharusnya ada kata-kata ‘yang
lain’, tetapi anehnya dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata HETEROS!!
Dan
tentang kata ‘new’ / ‘baru’,
saya beranggapan juga mungkin seperti itu.
Ef 2:15
- “sebab dengan matiNya sebagai manusia
Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk
menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru (KAINOS)
di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera”.
Ef
4:24 - “dan mengenakan manusia baru
(KAINOS), yang telah diciptakan
menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”.
Kol 3:10
- “dan telah mengenakan manusia baru
(NEOS) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar Khaliknya”.
Khususnya
untuk Ef 4:24 dan Kol 3:20, boleh dikatakan merupakan ayat-ayat yang paralel,
dan sama-sama berbicara tentang manusia baru, yang diperbaharui / dikuduskan.
Tetapi yang satu menggunakan KAINOS, yang lain menggunakan NEOS.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali