Pemahaman
Alkitab
(Jl. Dinoyo
19b, lantai 3)
Jumat, tanggal
4 September 2009, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 /
6050-1331)
2Pet 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus,
kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena
keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan
damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus,
Tuhan kita”.
Lenski:
“First Peter was written for those who are to meet persecution and
suffering, whose faith, faithfulness, and hope are to be strengthened; Second
Peter is written for those who are to meet false, libertinistic teachers, and
whose faith, dilligence in godliness, and knowledge are to be fortified”
(= Surat Petrus yang pertama ditulis bagi mereka yang harus menghadapi
penganiayaan dan penderitaan, yang iman, kesetiaan, dan pengharapannya harus
dikuatkan; surat Petrus yang kedua ditulis bagi mereka yang harus menghadapi
guru-guru palsu yang hidupnya tidak bermoral / tidak dikekang, dan yang iman,
kerajinan dalam kesalehan, dan pengetahuan / pengenalannya harus dikuatkan /
dibentengi) - hal 255.
Catatan: seorang
hamba Tuhan memang harus memberitakan apa yang sesuai dengan sikon di tempat
dimana ia melayani. Tetapi ia harus memberikan apa yang mereka butuhkan,
bukan apa yang mereka inginkan!
The
Bible Exposition Commentary: New Testament: “If anybody in the early church knew the importance of being alert, it
was the Apostle Peter. He had a tendency in his early years to feel
overconfident when danger was near and to overlook the Master’s warnings. He
rushed ahead when he should have waited; he slept when he should have prayed; he
talked when he should have listened. He was a courageous, but careless,
Christian. But he learned his lesson, and he wants to help us learn it too. In
his first epistle, Peter emphasized the grace of God (1 Peter 5:12), but in this
second letter, his emphasis is on the knowledge of God. The word ‘know’ or
‘knowledge’ is used at least thirteen times in this short epistle. The word
does not mean a mere intellectual understanding of some truth, though that is
included. It means a living participation in the truth in the sense that our
Lord used it in John 17:3 - ‘This is life eternal, that they might know
Thee the only true God, and Jesus Christ, whom Thou hast sent’. Peter opened
his letter with a description of the Christian life. Before he described the
counterfeits, he described the true believers. The best way to detect falsehood
is to understand the characteristics of the truth” [= Jika ada seseorang
dalam gereja awal yang mengetahui pentingnya untuk berjaga-jaga maka itu adalah
rasul Petrus. Ia mempunyai kecenderungan dalam tahun-tahun awalnya untuk merasa
terlalu yakin pada waktu bahaya itu dekat dan untuk mengabaikan / melupakan
peringatan Guru / Tuannya. Ia lari ke depan pada saat ia seharusnya menunggu; ia
tidur pada saat ia seharusnya berdoa; ia berbicara pada saat ia seharusnya
mendengar. Ia adalah seorang Kristen yang berani, tetapi ceroboh / gegabah.
Tetapi ia telah mendapatkan pelajarannya, dan ia ingin menolong kita untuk
mempelajarinya juga. Dalam suratnya yang pertama, Petrus menekankan kasih
karunia Allah (1Pet 5:12), tetapi dalam suratnya yang kedua, penekanannya adalah
pada pengetahuan / pengenalan akan Allah. Kata ‘tahu / kenal’ atau
‘pengetahuan / pengenalan’ digunakan sedikitnya 13 x dalam surat yang pendek
ini. Kata itu tidak berarti semata-mata suatu pengertian intelektual tentang
beberapa kebenaran, sekalipun hal itu tercakup. Itu berarti suatu partisipasi
yang hidup dalam kebenaran dalam arti yang digunakan oleh Tuhan kita dalam Yoh
17:3 - ‘Inilah hidup yang kekal itu,
yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal
Yesus Kristus yang telah Engkau utus’. Petrus membuka suratnya dengan
suatu penggambaran tentang kehidupan Kristen. Sebelum ia menggambarkan
pemalsu-pemalsu, ia menggambarkan orang-orang percaya yang sejati. Cara yang
terbaik untuk mendeteksi kepalsuan adalah mengerti karakteristik / sifat dari
kebenaran].
Ay 1: “Dari
Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama
dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita,
Yesus Kristus”.
1)
“Dari
Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus”.
a)
“Dari
Simon Petrus”.
Alexander
Nisbet mengatakan (hal 221-222) bahwa sang rasul menggambarkan dirinya sendiri
dengan dua nama yang menunjukkan dirinya. Nama ‘Simon’
adalah nama lamanya pada waktu ia adalah seorang nelayan; nama ‘Petrus’
adalah julukan barunya yang diberikan kepadanya pada waktu Kristus memanggilnya.
Mark
1:16 - “Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon
dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab
mereka penjala ikan”.
Mark
3:16 - “Kedua belas orang yang ditetapkanNya itu ialah: Simon, yang
diberiNya nama Petrus”.
Nama
yang pertama mengingatkan dia akan keadaannya yang dahulu dimana ia tidak tahu
apa-apa, dan ada dalam keadaan buruk / hina; nama yang satunya mengingatkan dia
akan kehormatan yang Kristus berikan kepadanya, pada waktu Ia membuatnya menjadi
batu yang hidup dalam gereja dan seorang percaya dan pemberita dari kebenaran
itu, di atas mana, seperti batu karang, Ia mendirikan gerejaNya.
Mat
16:18 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya”.
Jadi,
kita perlu membawa bersama kita sampai akhir hidup kita ingatan yang waras
tentang apa adanya kita sebelum Kristus menyatakan diriNya kepada kita, dan
tentang apa adanya kita karena kasih karuniaNya mengerjakan kita, supaya kita
bisa pergi ke surga dengan rendah hati dan penuh rasa syukur.
b)
“hamba
dan rasul Yesus Kristus”.
KJV/RSV/NIV:
‘a servant’ (=
seorang
pelayan).
NASB:
‘a
bond-servant’ (=
seorang
budak).
Kata
Yunani yang digunakan adalah DOULOS, yang arti sebenarnya adalah ‘hamba /
budak’.
Calvin: “he
called himself the ‘servant
and an apostle’ of Jesus Christ,
... because no one is to be heard in the Church, except he speaks as from the
mouth of Christ” (= ia menyebut dirinya sendiri ‘pelayan
dan rasul’ dari Yesus Kristus, ... karena tak seorangpun harus
didengarkan dalam Gereja, kecuali ia berbicara seperti dari mulut Kristus).
Pulpit
Commentary: “St. Peter, like St. Paul, describes himself as a servant, literally,
‘a slave,’ a bondman of Jesus Christ. We are not our own; we are bought with
a price; we have work to do for our Master” (= Santo Petrus, seperti Santo
Paulus, menggambarkan dirinya sendiri sebagai seorang pelayan, secara hurufiah,
‘seorang budak’, seorang budak dari Yesus Kristus. Kita bukan milik kita
sendiri; kita telah dibeli dengan suatu harga; kita mempunyai pekerjaan untuk
dilakukan bagi Tuan kita).
Bdk.
1Kor 6:19-20 - “(19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan
bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (20) Sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan
tubuhmu!”.
William Barclay: “Peter calls himself the
servant of Jesus Christ. The word is DOULOS which really means ‘slave.’
Strange as it may seem, here is a title, apparently one of humiliation, which
the greatest of men took as a title of greatest honour” (= Petrus menyebut
dirinya sendiri pelayan dari Yesus Kristus. Kata yang digunakan adalah DOULOS
yang sesungguhnya berarti ‘budak / hamba’. Biarpun kelihatannya aneh, ini
adalah suatu gelar, yang kelihatannya merupakan gelar perendahan, yang diambil
oleh orang-orang yang paling besar / agung sebagai suatu gelar kehormatan yang
terbesar) - hal 292.
William Barclay: “To call the Christian the
DOULOS of God means that he is inalienably possessed by God. ... To call the
Christian the DOULOS of God means that he owes an unquestioning obedience to
God. ... To call the Christian the DOULOS of God means that he must be
constantly in the service of God. ... The Christian is necessarily the man every
moment of whose time is spent in the service of God” (= Menyebut orang
Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia dimiliki oleh Allah dan ini
tak bisa diubah. ... Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti
bahwa ia berhutang suatu ketaatan tanpa mempertanyakan kepada Allah. ...
Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia harus terus
menerus ada dalam pelayanan bagi Allah. Orang Kristen haruslah orang yang setiap
saat dari hidupnya digunakan / dihabiskan dalam pelayanan bagi Allah) - hal
293.
2)
“kepada
mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman”.
a)
Persoalan terjemahan.
Kitab
Suci Indonesia salah terjemahan.
KJV:
‘to them that have obtained like precious faith
with us’ (= kepada mereka yang
telah mendapatkan iman yang sama berharganya dengan kita).
RSV: ‘To those who
have obtained a faith of equal standing with ours’ (= Kepada mereka
yang telah mendapatkan suatu iman yang kedudukannya setara dengan iman
kita).
NIV: ‘To those who
... have received a faith as precious as ours’ (= Kepada mereka
yang ... telah menerima suatu iman yang sama berharganya dengan iman
kita).
NASB: ‘To those who
have received a faith of the same kind as ours’ (= Kepada mereka
yang telah menerima suatu iman dari jenis yang sama seperti iman kita).
b) ‘memperoleh / mendapatkan /
menerima’.
Pulpit
Commentary: “The word rendered ‘obtained’ (TOIS LAKHOUSIN) means properly
‘to obtain by lot,’ as in Luke 1:9. It is noticeable that one of the few
places in which it occurs in the New Testament is in a speech of St. Peter’s
(Acts 1:17); its use here implies that faith is a gift of God” [= Kata
yang diterjemahkan ‘mendapatkan / menerima / memperoleh’ (TOIS LAKHOUSIN)
sebetulnya berarti ‘mendapatkan oleh undian’, seperti dalam Luk 1:9. Bisa
terlihat dengan jelas bahwa salah satu dari beberapa tempat dimana kata itu
muncul dalam Perjanjian Baru adalah dalam khotbah Santo Petrus (Kis 1:17);
penggunaannya di sini secara implicit menunjukkan bahwa iman adalah suatu
karunia dari Allah].
Kis 1:17 - “Dahulu ia
termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.’”.
Bahwa iman memang
merupakan suatu karunia / pemberian / anugerah dari Allah terlihat dengan jelas
dari Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya
kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
Bible
Knowledge Commentary: “‘Received’
is from the unusual verb lanchano,
‘to obtain by lot’ (cf. Luke 1:9; John 19:24). This implies God’s
sovereign choice rather than anything they might have done to deserve such a
gift” [= Kata ‘menerima’ berasal dari kata kerja yang tidak umum /
luar biasa LANKHANO, ‘mendapatkan oleh undian’ (bdk. Luk 1:9; Yoh 19:24).
Ini secara implicit menunjukkan pemilihan yang berdaulat dari Allah dari pada
apapun yang mereka telah lakukan untuk layak mendapatkan karunia seperti itu].
Luk 1:9
- “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang
bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar
ukupan di situ”.
Yoh 19:24
- “Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Janganlah kita
membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk
menentukan siapa yang mendapatnya.’ Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang
ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Mereka membagi-bagi pakaianKu di antara mereka
dan mereka membuang undi atas jubahKu.’ Hal itu telah dilakukan
prajurit-prajurit itu”.
Salah
satu text Kitab Suci yang secara paling jelas menunjukkan bahwa seseorang bisa
diselamatkan bukan karena apapun yang telah ia lakukan, tetapi karena pemilihan
yang berdaulat dari Allah, adalah Ro 9:10-18.
Ro
9:10-18 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka
yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab
waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang
jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan
perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka:
‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada
tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian,
apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15)
Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa
Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau
bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau
usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata
kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku
memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di
seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang
dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.
Beberapa
penjelasan tentang text ini:
1.
Yakub sudah dipilih dan Esau sudah ditolak sebelum mereka lahir, dan
karena itu juga sebelum mereka melakukan apa yang baik atau yang jahat. Karena
itu, tidak mungkin kita beranggapan bahwa alasan pemilihan mereka adalah
kebaikan Yakub dan kejahatan Esau. Jelas Allah yang berdaulatlah yang memilih
mereka dengan suatu pemilihan yang berdaulat / predestinasi (ay 10-13,16).
Orang-orang
Arminian beranggapan bahwa Allah memilih Yakub karena Allah tahu Yakub bakal
menjadi baik. Allah tidak memilih Esau karena Allah tahu Esau bakal jahat. Ini
sesuatu yang sangat tidak masuk akal, karena kita bisa menjadi baik hanya kalau
Allah memberikan kasih karunia kepada kita. Tanpa pekerjaan Allah, kita tidak
mungkin bisa menjadi baik.
Bdk.
Ef 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum
dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam
kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
Perhatikan
bagian yang saya garis-bawahi. Itu justru menunjukkan sebaliknya dari apa yang
dikatakan orang-orang di atas. Pemilihan Allah itu tujuannya adalah supaya
orang-orang yang dipilih itu menjadi baik. Jadi, bukan karena mereka akan
menjadi baik maka mereka dipilih oleh Allah. Baiknya mereka merupakan tujuan
pemilihan, bukan alasan pemilihan!
John
Owen: “Is
it not because such propositions as these, ‘Believe, Peter, and continue in
the faith unto the end, and I will choose thee before the foundation of the
world,’ are fitter for the writings of the Arminians than the word of God?”
(= Bukankah karena pernyataan seperti ini ‘Percayalah Petrus, dan bertekunlah
dalam iman sampai akhir, dan Aku akan memilih engkau sebelum dunia dijadikan’,
lebih cocok untuk tulisan-tulisan Arminian dari pada Firman Allah?) - ‘The
Works of John Owen’, vol 10, hal 55.
Kata-kata
John Owen ini menunjukkan betapa menggelikan dan tidak masuk akalnya ajaran
Arminian yang mengatakan bahwa seseorang dipilih dari semula karena Ia bakal
baik!
2.
Adanya pertanyaan ‘Apakah Allah tidak adil?’ (ay 14), secara tidak terbantah
menunjukkan bahwa di tempat ini Paulus memang mengajarkan doktrin predestinasi.
Mengapa? Karena doktrin ini selalu menghasilkan reaksi yang mengatakan bahwa
kalau Allah melakukan pemilihan seperti itu, maka Ia tidak adil.
Kalau
Yakub memang dipilih karena Allah tahu bahwa ia bakal menjadi baik, maka apa
sebabnya dipersoalkan tentang keadilan atau ketidakadilan Allah?
3.
Paulus tak menjelaskan bagaimana kok Allah bisa tetap adil, tetapi ia
jelas menyangkal tuduhan bahwa Allah tidak adil (ay 14b), dan ia lalu
menekankan bahwa Allah berhak melakukan pemilihan seperti itu, karena Ia memang
adalah Allah yang berdaulat, yang berhak melakukan apapun yang Ia inginkan (ay
15,18).
c)
‘precious
/ berharga’.
Bible
Knowledge Commentary: “The
words ‘as precious’ translate the compound word isotimon,
used only here in the New Testament. It comes from isos
(‘equal’) and time
(‘honor, value’). The word isotimon
was used for foreigners who had been granted the privileges of
citizenship which were equal to those of the native born. The faith given them
by God was of equal honor or privilege with that of the apostles’ faith. Here
Peter foreshadowed his purpose by stressing that the faith of the apostles was
no different from the faith of any believer. This contrasted with the
pre-Gnostic doctrines of the false teachers who spoke of an inner circle of
special knowledge attainable by and available only to a privileged few” [=
Kata-kata ‘sama berharganya’ menterjemahkan kata gabungan ISOTIMON, yang
digunakan hanya di tempat ini dalam Perjanjian Baru. Kata itu datang dari ISOS
(‘setara’) dan TIME (‘kehormatan, nilai’). Kata ISOTIMON digunakan untuk
orang-orang asing yang telah diberi hak kewarga-negaraan yang setara dengan
mereka yang adalah penduduk asli / dilahirkan di sana. Iman yang diberikan
kepada mereka oleh Allah mempunyai kehormatan dan hak yang setara dengan iman
dari rasul-rasul. Di sini Petrus memberi bayangan lebih dulu tujuannya dengan
menekankan bahwa iman dari rasul-rasul tidaklah berbeda dengan iman dari orang
percaya yang manapun. Ini kontras dengan ajaran-ajaran pre-Gnostic dari
guru-guru palsu yang berbicara tentang suatu ‘lingkaran dalam’ dari
pengetahuan khusus yang bisa didapatkan oleh, dan tersedia bagi, sedikit orang
yang diberi hak].
Bdk.
Kis 11:17 - “Jadi jika Allah memberikan karuniaNya kepada mereka sama
seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus,
bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?’”.
Bdk.
Kis 15:7-9 - “(7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran
pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai
saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari
antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar
berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia,
telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh
Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama
sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia
menyucikan hati mereka oleh iman”.
William
Barclay memberikan penjelasan yang kurang lebih sama dengan Bible Knowledge
Commentary.
Dan
Barclay menambahkan: “So Peter addresses his letter to those who
had once been despised Gentiles but who had been given equal rights of
citizenship with the Jews and even with the apostles themselves in the kingdom
of God” (= Demikianlah Petrus menujukan suratnya kepada mereka yang
dulunya adalah orang-orang non Yahudi yang dipandang rendah tetapi yang telah
diberi hak-hak kewarga-negaraan yang setara dengan orang-orang Yahudi dan bahkan
dengan rasul-rasul sendiri dalam Kerajaan Allah) - hal
291.
William Barclay menambahkan lagi: “Two things have to be noted
about this great privilege which had been extended to the Gentiles. ... It had
been alloted to them. That is to say, they had not earned it: it had fallen to
them through no merit of their own, as some prize falls to a man by lot. In
other words, their new citizenship was all of grace” (= Dua hal harus
diperhatikan tentang hak yang besar ini yang telah diperluas kepada orang-orang
non Yahudi. ... Itu telah diberikan kepada mereka. Artinya, mereka tidak layak
mendapatkannya: itu telah jatuh kepada mereka bukan melalui jasa mereka sendiri,
seperti beberapa hadiah jatuh kepada seseorang oleh undian. Dengan kata lain,
kewarga-negaraan mereka yang baru sepenuhnya merupakan kasih karunia) - hal
291-292.
The
Bible Exposition Commentary: New Testament:
“Peter
called it ‘like precious faith.’ It means that our standing with the Lord
today is the same as that of the Apostles centuries ago. They had no special
advantage over us simply because they were privileged to walk with Christ, see
Him with their own eyes, and share in His miracles. It is not necessary to see
the Lord with our human eyes in order to love Him, trust Him, and share His
glory (1 Peter 1:8)” [= Petrus menyebutnya ‘iman yang sama
berharganya’. Itu berarti bahwa kedudukan kita dengan Tuhan sekarang adalah
sama dengan kedudukan rasul-rasul berabad-abad yang lalu. Mereka tidak mempunyai
keuntungan khusus atas kita hanya karena mereka diberi hak untuk berjalan dengan
Kristus, melihat Dia dengan mata mereka sendiri, dan ikut ambil bagian dalam
mujijat-mujijatNya. Tidaklah perlu untuk melihat Tuhan dengan mata manusia kita
supaya kita bisa mengasihi Dia, mempercayai Dia, dan ikut ambil bagian dalam
kemuliaanNya (1Pet 1:8)].
1Pet
1:8 - “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya.
Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu
bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”.
Bahkan
bandingkan dengan Yoh 20:29 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah
melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat,
namun percaya.’”.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali