Pemahaman
Alkitab
(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Jumat,
tanggal 1 Mei 2009, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
I Timotius
6:6-10
1Tim 6:6-10 - “(6) Memang ibadah itu kalau
disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa
sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
(8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. (9) Tetapi mereka yang ingin kaya
terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu
yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam
keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.
Ay 6:
“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi
keuntungan besar”.
KJV:
‘But godliness with contentment
is great gain’ (= Tetapi kesalehan dengan kepuasan adalah
keuntungan yang besar).
RSV:
‘There is great gain in godliness
with contentment’ (= Di sana ada keuntungan besar dalam kesalehan
dengan kepuasan).
NIV:
‘But godliness with contentment
is great gain’ (= Tetapi kesalehan dengan kepuasan adalah
keuntungan yang besar) .
NASB:
‘But godliness actually is a
means of great gain when accompanied by contentment’ (= Tetapi kesalehan
sungguh-sungguh merupakan suatu jalan dari keuntungan yang besar pada waktu
disertai dengan kepuasan).
1)
Lagi-lagi kata yang diterjemahkan ‘ibadah’ dalam Kitab Suci
Indonesia, diterjemahkan ‘godliness’
(= kesalehan) oleh semua Kitab Suci bahasa Inggris.
Adam
Clarke: “The
word ‘godliness,’ eusebeia,
here, and in several other places of this letter, signifies the true religion,
Christianity” (= Kata ‘kesalehan’, EUSEBEIA, di sini, dan di beberapa
tempat lain dari surat ini, berarti agama yang benar, kekristenan).
2)
‘rasa cukup’.
Di
sini KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘contentment’
(= kepuasan), yang merupakan suatu kata yang lebih positif dari sekedar ‘rasa
cukup’. Tetapi kelihatannya terjemahan Kitab Suci Indonesia sebetulnya lebih
benar.
Adam
Clarke: “the
word ‘contentment,’ autarkeia,
signifies a competency, a sufficiency” (= kata ‘kepuasan’, AUTARKEIA,
berarti suatu kecukupan).
Vincent:
“Autarkeia
is an inward self-sufficiency, as opposed to the lack or the desire of
outward things” (= AUTARKEIA adalah kecukupan diri sendiri secara batin,
bertentangan dengan kekurangan atau keinginan terhadap hal-hal lahiriah).
3)
Kesalehan dan kepuasan / rasa cukup.
Calvin
memberikan dua kemungkinan arti.
Calvin:
“‘With
sufficiency.’ This may refer either
to the disposition of the heart, or to the thing itself. If it be understood as
referring to the heart, the meaning will be, that ‘godly persons, when they
desire nothing, but are satisfied with their humble condition, have obtained
very great gain.’ If we understand it to be ‘sufficiency’ of wealth (and,
for my own part, I like this view quite as well
as the other,) it will be a promise, like that in the book of Psalms, ‘The
lions wander about hungry and famished; but they that seek the Lord shall not be
in want of any good thing.’ (Psalm 34:10.)”
[= ‘Dengan kecukupan’. Ini bisa menunjuk pada kecondongan hati, atau pada
hal itu sendiri. Jika itu dimengerti sebagai menunjuk pada hati, artinya adalah
bahwa ‘orang-orang saleh, pada waktu mereka tidak menginginkan apapun, tetapi
puas dengan keadaan mereka yang rendah / hina, telah mendapatkan keuntungan yang
besar’. Jika kita mengertinya sebagai ‘kecukupan’ dari kekayaan (dan bagi
diri saya sendiri, saya menyukai pandangan ini sama seperti yang satunya), itu
merupakan suatu janji, seperti janji dalam kitab Mazmur, ‘Singa-singa muda
merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan
sesuatupun yang baik’ (Maz 34:11)].
Catatan: saya sendiri lebih setuju dengan
pandangan pertama, dan kelihatannya, demikian juga dengan mayoritas (kalau
bukannya semua) penafsir.
The
Bible Exposition Commentary: New Testament:
“Wealth
does not bring contentment (v. 6). The word ‘contentment’ means ‘an inner
sufficiency that keeps us at peace in spite of outward circumstances.’ Paul
used this same word later. ‘For I have learned, in whatsoever state I am,
therewith to be content’ (Phil 4:11). True contentment comes from godliness
in the heart, not wealth in the hand” [= Kekayaan tidak membawa
kepuasan (ay 6). Kata ‘kepuasan’ berarti ‘suatu kecukupan batin yang
memberi kita damai tak peduli bagaimana keadaan luar / lahiriahnya’. Paulus
menggunakan kata yang sama belakangan. ‘Karena aku telah belajar, dalam
keadaan apapun aku berada, untuk menjadi puas dengan itu’ (Fil 4:11). Kepuasan
yang sejati datang dari kesalehan dalam hati, bukan dari kekayaan di tangan].
Fil 4:11
- “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan
diri dalam segala keadaan”.
KJV:
‘to be content’ (= untuk menjadi puas).
Orang
yang saleh, yang tidak mencintai uang, bisa merasa berkelimpahan dalam keadaan
yang miskin / sama sekali tidak kaya.
Bdk.
Fil 4:18 - “Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan
lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima
kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang
disukai dan yang berkenan kepada Allah”.
Matthew
Henry: “wherever
there is true godliness, there will be contentment; but those have arrived at
the highest pitch of contentment with their godliness are certainly the easiest
happiest people in this world. ... Godliness is ever accompanied with
contentment in a great or less degree; all truly godly people have learned with
Paul, in whatever state they are, to be therewith content, Phil 4:11. They are
content with what God allots for them, well knowing that this is best for
them” (= dimanapun ada kesalehan yang benar / sungguh-sungguh, di sana
akan ada kepuasan; tetapi mereka yang telah mencapai puncak tertinggi dari
kepuasan dengan kesalehan mereka pastilah merupakan orang-orang yang paling
bahagia dalam dunia ini. ... Kesalehan selalu disertai dengan kepuasan dalam
tingkat yang tinggi atau rendah; semua orang-orang saleh yang sungguh-sungguh
telah belajar dengan Paulus, dalam keadaan apapun mereka berada, untuk puas
dengannya, Fil 4:11. Mereka puas dengan apa yang Allah berikan kepada mereka,
karena mengetahui dengan baik bahwa ini adalah yang terbaik bagi mereka).
Fil 4:11
- “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar
mencukupkan diri dalam segala keadaan”.
KJV:
‘for I have learned, in whatsoever state I am, therewith to be content’
(= karena aku telah belajar, dalam keadaan apapun aku berada, untuk puas
dengannya).
4)
Kontras dengan ‘rasa cukup’ atau ‘kepuasan’ adalah ketamakan.
Bagi
orang yang tamak / cinta uang, kekayaan tidak akan pernah memberikan kepuasan.
Ini ditunjukkan oleh Pkh 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan
uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun
sia-sia”.
Calvin:
“Our covetousness is an insatiable gulf, if it be not restrained; and
the best bridle is, when we desire nothing more than the necessity of this life
demands; for the reason why we transgress the bounds, is, that our anxiety
extends to a thousand lives which we falsely imagine” (= Ketamakan kita
merupakan suatu pusaran air yang tak terpuaskan, jika itu tidak dikekang; dan
kekang yang terbaik adalah, pada waktu kita tidak menginginkan apapun yang lebih
dari yang dituntut oleh kebutuhan dari kehidupan ini; karena alasan mengapa kita
melanggar batasan itu adalah bahwa kekuatiran kita meluas pada seribu kehidupan
yang secara salah kita khayalkan / bayangkan).
Calvin:
“every man swallows up with his wishes his
vast possessions, in the same manner as if he had a belly able to contain half
of the world. And this is what is said, that, ‘although the folly of the
fathers appears in hoping that they will dwell here for ever, nevertheless their
posterity approve of their way.’ (Psalm 49:l3.) In order, therefore, that we
may be satisfied with a sufficiency, let us learn to have our heart so
regulated, as: to desire nothing but what is necessary for supporting life”
[= setiap orang menelan dengan keinginan-keinginannya miliknya yang sangat
banyak, dengan cara yang sama seakan-akan ia mempunyai perut yang mampu untuk
menampung setengah dunia ini. Dan ini yang dikatakan, bahwa ‘sekalipun
kebodohan dari nenek moyang terlihat dalam mereka mengharapkan bahwa mereka akan
tinggal di sini selama-lamanya, tetapi keturunan mereka menyetujui jalan
mereka’ (Maz 49:14). Karena itu, supaya kita bisa dipuaskan dengan kecukupan,
hendaklah kita belajar untuk mengatur hati kita sedemikian rupa, sehingga kita
tidak menginginkan apapun kecuali yang perlu untuk menopang kehidupan].
Catatan: Psalm 49:13 seharusnya dalam
Kitab Suci Indonesia adalah Maz 49:14, tetapi Maz 49:14 terjemahannya sama
sekali berbeda.
Maz 49:14 - “Inilah
jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang-orang yang
gemar akan perkataannya sendiri. Sela”.
KJV:
‘This their way is their folly: yet their posterity approve their sayings.
Selah’ (= Jalan mereka ini adalah kebodohan mereka: tetapi keturunan
mereka menyetujui kata-kata mereka, Sela).
Ay 7: “Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak
dapat membawa apa-apa ke luar”.
KJV:
‘For we brought nothing into this world,
and it is certain we can carry nothing out’ (= Karena kita tidak
membawa apa-apa ke dalam dunia ini, dan adalah pasti kita tidak bisa
membawa apa-apa keluar).
RSV:
‘for we brought nothing into the world,
and we cannot take anything out of the world’ (= karena kita tidak membawa
apa-apa ke dalam dunia ini, dan kita tidak bisa membawa apa-apa keluar dari
dunia ini).
NIV:
‘For we brought nothing into the world,
and we can take nothing out of it’ (= Karena kita tidak membawa apa-apa ke
dalam dunia ini, dan kita tidak bisa membawa apa-apa keluar darinya).
NASB:
‘For we have brought nothing into the
world, so we cannot take anything out of it either’ (= Karena kita tidak
membawa apa-apa ke dalam dunia ini, maka kita juga tidak bisa membawa apapun
keluar darinya).
KJV
adalah satu-satunya yang menambahkan kata-kata ‘it is certain’ (= adalah pasti), tetapi ini dianggap sebagai
suatu penambahan.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘And
it is certain.’ So C Vulgate. Delta ‘it is true.’ But ‘Aleph (a) A G g
omit ‘and it is certain;’ then translate, ‘We brought nothing into the
world (to teach us), that neither can we carry anything out’ (Job 1:21; Eccl
5:15). Nature strips man in returning, as in entering” [= ‘Dan adalah
pasti’. Demikianlah C Vulgate. Delta ‘adalah benar’. Tetapi ‘Aleph (a) A G g
menghapuskan ‘dan adalah pasti’; lalu menterjemahkan, ‘Kita tidak membawa
apapun ke dalam dunia ini (untuk mengajar kita), sehingga kita juga tidak bisa
membawa apapun keluar’ (Ayub 1:21; Pkh 5:15). Alam menelanjangi manusia pada
waktu kembali / keluar seperti pada waktu masuk].
Ayub 1:21
- “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang
mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.
Pkh
5:14-15 - “(14) Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga
ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari
jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya. (15) Inipun
kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi.
Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?”.
Ay 8: “Asal
ada makanan dan pakaian, cukuplah”.
Calvin:
“‘Having
food and raiment.’ When he mentions
‘food and raiment,’ he
excludes luxuries and overflowing abundance; for nature is content with a little
and all that goes beyond the natural use is superfluous. Not that to use them
more largely ought to be condemned on its own account, but lusting after them is
always sinful” (= ‘Mempunyai
makanan dan pakaian’. Pada waktu ia menyebutkan ‘makanan dan pakaian’, ia
mengeluarkan kemewahan dan kelimpahan; karena alam puas dengan yang sedikit dan
semua yang melampaui penggunaan alamiah adalah berlebihan / tak berguna. Bukan
bahwa menggunakan hal-hal itu pada umumnya harus dikecam dalam dirinya sendiri,
tetapi sangat menginginkan hal-hal itu selalu merupakan dosa).
Ay 9: “Tetapi
mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam
berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan
manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan”.
Calvin:
“‘They
who wish to be rich.’ After having exhorted him to be content, and to despise riches, he now
explains how dangerous is the desire of having them, and especially in the
ministers of the Church, of whom he expressly speaks in this passage. Now the
cause of the evils, which the Apostle here enumerates, is not riches, but an
eager desire of them, even though the person should be poor. And here Paul shews
not only what generally happens, but what must always happen; for every man
that has resolved to become rich gives himself up as a captive to the devil.
Most true is that saying of the heathen poet, - ‘He who is desirous of
becoming rich is also desirous of acquiring riches soon.’ ... This
is, indeed, a universal evil; but in the pastors of the Church it is more easily
seen; for they are so maddened by avarice, that they stick at nothing, however
foolish, whenever the glitter of gold or silver dazzles their eyes”
[= ‘Mereka yang ingin kaya’. Setelah mendesak mereka untuk puas, dan untuk
meremehkan kekayaan, sekarang ia menjelaskan betapa berbahayanya keinginan untuk
mendapatkan kekayaan, dan khususnya dalam diri pendeta-pendeta dari Gereja,
tentang siapa ia secara explicit berbicara dalam text ini. Sekarang penyebab
dari kejahatan-kejahatan yang disebutkan sang Rasul di sini, bukanlah kekayaan,
tetapi suatu keinginan yang sangat besar terhadap kekayaan, sekalipun orang itu
miskin. Dan di sini Paulus menunjukkan bukan hanya apa yang pada umumnya
terjadi, tetapi apa yang selalu harus terjadi; karena setiap orang yang
memutuskan untuk menjadi kaya menyerahkan dirinya sendiri sebagai tawanan kepada
setan. Sangat benar / tepat pepatah dari penyair kafir, - ‘Ia yang
ingin menjadi kaya, juga ingin mendapatkan kekayaan dengan cepat / segera’.
... Ini memang merupakan kejahatan universal; tetapi dalam diri pendeta-pendeta
dari Gereja itu terlihat dengan lebih mudah; karena mereka begitu dibuat menjadi
gila / liar oleh ketamakan, sehingga mereka tidak melekat pada apapun / tidak
segan-segan pada apapun (?),
betapapun tololnya, pada waktu kilauan dari emas dan perak mempesona /
menyilaukan mata mereka].
Bdk. Amsal 28:20 - “Orang
yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat
menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman”.
KJV: ‘shall
not be innocent’ (= tidak akan tidak bersalah).
RSV/NIV/NASB: ‘will not go unpunished’
(= tidak akan pergi tanpa dihukum).
Kelihatannya kedua
terjemahan memungkinkan.
Matthew
Henry: “Those that will be rich (that
set their hearts upon the wealth of this world, and are resolved right or wrong,
they will have it), fall into temptation and a snare, v. 9. It is not said,
those that are rich, but those that will be rich, that is, that place their
happiness in worldly wealth, that covet it inordinately, and are eager and
violent in the pursuit of it. Those that are such fall into temptation and a
snare, unavoidably; for, when the devil sees which way their lusts carry them,
he will soon bait his hook accordingly” [= Mereka yang ingin
menjadi kaya (yang mengeset hati mereka pada kekayaan dari dunia ini, dan
memutuskan untuk mendapatkannya dengan cara yang benar ataupun salah), jatuh ke
dalam pencobaan dan suatu jerat, ay 9. Tidak dikatakan ‘mereka yang kaya’,
tetapi ‘mereka yang ingin menjadi kaya’, yaitu, mereka yang menempatkan
kebahagiaan mereka dalam kekayaan duniawi, yang menginginkannya secara
berlebihan, dan dengan sangat ingin dan keras dalam mengejarnya. Mereka yang
seperti itu jatuh ke dalam pencobaan dan suatu jerat, secara tak terhindarkan;
karena, pada waktu setan melihat jalan kemana nafsu mereka membawa mereka, ia
akan segera mengumpani pancingnya sesuai dengannya].
Ay 10: “Karena
akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa
orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.
Calvin
menganggap bahwa kata-kata ini tidak boleh dimutlakkan. Tidak semua dosa
betul-betul muncul dari cinta uang.
Calvin:
“He simply meant, that innumerable evils arise from it; ... And, indeed,
we may most truly affirm, as to the base desire of gain, that there is no kind
of evils that is not copiously produced by it every day; such as innumerable
frauds, falsehoods, perjury, cheating, robbery, cruelty, corruption in
judicature, quarrels, hatred, poisonings, murders; and, in short, almost every
sort of crime” (= Ia sekedar memaksudkan bahwa tak terhitung kejahatan
muncul darinya; ... Dan memang, kita bisa menegaskan dengan benar, berkenaan
dengan keinginan yang jahat akan keuntungan, bahwa tidak ada jenis kejahatan
yang tidak dengan berlimpah-limpah dihasilkan olehnya setiap hari; seperti
penggelapan, kepalsuan / dusta, sumpah palsu, penipuan, perampokan, kekejaman,
korupsi / kejahatan dalam pengadilan, pertengkaran, kebencian, tindakan
meracuni, pembunuhan yang tak terhitung banyaknya; dan singkatnya, hampir setiap
jenis kejahatan).
Matthew
Henry: “The apostle affirms that the
love of money is the root of all evil, v. 10. What sins will not men be drawn to
by the love of money? Particularly this was at the bottom of the apostasy of
many from the faith of Christ; while they coveted money, they erred from the
faith, they quitted their Christianity, and pierced themselves through with many
sorrows. Observe, (1.) What is the root of all evil; the love of money: people
may have money, and yet not love it; but, if they love it inordinately, it will
push them on to all evil. (2.) Covetous persons will quit the faith, if that be
the way to get money: ... Demas hath forsaken me, having loved this present
world, 2 Tim 4:10. For the world was dearer to him than Christianity” [=
Sang rasul menegaskan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan, ay 10.
Dosa-dosa apa yang tidak akan menarik manusia kepadanya oleh cinta uang? Ini
khususnya yang menjadi dasar dari kemurtadan dari banyak orang dari iman kepada
Kristus; pada waktu mereka menginginkan uang, mereka menyimpang dari iman,
mereka meninggalkan kekristenan, dan menusuk / menyakiti diri mereka sendiri
dengan banyak kesedihan. Perhatikan, (1.) Apa yang merupakan akar dari segala
kejahatan; cinta uang: orang bisa mempunyai uang tetapi tidak mencintainya;
tetapi jika mereka sangat mencintainya, itu akan mendorong mereka pada semua
kejahatan. (2.) Orang-orang yang tamak akan meninggalkan iman, jika itu
merupakan jalan untuk mendapatkan uang: ... Demas telah meninggalkan aku, karena
mencintai dunia yang sekarang ini, 2Tim 4:10].
Tentang
contoh Demas ini perhatikan bebarapa ayat di bawah ini.
Kol
4:14 - “Salam kepadamu dari tabib Lukas
yang kekasih dan dari Demas”.
Filemon
24 - “dan dari Markus, Aristarkhus, Demas
dan Lukas, teman-teman sekerjaku”.
2Tim
4:10 - “karena Demas telah mencintai
dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes
telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.
Jadi,
kalau dalam dua ayat yang pertama Demas menyertai Paulus dalam pelayanannya,
maka dalam 2Tim 4:10 Demas meninggalkan Paulus karena kecintaannya pada dunia!
Contoh
lain: pemuda kaya, orang kaya yang bodoh, istri Lot, Akhan dan sebagainya.
Bible
Knowledge Commentary: “Eager
for money, they wandered from the faith. This may mean that they had fallen into
heretical teaching (cf. 2 Tim 2:17-18) or simply that their spiritual
fruitfulness had been choked off (cf. Luke 8:14) by their concern for riches”
[= Sangat ingin akan uang, mereka menyimpang dari iman. Ini bisa berarti bahwa
mereka telah jatuh ke dalam pengajaran yang sesat (bdk. 2Tim 2:17-18) atau
sekedar bahwa keberbuahan mereka secara rohani telah dicekik (bdk. Luk 8:14)
oleh perhatian mereka pada kekayaan].
2Tim 2:17-18
- “(17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka
termasuk Himeneus dan Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan
mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak
iman sebagian orang”.
Luk 8:14
- “Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu,
dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan
dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang”.
Catatan: saya tidak
setuju dengan penggunaan 2Tim 2:17-18, karena sama sekali tak ada petunjuk
bahwa Himeneus dan Filetus jatuh ke dalam pengajaran sesat karena uang.
-o0o-
author : Pdt. Budi Asali, M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at
[email protected]
Base URL
http://www.golgothaministry.org