Eksposisi Kitab Samuel yang Pertama

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


I Samuel 22:6-23

 

 

Matthew Henry: “We have seen the progress of David’s troubles; now here we have the progress of Saul’s wickedness” (= Kita telah melihat kemajuan dari kesukaran-kesukaran Daud; sekarang di sini kita mendapatkan kemajuan dari kejahatan Saul).

 

I) Kata-kata Saul kepada anak buahnya.

 

1)   Saul mengadakan ‘kampanye pemilu’!

 

a)   Ay 7a: “‘Cobalah dengar, ya orang-orang Benyamin!”.

 

1.   Dalam ay 7 ini dikatakan bahwa kata-kata Saul ditujukan kepada orang-orang Benyamin, dan dari ayat ini Pulpit Commentary mengatakan (hal 412) bahwa mungkin Saul sudah tidak diikuti oleh suku-suku lain, selain sukunya sendiri. Saya tidak tahu apakah kata-kata ini bisa dibenarkan atau tidak.

 

2.   Dari kata-katanya, kelihatannya Saul ingin orang-orang dari suku Benyamin itu berpihak kepadanya, karena ia adalah orang Benyamin, bukan kepada Daud, yang dari suku Yehuda. Ini jelas merupakan suatu tuntutan yang salah!

 

Tetapi dalam kenyataannya, kelihatannya memang banyak orang Benyamin yang setia kepada Saul, bahkan pada saat Saul sudah mati dan Daud sudah naik takhta.

 

2Sam 16:5-8,13 - “(5) Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. (6) Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. (7) Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: ‘Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! (8) TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.’ ... (13) Demikianlah Daud melanjutkan perjalanannya dengan orang-orangnya, sedang Simei berjalan terus di lereng gunung bertentangan dengan dia dan sambil berjalan ia mengutuk, melemparinya dengan batu dan menimbulkan debu”. Bdk. juga dengan 2Sam 19:15-23.

 

Jangan meniru hal seperti ini! Kita tidak boleh berpihak kepada seseorang karena ia adalah orang yang sama dengan kita dalam:

 

·        kebangsaannya.

 

·        sukunya.

 

·        golongannya.

 

·        jenis kelaminnya.

 

·        kondisi ekonominya.

 

·        partainya.

 

·        gereja / alirannya.

 

·        dsb.

 

Kita harus berpihak kepada kebenaran / orang yang benar!

 

b)   Ay 7b: “Apakah anak Isai itu juga akan memberikan kepada kamu sekalian ladang dan kebun anggur, apakah ia akan mengangkat kamu sekalian menjadi kepala atas pasukan seribu dan atas pasukan seratus”.

 

Dengan kata-kata ini Saul menyatakan bahwa mereka seharusnya berpihak kepadanya, bukan kepada Daud, karena dia, dan bukan Daud, memberikan ladang, pangkat / pekerjaan, dan sebagainya, kepada mereka. Ini ‘kampanye pemilu’ yang jelas salah, karena seseorang seharusnya berpihak kepada orang yang benar, bukan kepada orang yang menguntungkan. Orang Kristen boleh saja terjun dalam dunia politik, tetapi ingat bahwa kebenaran harus selalu di atas politik!

 

2)   Saul memfitnah.

 

Ay 8: “sehingga kamu sekalian mengadakan persepakatan melawan aku dan tidak ada seorangpun yang menyatakan kepadaku, bahwa anakku mengikat diri dengan anak Isai itu? Tidak ada seorangpun dari kamu yang cemas karena aku, atau yang menyatakan kepadaku, bahwa anakku telah menghasut pegawaiku melawan aku menjadi penghadang seperti sekarang ini.’”.

 

Ay 8 ini jelas merupakan suatu fitnahan terhadap Daud dan Yonatan, karena:

 

·        sekalipun mereka berdua adalah sahabat karib, dan memang mempunyai persepakatan, tetapi mereka tidak pernah melakukan persepakatan untuk melawan Saul.

 

·        Daud tidak pernah menjadi penghadang terhadap Saul. Sebaliknya, Saullah yang melawan Daud dan ingin membunuhnya.

 

·        Yonatan tidak pernah menghasut Daud untuk melawan Saul dan menjadi penghadang terhadap Saul.

 

Matthew Henry: “thus the best friends to their prince and country have often been odiously represented as enemies to both” (= demikianlah sahabat-sahabat yang terbaik terhadap raja / pangeran dan negara sering digambarkan secara menjijikkan sebagai musuh-musuh terhadap keduanya).

 

Mungkin ay 8 ini bukan fitnahan yang disengaja. Mungkin Saul memang mengira bahwa Yonatan memang bersekongkol dengan Daud untuk menjatuhkan dia, dan lalu melontarkan tuduhan seperti itu. Mengapa Saul bisa berpikiran seperti itu?

 

Matthew Henry: “Saul took it for granted that Jonathan and David were in a plot against him, his crown and dignity, and was displeased with his servants that they did not give him information of it, supposing that they could not but know it; whereas really there was no such thing. See the nature of a jealous malice, and its pitiful arts to extort discoveries of things that are not” (= Saul menganggap pasti bahwa Yonatan dan Daud ada dalam persekongkolan melawan dia, mahkota dan kewibawaannya, dan sangat tidak senang kepada pelayan-pelayannya karena mereka tidak memberinya informasi tentangnya, dan ia menganggap bahwa mereka pasti tahu tentang hal itu; sedangkan sesungguhnya tidak ada hal seperti itu. Lihatlah sifat dasar dari suatu kebencian karena cemburu, dan seninya yang menyedihkan untuk memeras penemuan hal-hal yang tidak ada).

 

Jadi ini diakibatkan oleh iri hati / kecemburuan. Sebetulnya iri hati mungkin tidak termasuk dosa yang sangat hebat, mengingat larangan untuk iri hati ‘hanya’ terdapat dalam rangking ke 10 dalam 10 hukum Tuhan. Tetapi ingat bahwa dosa ini bisa membawa saudara kepada dosa-dosa lain yang lebih hebat. Bandingkan dengan:

 

¨       tokoh-tokoh Yahudi yang juga membenci Yesus karena dengki, dan akhirnya menyerahkan Dia kepada Pontius Pilatus untuk dibunuh.

 

Mat 27:18 - “Ia (Pontius Pilatus) memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.

 

KJV: ‘For he knew that for envy they had delivered him’ (= Karena ia tahu bahwa karena iri hati mereka telah menyerahkan Dia).

 

¨       Kain, yang karena iri hati, lalu membunuh Habel, adiknya sendiri (Kej 4:1-dst).

 

Dalam komentarnya tentang Yak 3:14, Thomas Manton berkata:

“The whole world, though otherwise empty of men, could not contain two brothers when one was envied” (= Seluruh dunia, sekalipun sebetulnya kosong, tidak bisa menampung 2 bersau­dara, dimana yang satu iri hati kepada yang lain).

 

Renungkan: kalau seluruh dunia tidak bisa menampung 2 orang dimana yang seorang iri hati kepada yang lain, bisakah 1 gereja menampung 50 atau 100 orang dimana satu sama lain saling iri hati?

 

Kalau saudara sering iri hati, sadarilah bahwa itu ditimbulkan dalam hati saudara oleh setan, dan bertobatlah! Mintalah Tuhan mengampuni dosa itu dan bahkan menyucikan diri saudara dari dosa itu.

 

II) Jawaban / fitnahan Doeg.

 

1)   Terjemahan/ KJV yang salah.

 

Ay 9a: “Lalu menjawablah Doeg, orang Edom itu, yang berdiri dekat para pegawai Saul, katanya”.

 

KJV: ‘Then answered Doeg the Edomite, which was set over the servants of Saul, and said, ...’ (= Lalu menjawablah Doeg, orang Edom itu, yang ditetapkan atas pelayan-pelayan Saul, dan berkata, ...).

 

Ini salah terjemahan! Kitab Suci Indonesia cukup bagus terjemahannya.

 

2)   Doeg adalah orang Edom.

 

Dalam Kitab Suci ‘orang Edom’ disebut sebagai ‘saudara Israel’, seperti dalam:

 

·        Bil 20:14 - “Kemudian Musa mengirim utusan dari Kadesh kepada raja Edom dengan pesan: ‘Beginilah perkataan saudaramu Israel: Engkau tahu segala kesusahan yang telah menimpa kami”.

 

·        Ul 2:4,8 - “(4) Perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian: Sebentar lagi kamu akan berjalan melalui daerah saudara-saudaramu, bani Esau, yang diam di Seir; mereka akan takut kepadamu. Tetapi hati-hatilah sekali; ... (8) Kemudian kita berjalan terus, meninggalkan daerah saudara-saudara kita, bani Esau yang diam di Seir, meninggalkan jalan dari Araba-Yordan, yakni dari Elat dan Ezion-Geber. Sesudah itu kita belok dan berjalan terus ke arah padang gurun Moab”.

 

·        Ul 23:7 - “Janganlah engkau menganggap keji orang Edom, sebab dia saudaramu. Janganlah engkau menganggap keji orang Mesir, sebab engkaupun dahulu adalah orang asing di negerinya”.

 

·        Amos 1:11 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Karena tiga perbuatan jahat Edom, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusanKu: Oleh karena ia mengejar saudaranya dengan pedang dan mengekang belas kasihannya, memendamkan amarahnya untuk selamanya dan menyimpan gemasnya untuk seterusnya”.

 

Sedangkan ‘orang Ismael’, sepanjang yang saya ketahui, tidak pernah disebut ‘saudara Israel’ ataupun ‘saudara sepupu Israel’!

 

Ini perlu kita ketahui karena ada orang Islam yang menafsirkan bahwa kata-kata ‘saudara-saudaramu / mereka’ dalam Ul 18:15,18 menunjuk kepada ‘bani Ismael’ (orang Arab), dan nabi itu menunjuk kepada nabi Muhammad.

 

Ul 18:15,18 - “(15) Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. ... (18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya”.

 

Kata-kata ‘saudara-saudaramu / mereka’ dalam Ul 18:15,18 sama sekali tidak menunjuk kepada bani Ismael, bahkan juga tidak kepada orang Edom, karena adanya kata-kata ‘sama seperti aku’ / ‘seperti engkau ini’ dimana kata ‘aku’ dan ‘engkau’ di sini menunjuk kepada Musa. Jadi, istilah ‘saudara-saudaramu / mereka’ menunjuk kepada orang Israel, dan nabi itu jelas adalah Yesus.

 

3)   Laporan / fitnahan  Doeg.

 

Ay 9-10: “(9) Lalu menjawablah Doeg, orang Edom itu, yang berdiri dekat para pegawai Saul, katanya: ‘Telah kulihat, bahwa anak Isai itu datang ke Nob, kepada Ahimelekh bin Ahitub. (10) Ia menanyakan TUHAN bagi Daud dan memberikan bekal kepadanya; juga pedang Goliat, orang Filistin itu, diberikannya kepadanya.’”.

 

a)   Doeg melaporkan kepada Saul bahwa Ahimelekh memintakan petunjuk Tuhan untuk Daud, dan memberikan bekal dan pedang Goliat kepadanya.

 

b)   Ada bagian yang diperdebatkan, apakah benar atau tidak, yaitu bagian dimana Doeg mengatakan bahwa Ahimelekh menanyakan Tuhan bagi Daud (ay 10a), karena dalam penceritaannya dalam 1Sam 21:1-9, hal itu tidak ada.

 

Tetapi hanya sedikit penafsir yang beranggapan bahwa kata-kata Doeg pada bagian ini adalah tidak benar. Salah satu dari penafsir-penafsir itu adalah Albert Barnes.

 

Barnes’ Notes: “‘He inquired of the LORD ...’ This was not true, but Ahimelech’s going to fetch the sword from behind the ephod might have given occasion to the belief on Doeg’s part that he had put on the ephod to inquire of the Lord for David” (= ‘Ia menanyakan TUHAN ...’ Ini tidak benar, tetapi kepergian Ahimelekh untuk mengambil pedang dari belakang efod mungkin menyebabkan Doeg mempercayai bahwa ia telah memakai efod itu untuk menanyakan Tuhan untuk Daud).

 

Bdk. 1Sam 21:9 - “Kemudian berkatalah imam itu: ‘Pedang Goliat, orang Filistin, yang kaupukul kalah di Lembah Tarbantin, itulah yang ada di sini, terbungkus dalam kain di belakang efod itu. Jika engkau hendak mengambilnya, ambillah; yang lain tidak ada, hanya ini.’ Kata Daud: ‘Tidak ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku.’”.

 

Tetapi kebanyakan penafsir beranggapan bahwa kata-kata Doeg pada bagian ini, sekalipun tidak diceritakan dalam 1Sam 21:1-9, adalah benar. Ini terlihat dari jawaban Ahimelekh, yang akan kita pelajari nanti (tetapi jawaban Ahimelekh inipun diperdebatkan).

 

c)   Kalaupun kata-kata Doeg semuanya benar, ia tetap melaporkan secara kurang ajar, karena ia tidak menceritakan seluruh kebenaran!

 

Matthew Henry: “All this was true; but it was not the whole truth. He ought to have told Saul further that David had made Ahimelech believe he was then going upon the king’s business; so that what service he did to David, however it proved, was designed in honour to Saul, and this would have cleared Ahimelech, whom Saul had in his power, and would have thrown all the blame upon David, who was out of his reach” (= Semua ini benar; tetapi itu bukan seluruh kebenaran. Ia seharusnya memberitahu Saul lebih lanjut bahwa Daud telah membuat Ahimelekh percaya bahwa pada saat itu ia sedang melakukan urusan raja; sehingga pelayanan apa yang ia lakukan kepada Daud, bagaimanapun itu dibuktikan, ditujukan untuk menghormati Saul, dan ini akan membersihkan Ahimelekh, yang ada dalam kuasa Saul, dan akan melemparkan semua kesalahan kepada Daud, yang ada di luar jangkauannya).

 

Jadi, alasan dari tindakan Ahimelekh membantu Daud, tidak diceritakan oleh Doeg. Padahal, apa alasan seseorang melakukan sesuatu sering bisa menjadikan sesuatu yang membenarkan tindakannya, yang kelihatannya salah.

 

Misalnya: Abraham bisa dianggap sebagai gila, jahat, psikopat, dsb, pada waktu ia mau membunuh Ishak dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Tetapi kalau kita tahu alasan yang menyebabkan ia melakukan hal itu, yaitu bahwa Tuhan yang memerintahkan dia (untuk menguji dia), maka tentu saja kita sama sekali tidak bisa menyalahkan dia. Sebaliknya, kita akan menganggapnya sebagai seseorang yang hebat dalam iman dan ketaatan (bdk. Ibr 11:17-19).

 

Jadi, dengan tidak menceritakan alasan yang menyebabkan Ahimelekh membantu Daud, Doeg sebetulnya sudah memfitnah Ahimelekh.

 

Matthew Henry: “It must not be forgotten here that David at this time penned Psalm 52, as appears by the title of that psalm, wherein he represents Doeg not only as malicious and spiteful, but as false and deceitful, because though what he said was, for the substance of it, true, yet he put false colours upon it, with a design to do mischief” (= Tidak boleh dilupakan di sini bahwa Daud pada saat ini menuliskan Maz 52, seperti terlihat dari judul mazmur itu, dimana ia menggambarkan Doeg bukan hanya sebagai jahat dan pendendam, tetapi juga sebagai palsu dan bersifat penipu, karena sekalipun apa yang ia katakan, isinya benar, tetapi ia memberikan warna yang salah padanya, dengan rencana untuk melakukan kejahatan).

 

Bdk. Maz 52:1-6 - (1) Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran Daud, (2) ketika Doeg, orang Edom itu, datang memberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah sampai di rumah Ahimelekh. (3) Mengapa engkau memegahkan diri dengan kejahatan, hai pahlawan, terhadap orang yang dikasihi Allah sepanjang hari? (4) Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai engkau, penipu! (5) Engkau mencintai yang jahat lebih dari pada yang baik, dan dusta lebih dari pada perkataan yang benar. Sela (6) Engkau mencintai segala perkataan yang mengacaukan, hai lidah penipu!”.

 

III) Penghakiman dan penghukuman terhadap Ahimelekh.

 

1)   Saul memanggil Ahimelekh.

 

Ay 11-12: “(11) Lalu raja menyuruh memanggil Ahimelekh bin Ahitub, imam itu, bersama-sama dengan seluruh keluarganya, para imam yang di Nob; dan datanglah sekaliannya menghadap raja. (12) Kata Saul: ‘Cobalah dengar, ya anak Ahitub!’ Jawabnya: ‘Ya, tuanku.’”.

 

Matthew Henry: “Saul arraigns Ahimelech himself with the utmost disdain and indignation (v. 12): Hear now, thou son of Ahitub; not so much as calling him by his name, much less giving him his title of distinction. By this it appears that he had cast off the fear of God, that he showed no respect at all to his priests, but took a pleasure in affronting them and insulting them” [= Saul memanggil Ahimelekh sendiri dengan sikap menghina / meremehkan dan marah (ay 12): ‘Dengarlah sekarang, engkau anak Ahitub’; ia tidak memanggil namanya, apalagi memberinya gelar kehormatannya. Dengan ini terlihat bahwa ia telah membuang semua rasa takut kepada Allah, sehingga ia tidak menunjukkan rasa hormat sama sekali kepada imam-imamNya, tetapi mendapatkan kesenangan dalam menghina mereka].

 

Ini merupakan suatu sikap merendahkan, dan menunjukkan bahwa Saul telah membuang semua rasa takut kepada Tuhan.

 

2)   Pertanyaan Saul.

 

Ay 13: “Kemudian bertanyalah Saul kepadanya: ‘Mengapa kamu mengadakan persepakatan melawan aku, engkau dengan anak Isai itu, dengan memberikan roti dan pedang kepadanya, menanyakan Allah baginya, sehingga ia bangkit melawan aku menjadi penghadang seperti sekarang ini?’”.

 

Perhatikan bahwa Saul bertanya: mengapa kamu mengadakan persepakatan melawan aku, ...?’.

 

Kalau Saul memang mau mengadili dengan benar, seharusnya ia bertanya: Apakah kamu mengadakan persepakatan melawan aku, ...?’.

 

Dari pertanyaannya kelihatannya Saul sudah menjatuhkan penghakiman, sebelum membuktikan kesalahan Ahimelekh, dan bahkan sebelum menanyai Ahimelekh. Ia hanya mendengar kabar tentang kesalahan Ahimelekh dari Doeg, dan sama sekali belum menanyai atau mendengar apapun dari Ahimelekh, tetapi sudah memvonisnya dalam hati! Tidak heran bahwa tidak peduli apapun yang dikatakan oleh Ahimelekh, ia tetap menyalahkannya dan menjatuhkan hukuman mati kepadanya.

 

Bdk. Kis 24:10 - “Lalu wali negeri itu memberi isyarat kepada Paulus, bahwa ia boleh berbicara. Maka berkatalah Paulus: ‘Aku tahu, bahwa sudah bertahun-tahun lamanya engkau menjadi hakim atas bangsa ini. Karena itu tanpa ragu-ragu aku membela perkaraku ini di hadapanmu”.

 

Feliks mempunyai suatu hal yang baik, yaitu: dalam menangani / mengadili suatu pertikaian, ia selalu mendengar dari kedua pihak. Setelah mendengar dakwaan dari para pendakwa, ia mau mendengar pembelaan dari Paulus. Hal seperti ini memang merupakan tradisi orang-orang Romawi.

 

Bdk. Kis 25:16 - “Aku (Feliks) menjawab mereka, bahwa bukanlah kebiasaan pada orang-orang Roma untuk menyerahkan seorang terdakwa sebagai suatu anugerah sebelum ia dihadapkan dengan orang-orang yang menuduhnya dan diberi kesempatan untuk membela diri terhadap tuduhan itu”.

 

Catatan: kata-kata ‘sebagai suatu anugerah’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

 

Dalam tafsirannya tentang Kis 25:16 ini Matthew Henry menyebut hukum ini sebagai: “the law of nature and the fundamental rules of justice” (= hukum dari alam dan peraturan dasar dari keadilan).

 

Dan ia menambahkan: Audi et alteram partem - ‘Hear the other side,’ had become a proverb among them. This rule we ought to be governed by in our private censures in common conversation; we must not give men bad characters, nor condemn their words and actions, till we have heard what is to be said in their vindication. See Jn. 7:51” (= Audi et alteram partem - ‘Dengarlah pihak yang lain’, telah menjadi suatu pepatah di antara mereka. Peraturan ini harus membimbing kita dalam pencelaan / pengecaman pribadi kita dalam pembicaraan biasa; kita tidak boleh memberi orang ciri buruk, ataupun mengecam kata-kata dan tindakan-tindakan mereka, sampai kita mendengar apa yang dikatakan dalam pembelaan mereka).

 

Bdk. Yoh 7:51 - “‘Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya?’”.

 

Bdk. Ul 19:16-19 - “(16) Apabila seorang saksi jahat menggugat seseorang untuk menuduh dia mengenai suatu pelanggaran, (17) maka kedua orang yang mempunyai perkara itu haruslah berdiri di hadapan TUHAN, di hadapan imam-imam dan hakim-hakim yang ada pada waktu itu. (18) Maka hakim-hakim itu harus memeriksanya baik-baik, dan apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi dusta dan bahwa ia telah memberi tuduhan dusta terhadap saudaranya, (19) maka kamu harus memperlakukannya sebagaimana ia bermaksud memperlakukan saudaranya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.

 

Memang tidak dikatakan secara explicit bahwa sang terdakwa harus didengar pembelaannya, tetapi bahwa ‘kedua orang itu dihadapkan’, dan bahwa ‘hakim harus memeriksanya baik-baik’, jelas menunjukkan bahwa sang terdakwa harus didengarkan pembelaannya. Lebih-lebih kata-kata ‘apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi dusta’ pasti menunjukkan bahwa sang terdakwa harus diberi kesempatan membela diri. Kalau tidak, bagaimana bisa diketahui bahwa saksi itu adalah saksi dusta?

 

Jadi sebetulnya bukan hanya hukum Romawi yang mengharuskan hal itu, tetapi hukum Taurat / Firman Tuhan juga demikian.

 

Penerapan:

 

Banyak orang Kristen bersikap seperti Saul. Baru mendengar gosip / kata-kata orang, yang sama sekali belum tentu kebenarannya, sudah menjatuhkan penghakiman! Baru melihat seseorang mengucapkan / melakukan sesuatu, yang ia anggap salah, dan belum mengetahui alasan / pembelaan dari orang itu, sudah mengecam orang itu, dan mempunyai kesan yang jelek tentang orang itu dalam dirinya.

 

3)   Pembelaan Ahimelekh.

 

Ay 14-15: “(14) Lalu Ahimelekh menjawab raja: ‘Tetapi siapakah di antara segala pegawaimu yang dapat dipercaya seperti Daud, apalagi ia menantu raja dan kepala para pengawalmu, dan dihormati dalam rumahmu? (15) Bukan ini pertama kali aku menanyakan Allah bagi dia. Sekali-kali tidak! Janganlah kiranya raja melontarkan tuduhan kepada hambamu ini, bahkan kepada seluruh keluargaku, sebab hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu, baik tentang perkara kecil maupun perkara besar.’”.

 

a)   Menghadapi tuduhan / fitnahan Saul itu, Ahimelekh bukannya cuma berdiam diri, tetapi memberikan pembelaan. Perhatikan bahwa apa yang dilakukan Yesus, yaitu berdiam diri menghadapi fitnahan, tidak selalu harus kita teladani! Ahimelekh membela diri, demikian juga Paulus (Kis 22:1-dst  Kis 23:1-dst  Kis 24:10-dst  Kis 25:8,10-11  Kis 26:1-dst  1Kor 9:3), Petrus (Kis 2:13-dst), Stefanus (Kis 6:11-7:53).

 

b)   Ahimelekh membela diri bukan dengan menyangkal apa yang memang dilakukannya. Sebaliknya, ia mengakuinya, tetapi ia memberikan alasan mengapa ia melakukan hal tersebut.

 

Alasannya adalah:

 

1.   Daud adalah orang yang paling dapat dipercaya dari antara semua pegawai Saul, dan ia adalah menantu Saul, kepala pengawal Saul, dan adalah orang yang dihormati dalam rumah Saul (ay 14).

 

2.   Ia tidak tahu apa-apa tentang permusuhan antara Daud dengan Saul, dan bahwa Daud sekarang menjadi seorang buronan. Ini terlihat dari kata-kata ‘sebab hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu’ (ay 15b).

 

Dengan demikian, apa yang ia lakukan untuk Daud, sebetulnya ia lakukan demi Saul.

 

c)   Dalam pembelaan Ahimelekh ini ada bagian yang diperdebatkan artinya.

 

Ay 15a: “Bukan ini pertama kali aku menanyakan Allah bagi dia. Sekali-kali tidak!”.

 

RSV: ‘Is today the first time that I have inquired of God for him? No!’ (= Apakah hari ini adalah yang pertama kalinya aku menanyakan Allah untuk dia? Tidak!).

 

NIV: ‘Was that day the first time I inquired of God for him? Of course not!’ (= Apakah hari itu adalah hari pertama aku menanyakan Allah untuk dia? Tentu saja tidak!).

 

Kelihatannya RSV dan NIV sama dengan Kitab Suci Indonesia. Tetapi bandingkan dengan KJV dan NASB di bawa ini, yang memberikan terjemahan yang berbeda.

 

KJV: ‘Did I then begin to enquire of God for him? be it far from me’ (= Apakah saat itu aku mulai menanyakan Allah untuk dia? jauhlah itu dari padaku).

 

NASB: ‘Did I just begin to inquire of God for him today? Far be it from me!’ (= Apakah aku mulai menanyakan Allah untuk dia hari ini? Jauhlah itu dari padaku!).

 

Ada 2 penafsiran tentang kata-kata ini:

 

1.   Ahimelekh menyangkal bahwa pada saat itu ia untuk pertama-kalinya menanyakan petunjuk Tuhan bagi Daud (Barnes Notes).

 

Barnes’ Notes: “it is much better to understand the words as Ahimelech’s solemn denial of having inquired of the Lord for David, a duty which he owed to Saul alone as king of Israel. The force of the word ‘begin’ lies in this, that it would have been his first act of allegiance to David and defection from Saul. This he strenuously repudiates” (= adalah lebih baik untuk mengerti kata-kata itu sebagai penyangkalan yang khidmat dari Ahimelekh tentang tindakan menanyakan Tuhan untuk Daud, suatu kewajiban yang harus ia lakukan hanya bagi Saul sebagai raja Israel. Kekuatan dari kata ‘mulai’ terletak di sini, bahwa itu merupakan tindakan kesetiaan pertama kepada Daud dan tindakan meninggalkan Saul. Ini dengan keras ia sangkal).

 

Catatan: saya menyangsikan bahwa tindakan menanyakan Tuhan itu merupakan suatu kewajiban yang hanya boleh dilakukan bagi raja.

 

2.   Ahimelekh menyatakan bahwa sebelum peristiwa ini ia sudah sering menanyakan petunjuk Tuhan bagi Daud.

 

Adam Clarke: “He probably means that his inquiring now for David was no new thing, having often done so before, and without ever being informed it was either wrong in itself, or displeasing to the king” (= Ia mungkin memaksudkan bahwa tindakannya menanyakan untuk Daud sekarang bukanlah hal yang baru, karena ia telah sering melakukan demikian sebelumnya, dan tanpa pernah diberitahu bahwa itu adalah salah dalam dirinya sendiri, atau tidak menyenangkan untuk raja).

 

Mayoritas penafsir mengambil pandangan ini, dan saya setuju dengan pandangan kedua ini.

 

d)   Sesuatu yang bagus dalam diri Ahimelekh adalah bahwa dalam membela dirinya ia tidak mau menunjukkan kejelekan Daud yang membohongi dirinya.

 

4)   Keputusan Saul.

 

Ay 16: “Tetapi raja berkata: ‘Engkau mesti dibunuh, Ahimelekh, engkau dan seluruh keluargamu.’”.

 

Bandingkan juga kata-kata Saul ‘mereka tahu (ay 17b) dengan kata-kata Ahimelekh ‘hambamu ini tidak tahu apa-apa (ay 15b).

 

Saul tidak bisa menjawab argumentasi dari Ahimelekh, tetapi tetap menyalahkan dan menjatuhkan hukuman mati untuk dia. Ia tidak mempedulikan pembelaan Ahimelekh yang begitu meyakinkan. Ia tidak peduli bahwa ia tidak bisa membuktikan kesalahan Ahimelekh. Ia tetap menyalahkan, dan menjatuhkan hukuman mati, bukan hanya terhadap Ahimelekh, tetapi juga terhadap seluruh keluarganya! Tidak ada yang lebih tidak adil dari ini!

 

5)   Pelaksanaan keputusan Saul.

 

a)   Saul memerintahkan tentaranya untuk membunuh para imam Tuhan, tetapi tentaranya menolak untuk melakukannya.

 

Ay 17: “Lalu raja memerintahkan kepada bentara yang berdiri di dekatnya: ‘Majulah dan bunuhlah para imam TUHAN itu sebab mereka membantu Daud; sebab walaupun mereka tahu, bahwa ia melarikan diri, mereka tidak memberitahukan hal itu kepadaku.’ Tetapi para pegawai raja tidak mau mengangkat tangannya untuk memarang imam-imam TUHAN itu”.

 

1.   Perintah raja yang biadab.

 

Pulpit Commentary: “in spite of his transparent innocence, Saul orders the slaughter not only of God’s high priest, but of the whole body of the priesthood whom he had placed at Nob” (= sekalipun terlihat secara jelas ketidak-bersalahan dari Ahimelekh, Saul memerintahkan pembantaian bukan saja terhadap imam besar Allah, tetapi terhadap seluruh tubuh keimaman yang telah ia tempatkan di Nob) - hal 412.

 

Matthew Henry: never was the command of a prince more barbarously given: Turn and slay the priests of the Lord. ... to call them the priests of the Lord, when he ordered his footmen to cut their throats, looked as if, upon that very account, he hated them. God having rejected him, and ordered another to be anointed in his room, he seems well pleased with this opportunity of being revenged on the priests of the Lord, since God himself was out of his reach” (= tidak pernah ada perintah dari seorang pangeran / raja yang diberikan dengan lebih biadab: Berbaliklah dan bunuhlah imam-imam Tuhan itu. ... menyebut mereka imam-imam Tuhan, pada waktu ia memerintahkan tentaranya untuk menggorok leher mereka, dari cerita ini terlihat seakan-akan, ia membenci mereka. Karena Allah telah menolak dia, dan memerintahkan seseorang lain untuk diurapi untuk menggantikannya, ia kelihatannya senang dengan kesempatan untuk membalas dendam kepada imam-imam Tuhan, karena Allah sendiri ada di luar jangkauannya).

 

2.   Penolakan yang mulia / terhormat dari pada tentara.

 

Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa tentara Saul berani menolak perintah Saul.

 

Matthew Henry: never was the command of a prince more honourably disobeyed. The footmen had more sense and grace than their master. Though they might expect to be turned out of their places, if not punished and put to death for their refusal, yet, come on them what would, they would not offer to fall upon the priests of the Lord, such a reverence had they for their office, and such a conviction of their innocence” (= tidak pernah ada perintah dari seorang pangeran / raja yang tidak ditaati secara lebih terhormat. Tentara-tentara lebih mempunyai pikiran dan kasih karunia dari pada tuan mereka. Sekalipun mereka bisa mengharapkan untuk diusir / dikeluarkan dari tempat mereka, jika tidak dihukum dan dibunuh karena penolakan mereka, tetapi apapun yang terjadi, mereka tidak mau menawarkan diri untuk menyerang imam-imam Tuhan, mereka memiliki rasa hormat yang seperti untuk jabatan imam-imam itu, dan keyakinan sedemikian rupa akan ketidak-bersalahan mereka).

 

Bdk. Kis 5:29 - “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia”.

 

Penerapan:

 

Kalau saudara mendapat perintah dari orang tua, guru / dosen, boss / atasan saudara, dan itu bertentangan dengan perintah dari Tuhan, yang mana yang saudara taati?

 

b)   Saul memerintahkan Doeg untuk membunuh para imam, dan Doeg mentaatinya.

 

Ay 18: “Lalu berkatalah raja kepada Doeg: ‘Majulah engkau dan paranglah para imam itu.’ Maka majulah Doeg, orang Edom itu, lalu memarang para imam itu. Ia membunuh pada hari itu delapan puluh lima orang, yang memakai baju efod dari kain lenan.

 

1.   Doeg sendiri disuruh melaksanakan hukuman mati tersebut.

 

Bdk. Ul 17:7 - Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.’”.

 

2.   Ay 18: ‘delapan puluh lima orang’.

 

Adam Clarke: “‘Fourscore and five persons.’ The Septuagint reads triakosious kai pente andras, three hundred and five men; and Josephus has three hundred and eighty-five men. Probably the eighty-five were priests; the three hundred, the families of the priests; three hundred and eighty-five being the whole population of Nob” (= ‘Delapan puluh lima orang’. Septuaginta membaca triakosious kai pente andras, 305 orang; dan Josephus mengatakan 385 orang. Mungkin 85 adalah imam-imam; dan yang 300 adalah keluarga dari imam-imam; dan 385 merupakan seluruh penduduk dari Nob).

 

3.   Ay 18: ‘yang memakai baju efod dari kain lenan’.

 

Adam Clarke: “‘That did wear a linen ephod.’ That is, persons who did actually administer, or had a right to administer, in sacred things. The linen ephod was the ordinary clothing of the priests” (= ‘yang memakai baju efod dari kain lenan’. Yaitu, orang-orang yang sungguh-sungguh melayani, dalam hal-hal keramat / kudus. Efod dari kain lenan merupakan pakaian biasa dari imam-imam).

 

c)   Saul bahkan juga membunuh semua penduduk Nob (keluarga dari para imam itu) dan semua ternaknya.

 

Ay 19: “Juga penduduk Nob, kota imam itu, dibunuh raja dengan mata pedang; laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak yang menyusu, pula lembu, keledai dan domba dibunuhnya dengan mata pedang”.

 

Ketidak-adilan dan kejahatan Saul makin nyata dalam membunuh bukan hanya Ahimelekh, tetapi juga semua imam yang lain, dan bahkan juga seluruh penduduk kota Nob, yang rupanya adalah keluarga dari para imam tersebut, dengan ternak mereka.

 

Mungkin Saul membenarkan tindakan ini dengan menggunakan Ul 13:12-15 - “(12) Apabila di salah satu kota yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diam di sana, kaudengar orang berkata: (13) Ada orang-orang dursila tampil dari tengah-tengahmu, yang telah menyesatkan penduduk kota mereka dengan berkata: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak kamu kenal, (14) maka haruslah engkau memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di tengah-tengahmu, (15) maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk kota itu, dan tumpaslah dengan mata pedang kota itu serta segala isinya dan hewannya”.

 

Tetapi text ini berbicara tentang penyesatan, dan orang-orang kota itu menuruti penyesatan itu (perhatikan bagian yang saya garis bawahi tersebut). Tentu sangat berbeda dengan pembunuhan para imam dan seluruh penduduk kota Nob, yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang persoalan tersebut.

 

Adam Clarke: “This is one of the worst acts in the life of Saul; his malice was implacable, and his wrath was cruel, and there is no motive of justice or policy by which such a barbarous act can be justified” (= Ini adalah salah satu dari tindakan terburuk dalam kehidupan Saul; kebencian / kedengkiannya bersifat kepala batu, dan kemurkaannya kejam, dan tidak ada motivasi keadilan atau politik dengan mana suatu tindakan biadab seperti itu bisa dibenarkan).

 

6)   Tuhan mengijinkan pembunuhan terhadap Ahimelekh untuk menggenapi nubuatNya dalam:

 

·        1Sam 2:30-33 - “(30) Sebab itu - demikianlah firman TUHAN, Allah Israel - sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapanKu selamanya, tetapi sekarang - demikianlah firman TUHAN - : Jauhlah hal itu dari padaKu! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. (31) Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu. (32) Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya. (33) Tetapi seorang dari padamu yang tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbahKu akan membuat matamu rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh pedang lawan.

 

·        1Sam 3:11-14 - “(11) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua telinganya. (12) Pada waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. (13) Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka! (14) Sebab itu Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk selamanya.’”.

 

Ahimelekh memang termasuk keturunan Eli.

 

1Sam 14:3 - “Ahia, anak Ahitub, saudara Ikabod, anak Pinehas, anak Eli, imam TUHAN di Silo, dialah yang memakai baju efod pada waktu itu. Tetapi rakyat tidak tahu tentang perginya Yonatan itu”.

 

Baik Ahia maupun Ahimelekh adalah anak dari Ahitub, yang dari ayat tersebut terlihat jelas sebagai keturunan Eli. Ada yang mengatakan bahwa Ahia adalah sama dengan Ahimelekh (ia punya dua nama), tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Ahia adalah saudara dari Ahimelekh (Unger’s Bible Dictionary, hal 32-33).

 

IV) Abyatar lari kepada Daud.

 

1)   Anak Ahimelekh, yang bernama Abyatar, lolos dari pembantaian tersebut, dan ia lari kepada Daud.

 

Ay 20-21: “(20) Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia melarikan diri menjadi pengikut Daud. (21) Ketika Abyatar memberitahukan kepada Daud, bahwa Saul telah membunuh para imam TUHAN”.

 

Kata-kata Abyatar dalam ay 21, yang mengatakan bahwa Saul telah membunuh para imam Tuhan’, bukan merupakan dusta. Pada waktu Saul menyuruh orang untuk membunuh para imam, itu sama dengan dia sendiri yang membunuh mereka.

 

2)   Kata-kata Daud kepada Abyatar.

 

Ay 22-23: “(22) berkatalah Daud kepada Abyatar: ‘Memang pada hari itu juga ketika Doeg, orang Edom itu, ada di sana, aku telah tahu, bahwa pasti ia akan memberitahukannya kepada Saul. Akulah sebab utama dari pada kematian seluruh keluargamu. (23) Tinggallah padaku, janganlah takut; sebab siapa yang ingin mencabut nyawamu, ia juga ingin mencabut nyawaku; di dekatku engkau aman.’”.

 

·        Ay 22: ‘Doeg, orang Edom itu’.

 

Matthew Henry: “He calls him Doeg the Edomite, because he retained the heart of an Edomite, though, by embracing the profession of the Jewish religion, he had put on the mask of an Israelite” (= Ia menyebutnya Doeg orang Edom, karena ia mempertahankan hati dari orang Edom, sekalipun, dengan memeluk pengakuan dari agama Yahudi, ia telah mengenakan topeng dari seorang Israel).

 

·        Kata-kata Daud dalam ay 22b menunjukkan bahwa ia mengakui kesalahannya, dan menyesalinya. Dan kata-katanya dalam ay 23 menunjukkan bahwa ia akan membela Abyatar dengan nyawanya.

 

3)   Daud mendapat keuntungan dari seluruh peristiwa ini.

 

Matthew Henry: “David had now not only a prophet, but a priest, a high-priest, with him, ... Yet it appears (by 1Sam 28:6) that Saul had a high priest too, for he had a urim to consult: it is supposed that he preferred Ahitub the father of Zadok, of the family of Eleazar (1 Chr. 6:8), for even those that hate the power of godliness yet will not be without the form” [= Daud sekarang bukan hanya mempunyai seorang nabi, tetapi seorang imam, seorang imam besar, ... Tetapi terlihat (dari 1Sam 28:6) bahwa Saul mempunyai seorang imam besar juga, karena ia mempunyai urim untuk ditanyai: diduga bahwa ia lebih memilih Ahitub, bapa dari Zadok, dari keluarga Eleazar (1Taw 6:8), karena bahkan mereka yang membenci kuasa dari kesalehan, tetap tidak mau kalau ia tidak mempunyai bentuknya].

 

Catatan: Ahitub di sini berbeda dengan Ahitub yang adalah ayah dari Ahimelekh (Unger’s Bible Dictionary, hal 35).

 -AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali