Khotbah Eksposisi

1 PETRUS 5:10-11

Pdt. Budi Asali, M.Div.

 

 

Ay 10-11: “(10) Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. (11) Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.”.

 

1)         ‘Dan Allah, sumber segala kasih karunia’.

 

a)   Terjemahan.

KJV: ‘But the God of all grace’ (= Tetapi Allah dari semua kasih karunia).

RSV: ‘And ... the God of all grace’ (= Dan ... Allah dari semua kasih karunia).

NIV: And the God of all grace (= Dan Allah dari semua kasih karunia).

NASB: And ... the God of all grace (= dan ... Allah dari semua kasih karunia).

 

b)   Dengan kata-kata ini Petrus mengajak mereka memandang kepada Allah yang merupakan sumber kasih karunia.

Dalam ay 8 Petrus berbicara tentang setan dan serangannya. Dan dalam ay 9 ia berbicara tentang penderitaan. Sekarang dalam ay 10 ia berbicara tentang Allah yang adalah sumber semua kasih karunia. Jadi, baik dalam menghadapi serangan setan maupun penderitaan, atau hal lain apapun, Allah bisa memberikan kasih karunia sehingga kita bisa menghadapinya.

 

Pulpit Commentary: “‘The God of all grace’ - of every needed grace, of every kind of grace, of every means of grace. Here is the power that overcometh Satan. ‘My grace is sufficient for thee.’” (= ‘Allah dari semua kasih karunia’ - dari setiap kasih karunia yang dibutuhkan, dari setiap jenis kasih karunia, dari setiap cara / jalan untuk mendapatkan kasih karunia. Inilah kuasa yang mengalahkan setan. ‘Cukuplah kasih karuniaku bagimu’) - hal 231.

Catatan: bdk. 2Kor 12:9 - “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”.

 

Calvin: “he mentions expressly ‘all grace,’ ... that they might learn that every blessing is to be ascribed to God” (= ia secara explicit menyebutkan ‘semua kasih karunia’, ... supaya mereka bisa belajar bahwa setiap berkat harus dianggap berasal dari Allah) - hal 152.

Catatan:

·         memang ada ‘berkat’ dari setan, tetapi ini sebetulnya bukan berkat, karena ‘berkat’ dari setan itu sebetulnya bukan sungguh-sungguh berkat, tetapi suatu penipuan. Berkat yang sejati hanya datang dari Allah.

·         hal yang enak / menyenangkan belum tentu adalah berkat yang sejati. Misalnya: ‘berkat’ pada waktu kita ada di jalan yang salah, yang menyebabkan seseorang lalu mengira bahwa Allah merestui jalannya yang salah itu.

·         sebaliknya, hal yang tidak menyenangkan belum tentu merupakan kutuk. Misalnya: penolakan doa kita oleh Allah, hajaran dari Allah kepada kita karena dosa kita, dan sebagainya.

 

Matthew Henry: “All grace is from God; it is he who restrains, converts, comforts, and saves men by his grace” (= Semua kasih karunia adalah dari Allah; Dialah yang mengekang, mempertobatkan, menghibur, dan menyelamatkan manusia dengan kasih karuniaNya).

 

2)         ‘yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal’.

 

Ini menunjukkan bahwa kita dipanggil kepada kemuliaan, dan semua itu hanya ada dalam Kristus.

Calvin mengatakan (hal 152) bahwa ini memberikan keyakinan kekal kepada kita, karena kalau kita memang dipanggil kepada kemuliaan dan semua itu ada dalam Kristus atau didasarkan kepada Kristus, maka jelas bahwa panggilan itu bukan merupakan sesuatu yang bersifat sementara, bisa berubah / pudar dan sebagainya.

 

Bdk. Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.

 

Ini disebut banyak orang sebagai ‘the golden chain of salvation’ (= rantai emas keselamatan), yang dianggap tidak bisa terputus.

 

Bandingkan juga dengan kedua text ini:

 

3)         ‘akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu’.

KJV: ‘make you perfect, stablish, strengthen, settle you’ (= membuat engkau sempurna, meneguhkan, meneguhkan / menstabilkan, menguatkan, menanamkan / meneguhkan engkau).

RSV: ‘will ... restore, establish, and strengthen you’ (= akan ... memulihkan, meneguhkan, dan menguatkan engkau).

NIV: will ... restore you and make you strong, firm and steadfast (= akan ... memulihkan engkau dan membuat engkau kuat, teguh dan setia).

NASB: will ... perfect, confirm, strengthen and establish you (= akan ... menyempurnakan, meneguhkan, menguatkan dan meneguhkan engkau).

 

a)   Melengkapi / menyempurnakan / memulihkan.

 

Pulpit Commentary: “The word here translated ‘perfect’ properly means ‘to restore to a state of completeness.’ It is used to describe the process of mending nets. It is used in its ethical sense (Gal 6:1) to express the Christian duty of restoring the brother overtaken in a fault. And so it is employed here for that great work of Divine grace by which our defects are made good, the rents which sin has made mended, the tarnished purity given back, the scars effaced. ... We need first of all forgiveness and the removal of the guilt of our sins. ... and then there follows a long process which the patient God carries on, mending us by slow degrees, and step by step supplementing this defect and repairing the result of that sin, till there be no gaps remaining needing to be filled and no flaws in character needing to be corrected. ... When we think of our own defects and see how much is lacking in our character, we may feel that nothing can ever fill up these. Then the confidence of this brave text may hearten us. It is the God of all grace to whom we look for our perfecting. No emptiness can be so vast and so empty that that ‘all’ cannot fill it. No man can have gone so far from the right way, or had his nature so lacerated by sin’s cruel fangs, that that ‘all’ cannot heal and repair the damage” [= Kata yang diterjemahkan ‘menyempurnakan’ di sini secara tepat berarti ‘memulihkan kepada suatu keadaan sempurna / lengkap’. Ini digunakan untuk menggambarkan proses pembetulan / penambalan / penisikan jala. Itu digunakan dalam arti etik (Gal 6:1) untuk menyatakan kewajiban Kristen untuk memulihkan seorang saudara yang dikalahkan oleh suatu kesalahan. Dan demikianlah kata itu digunakan di sini untuk pekerjaan besar dari kasih karunia Ilahi dengan mana cacat kita dibetulkan, robekan yang dibuat oleh dosa ditambal / ditisik, kemurnian yang dinodai diberikan kembali, bekas luka dihapuskan. ... Pertama-tama kita membutuhkan pengampunan dan penyingkiran kesalahan dari dosa-dosa kita. ... dan lalu mengikutinya suatu proses yang panjang / lama yang dilakukan oleh Allah yang sabar, memperbaiki / menisik kita dengan lambat, dan langkah demi langkah menambahkan sesuatu pada kekurangan / cacat ini, dan memperbaiki akibat dari dosa itu, sampai di sana tidak ada celah yang tersisa yang perlu diisi dan tidak ada cacat / kekurangan dalam karakter yang perlu diperbaiki. ... Pada waktu kita memikirkan tentang cacat / kekurangan kita sendiri dan melihat betapa banyak yang kurang dalam karakter kita, kita mungkin merasa bahwa tidak ada apapun yang pernah bisa mengisinya. Lalu keyakinan dari text yang berani ini bisa membesarkan hati kita. Allah dari semua kasih karunialah yang kita pandang untuk penyempurnaan kita. Tidak ada kekosongan bisa begitu luas / banyak dan begitu kosong sehingga ‘semua (kasih karunia)’ itu tidak bisa mengisi / memenuhinya. Tidak pernah ada manusia yang telah begitu jauh meninggalkan jalan yang benar, atau yang telah dikoyak oleh taring yang kejam dari dosa sedemikian rupa, sehingga ‘semua (kasih karunia)’ itu tidak bisa menyembuhkan dan memperbaiki kerusakannya] - hal 222.

Gal 6:1 - “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan”.

NIV/NASB: ‘restore’ (= memulihkan).

Catatan: kata Yunani yang digunakan di sini sama dengan yang diterjemahkan ‘melengkapi’ dalam 1Pet 5:10 ini.

 

Bdk. Mat 12:20 - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang”.

Manusia pada umumnya akan memutuskan sama sekali buluh yang patah terkulai, atau memadamkan sama sekali sumbu yang pudar nyalanya. Tetapi Tuhan tidak demikian. Sebaliknya, Ia akan menegakkan / menyalakannya kembali tak peduli betapa lama / berat / sukar proses yang dibutuhkan untuk hal itu. Allah dari semua kasih karunia sanggup melakukan ini. Contoh: Petrus, Daud, Elia dan sebagainya.

 

b)   Meneguhkan.

Allah kasih karunia itu bisa meneguhkan. Ini dialami oleh penulis surat ini sendiri yaitu Petrus. Petrus adalah orang yang sangat mudah naik turun dan terombang-ambing, tetapi Allah kasih karunia itu telah mengubah dan meneguhkannya sehingga ia bisa seperti ini. Allah kasih karunia itu tentu juga bisa melakukannya untuk saudara.

 

Ini juga merupakan pelayanan yang diperintahkan oleh Yesus kepada Petrus.

Luk 22:32 - “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.

Dalam bahasa Yunani kata yang digunakan di sini mempunyai kata dasar yang sama dengan kata yang sedang kita bahas dalam 1Pet 5:10 ini.

Jadi, bahwa Allah bisa meneguhkan seseorang, tidak berarti bahwa kita tidak perlu berbuat apa-apa untuk orang itu. Kita harus mau dipakai oleh Allah untuk meneguhkan orang itu.

 

c)   Menguatkan.

Pulpit Commentary: “Our weakness will be strengthened. ... We are weak, and we need strength. If we measure our power compared with what we have to do, still more as compared with what we have to resist and suffer, how disproportionate it is! Heavy tasks have to be done, hard battles to be fought, bitter sorrows to be borne and ‘who is sufficient for these things?’ Our weakness is our misery, and often it is our sin. It comes partly from the natural limits of our powers, but far more from the enfeebling influence of living to self, which, like fever, burns away energy and leaves us exhausted. ... And the feeblest Christian may cherish the triumphant assurance given to us all here that he will get all the power he needs for work, warfare, and sorrow. ... An indwelling God will be the glory of our strength, and, possessing his grace, ‘the weakest may be as David, and David as an angel of God.’” (= Kelemahan kita akan dikuatkan. ... Kita lemah, dan kita membutuhkan kekuatan. Jika kita mengukur kekuatan kita dan membandingkannya dengan apa yang harus kita lakukan, lebih lagi pada saat membandingkannya dengan apa yang harus kita tahan dan derita, alangkah tidak sepadannya itu! Tugas yang berat harus dilakukan, pertempuran yang sukar harus djalani, kesedihan yang pahit harus dipikul, dan ‘siapa yang cukup untuk hal-hal ini?’ Kelemahan kita adalah kesengsaraan kita, dan seringkali itu adalah dosa kita. Itu datang sebagian dari keterbatasan alamiah dari kemampuan kita, tetapi lebih banyak dari pengaruh yang melemahkan dari kehidupan bagi diri sendiri, yang, seperti demam, membakar tenaga dan meninggalkan kita dalam keadaan kehabisan tenaga. ... Dan orang Kristen yang paling lemah bisa menghargai jaminan kemenangan yang diberikan kepada kita semua di sini, dan ia akan mendapatkan semua kekuatan / kemampuan yang ia butuhkan untuk pekerjaan / pelayanan, perang, dan kesedihan. ... Allah yang menghuni diri kita akan menjadi kemuliaan dari kekuatan kita, dan, dengan memiliki kasih karuniaNya, ‘yang paling lemah akan menjadi seperti Daud, dan Daud akan menjadi seperti malaikat Allah’) - hal 223.

Catatan: bagian yang saya garis bawahi merupakan kutipan ayat dari 2Kor 2:16b - “Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”.

KJV: ‘And who is sufficient for these things?’ (= Dan siapa yang cukup untuk hal-hal ini?).

 

Alan M. Stibbs (Tyndale): “Masterman suggests that the distinctive meaning of ‘strengthen’ may be ‘to equip for active service’. The sequence of thought would then be that God will first establish them firmly in their own personal faith or give them strength to stand firm; and then empower them for active service, or give them strength to go on” (= Masterman mengusulkan bahwa arti khusus dari ‘strengthen’ / ‘menguatkan’ mungkin adalah memperlengkapi untuk pelayanan aktif’. Maka urut-urutan pemikirannya adalah bahwa Allah akan pertama-tama meneguhkan mereka dengan teguh dalam iman pribadi mereka sendiri, atau memberi mereka kekuatan untuk berdiri teguh; dan lalu memberi mereka kekuatan untuk pelayanan aktif, atau memberi mereka kekuatan untuk berjalan terus) - hal 174.

 

Ada beberapa hal yang perlu dibahas dari kata-kata di atas ini:

 

1.   Seseorang yang imannya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat masih lemah / ragu-ragu, tentu masih tidak bisa dipakai untuk pelayanan. Juga kalau imannya dalam persoalan Kitab Suci / Firman Tuhan masih lemah / ragu-ragu. Orang itu harus dikuatkan / diteguhkan dulu dalam hal-hal dasar ini, sebelum ia terjun dalam pelayanan. Karena itu pelayanan Firman Tuhan dalam hal-hal dasar merupakan sesuatu yang sangat penting.

 

2.   Tetapi hal di atas tidak boleh diextrimkan, dengan ingin menjadi seorang superman rohani dulu, baru mau terjun dalam pelayanan. ‘Tidak melayani’ merupakan dosa, dan kalau dosa ini dipelihara terus, maka orang itu juga tidak akan bertumbuh. Jadi, kalau iman dalam hal-hal dasar sudah teguh, maka ia harus menumbuhkan pengertiannya terhadap Firman Tuhan, menguduskan diri, menumbuhkan iman dan kasih, berbarengan dengan melakukan pelayanan. Ingat bahwa Allah meneguhkan iman seseorang dengan tujuan supaya orang tersebut melakukan pelayanan aktif.

 

d)   Mengokohkan / meneguhkan.

Kata ke 4 ini diperdebatkan keberadaannya; ada manuscripts yang mempunyainya, ada manuscripts yang tidak mempunyainya. RSV membuang kata ini dari terjemahannya.

 

Barnes’ Notes: “‘Settle you’. Literally, found you, or establish you on a firm foundation - themeliooses. The allusion is to a house which is so firmly fixed on a foundation that it will not be moved by winds or floods” (= ‘mengokohkanmu’. Secara hurufiah, ‘mendirikanmu’, atau ‘meneguhkanmu pada suatu fondasi yang teguh’ - themeliooses. kiasannya adalah sebuah rumah yang dengan teguh dipancangkan pada suatu fondasi sehingga itu tidak akan digerakan oleh angin atau banjir).

 

4)         ‘sesudah kamu menderita seketika lamanya’.

 

Matthew Henry: “those who are called to be heirs of eternal life through Jesus Christ must, nevertheless, suffer in this world, but their sufferings will be but for a little while” (= namun mereka yang dipanggil untuk menjadi ahli-ahli waris dari kehidupan kekal melalui Yesus Kristus harus menderita dalam dunia ini, tetapi pendertaan mereka hanya untuk waktu yang singkat).

 

Barnes’ Notes: “‘After that ye have suffered a while.’ After you have suffered as long as he shall appoint. The Greek is, ‘having suffered a little,’ and may refer either to time or degree. In both respects the declaration concerning afflictions is true. They are short, compared with eternity; they are light, compared with the exceeding and eternal weight of glory” [= ‘sesudah kamu menderita seketika lamanya’. Sesudah kamu menderita selama yang Ia tetapkan. Dalam bahasa Yunani bunyinya adalah: ‘setelah menderita sedikit’, dan ini bisa menunjuk pada waktu atau tingkat (penderitaan). Dalam kedua hal ini pernyataan mengenai penderitaan itu benar. Penderitaan itu pendek / sebentar, dibandingkan dengan kekekalan; penderitaan itu ringan, dibandingkan dengan berat kemuliaan yang berlimpah-limpah dan kekal].

 

Pulpit Commentary: “literally, ‘a little’. The word may refer to the degree, as well as to the duration, of the sufferings. They are transient; the glory is eternal. They may seem very severe, but they are light in comparison with that ‘far more exceeding and eternal weight of glory.’” (= secara hurufiah, ‘sedikit’. Kata itu bisa menunjuk pada tingkat, dan juga pada lamanya waktu, dari penderitaan. Penderitaan-penderitaan itu bersifat sementara; kemuliaan itu bersifat kekal. Penderitaan-penderitaan itu bisa kelihatan sangat hebat, tetapi mereka itu ringan dibandingkan dengan ‘kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya’ itu) - hal 209.

Catatan: dalam 2Kor 4:17 versi Kitab Suci Indonesia kata ‘weight’ (= berat) tidak ada, padahal seharusnya ada.

 

5)         ‘Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin’.

 

a)   Perbedaan versi.

KJV: ‘To him be glory and dominion for ever and ever. Amen’ (= Bagi Dia kemuliaan dan kuasa selama-lamanya. Amin).

RSV: ‘To him be the dominion for ever and ever. Amen’ (= Bagi Dia kuasa selama-lamanya. Amin).

NIV: To him be the power for ever and ever. Amen (= Bagi Dia kuasa selama-lamanya. Amin).

NASB: To Him be dominion forever and ever. Amen (= Bagi Dia kuasa selama-lamanya. Amin).

KJV mempunyai kata ‘glory’ (= kemuliaan), karena menterjemahkan dari manuscript yang berbeda. Pulpit Commentary mengatakan (hal 209) bahwa manuscript yang terbaik tidak mempunyai kata ini.

 

Bdk. 1Pet 4:11b - “Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin”.

 

Dalam 1Pet 5:11 penekanan Petrus bukan kemuliaan Allah, tetapi kuasa Allah, yang bisa melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan orang Kristen (ay 10). Karena itu, ia tidak menggunakan kata ‘kemuliaan’, tetapi hanya ‘kuasa’.

 

b)   Keharusan memuji Allah.

Matthew Henry mengatakan bahwa dari kata-kata kemuliaan / pujian (doxology) ini terlihat bahwa orang yang sudah menerima kasih karunia dari Allah harus memuji Allah.

 -o0o-

 


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali