Khotbah Eksposisi

1 PETRUS 4:12-19(2)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

 

Ay 15: “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau”.

 

1)   “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat”.

 

Pulpit Commentary: “Let us see to it that we do not take ourselves the comforts of those who suffer for Christ’s sake, when we really suffer for our sins’ sake” (= Hendaklah kita menjaga supaya kita tidak mengambil untuk diri kita sendiri penghiburan-penghiburan dari mereka yang menderita karena Kristus, pada waktu kita sebenarnya menderita karena dosa-dosa kita) - hal 194.

 

2)         “atau pengacau”.

Terjemahan ini salah, dan RSV menterjemahkan secara sama salahnya.

RSV: ‘a mischief-maker’ (= seorang pengacau / pembuat kejahatan).

Ketiga Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan secara serupa, demikian juga dengan Interlinear Greek - English.

KJV: ‘a busybody in other men’s matters’ (= orang yang suka ikut campur dalam urusan orang lain).

NIV: ‘a meddler’ (= seorang yang suka mencampuri urusan orang lain).

NASB: ‘a troublesome meddler’ (= seorang pengganggu yang suka mencampuri urusan orang lain).

Interlinear: ‘a pryer into other men’s affairs’ (= seorang yang mencampuri urusan orang lain).

 

a)   Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud di sini adalah suatu dosa tertentu terhadap pemerintahan, yang banyak terdapat pada saat itu dalam kalangan orang-orang Yahudi.

 

Editor dari Calvin’s Commentary: “The sin here referred to must have some public act, punishable by law. The word means an observer of other people’s affairs, but he must have done so for some sinister purpose. He was probably a pryer into matters of state or government in order to create discontent and to raise commotions; and this was an evil which prevailed much at the time among the Jews. Hence ‘seditions,’ or factions, would convey probably the right meaning” (= Dosa yang ditunjuk di sini pasti merupakan tindakan umum, yang bisa dihukum oleh hukum. Kata itu berarti ‘seorang pengamat dari urusan orang lain’, tetapi ia pasti berbuat demikian untuk tujuan yang jahat. Mungkin ia adalah seorang yang mengintip ke dalam persoalan-persoalan / urusan-urusan dari negara atau pemerintahan untuk menciptakan ketidak-puasan dan untuk membangkitkan huru hara; dan ini merupakan kejahatan yang banyak terjadi pada saat itu di kalangan orang-orang Yahudi. Jadi, ‘hasutan’, atau golongan oposisi mungkin memberikan arti yang benar) - hal 137 (footnote).

 

b)   Ada juga yang menganggap ini adalah dosa biasa, yang banyak terdapat dimana saja, yaitu ‘suka mencampuri urusan orang lain’.

 

Pulpit Commentary: “Perhaps few now need fear being ‘murderers’ or ‘malefactors,’ but many may be on their guard against being ‘meddlers.’” (= Mungkin sekarang sedikit yang perlu takut untuk menjadi ‘pembunuh’ atau ‘penjahat’, tetapi banyak harus berhati-hati untuk tidak menjadi ‘orang yang mencampuri urusan orang lain’) - hal 199.

 

Pulpit Commentary: “This clause represents one Greek word, a]llotrioepiskopos (ALLOTRIOEPISKOPOS); it means an e]piskopos (EPISKOPOS), inspector, overseer (‘bishop’ is the modern form of the word), of other men’s matters - of things that do not concern him” [= Anak kalimat ini mewakili satu kata Yunani a]llotrioepiskopos (ALLOTRIOEPISKOPOS); itu berarti seorang e]piskopos (EPISKOPOS), inspektur, pengawas / penilik (‘uskup’ adalah bentuk modern dari kata ini), dari persoalan / urusan orang lain - dari hal-hal yang bukan urusannya] - hal 175.

 

Pulpit Commentary menambahkan bahwa kata EPISKOPOS di sini tentu tidak diartikan secara gerejani. Jadi yang dimaksud bukan betul-betul seorang penatua / penilik, tetapi orang, yang sekalipun tidak punya kepentingan, bersikap seakan-akan ia adalah seorang penilik, yang berhak mengurusi.

 

Barnes’ Notes: “The Greek word used here allotrioepiskopos occurs nowhere else in the New Testament. It means, properly, an inspector of strange things, or of the things of others. ... one who busies himself with what does not concern him; that is, one who pries into the affairs of another; who attempts to control or direct them as if they were his own. In respect to the vice here condemned, see the notes at Phil 2:4. Compare 2 Thes 3:11, and 1 Tim. 5:13” (= Kata Yunani yang digunakan di sini allotrioepiskopos tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Tepatnya, itu berarti ‘seorang pengawas dari hal-hal yang aneh’, atau ‘dari hal-hal dari orang-orang lain’. ... ‘seseorang yang menyibukkan dirinya sendiri dengan apa yang bukan urusannya’, yaitu ‘seseorang yang mencampuri urusan-urusan dari orang lain’; ‘yang mencoba untuk mengontrol atau mengarahkan urusan-urusan itu seakan-akan itu adalah urusannya sendiri’. Berkenaan dengan perbuatan jahat yang dikecam di sini, lihat catatan pada Fil 2:4. Bandingkan dengan 2Tes 3:11, dan 1Tim 5:13).

 

1Tim 5:13 - “Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas.

Bagian yang saya garis bawahi oleh NIV diterjemahkan: ‘but also gossips and busybodies, saying things they ought not to’ (= tetapi juga penggosip dan orang-orang yang suka mencampuri urusan orang lain, mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak mereka katakan).

 

2Tes 3:11 - “Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.

KJV: ‘For we hear that there are some which walk among you disorderly, working not at all, but are busybodies (= Karena kami mendengar bahwa ada beberapa orang yang hidup dengan kacau di tengah-tengah kamu, tidak bekerja sama sekali, tetapi suka mencampuri urusan orang lain).

NIV: We hear that some among you are idle. They are not busy; they are busybodies (= Kami mendengar bahwa beberapa dari antara kamu malas. Mereka tidak sibuk; mereka suka mencampuri urusan orang lain).

 

Fil 2:4 - “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”.

Barnes’ Notes (tentang Fil 2:4): “That is, be not selfish. Do not let your care and attention be wholly absorbed by your own concerns, or by the concerns of your own family. Evince a tender interest for the happiness of the whole, and let the welfare of others lie near your hearts. This, of course, does not mean that there is to be any improper interference in the business of others, or that we are to have the character of ‘busy-bodies in other people’s matters’ ...; but that we are to regard with appropriate solicitude the welfare of others, and to strive to do them good” [= Yaitu, jangan egois. Janganlah perhatianmu seluruhnya diserap oleh kepentinganmu sendiri, atau oleh kepentingan keluargamu sendiri. Tunjukkan secara jelas suatu perhatian yang lembut untuk kebahagiaan dari seluruhnya (seluruh tubuh Kristus), dan hendaklah kesejahteraan dari orang-orang lain terletak dekat dengan hatimu. Tentu saja ini tidak berarti bahwa ada suatu campur tangan yang tidak benar dalam urusan orang-orang lain, atau bahwa kita harus mempunyai karakter dari ‘orang yang suka mencampuri urusan orang lain’ ...; tetapi bahwa kita harus memperhatikan dengan perhatian yang tepat / pantas kesejahteraan dari orang-orang lain, dan berjuang untuk kebaikan mereka].

 

Fil 2:4 ini menganjurkan ‘ikut campur yang positif’. Misalnya memperhatikan orang yang dalam kebutuhan / kesusahan, dan menolong / menghibur mereka. Atau juga memperhatikan orang-orang yang membolos dari kebaktian, tidak ikut Pemahaman Alkitab, tidak pelayanan, dsb, dan mendorong / menasehati mereka supaya rajin dalam hal-hal itu.

 

Pulpit Commentary: “They must not suffer as evil-doers; nor even as busybodies. They must imitate the Lord Jesus, who said, ‘Man, who made me a judge or a divider over you?’ (Luke 12:14). ‘Be much at home,’ says Leighton, ‘setting things at rights within your own breast, where there is so much work, and such daily need of diligence, and then you will find no leisure for unnecessary idle prying into the ways and affairs of others; and further than your calling and the rules of Christian charity engage you, you will not interpose in any matters without you, nor be found proud and censorious, as the world is ready to call you.’” [= Mereka tak boleh menderita sebagai pembuat kejahatan, bahkan tidak sebagai orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Mereka harus meniru Tuhan Yesus, yang berkata: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’ (Luk 12:14). Leighton berkata: ‘Krasanlah, dengan membereskan hal-hal dalam hatimu sendiri, dimana ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan dibutuhkan kerajinan setiap hari, maka kamu tidak akan mempunyai waktu luang untuk tindakan mengurusi / mengintip, yang tidak perlu dan malas, ke dalam jalan dan urusan dari orang-orang lain; dan kamu tidak akan ikut campur dari persoalan-persoalan apapun di luar dirimu lebih jauh dari panggilanmu dan dari yang diminta oleh peraturan kasih Kristen, dan tidak akan didapati bangga dan bersikap mencela, sebagaimana dunia ini siap memanggilmu’] - hal 181.

Luk 12:13-14 - “(13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (14) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’”.

 

Ay 16: “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu”.

 

1)         “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen”.

Tentang istilah ‘Christian’ (= Orang Kristen), perhatikan komentar di bawah ini.

Pulpit Commentary: “The name was probably invented by the heathen, and used at first as a term of derision; ... it was not commonly used among believers till after New Testament times. Then they began to discern its admirable suitableness. It reminded them that the centre of their religion was not a system of doctrines, but a Person, and that Person the Messiah, the Anointed of God. ... It reminded them that they too were anointed, that they had an unction from the Holy One” (= Nama / sebutan itu mungkin ditemukan oleh orang-orang kafir, dan mula-mula digunakan sebagai suatu istilah ejekan; ... itu tidak digunakan secara umum di antara orang-orang percaya sampai setelah jaman Perjanjian Baru. Lalu mereka mulai melihat kecocokan yang mengagumkan. Itu mengingatkan mereka bahwa pusat dari agama mereka bukanlah suatu sistim dari doktrin-doktrin, tetapi seorang Pribadi, dan Pribadi itu adalah Mesias, Yang Diurapi dari Allah. ... Itu mengingatkan mereka bahwa mereka juga diurapi, bahwa mereka mempunyai urapan dari Yang Kudus) - hal 175.

 

2)         “maka janganlah ia malu”.

 

Barnes’ Notes: “Christians now, though not subjected to open persecution, are frequently reproached by the world on account of their religion; and though the rack may not be employed, and the fires of martyrdom are not enkindled, yet it is often true that one who is a believer is called to ‘suffer as a Christian.’ He may be reviled and despised. His views may be regarded as bigoted, narrow, severe. Opprobrious epithets, on account of his opinions, may be applied to him. His former friends and companions may leave him because he has become a Christian. A wicked father, or a frivilous and worldly mother, may oppose a child, or a husband may revile a wife, on account of their religion. In all these cases, the same spirit essentially is required which was enjoined on the early Christian martyrs. We are never to be ashamed of our religion, whatever results may follow from our attachment to it” (= Orang-orang kristen sekarang, sekalipun tidak menjadi sasaran dari penganiayaan secara terbuka, sering dicela oleh dunia karena agama mereka; dan sekalipun tidak digunakan penyiksaan, dan api dari kematian syahid tidak dinyalakan, tetapi seringkali merupakan sesuatu yang benar bahwa orang yang adalah seorang percaya dipanggil untuk ‘menderita sebagai seorang Kristen’. Ia mungkin / bisa dicerca dan dihina / dipandang rendah. Pandangannya bisa dianggap sebagai fanatik, sempit / picik, keras. Julukan-julukan yang memalukan / menghina, karena pandangan-pandangannya, bisa diterapkan kepadanya. Teman-teman dan rekan-rekannya dulu bisa meninggalkannya karena ia telah menjadi orang Kristen. Seorang ayah yang jahat, atau seorang ibu yang tolol dan duniawi, bisa menentang seorang anak, atau seorang suami bisa mencerca seorang istri, karena agama mereka. Dalam semua kasus ini, pada hakekatnya dibutuhkan roh yang sama dengan yang melekat pada para martir Kristen yang mula-mula. Kita tidak boleh malu pada agama kita, apapun akibat yang akan terjadi karena pembaktian kita kepadanya).

Bandingkan dengan:

Bagian yang saya garis bawahi itu salah terjemahan.

KJV: ‘For I am not ashamed of the gospel of Christ (= Karena aku tidak malu karena Injil Kristus).

NIV: ‘I am not ashamed of the gospel’ (= Aku tidak malu karena Injil).

 

3)         “melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu”.

KJV: ‘but let him glorify God on this behalf’ (= tetapi hendaklah ia memuliakan Allah karena hal ini).

RSV: ‘but under that name let him glorify God’ (= tetapi di bawah nama itu hendaklah ia memuliakan Allah).

NIV: ‘but praise God that you bear that name (= tetapi pujilah Allah bahwa engkau memakai nama itu).

NASB: ‘but in that name let him glorify God’ (= tetapi dalam nama itu hendaklah ia memuliakan Allah).

 

Perbedaan terjemahan pada bagian akhir dari ay 16 ini, antara KJV yang tidak mempunyai kata ‘nama’ dan terjemahan-terjemahan yang lain, disebabkan karena ada perbedaan manuscripts. Tetapi pada umumnya terjemahan-terjemahan yang lain yang diterima.

Kata ‘Kristus’ dalam Kitab Suci Indonesia sebetulnya tidak ada, sehingga kata ‘nama’ bisa menunjuk kepada nama Kristus atau kepada nama orang Kristen.

 

Pulpit Commentary: “The best-supported reading is e]n t& o]nomati tout& (EN TO ONOMATI TOUTO). This may be understood as an idiom, in the same sense as the reading of the Authorized Version; but it is better to translate it literally, ‘in this name,’ i.e. either the name of Christ, or (more probably, perhaps) that of Christian” [= Pembacaan yang paling didukung adalah e]n t& o]nomati tout& (EN TO ONOMATI TOUTO). Ini bisa dimengerti sebagai suatu ungkapan, dalam arti yang sama seperti pembacaan dari AV / KJV; tetapi adalah lebih baik untuk menterjemahkannya secara hurufiah, ‘dalam nama itu’, yaitu, atau nama Kristus, atau (mungkin, lebih memungkinkan) nama dari orang Kristen] - hal 175.

 -bersambung-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali