Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


YOHANES 5:19-23

Ay 19:

1)   ‘Yesus menjawab mereka’ (ay 19a).

Kalau kita melihat kontex sebelum ayat ini, maka kita akan mendapat­kan bahwa kontex itu diakhiri dengan kata-kata Yesus (ay 17), bukan kata-kata orang-orang Yahudi. Kalau demikian, mengapa disini dikata­kan bahwa ‘Yesus menjawab’? Karena Yesus menjawab pikiran mereka, bukan kata-kata mereka. Bahwa Yesus bisa mengetahui pikiran mereka menunjukkan kemahatahuan Yesus.

2)   ‘Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’ (ay 19b  bdk. ay 30a: ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri’).

Ayat ini dipakai oleh Arius / Arianisme (yang nantinya menjadi dasar dari ajaran Saksi Yehovah) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.

Tetapi sebetulnya ayat ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Dalam kontex dimana Yesus menunjukkan diriNya seba­gai Anak Allah, dan menyamakan diriNya dengan Allah (ay 17-18), tidak mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidakmampuanNya.

Kalau demikian, apa arti / maksud kata-kata Yesus ini? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus dengan Bapa, yang menyebabkan Yesus tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus!

Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.

Dengan demikian, kata-kata Yesus ini menjawab serangan mereka bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat Allah (ay 18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.

3)   ‘Jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang diker­jakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak’ (ay 19c).

·        Jangan mengartikan bagian ini seakan-akan Yesus itu cuma bisa meniru BapaNya! Tentang bagian ini NICNT mengutip kata-kata seo­rang yang bernama Westcott, yang memberikan komentar yang indah sebagai berikut:

“The things that the Father does that the Son does, too, not in imitation, but in virtue of His sameness of nature” (= hal-hal yang dilakukan oleh Bapa juga dilakukan oleh Anak, bukan dalam peniruan, tetapi berdasarkan kesamaan hakekatNya).

·        Kata ‘apa’ dalam bagian ini seharusnya adalah ‘apapun’.

RSV/NIV/NASB: whatever (= apapun).

KJV: what things soever (= hal-hal apapun juga).

Jadi kata-kata Yesus disini menunjukkan bahwa Anak / Yesus melaku­kan apapun juga yang dilakukan oleh Bapa. Padahal, apa yang dila­kukan oleh Bapa jelas merupakan pekerjaan ilahi, seperti menciptakan alam semesta dengan segala isinya, membangkitkan orang mati, dsb. Bahwa Yesus melakukan apapun juga yang dilakukan Bapa, menun­jukkan bahwa Yesus / Anak adalah Allah!

Ay 20:

1)   ‘pekerjaan-pekerjaan itu’.

Yang dimaksud dengan ‘pekerjaan-pekerjaan itu’ adalah penyembuhan orang lumpuh dalam Yoh 5:1-9.

2)   ‘pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar’.

Ada yang menganggap bahwa ‘pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar’ hanya menunjuk pada mujijat-mujijat yang lebih hebat dari penyembuhan orang lumpuh itu, seperti kebangkitan Lazarus (Yoh 11), kebangkitan anak janda di Nain (Luk 7:11-17), dsb.

Tetapi kontex menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ‘pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar’ adalah:

·        membangkitkan orang mati (ay 21).

·        menghakimi dunia (ay 22).

Ay 21:

1)   Ada beberapa pandangan tentang apa yang dimaksud dengan ‘kebangkitan’ di sini:

a)   Ada yang beranggapan bahwa ini menunjuk pada kebangkitan secara jasmani dari antara orang mati.

Dalam Perjanjian Lama, Allah beberapa kali membangkitkan orang mati (melalui Elia dan Elisa). Dan dalam Perjanjian Baru, Yesus juga beberapa kali membangkitkan orang mati (Mark 5:35-42  Luk 7:11-17  Yoh 11:14-44).

b)   Ada juga yang beranggapan bahwa ini menunjuk pada kebangkitan secara rohani, dimana orang yang mati dalam dosa / mati rohani dibangkitkan dan diselamatkan.

c)   Ada juga yang menggabungkan kedua pandangan tersebut di atas dan menganggap bahwa kata-kata Yesus ini berlaku baik untuk kebangkitan jasmani maupun kebangkitan rohani.

2)   ‘yang dikehendakiNya’.

Ini menunjukkan bahwa sama seperti Bapa, Yesus mempunyai kedaulatan dalam kehendak!

Kalau ‘kebangkitan’ dalam ay 21 ini diartikan ‘kebangkitan jasmani’, maka bagian ini menunjukkan bahwa Yesus berbeda dengan rasul / nabi pada waktu melakukan mujijat kebangkitan. Mengapa? Karena tidak ada seorang rasul / nabipun yang bisa membangkitkan orang mati menurut kehendakNya sendiri, tetapi Yesus membangkitkan orang sesuai kehen­dakNya sendiri!

Dan kalau ‘kebangkitan’ dalam ay 21 ini diartikan ‘kebangkitan rohani’ maka bagian ini menunjukkan bahwa seseorang hanya bisa selamat kalau Yesus menghendakinya (Bdk. Mat 11:27b). Calvin menganggap ini sebagai dasar dari doktrin tentang Predestinasi.

Ay 22-23:

1)   Ay 22 menunjukkan bahwa Bapa menyerahkan penghakiman akhir jaman kepada Anak / Yesus. Ini mempunyai 2 kemungkinan:

a)   Yesus memang mampu menjadi Hakim pada akhir jaman, dan ini menun­jukkan bahwa Ia adalah Allah sendiri! Mengapa?

·        Karena jumlah manusia yang pernah hidup di dunia mulai jaman Adam sampai saat kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah begitu banyak. Kalau Yesus bukan Allah, bagaimana Ia bisa meng­hakimi begitu banyak manusia dengan adil?

·        Ada begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menja­tuhkan hukuman kepada setiap orang berdosa.

Catatan:

Ingat bahwa neraka bukanlah semacam ‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama (bdk. Mat 10:15  Mat 11:20-24).

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan hukuman antara lain adalah:

*        banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosanya lebih banyak, tentu hukumannya juga lebih berat.

*        tingkat dosanya.

Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hukumannya (bdk. Kel 21:12 dengan Kel 22:1).

*        tingkat pengetahuannya.

Makin banyak terang / pengetahuan firman Tuhan yang dimiliki seseorang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Luk 12:47-48).

*        kesengajaannya.

Dosa yang disengaja hukumannya lebih berat dari dosa yang tidak disengaja (Kel 21:12-14).

*        pengaruh dosa yang ditimbulkan.

Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b  Luk 20:47b).

*        apa yang menyebabkan orang itu berbuat dosa.

Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati.

Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti Maz 35:19  69:5  119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai / mencari dosa, seperti Maz 4:3.

·        Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

Catatan:

Sama seperti neraka, surgapun bukanlah masyarakat komunis. Ini terlihat dari ayat-ayat seperti Luk 19:16-19  1Kor 3:15  Mat 5:19  Mat 20:20-28 dsb).

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memberikan pahala antara lain adalah:

*        banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.

*        besarnya kasih / pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus berkata bahwa janda yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persembahan besar, karena janda itu memberikan seluruh nafkahnya, dan ini menunjukkan kasih / pengorbanan yang jauh lebih besar (Luk 21:1-4).

Untuk bisa melakukan semua ini dengan benar dan adil, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan maha adil,  dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri!

Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

b)   Yesus sebetulnya bukan Allah, dan Ia tidak mampu menjadi Hakim pada akhir jaman. Ini menunjukkan Allah Bapa itu sangat tidak bijaksana, karena menyerahkan Penghakiman akhir jaman kepada seseorang yang tidak mampu melakukannya.

Yang mana dari 2 kemungkinan di atas ini yang saudara terima?

Kalau saudara berhadapan dengan orang yang percaya bahwa Yesus adalah Hakim pada akhir jaman tetapi tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah, maka saudara bisa menggunakan hal ini untuk menginjili orang itu. Tunjukkan bahwa dia tidak punya pilihan lain. Atau ia percaya bahwa Yesus bukan Allah, dan ini menunjukkan Allah itu bukan orang bijaksana, atau ia percaya bahwa Yesus memang adalah Allah sendiri.

2)   Ay 23a menunjukkan alasan mengapa Bapa menyerahkan penghakiman akhir jaman kepada Yesus, yaitu supaya orang menghormati Yesus, sama seperti orang menghormati Bapa.

3)   Tentang ay 23 ini Adam Clarke memberikan komentar sebagai berikut:

“To worship any creature is idolatry: Christ is to be honoured even as the Father is honoured; therefore Christ is not a creature; and, if not a creature, consequently the Creator” (= menyembah suatu makhluk ciptaan adalah pemberhalaan: Kristus harus dihormati sama seperti Bapa; karena itu Kristus bukanlah makhluk ciptaan; dan, kalau bukan makhluk ciptaan, pastilah Pencipta).

4)   Ay 23 ini berhubungan dengan ay 18. Dalam ay 18 dikatakan bahwa orang-orang Yahudi itu ingin membunuh Kristus, karena mereka menganggap Kristus menghujat Allah. Jadi mereka ingin membunuh Kristus demi hormat mereka kepada Allah. Karena itu Kristus mengucapkan ay 23 ini, yang maksudnya adalah: kamu tidak bisa menghormati Bapa dengan membunuh Anak, karena kalau kamu tidak menghormati Anak, kamu juga tidak meng-hormati Bapa.

5)   Ay 23 penting direnungkan oleh orang kristen yang menganggap semua agama sama. Ditinjau dari kata-kata Yesus dalam ay 23 ini, semua agama di luar kristen tidak menghormati Bapa, karena mereka tidak menghormati Yesus. Jadi, bisakah disamakan dengan agama kris­ten?

-AMIN-


e-mail us at [email protected]