Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


Yohanes 21:1-14

Leon Morris mengatakan (hal 858) bahwa ada 2 pandangan utama tentang Yoh 21.

1)   Ini merupakan bagian integral dari Injil Yohanes dari semula.

Leon Morris (NICNT): “Those who see this section as integral to the Gospel point to the fact that there is no break in style. As far as we can see this last chapter came from the same pen as did the first twenty” (= Mereka yang melihat bagian ini sebagai pelengkap dari Injil ini menunjuk kepada fakta bahwa di sana tidak ada perubahan dalam gaya. Sejauh yang bisa kami lihat pasal terakhir ini datang dari pena / penulis yang sama seperti halnya dua puluh pasal yang pertama) - hal 858.

Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Strachan: “There is no trace of any manuscript of the Gospel without this chapter” (= Tidak ada jejak dari manuscripts manapun dari Injil ini tanpa pasal ini) - hal 858 (footnote).

Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Lenski: “No copies of the Fourth Gospel have ever been found from which chapter 21 is omitted, and no trace of such copies has ever been discovered” (= Tidak ada copy dari Injil Keempat ini yang pernah ditemukan dari mana pasal 21 dihapuskan, dan tidak ada jejak tentang copy seperti itu yang pernah ditemukan) - hal 858 (footnote).

Pulpit Commentary: “There are no rational external grounds for attributing any portion of ch. 21 (unless it be the two verses, 24 and 25) to any other hand than to that of the author of the previous portion of the Gospel. Manuscript authority is entirely unanimous in assuming the integrity of the Gospel in this respect. There could not have been any period when the first twenty chapters were published without the accompaniment of this ‘appendix.’” [= Tidak ada dasar external / luar yang rasionil untuk menghubungkan bagian manapun dari pasal 21 (kecuali itu adalah dua ayat, 24 dan 25) kepada tangan lain manapun dari pada tangan dari pengarang dari bagian sebelumnya dari Injil ini. Otoritas manuscripts dengan suara bulat sepenuhnya menganggap keutuhan dari Injil ini dalam hal ini. Tidak bisa pernah ada saat manapun dimana dua puluh pasal yang pertama diterbitkan tanpa disertai oleh ‘tambahan’ ini] - hal 496.

2)   Ini merupakan suatu penambahan kepada Injil Yohanes yang tadinya sudah selesai.

Pandangan yang kedua ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu:

a)   Yang menganggap bahwa, kecuali ay 24-25, Yoh 21 ini ditulis oleh rasul Yohanes.

b)   Yang menganggap bahwa Yoh 21 ditulis oleh penulis yang berbeda.

William Hendriksen condong pada pandangan ini dengan alasan:

·        Kesimpulan pada Yoh 20:30-31 memberikan kesan bahwa cerita tersebut (pasal 1-20) berakhir di sana.

·        Pengarang dari pasal 1-20 tak pernah menyebut dirinya sendiri atau keluarganya dengan menggunakan nama (bdk. 1:35-41; 13:23; 18:15;  19:25-27,35; 20:2-10), tetapi siapapun yang menulis pasal 21 menyebut ‘anak-anak Zebedeus’ dalam 21:2.

·        Biasanya untuk menyebut dirinya sendiri Yohanes hanya mengatakan ‘murid yang dikasihi Yesus’ (13:23  19:26  20:2), tetapi dalam pasal 21 penulis itu menggunakan penjelasan panjang lebar untuk menunjuk kepada Yohanes.

Yoh 21:20 - “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’”.

Saya berpendapat bahwa hanya point pertama yang bisa diperhitungkan dari argumentasi William Hendriksen ini sedangkan 2 point terakhir sama sekali tidak kuat.

Hal-hal yang menyebabkan Yoh 21 ini dianggap sebagai penambahan adalah:

1.   Yoh 20:30-31 kelihatannya merupakan akhir dari Injil Yohanes.

Bantahan:

1Yoh 5:13 mirip dengan Yoh 20:30-31, tetapi 1Yoh 5:13 juga bukan penutup dari surat Yoh yang pertama itu (Leon Morris, hal 859).

1Yoh 5:13 - “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.

2.   Yoh 21 mengandung petunjuk yang cukup yang menunjukkan bahwa itu memang ditambahkan.

Leon Morris (NICNT): “When the Beloved Disciple was growing old and some thought that Jesus had said He would return before His beloved follower’s death, it was necessary to correct the error. Harm could occur to the church if he died and still the Lord had not come. This chapter is held to the result” (= Pada waktu murid yang dikasihi itu menjadi tua dan beberapa orang berpikir bahwa Yesus telah berkata bahwa Ia akan kembali sebelum kematian dari pengikut yang Ia kasihi ini, maka adalah perlu untuk membetulkan kesalahan ini. Kerugian bisa terjadi pada gereja jika ia mati dan Tuhan tetap tidak datang) - hal 858.

Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Yoh 21:20-23 - “(20) Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’ (21) Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?’ (22) Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.’ (23) Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: ‘Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.’”.

Tetapi Leon Morris sendiri lalu membantah argumentasi ini dengan berkata sebagai berikut:

“while chapter 21 does indeed deal with the expected return of the Lord before the death of the Beloved Disciple, yet this is not the main thrust of the chapter. It is more concerned with Peter’s reinstatement” (= sementara pasal 21 memang berurusan dengan diharapkannya kembalinya Tuhan sebelum kematian dari murid yang dikasihi, tetapi ini bukan tujuan utama dari pasal ini. Pasal ini lebih memperhatikan penerimaan kembali dari Petrus) - hal 859.

Ada pandangan yang lain lagi, yang tidak terlalu populer, yang mengatakan bahwa mula-mula Yoh 20:30-31 terletak sesudah Yoh 21:23, dan merupakan kesimpulan yang orisinil dari Injil Yohanes. Belakangan Yoh 21:24-25 ditambahkan, dan ini menyebabkan Yoh 20:30-31 lalu dipindahkan ke tempatnya yang sekarang ini.

Leon Morris (NICNT): “Lagrange is of opinion that 20:30f. originally stood after 21:23, and that this formed the original conclusion of the Gospel. Subsequently 21:24 was added and this caused the removal of the words to their present place. This is ingenious but it has not convinced very many” (= Lagrange mempunyai pandangan bahwa 20:30-dst mula-mula terletak setelah 21:23, dan bahwa ini membentuk kesimpulan yang orisinil dari Injil ini. Sesudah itu 21:24 ditambahkan, dan ini menyebabkan pemindahan kata-kata itu ke tempat yang sekarang. Ini cerdik tetapi tidak meyakinkan terlalu banyak orang) - hal 859.

Problem terbesar dari pandangan ini adalah tidak adanya jejak manuscripts yang mendukungnya.

Ay 1: “Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-muridNya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut”.

1)   Nama Tiberias = Galilea.

Yoh 6:1 - “Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias”.

Kitab Suci bahasa Inggris menyebutkan ‘sea’ (= laut).

Sebetulnya itu adalah sebuah danau, tetapi Calvin mengatakan (hal 283) bahwa orang-orang Yahudi biasa menyebutnya ‘the sea of Tiberias’ (= laut Tiberias).

2)   Mengapa mereka bisa berada di Galilea?

Perhatikan ayat-ayat ini:

3)   Matthew Henry mengatakan bahwa kalau dalam Yoh 20 Yesus menampakkan diri kepada murid-murid pada saat mereka sedang berkumpul / bersekutu, maka di sini Yesus menampakkan diri kepada mereka pada saat mereka sedang menjala ikan, atau berada dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa ‘berjumpa’ dengan Tuhan bukan hanya pada saat kita ada di gereja, dalam kebaktian, Pemahaman Alkitab, pada saat bersaat teduh, dsb, tetapi juga dalam keadaan sehari-hari, pada saat sedang bekerja dan sebagainya.

Ay 2: “Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang muridNya yang lain”.

1)   Ada 7 murid yang berkumpul di sini, bukan dalam acara rohani, tetapi dalam peristiwa / kejadian biasa.

Matthew Henry: “It is good for the disciples of Christ to be much together; not only in solemn religious assemblies, but in common conversation, and about common business. Good Christians should by this means both testify and increase their affection to, and delight in, each other, and edify one another both by discourse and example” (= Adalah baik untuk murid-murid Kristus untuk sering bersama; bukan hanya pada pertemuan agama yang khidmat, tetapi dalam pembicaraan biasa, dan tentang urusan umum / biasa. Orang-orang kristen yang baik harus dengan cara ini menyaksikan dan meningkatkan kasih sayang dan kesenangan satu terhadap yang lain, dan saling mendidik oleh percakapan dan teladan).

2)   Tomas ada di sana.

Matthew Henry: “Thomas was one of them, and is named next to Peter, as if he now kept closer to the meetings of the apostles than ever. It is well if losses by our neglects make us more careful afterwards not to let opportunities slip” (= Tomas merupakan salah satu dari mereka , dan disebutkan sesudah Petrus, seakan-akan ia sekarang lebih dekat kepada pertemuan-pertemuan rasul-rasul dari sebelumnya. Adalah baik jika kehilangan-kehilangan yang terjadi karena kelalaian-kelalaian kita membuat kita lebih hati-hati setelah itu untuk tidak membiarkan kesempatan-kesempatan lolos).

3)   Mengapa ‘anak-anak Zebedeus’ (Yakobus dan Yohanes) disebutkan setelah Tomas dan Natanael?

Pulpit Commentary: “That they (sons of Zebedee) should here be mentioned after Thomas and after Nathanael correspond with the reticence and modesty of the evangelist” [= Bahwa mereka (anak-anak Zebedeus) di sini harus disebutkan setelah Tomas dan setelah Natanael, sesuai dengan sikap diam dan rendah hati dari sang penginjil] - hal 500.

4)   ‘dua orang muridNya yang lain’.

Tentang ‘dua orang muridNya yang lain’ ini ada yang menganggap mereka ini juga rasul, ada yang menganggap tidak.

Istilah ‘murid’ tidak harus menunjuk kepada salah satu dari 12 murid / rasul. Kalau mereka berdua adalah rasul, adalah aneh mengapa nama mereka tidak diberikan.

Ay 3: “Kata Simon Petrus kepada mereka: ‘Aku pergi menangkap ikan.’ Kata mereka kepadanya: ‘Kami pergi juga dengan engkau.’ Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa”.

1)   Apakah para rasul ini kembali kepada pekerjaan lama mereka?

Clarke dan beberapa penafsir yang lain menganggap bahwa sebagian dari para murid ini kembali kepada mata pencaharian mereka. Sekalipun hal ini tak bisa dipastikan, tetapi ini merupakan sesuatu yang memungkinkan. Merupakan sesuatu yang sering terjadi bahwa seseorang yang kehilangan pemimpinnya, yang tadinya mengarahkan kehidupannya ke arah yang rohani, lalu kembali kepada kehidupan lamanya. Ini terjadi khususnya pada jaman Hakim-Hakim.

William Hendriksen mengatakan (hal 479) bahwa sekalipun setelah kebangkitanNya Yesus sudah menampakkan diri kepada Petrus, tetapi mungkin bagi Petrus belum jelas bahwa ia, yang sudah menyangkal Yesus 3 x, berhak untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai seorang rasul / misionaris, dan karena itu adalah mungkin bahwa ia lalu kembali kepada kehidupan yang lama sebagai seorang penangkap ikan.

William Hendriksen (hal 479) bahkan mempertanyakan kemungkinan bahwa ketidak-berhasilan mereka menangkap apa-apa menunjukkan ketidak-senangan Allah karena mereka kembali kepada pekerjaan lama mereka.

Tetapi Matthew Henry tidak setuju dengan pandangan ini.

Matthew Henry: “Some think they did amiss in returning to their boats and nets, which they had left; but then Christ would not have countenanced them in it with a visit. It was rather commendable in them; for they did it, (1.) To redeem time, and not be idle. They were not yet appointed to preach the resurrection of Christ. ... It is probable that their Master had directed them to say nothing of his resurrection till after his ascension, nay, not till after the pouring out of the Spirit, and then they were to begin at Jerusalem. Now, in the mean time, rather than do nothing, they would go a fishing; not for recreation, but for business” [= Sebagian orang berpikir bahwa mereka melakukan kesalahan dengan kembali kepada perahu dan jala mereka, yang telah mereka tinggalkan; tetapi jika demikian Kristus tidak akan menyetujui mereka di dalam hal itu dengan mengunjungi mereka. Sebaliknya itu merupakan sesuatu yang terpuji dari mereka; karena mereka melakukan hal itu, (1) Untuk menebus waktu, dan tidak menjadi malas. Mereka belum ditetapkan untuk mengkhotbahkan kebangkitan Kristus. ... Adalah mungkin bahwa Guru mereka telah mengarahkan mereka untuk tidak berkata apa-apa tentang kebangkitanNya sampai setelah kenaikanNya, tidak, tetapi sampai setelah pencurahan Roh, dan lalu mereka harus mulai di Yerusalem. Sekarang, sementara itu, dari pada tidak melakukan apa-apa, mereka pergi menjala ikan, bukan untuk rekreasi, tetapi untuk pekerjaan / mencari uang].

2)   ‘mereka tidak menangkap apa-apa’.

a)   Ketekunan mereka dalam bekerja harus diperhatikan dan ditiru. Sekalipun tidak berhasil menangkap apa-apa, tetapi mereka bekerja selanjang malam. Dalam pekerjaan / pelayanan, kita juga harus demikian.

Calvin: “if we wish to allow an opportunity for the blessing of God to descend on us, we ought constantly to expect it; for nothing can be more unreasonable than to withdraw the hand immediately from labour, if it do not give promise of success” (= jika kita ingin mengijinkan suatu kesempatan bagi berkat Allah untuk turun kepada kita, kita harus terus menerus mengharapkannya; karena tidak ada apapun yang lebih tidak masuk akal dari pada segera menahan tangan dari pekerjaan, jika itu tidak menjanjikan kesuksesan) - hal 285.

Calvin: “Now, if we dislike our calling, because the labour which we undertake appears to be unproductive, yet, when the Lord exhorts us to steadiness and perseverance, we ought to take courage; in the end we shall obtain a happy result, but it will be at the proper time” (= Sekarang, jika kita tidak menyenangi panggilan kita, karena pekerjaan yang kita lakukan kelihatannya tidak memberi hasil, tetapi pada waktu Tuhan mendesak kita kepada keteguhan hati dan ketekunan, kita harus meneguhkan hati; pada akhirnya kita akan mendapatkan hasil yang menyenangkan, tetapi itu akan terjadi pada saat yang tepat) - hal 285.

b)   Allah memang sengaja mengatur supaya mereka tidak mendapat apa-apa, supaya dengan demikian mujijat yang akan dilakukan oleh Kristus menjadi makin menyolok, dan mereka lebih bisa merasakan kebaikan Tuhan. Dengan cara yang sama, Allah sering menguji orang-orang percaya, supaya mereka bisa menilai berkat-berkatNya dengan lebih tinggi. Jika kita selalu berhasil pada waktu kita bekerja, maka kita akan tidak / kurang menghargai keberhasilan itu sebagai berkat / pertolongan Tuhan, dan sebaliknya akan membanggakan kehebatan diri kita sendiri. Tetapi kalau mula-mula kita gagal dalam pekerjaan kita, dan Tuhan lalu menolong kita sehingga kita bisa berhasil, maka kita akan lebih menghargai berkat Tuhan tersebut.

Matthew Henry: “Their disappointment in their fishing. That night they caught nothing, though, it is probable, they toiled all night, as Lu. 5:5. See the vanity of this world; the hand of the diligent often returns empty. Even good men may come short of desired success in their honest undertakings. We may be in the way of our duty, and yet not prosper. Providence so ordered it that all that night they should catch nothing, that the miraculous draught of fishes in the morning might be the more wonderful and the more acceptable. In those disappointments which to us are very grievous God has often designs that are very gracious” (= Kekecewaaan mereka dalam penangkapan ikan mereka. Malam itu mereka tidak menangkap apa-apa, sekalipun, adalah mungkin bahwa mereka bekerja sepanjang malam, seperti dalam Luk 5:5. Lihatlah kesia-siaan dari dunia ini; tangan yang rajin sering kembali kosong. Bahkan orang-orang baik bisa kekurangan sukses yang diinginkan dalam usaha jujur mereka. Kita bisa ada di jalan kewajiban kita, tetapi tidak berhasil. Providensia mengatur sedemikian rupa sehingga sepanjang malam mereka tidak menangkap apa-apa, supaya penangkapan ikan pada paginya bisa lebih hebat dan lebih bisa diterima. Dalam kekecewaan-kekecewaan itu, yang bagi kita sangat menyedihkan, Allah sering mempunyai rencana-rencana yang sangat murah hati).

Jadi di sini berlaku Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Ay 4: “Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus”.

Ada beberapa alasan yang memungkinkan yang menyebabkan mereka tidak mengenali Yesus:

1)   Hari belum cukup terang.

Kata-kata ‘ketika hari mulai siang merupakan terjemahan yang salah.

KJV: ‘But when the morning was now come’ (= Tetapi ketika pagi datang).

NIV: ‘Early in the morning’ (= Pagi-pagi sekali).

2)   Mereka terlalu jauh dari Dia (bdk. ay 8 yang mengatakan 200 hasta, atau kira-kira 90 meter).

3)   Mereka tidak berharap untuk bertemu dengan Dia dan mereka tidak memandang dengan sungguh-sungguh kepadaNya.

Matthew Henry: “The disciples, though they had been intimately acquainted with him, knew not, all at once, that it was Jesus. Little expecting to see him there, and not looking intently upon him, they took him for some common person waiting the arrival of their boat, to buy their fish. Note, Christ is often nearer to us than we think he is, and so we shall find afterwards, to our comfort” (= Murid-murid, sekalipun mereka telah saling mengenal dengan akrab dengan Dia, tidak tahu dengan segera bahwa itu adalah Yesus. Mereka tidak mengharapkan untuk melihat Dia di sana, dan tidak melihat dengan sungguh-sungguh kepada Dia, mereka mengira Dia adalah orang biasa yang menunggu kedatangan perahu mereka, untuk membeli ikan mereka. Perhatikan, Kristus sering lebih dekat kepada kita dari pada yang kita pikirkan, dan demikianlah akan kita dapatkan setelahnya, untuk penghiburan kita).

Matthew Henry: “Christ’s time of making himself known to his people is when they are most at a loss. When they think they have lost themselves, he will let them know that they have not lost him” [= Saat Kristus menyatakan diriNya sendiri kepada umatNya adalah pada saat mereka paling bingung / tidak mengerti. Pada waktu mereka mengira bahwa mereka kehilangan diri mereka sendiri (kalah / gagal), Ia akan memberitahu mereka bahwa mereka tidak kehilangan Dia].

Ay 5-6: “(5) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan”.

1)   Bukan sisi kanan atau kiri yang dipersoalkan, tetapi ketaatan kepada Kristus.

Leon Morris (NICNT): “Some commentators draw attention to passages in classical authors showing that the right side is the fortunate side but it is difficult to see what relevance this has to the New Testament. Obedience to Christ, not luck, is the important thing” (= Sebagian penafsir memperhatikan bagian-bagian dalam pengarang-pengarang klasik yang menunjukkan bahwa sisi kanan adalah sisi yang menguntungkan / mujur, tetapi sukar untuk melihat apa hubungannya dengan Perjanjian Baru. Ketaatan kepada Kristus, bukan kemujuran, yang merupakan hal yang penting) - hal 863.

2)   Apakah peristiwa ini suatu mujijat atau bukan?

Barclay menganggap bahwa ini bukanlah suatu mujijat.

William Barclay: “The catch here is not described as a miracle, and it is not meant to be taken as one. The description is of something which still frequently happens on the lake. Remember that the boat was only about a hundred yards from land. H. V. Morton describes how he saw two men fishing on the shore of the lake. One had waded out from the shore and was casting a bell net into the water. ‘But time after time the net came up empty. ... While he was waiting for another cast, Abdul shouted to him from the bank to fling to the left, which he instantly did. This time it was successful. ... It happens very often that the man with the hand-net must rely on the advice of someone on shore, who tells him to cast either to the left or the right, because in the clear water he can often see a shoal of fish invisible to the man in the water.’ Jesus was acting as guide to his fishermen friends, just as people still do today” (= Penangkapan di sini tidak digambarkan sebagai suatu mujijat, dan tidak dimaksudkan untuk dianggap sebagai suatu mujijat. Penggambaran ini merupakan sesuatu yang tetap sering terjadi di danau. Ingatlah bahwa perahu itu hanya berada sekitar 100 yards dari daratan. H. V. Morton menggambarkan bagaimana ia melihat 2 orang menjala di pantai suatu danau. Yang seorang telah meninggalkan pantai dan sedang melemparkan jala lonceng ke dalam air. ‘Tetapi berulang kali jala itu naik dengan kosong. ... Sementara ia menunggu pelemparan selanjutnya, Abdul berteriak kepadanya dari tepi untuk melemparkan ke kiri, yang dengan segera dilakukannya. Kali ini itu merupakan sukses. ... Sangat sering terjadi bahwa orang dengan jala tangan harus bersandar kepada nasehat / petunjuk dari seseorang di tepi, yang memberitahunya untuk melemparkan ke kiri atau ke kanan, karena di air yang jernih ia sering bisa melihat sekumpulan ikan yang tidak terlihat oleh orang yang ada di air’. Yesus bertindak sebagai pembimbing kepada teman-teman nelayannya, persis seperti orang-orang tetap melakukannya pada saat / jaman ini) - hal 281.

Leon Morris juga mempunyai kata-kata / cerita dari H. V. Morton itu, dan ia menanggapi dengan kata-kata:

“Whether this would be valid for people one hundred yards apart is another matter” (= Apakah ini benar untuk orang yang berada sejauh 100 yards merupakan suatu persoalan yang berbeda) - hal 864 (footnote).

Catatan: 200 hasta (ay 8) = 100 yard = 90 meter.

Hal lain yang perlu dipersoalkan adalah: kalau ini bukan merupakan suatu mujijat, mengapa gerangan Yohanes menuliskannya / menceritakannya di sini?

3)   Ketaatan kepada Kristus menyebabkan keberhasilan.

John G. Mitchell: “Obedience to Christ always brings a harvest. He knows where the fish are. He knows where to put the net. He knows what to do. We talk about soul-winning. We talk about personal work. We talk about Christian-service. All He asks is obedience; and when we obey Him, He guarantees a harvest” (= Ketaatan kepada Kristus selalu membawa suatu panen. Ia tahu dimana ikan berada. Ia tahu dimana melemparkan jala. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Kami berbicara tentang memenangkan jiwa. Kami berbicara tentang pekerjaan pribadi. Kami berbicara tentang pelayanan Kristen. Semua yang Ia minta adalah ketaatan; dan pada waktu kita mentaati Dia, Ia menjamin suatu panen) - hal 403.

Ay 7-8: “(7) Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu”.

1)   Yohanes yang pertama mengenali bahwa orang di pantai itu adalah Yesus.

Tasker mengatakan bahwa pengalaman mereka ini mengingatkan mereka pada pengalaman mereka yang lalu dalam Luk 5:1-11, sekalipun ada perbedaan antara kedua peristiwa itu, yaitu bahwa dalam Luk 5 itu jala mereka mulai koyak dan perahu mereka mulai tenggelam. Ini menyebabkan mereka mengawasi orang di pantai itu dengan sungguh-sungguh dan Yohanes lalu mengenaliNya sebagai Yesus.

2)   Yohanes lebih maju dalam persoalan pengertian / iman, tetapi Petrus lebih maju dalam persoalan semangat.

Calvin: “as John goes before Peter in faith, so Peter afterwards excels him in zeal, when, disregarding personal danger, he throws himself into the lake. The rest follow in the ship. True, all come to Christ at length, but Peter is actuated by a peculiar zeal in comparison of the others. ... the act of leaving the ship and going on shore was not the result of folly and rashness, but that he advanced beyond the others in proportion to his zeal” (= Sebagaimana Yohanes berjalan di depan Petrus dalam iman, demikianlah setelahnya Petrus melampauinya dalam semangat, pada waktu dengan mengabaikan bahaya pribadi, ia melemparkan dirinya sendiri ke dalam danau. Sisanya mengikuti dalam perahu. Memang benar bahwa akhirnya semua datang kepada Kristus, tetapi Petrus digerakkan oleh semangat yang khas dibandingkan dengan yang lainnya. ... tindakan meninggalkan perahu dan pergi / berenang ke pantai bukanlah hasil dari kebodohan dan sikap gegabah, tetapi bahwa ia melampaui yang lain dalam ukuran semangatnya) - hal 286.

3)   Petrus tadinya tidak berpakaian / telanjang; apakah ini betul-betul berarti telanjang?

Ay 7 (KJV): ‘for he was naked’ (= karena ia telanjang).

Adam Clarke: “‘He was naked.’ He was only in his vest. Gumnos, naked, is often used to signify the absence of this upper garment only. In 1 Sam. 19:24, when Saul had put off his himatia, upper garments, he is said to have been gumnos, naked; and David, when girded only with a linen ephod, is said to have been uncovered, in 2 Sam. 6:14,20” (= ‘Ia telanjang’. Ia hanya memakai baju dalam. GUMNOS, telanjang, sering digunakan untuk menunjukkan tidak adanya jubah luar saja. Dalam 1Sam 19:24, pada waktu Saul melepaskan HIMATIAnya, baju / jubah luar, ia dikatakan GUMNOS, telanjang; dan Daud, pada waktu hanya memakai baju efod dari kain lenan, dikatakan sebagai telanjang, dalam 2Sam 6:14,20).

Barnes’ Notes: “‘He was naked’. He was undressed, with nothing on but the undergarment or tunic. The word does not require us to suppose a greater degree of nakedness than this” [= ‘Ia telanjang’. Ia tidak berpakaian, tak mengenakan apa-apa kecuali pakaian dalam atau tunic (semacam pakaian longgar). Kata itu tidak mengharuskan kita untuk menganggap suatu tingkat ketelanjangan yang lebih tinggi dari ini].

Pulpit Commentary: “The word gumnoz does not mean perfectly nude. A man who had simply the xitwn or tunic upon him was practically thus regarded. The word gumnoz occurs in Isa. 20:2; 1Sam 19:24; Job 24:10 in the same sense” (= Kata gumnoz / GUMNOS tidak berarti telanjang secara total. Seorang laki-laki yang hanya mengenakan xitwn / CHITON atau tunic secara praktis dianggap telanjang. Kata gumnoz / GUMNOS muncul dalam Yes 20:2; 1Sam 19:24; Ayub 24:10 dalam arti yang sama) - hal 502.

Ay 9: “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti”.

1)   Jangan menanyakan dari mana Yesus mendapatkan semua ini; Ia mempunyai banyak cara dengan mana Ia bisa mendapatkannya.

Matthew Henry: “we need not be curious in enquiring whence this fire, and fish, and bread, came, any more than whence the meat came which the ravens brought to Elijah. He that could multiply the loaves and fishes that were could make new ones if he pleased, or turn stones into bread, or send his angels to fetch it, where he knew it was to be had. It is uncertain whether this provision was made ready in the open air, or in some fisher’s cabin or hut upon the shore; but here was nothing stately or delicate” (= kita tidak perlu ingin tahu dengan bertanya dari mana api, ikan, roti, ini datang, lebih dari pada dari mana daging yang dibawa oleh burung gagak kepada Elia datang. Ia yang bisa melipat-gandakan roti dan ikan bisa membuat / mencipta yang baru jika itu memperkenanNya, atau mengubah batu menjadi roti, atau mengutus malaikat-malaikatNya untuk mengambilkannya, dimana Ia tahu itu akan didapatkan. Adalah tidak pasti apakah persediaan ini disiapkan di udara terbuka, atau dalam kamar atau pondok dari nelayan di pantai; tetapi di sini tidak ada apapun yang megah atau indah).

2)   Yesus selalu bisa dan akan memelihara pelayan-pelayanNya.

Matthew Henry: “we may be comforted in this instance of Christ’s care of his disciples; he has wherewith to supply all our wants, and knows what things we have need of. He kindly provided for those fishermen, when they came weary from their work; for verily those shall be fed who trust in the Lord and do good. It is encouraging to Christ’s ministers, whom he hath made fishers of men, that they may depend upon him who employs them to provide for them” (= kita bisa dihibur dalam kejadian / contoh tentang perhatian / pemeliharaan Kristus kepada murid-muridNya; Ia mempunyai hal-hal untuk menyuplai semua kebutuhan kita, dan tahu hal-hal apa yang kita perlukan. Ia dengan baik menyediakan untuk nelayan-nelayan itu, pada waktu mereka datang dengan lelah dari pekerjaan mereka; karena pastilah mereka akan diberi makan, yaitu mereka yang percaya kepada Tuhan dan berbuat baik. Merupakan sesuatu yang menguatkan bagi pelayan-pelayan Kristus, yang telah Ia jadikan penjala manusia, bahwa mereka bisa bergantung kepadaNya yang mempekerjakan mereka untuk menyediakan untuk mereka).

Ay 10-11: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.’ Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”.

1)   Penafsiran simbolis.

a)   Tentang bilangan 153.

Barclay memberikan penafsiran-penafsiran dari orang-orang tertentu tentang bilangan 153 ini:

1.   Cyril of Alexandria mengatakan bahwa bilangan 153 terdiri dari:

·        bilangan 100 yang merupakan simbol ‘the fullness of the Gentiles’ (= kepenuhan orang-orang non Yahudi) yang akan dikumpulkan kepada Kristus.

·        bilangan 50 yang merupakan simbol dari sisa Israel yang akan dikumpulkan.

·        bilangan 3 menunjuk kepada Allah Tritunggal.

2.   Agustinus mengatakan bahwa bilangan 10 menunjuk kepada hukum Taurat, karena ada 10 hukum. Dan bilangan 7 adalah bilangan dari kasih karunia karena karunia-karunia dari Roh ada ‘sevenfold’ (= berlipat 7). Dan 10 + 7 = 17; dan 153 merupakan jumlah dari bilangan 1 s/d 17. Jadi 153 merupakan jumlah dari semua orang yang digerakkan oleh hukum Taurat maupun oleh kasih karunia untuk datang kepada Yesus Kristus.

Ada juga yang menganggap bahwa bilangan 17 ini berasal dari cerita Yesus memberi makan 5000 orang, karena di sana Yesus menggunakan 5 roti, dan sisanya ada 12 bakul, dan 5 + 12 = 17 (Word Biblical Commentary).

3.   Jerome mengatakan bahwa di laut ada 153 jenis ikan yang berbeda-beda; dan penangkapan itu mencakup setiap jenis ikan; dan karena itu bilangan tersebut menyimbolkan bahwa semua orang dari segala bangsa akan dikumpulkan kepada Yesus Kristus.

Tanggapan: ini jelas salah karena jumlah jenis ikan pasti jauh lebih banyak dari 153.

William Hendriksen juga menunjukkan adanya penafsiran-penafsiran yang aneh berkenaan dengan hal ini:

1.   Ikan-ikan itu tidak dihitung sampai mereka tiba di darat, dan ini diartikan bahwa orang-orang pilihan tidak diketahui jumlahnya sampai kita tiba di surga.

2.   Ada hubungan dengan Mat 13:47-48, dan ini menunjukkan bahwa semua jenis manusia akan diselamatkan.

Mat 13:47-48 - “(47) ‘Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. (48) Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang”.

3.   Ada referensi pada saat yang penting dalam sejarah, yaitu tahun 153 M. tetapi saya tidak tahu saat penting apa yang dimaksudkan.

4.   Dalam abjad Ibrani ini merupakan bilangan yang sama dengan bilangan dari kata-kata ‘Simon Iona’.

Penafsiran-penafsiran aneh yang lain:

1.   153 = 122 + 32.

Dimana 12 merupakan jumlah dari rasul, dan 3 menunjuk kepada pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal (lihat F. F. Bruce, hal 401).

2.   Ada yang menghubungkan bilangan 153 ini dengan bilangan 153.600 yang merupakan jumlah orang-orang asing laki-laki pada jaman Salomo (2Taw 2:17).

Tetapi bagaimana dengan kelebihan 600nya?

b)   Tentang jala.

Masih ada lagi arti simbolis berkenaan dengan jala yang dipakai, dimana jala menunjuk kepada Gereja.

Barclay: “The net stands for the Church; and there is room in the Church for all men of all nations. Even if they all come in, she is big enough to hold them all. Here John is telling us in his own vivid yet subtle way of the universality of the Church. There is no kind of exclusiveness in her, no kind of colour bar of selectiveness. The embrace of the Church is as universal as the love of God in Jesus Christ” (= Jala berarti Gereja; dan ada ruangan / tempat dalam Gereja untuk semua orang dari semua bangsa. Bahkan jika mereka semua masuk, Gereja itu cukup besar untuk menampung mereka semua. Di sini Yohanes menceritakan kepada kita dalam caranya sendiri yang hidup tapi halus / tak kentara tentang keuniversalan dari Gereja. Tidak ada jenis pemisahan dalam Gereja, tak ada penyeleksian berdasarkan warna. Pelukan Gereja adalah sama universalnya seperti kasih Allah dalam Yesus Kristus) - hal 284.

2)   Penolakan terhadap penafsiran simbolis.

Para penafsir di bawah ini menolak arti simbolis dari bagian ini.

F. F. Bruce: “But if there is any symbolism in the number (and the narrative does not indicate that there is), it must bear some relation to the subject-matter of the context” [= Tetapi jika di sana ada arti simbolis dalam bilangan (dan cerita ini tidak menunjukkan bahwa hal itu ada), maka arti itu harus mengandung suatu hubungan dengan pokok persoalan dari kontext] - hal 401.

Barnes’ Notes: “The number is mentioned because it seems to have been a very unusual draught, and it was particularly gratifying and striking to them after they had spent the whole night and had caught nothing” (= Bilangannya disebutkan karena itu kelihatannya merupakan suatu hasil penjalaan yang luar biasa, dan itu secara khusus memuaskan dan menyolok bagi mereka setelah mereka menghabiskan seluruh malam dan tidak menangkap apa-apa).

Calvin: “As to the number of the fishes, we ought not to look for any deep mystery in it” (= Berkenaan dengan jumlah ikan, kita tidak seharusnya mencari misteri yang dalam di dalamnya) - hal 286.

Leon Morris (NICNT): “Temple says forthrightly, ‘It is perverse to seek a hidden meaning in the number; it is recorded because it was found to be the number when the count was made.’” (= Temple berkata dengan terus terang, ‘Adalah menyimpang / sesat untuk mencari suatu arti tersembunyi dalam bilangan ini; itu dicatat karena itu ditemukan sebagai jumlah yang didapatkan pada waktu perhitungan dilakukan) - hal 866.

Saya setuju dengan pandangan kedua ini. Tidak ada arti simbolis apapun dalam bilangan 153 itu.

Ay 12-13: “(12) Kata Yesus kepada mereka: ‘Marilah dan sarapanlah.’ Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepadaNya: ‘Siapakah Engkau?’ Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. (13) Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu”.

Matthew Henry: “Christ himself began. Though, perhaps, having a glorified body, he needed not eat, yet he would show that he had a true body, which was capable of eating. The apostles produced this as one proof of his resurrection, that they had eaten and drank with him, Acts 10:41” (= Kristus sendiri mulai. Sekalipun mungkin karena Ia mempunyai tubuh yang dimuliakan, Ia tidak perlu makan, tetapi Ia mau menunjukkan bahwa Ia mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, yang mempunyai kemampuan untuk makan. Sang rasul memperlihatkan ini sebagai satu bukti dari kebangkitanNya, bahwa mereka telah makan dan minum dengan Dia, Kis 10:41).

Kis 10:41 - “bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.

Barnes’ Notes: “It is not said that Jesus himself ate with them, but he gave them food” (= Tidak dikatakan bahwa Yesus sendiri makan dengan mereka, tetapi Ia memberikan mereka makanan).

Memang dilihat dari text ini, sebetulnya tak terlihat bahwa Yesus sendiri makan. Jadi Kis 10:41 itu mungkin bukan menunjuk kepada peristiwa ini, tetapi kepada peristiwa dalam Luk 24:41-43 atau dalam Kis 1:4.

Luk 24:41-43 - “(41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.

Kis 1:4a - “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, ...”.

Ay 14: “Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati”.

Hanya 3 x? Tidak!

Adam Clarke: “‘This is now the third time.’ That is, this was the third time he appeared unto the apostles, when all or most of them were together. He appeared to ten of them, John 20:19; again to eleven of them, John 20:26; and at this time to seven of them, John 21:2. But, when the other evangelists are collated, we shall find that this was the seventh time in which he had manifested himself after he arose from the dead” (= ‘Itulah ketiga kalinya’. Yaitu, ini adalah ketiga-kalinya Ia menampakkan diri kepada rasul-rasul, dimana semua atau kebanyakan dari mereka ada bersama-sama. Ia menampakkan diri kepada 10 dari mereka, Yoh 20:19; lagi kepada 11 dari mereka, Yoh 20:26; dan pada saat ini kepada 7 dari mereka, Yoh 21:2. Tetapi, pada waktu penginjil-penginjil yang lain disatukan, kita akan mendapatkan bahwa ini adalah kali yang ke 7 dalam mana Ia telah menyatakan diriNya sendiri setelah Ia bangkit dari orang mati).

Adam Clarke: “1) He appeared to Mary of Magdala, Mark 16:9; John 20:15-16. 2) To the holy women who came from the tomb, Matt. 28:9. 3) To the two disciples who went to Emmaus, Luke 24:13, etc. 4) To Peter alone, Luke 24:34. 5) To the ten, in the absence of Thomas, John 20:19. 6) Eight days after to the eleven, Thomas being present, John 21:26.  7) To the seven, mentioned in John 21:2 of this chapter; which was between the eighth and fortieth day after his resurrection. Besides these seven appearances, he showed himself, 8) To the disciples on a certain mountain in Galilee, Matt. 28:16. 9) If the appearance mentioned by Paul, 1 Cor. 15:6, to upwards of 500 brethren at once - if this be not the same with his appearance on a mountain in Galilee, it must be considered the ninth. 10) According to the same apostle, he was seen of James, 1 Cor. 15:7, which may have been the tenth appearance. 11) And, after this, to all the apostles, when, at Bethany, he ascended to heaven in their presence. See Mark 16:19-20; Luke 24:50-53; Acts 1:3-12; 1 Cor. 15:7. This appears to have been the eleventh time in which he distinctly manifested himself after his resurrection. But there might have been many other manifestations, which the evangelists have not thought proper to enumerate, as not being connected with anything of singular weight or importance” [= 1) Ia menampakkan diri kepada Maria Magdalena, Mark 16:9; Yoh 20:15-16. 2) Kepada perempuan-perempuan kudus yang datang dari kubur, Mat 28:9. 3) Kepada 2 murid yang pergi ke Emaus, Luk 24:13, dsb. 4) Kepada Petrus sendirian, Luk 24:34. 5) Kepada 10 rasul, dengan absennya Tomas, Yoh 20:19. 6) Delapan hari setelahnya kepada 11 rasul, dengan hadirnya Tomas, Yoh 21:26. 7) Kepada 7 murid, disebutkan dalam Yoh 21:2 dari pasal ini; yang ada di antara hari ke 8 dan 40 dari kebangkitanNya. Disamping ketujuh penampakan ini, Ia menunjukkan diriNya sendiri, 8) Kepada murid-murid pada suatu gunung tertentu di Galilea, Mat 28:16. 9) Jika penampakan yang disebutkan oleh Paulus, 1Kor 15:6, kepada lebih dari 500 saudara sekaligus - jika ini tidak sama dengan penampakanNya pada suatu gunung di Galilea, itu harus dianggap sebagai yang ke 9. 10) Menurut rasul yang sama, ia terlihat oleh Yakobus, 1Kor 15:7, yang mungkin merupakan penampakan yang ke 10. 11) Dan, setelah ini, kepada semua rasul, dimana, di Betania, Ia naik ke surga di hadapan mereka. Lihat Mark 16:19-20; Luk 24:50-53; Kis 1:3-12; 1Kor 15:7. Ini kelihatannya merupakan kali yang ke 11 dalam mana Ia secara jelas menyatakan diriNya sendiri setelah kebangkitanNya. Tetapi bisa juga ada manifestasi-manifestasi yang lain, yang oleh penginjil-penginjil dianggap tidak tepat / sesuai untuk disebutkan satu per satu, karena tidak berhubungan dengan apapun yang mempunyai bobot dan kepentingan yang luar biasa].

Jadi, setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri banyak kali, sedikitnya 11 x, dan itu memberikan bukti yang meyakinkan bahwa Ia memang bangkit dari antara orang mati.

Bdk. Kis 1:3 - “Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah”.

NIV: ‘After his suffering, he showed himself to these men and gave many convincing proofs that he was alive. He appeared to them over a period of forty days and spoke about the kingdom of God’ (= Setelah penderitaanNya, Ia menunjukkan diriNya sendiri kepada orang-orang ini dan memberikan banyak bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Ia hidup. Ia menampakkan kepada mereka selama 40 hari dan berbicara tentang Kerajaan Allah).

KJV/Lit: ‘To whom also he shewed himself alive after his passion by many infallible proofs, being seen of them forty days, and speaking of the things pertaining to the kingdom of God’ (= Kepada siapa Ia juga menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah penderitaanNya oleh / dengan banyak bukti-bukti yang tidak bisa salah, karena Ia terlihat oleh mereka selama 40 hari, dan berbicara kepada mereka tentang hal-hal yang berkenaan dengan kerajaan Allah).



-AMIN-

 Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.

 

Joh 21:17  Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.


e-mail us at [email protected]