Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


Yohanes 18:12-27

Ay 12: “Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia”.

Tentang Kristus yang dibelenggu, Calvin berkata:

“the body of the Son of God was bound, that our souls might be loosed from the cords of sin and of Satan” (= tubuh dari Anak Allah diikat / dibelenggu, supaya jiwa kita bisa dilepaskan dari tali-tali / ikatan dari dosa dan Setan) - hal 197.

William Hendriksen berkata:

“He, the One who had come into the world to bring freedom, and apart from whom freedom is absolutely impossible (see on 8:31-36), was himself bound. He was bound, however, in order that we might be loosed from our sins” [= Ia, yang telah datang ke dalam  dunia untuk membawa kebebasan / kemerdekaan, dan terpisah dari siapa kebebasan / kemerdekaan merupakan suatu kemustahilan yang mutlak (lihat tentang 8:31-36), sendiri terbelenggu. Tetapi Ia terbelenggu supaya kita bisa dilepaskan dari dosa-dosa kita] - hal 385.

Spurgeon: “Our Lord Jesus Christ was bound, and there flows from that fact its opposite, then, his people are all free. When Christ was made a curse for us, he became a blessing to us. When Christ was made sin for us, we were made the righteousness of God in him. When he died, then we lived. And so, as he was bound, we are set free” (= Tuhan kita Yesus Kristus dibelenggu, dan dari fakta itu mengalirlah kebalikannya, maka semua umatNya bebas. Pada waktu Kristus dijadikan kutuk untuk kita, Ia menjadi berkat bagi kita. Pada waktu Kristus dijadikan dosa untuk kita, kita dibuat menjadi kebenaran Allah dalam Dia. Pada waktu Ia mati, maka kita hidup) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 225.

Ay 13: “Lalu mereka membawaNya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar”.

1)   Matius, Markus dan Lukas tidak menceritakan peristiwa ini.

2)   Pemeriksaan di hadapan Hanas atau Kayafas?

A. T. Robertson mengatakan bahwa pemeriksan / pengadilan terhadap Yesus terjadi 2 x, yaitu di hadapan Hanas (Yoh 18:13-23), dan lalu di hadapan Kayafas (Mat 26:57-68). Yang kedua ini mungkin merupakan semacam pengesahan dari yang pertama (karena Kayafas adalah imam besar resmi).

Kata ‘mula-mula’ dalam ay 13 ini diterjemahkan ‘first’ (= pertama-tama) oleh KJV/RSV/NIV/NASB, dan menurut Leon Morris ini secara implicit menunjuk-kan adanya pemeriksaan kedua, yaitu di hadapan Kayafas.

Leon Morris (NICNT): “John tells us that Jesus was brought ‘first’ to Annas. This requires a ‘second’, which is evidently the appearance before Caiaphas (v. 24)” [= Yohanes memberitahu kita bahwa Yesus ‘pertama-tama’ dibawa kepada Hanas. Ini membutuhkan ‘yang kedua’, yang jelas adalah penampilan di hadapan Kayafas (ay 24)] - hal 750.

Hendriksen juga mengatakan bahwa pandangan yang umum mengatakan bahwa Yesus dibawa ke hadapan Hanas untuk pemeriksaan pendahuluan.

Keberatan terhadap pandangan di atas:

Ada orang-orang yang menentang pandangan tentang adanya 2 pemeriksa-an ini, dan mengatakan bahwa tidak ada pemeriksaan pendahuluan. Orang-orang ini beranggapan bahwa Yoh 18:19-23 terjadi di hadapan Kayafas, bukan di hadapan Hanas. Alasannya karena ay 15,16,19,22 mengatakan ‘imam besar’, dan ay 13b mengatakan bahwa imam besar adalah Kayafas.

Tetapi Hendriksen menentang pandangan ini karena adanya ay 24 yang berbunyi: “Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu”.

Untuk menjawab problem ay 24 ini, maka orang-orang itu mengatakan:

a)   Ay 24 itu salah letaknya; seharusnya setelah ay 13 atau setelah ay 14.

Adam Clarke berpendapat bahwa ay 24 - “Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu” - seharusnya terletak setelah ay 13 ini. Dan ia mengatakan bahwa ada satu manuscript yang menambahkan ay 24 itu di sini, dan juga manuscript Syria yang belakangan menuliskannya pada margin (catatan tepi).

b)   Kalau ay 24 itu tetap diletakkan di sana, maka ay 24 itu diterjemahkan ke dalam bentuk past perfect.

KJV: ‘Now Annas had sent him bound unto Caiaphas the high priest’ (= Hanas telah mengirimkanNya dalam keadaan terbelenggu kepada Kayafas, sang imam besar).

Terhadap jawaban ini Hendriksen mengatakan:

a.   Tidak ada alasan untuk mengatakan ay 24 itu salah letak.

b.   Kata ‘mengirimkan’ dalam bahasa Yunaninya ada dalam aorist tense / past tense, dan itu memang memungkinkan diterjemahkan ke dalam past perfect tense. Tetapi berdasarkan thesis dari seseorang yang bernama J. R. Mantey, yang membahas bagian ini secara sangat mendalam dalam bahasa Yunani, Hendriksen mengatakan bahwa bagian ini harus diterjemahkan ke dalam past tense biasa.

Dan Pulpit Commentary mengatakan:

“If John had intended a pluperfect sense to be given to the verb, why not use that tense?” (= Seandainya Yohanes memaksudkan arti past perfect diberikan kepada kata kerja ini, mengapa ia tidak menggunakan tense jenis itu?) - hal 387.

Jadi Hendriksen berpendapat bahwa ay 19-23 terjadi di hadapan Hanas. Tetapi masih ada problem dengan pandangannya, yaitu karena ay 19,22 menyebutkan imam besar, sedangkan ay 13 mengatakan bahwa imam besar adalah Kayafas. Hendriksen mengatakan bahwa ini merupakan problem kecil, karena memang ada 2 tempat lain dimana Hanas disebut sebagai imam besar, yaitu:

KJV: ‘And Annas the high priest, and Caiaphas, and John, and Alexander, and as many as were of the kindred of the high priest, were gathered together at Jerusalem’ (= Dan Hanas imam besar, dan Kayafas, dan Yohanes, dan Alexander, dan banyak keluarga dari imam besar, berkumpul di Yerusalem).

Ada 2 keanehan di sini:

*        Bagaimana mungkin ada 2 orang menjadi imam besar pada saat yang bersamaan?

*        Kata ‘imam besar’ ada dalam bentuk tunggal, bukan jamak.

Penjelasan: Kayafas adalah menantu dari Hanas. Hanas adalah imam besar pada tahun 6-15 Masehi, dan ia lalu diturunkan dari jabatannya oleh Valerius Gratus, gubernur Romawi, dan lalu digantikan oleh Kayafas. Tetapi dalam prakteknya ia tetap memegang kuasa sebagai imam besar.

Ini sama seperti misalnya pemerintah memecat saya sebagai pendeta, lalu mengangkat si A sebagai pendeta, maka jemaat tetap menghargai otoritas saya sebagai pendeta, sehingga ada 2 pendeta.

Norval Geldenhuys (NICNT): “Although the Romans had deposed Annas, and Caiaphas was the official high priest, Annas nevertheless in reality still exercised some high-priestly authority” (= Sekalipun orang Romawi telah memecat Hanas, dan Kayafas adalah imam besar yang resmi, dalam kenyataannya Hanas tetap mempunyai / menjalankan beberapa / sebagian otoritas imam besar).

William Hendriksen: “Though deposed, he remained for a long time the ruling spirit of the Sanhedrin. ... Thus, during the entire period of Christ’s ministry and for a long time afterward, Annas was the man who was responsible, to a large extent, for the actions of the Jewish Sanhedrin” (= Sekalipun dipecat, ia tetap menjadi pemerintah dari Sanhedrin untuk waktu yang lama. ... Karena itu, selama masa pelayanan Kristus dan lama sesudahnya, Hanas adalah orang yang bertanggung jawab untuk sebagian besar dari tindakan-tindakan dari Sanhedrin) - hal 387.

Leon Morris (NICNT) yang mempunyai pandangan yang sama dengan Hendriksen, memberikan argumentasi tambahan. Ia mengatakan bahwa kalau memang tidak ada pemeriksaan pendahuluan di hadapan Hanas, lalu mengapa / untuk apa dalam ay 13 ini Yohanes mengatakan bahwa Yesus dibawa ke hadapan Hanas?

3)   Pengaruh dari Hanas.

Adam Clarke mengatakan bahwa Hanas adalah orang yang sangat besar otoritasnya dalam kalangan bangsa Yahudi, karena:

a)   Ia sendiri pernah menjadi imam besar.

b)   Ia mempunyai tidak kurang dari 5 anak laki-laki yang pernah menjadi imam besar.

c)   Menantunya, yaitu Kayafas, saat itu menjadi imam besar.

Hendriksen menambahkan (hal 387-388) bahwa salah satu dari cucu dari Hanas juga pernah menjadi imam besar.

F. F. Bruce: “Several members of his family occupied the high-priesthood at various times throughout the half-century following his deposition” (= Beberapa anggota dari keluarganya menduduki jabatan imam besar pada waktu yang berbeda-beda selama setengah abad setelah pemecatannya) - hal 343.

Clarke juga mengatakan bahwa adalah sangat mungkin bahwa Hanas adalah kepala dari Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi, dan karena itu maka Kristus pertama-tama dibawa kepadanya. Tetapi Hendriksen berpendapat (hal 398) bahwa Kayafaslah yang merupakan ‘president of the Sanhedrin’ (= presiden dari Sanhedrin). Saya berpendapat bahwa yang salah adalah kata-kata Clarke.

4)   Jabatan imam besar dan kekacauan / kekotoran di dalamnya.

a)   Masa jabatan imam besar yang seharusnya seumur hidup, diubah oleh pemerintahan Romawi, yang menurunkan dan menaikkan imam besar sesukanya.

Kata-kata ‘yang pada tahun itu menjadi imam besar’, menurut Calvin (juga Leon Morris) bukan berarti bahwa jabatan imam besar hanya berlaku 1 tahun.

Calvin: “He does not mean that the office of the high priesthood was annual, as many have falsely imagined, but that Caiaphas was high priest at that time, which appears plainly from Josephus. By the injunction of the Law, this honour was perpetual, and ended only at the death of him who held it; but ambition and intestine broils gave occasion to the Roman governors to dethrone one high priest and put another in his room, at their own pleasure, either for money of for favour. Thus Vitellius deposed Caiaphas, and appointed Jonathan, the son of Annas, to be his successor” [= Ia tidak memaksudkan bahwa jabatan dari imam besar bersifat tahunan, seperti yang dibayangkan secara salah oleh banyak orang, tetapi maksudnya adalah bahwa Kayafas adalah imam besar pada saat itu, yang terlihat dengan jelas dari Josephus. Oleh keputusan hukum Taurat, kehormatan ini bersifat kekal, dan hanya berakhir pada kematian dari orang yang memegang jabatan tersebut.; tetapi ambisi dan pertengkaran di dalam (?) memberi kesempatan kepada gubernur Romawi untuk menurunkan satu imam besar dan meletakkan orang yang lain di tempatnya, sesuka mereka, atau demi uang atau demi kesenangan. Kemudian Vitellius memecat Kayafas, dan menetapkan Yonatan, anak dari Hanas, untuk menggantikannya] - hal 197.

Adam Clarke, dalam tafsirannya tentang Yoh 11:49 berkata:

“By the law of Moses, Exod. 40:15, the office of high priest was for life, and the son of Aaron’s race always succeeded his father. But at this time the high priesthood was almost annual: the Romans and Herod put down and raised up whom they pleased and when they pleased, without attending to any other rule than merely that the person put in this office should be of the sacerdotal race” (= Oleh hukum Musa, Kel 40:15, jabatan imam besar adalah untuk seumur hidup, dan anak dari keturunan Harun selalu menggantikan ayahnya. Tetapi pada saat ini masa jabatan imam besar hampir bisa dikatakan sebagai bersifat tahunan: Orang Romawi dan Herodes menurunkan dan mengangkat orang yang mereka senangi, pada saat yang mereka senangi, tanpa mengikuti peraturan lain kecuali bahwa orang yang ditempatkan pada jabatan ini haruslah berasal dari keturunan imam) - hal 604.

Kel 40:15 - “Urapilah mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagiKu; dan ini terjadi, supaya berdasarkan pengurapan itu mereka memegang jabatan imam untuk selama-lamanya turun-temurun.’”.

b)   Dalam proses menurunkan atau menaikkan seorang imam besar, ada banyak kekotoran.

Barclay: “There had been a time, when the Jews were free, when the High Priest had held office for life; but when the Roman governors came, the office became a matter for contention and intrigue and bribery and corruption. It now went to the greatest sycophant and the highest bidder, to the man who was most willing to toe the line with the Roman governor. The High Priest was the arch-collaborator, the man who brought comfort and ease and prestige and power not with bribes only but with close co-operation with his country’s masters. The family of Annas was immensely rich and one by one they had intrigued and bribed their way into office, while Annas remained the power behind it all” (= Pernah ada saat,  pada waktu orang-orang Yahudi itu merdeka, dimana Imam Besar memegang jabatannya seumur hidup; tetapi pada waktu gubernur / pemerintah Romawi datang, jabatan itu menjadi suatu persoalan pertikaian dan  tipu daya / permainan bawah tangan dan suap / sogok dan korupsi. Sekarang jabatan itu diberikan kepada penjilat yang terbesar dan penawar yang tertinggi, kepada orang yang paling mau mentaati perintah pemerintah Romawi. Imam Besar adalah orang yang bekerja sama, orang yang membawa kenyamanan dan ketenteraman dan wibawa dan kuasa, bukan dengan suap / sogok saja tetapi dengan kerja sama yang dekat dengan penguasa negara mereka. Keluarga Hanas sangat kaya dan satu demi satu mereka melakukan tipu daya / pekerjaan di bawah tangan dan menyogok sehingga mendapatkan jabatan tersebut, sementara Hanas tetap sebagai kekuatan di balik semua itu) - hal 225-226.

c)   Kekayaan Hanas yang didapat dari cara yang kotor / pemerasan.

William Hendriksen: “He was very proud, exceedingly ambitious, and fabulously wealthy, His family was notorious for its greed. The main source of his wealth seems to have been a goodly share of the proceeds from the price of sacrificial animals, which were sold in the Court of the Gentiles. See on 2:14. By him the house of prayer had been turned into a den of robbers. ... John adds that Annas was father-in-law of Caiaphas! And in character these two were twins. ... Hence, from Annas, Jesus could expect the same treatment as from his son-in-law” (= Ia sangat sombong, sangat ambisius, dan sangat kaya, keluarganya terkenal karena ketamakannya. Sumber utama dari kekayaannya kelihatannya adalah suatu bagian yang berlimpah-limpah dari hasil penjualan binatang untuk korban, yang dijual di pelataran, tempat orang-orang non Yahudi beribadah. Lihat tentang 2:14. Olehnya rumah doa telah dijadikan sarang penyamun. ... Yohanes menambahkan bahwa Hanas adalah mertua dari Kayafas! Dan dalam sifat, kedua orang ini seperti kembar. ... Karena itu, dari Hanas, Yesus bisa mengharapkan perlakuan yang sama seperti dari menantunya) - hal 388.

Barclay juga mengatakan bahwa korban haruslah tidak bercacat, dan kalau orang membawa korban yang dibeli di luar, maka selalu korban itu dikatakan cacat. Ini menyebabkan orang terpaksa membeli domba dsb dari Bait Allah, yang harganya jauh lebih tinggi.

Barclay: “Outside the Temple a pair of doves could cost as little as 4p; inside they could cost as much as 75p. The whole business was sheer exploitation; and the shops where the Temple victims were sold were called The Bazaars of Annas” (= Di luar Bait Allah sepasang burung merpati harganya hanya 4 sen; di dalam harganya bisa mencapai 75 sen. Seluruh bisnis semata-mata merupakan pemerasan; dan toko dimana korban untuk Bait Allah itu dijual disebut Bazar / pasar dari Hanas) - hal 226.

Semua ini bukan merupakan sesuatu yang aneh. Seperti ada yang mengatakan: kalau seseorang menjadi pejabat dengan menyogok pejabat di atasnya, maka pada saat ia menjadi pejabat, hal pertama dan terutama yang ia lakukan adalah: bagaimana memulangkan / mendapatkan kembali modal tersebut?

Semua kekotoran ini menyebabkan keluarga Hanas dibenci oleh orang-orang Yahudi.

Barclay: “The Jews themselves hated the household of Annas. There is a passage in the Talmud which says: ‘Woe to the house of Annas! Woe to their serpent’s hiss! They are High Priests; their sons are keepers of the treasury; their sons-in-law are guardians of the temple; and their servants beat the people with staves.’ Annas and his household were notorious” [= Orang-orang Yahudi  sendiri membenci keluarga Hanas. Ada text dalam Talmud yang berkata: ‘Celakalah keluarga Hanas! Celakalah desisan ular mereka! Mereka adalah Imam-imam Besar; anak-anak mereka adalah penjaga dari kekayaan (dari Bait Allah?); menantu-menantu mereka merupakan penjaga-penjaga dari Bait Allah; dan pelayan-pelayan mereka memukuli umat dengan tongkat’. Hanas dan keluarganya terkenal buruk] - hal 226.

Anehnya, dalam Mat 27:20-dst, kita melihat bahwa orang-orang Yahudi dihasut oleh para imam kepala, sehingga lalu meminta kepada Pontius Pilatus supaya Yesus disalibkan. Memang kalau sudah berhadapan dengan orang yang benar, maka kelompok-kelompok orang sesat, yang sebetulnya bermusuhan, bisa bersatu untuk melawan orang benar itu. Mungkin setan, bapak dari kedua kelompok itu, mempersatukan anak-anaknya untuk melawan kebenaran.

d)   Apa hubungan semua ini dengan penangkapan terhadap Yesus dan dibawanya Yesus ke hadapan Hanas?

Barclay: “Now we can see why Annas arranged that Jesus should be brought first to him. Jesus was the man who had attacked Annas’s vested interest; he had cleared the Temple of the sellers of victims and had hit Annas where it hurts - in his pocket. Annas wanted to be the first to gloat over the capture of this disturbing Galilaean” (= Sekarang kita bisa melihat mengapa Hanas mengatur supaya Yesus pertama-tama harus dibawa kepadanya. Yesus adalah orang yang telah menyerang kepentingan tetap / pribadi dari Hanas; Ia telah membersihkan Bait Allah dari penjual-penjual korban dan telah memukul Hanas di tempat yang menyakitkan, yaitu di kantongnya. Hanas menginginkan untuk menjadi yang pertama yang melihat dengan senang penangkapan dari orang Galilea yang menggangu ini) - hal 226.

Penerapan:

Kalau saudara mau melakukan hal yang benar, memberantas kecurangan, korupsi, kejahatan, pemerasan dsb, maka jangan heran kalau apa yang dialami Yesus juga menjadi pengalaman saudara. Lebih-lebih kalau saudara mau memberantas ajaran sesat, mafia dalam gereja dan sebagainya!

Ay 14: “dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: ‘Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.’”.

Bdk. Yoh 11:49-52 - “Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

1)   Allah memakai mulut / lidah orang yang bejat.

Tentang kata-kata / nubuat Kayafas dalam ay 14 (bdk. Yoh 11:50), Calvin berkata:

“God employed the foul mouth of a wicked and treacherous high priest to utter a prediction, (John 11:50,) just as he guided the tongue of the prophet Balaam, contrary to his wish, so that he was constrained to bless the people, though he desired to curse them, to gain favour with king Balak, (Num. 23:7,8.)” [= Allah menggunakan mulut yang kotor dari seorang imam besar yang jahat dan curang untuk mengucapkan suatu ramalan (Yoh 11:50), sama seperti Ia memimpin lidah dari nabi Bileam, bertentangan dengan keinginannya, sehingga ia terpaksa memberkati bangsa Israel, sekalipun ia ingin mengutuki mereka, untuk menyenangkan raja Balak (Bil 23:7,8)] - hal 197-198.

2)   Hendriksen mengatakan bahwa tujuan dari ay 14 ini adalah untuk menunjuk-kan bahwa Kayafas sudah sejak lama ingin membunuh Kristus. Dan Hanas, mertua Kayafas, pasti bekerja sama dengan senang hati, dan bahkan mungkin merupakan orang yang menghasutnya untuk melakukan hal itu.

3)   Clarke berkata bahwa karena Kayafas mengatakan kata-kata dalam Yoh 11:49-50 itu, maka jelas bahwa ia sebetulnya tidak pantas untuk menghakimi Kristus.

Adam Clarke: “Therefore he was an improper person to sit in judgment on Christ, whom he had prejudged and precondemned; ... But Christ must not be treated according to the rules of justice: if he had, he could not have been put to death” (= Karena itu ia adalah orang yang tidak cocok untuk menghakimi Kristus, yang sudah ia hakimi dan hukum sebelumnya; ... Tetapi Kristus tidak boleh diperlakukan sesuai dengan peraturan dari keadilan; jika Ia diperlakukan demikian, Ia tidak bisa dibunuh) - hal 642.

4)   Tasker (Tyndale) menganggap aneh bahwa setelah membicarakan kata-kata Kayafas dalam ay 14 ini, lalu selanjutnya Yohanes tidak membicarakan pengadilan di hadapan Kayafas. Karena itu ia menganggap bahwa ay 19-23 merupakan pengadilan di hadapan Kayafas.

Jawab: sebetulnya tidak aneh kalau Yohanes tidak menceritakan pengadilan di hadapan Kayafas, karena:

Ay 15: “Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar”.

1)   Petrus lari atau mengikuti Yesus?

Barclay: “When the other disciples forsook Jesus and fled, Peter refused to do so. He followed Jesus, even after the arrest” (= Pada waktu murid-murid yang lain meninggalkan Yesus dan lari, Petrus menolak melakukan hal itu. Ia mengikuti Yesus, bahkan setelah penangkapan) - hal 228.

Jadi Barclay menganggap Petrus tidak lari, tetapi mengikuti Yesus. Ini bertentangan dengan:

Catatan: Matius dan Markus menceritakan larinya semua murid, tetapi Lukas dan Yohanes tidak. Jadi bagaimana? Mula-mula semua murid melarikan diri (Mat 26:56), tetapi setelah itu 2 murid ini memberanikan diri untuk mengikuti Yesus dan para penangkapNya (Yoh 18:15).

2)   Siapa yang disebut ‘seorang murid lain’ itu?

Kebanyakan penafsir beranggapan bahwa yang disebut ‘seorang murid lain’ itu pasti adalah rasul Yohanes sendiri (bdk. Yoh 13:24,25  19:26,27  20:2,3, 4,8  21:7,20,21,23,24).

Tetapi Calvin menolak keras tafsiran ini, dan ia menganggap bahwa ‘murid’ ini bukan salah satu dari 12 rasul, tetapi sekedar salah seorang yang percaya kepada Yesus. Alasannya: dalam ay 16 dikatakan bahwa murid itu mengenal imam besar. Bagaimana mungkin Yohanes yang adalah tukang pancing ikan itu bisa mempunyai keakraban dengan imam besar, dan sering pergi ke rumahnya?

Barclay menjawab: ini bisa terjadi, karena Yohanes dulunya sering mengirimkan ikan ke rumah imam besar.

Leon Morris juga mengatakan (hal 752, footnote) bahwa mungkin sekali Yohanes berasal dari keluarga imam, sehingga bisa kenal dengan imam besar.

Adam Clarke berkata (hal 643) bahwa Agustinus berkata bahwa kita tidak boleh tergesa-gesa memutuskan tentang sesuatu pada saat Kitab Sucinya diam. Clarke juga mengatakan bahwa ada yang mengatakan bahwa murid ini adalah pemilik dari rumah dimana Yesus melakukan perjamuan Paskah.

Leon Morris (hal 752-753) menambahkan kemungkinan lain yaitu Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea, karena kedua orang ini memang mengenal imam besar, dan mempunyai akses untuk masuk ke rumah imam besar.

3)   Tindakan Petrus ini benar / berani atau salah / bodoh?

George Hutcheson: “The Lord’s people may draw themselves under many self-created crosses and trials, ... especially when they run with calling, and cast themselves upon tentations (temptations?), in ensnaring places and company; for thus did Peter here, when he ‘followed Jesus’ into the high priest’s hall; whatever zeal or affection seem to be in it” (= Umat Tuhan bisa membawa diri mereka sendiri ke bawah banyak salib-salib dan pencobaan-pencobaan yang diciptakan sendiri, ... khususnya pada waktu mereka berlari tanpa panggilan, dan melemparkan diri mereka sendiri kepada pencobaan-pencobaan, di tempat-tempat dan pada teman-teman yang menjerat; karena itulah yang dilakukan Petrus di sini, pada waktu ia ‘mengikuti Yesus’ ke dalam ruangan imam besar; tak peduli semangat atau kasih apapun kelihatan ada di dalamnya) - hal 378-379.

Calvin: “since Christ had plainly declared that he spared Peter and the others, he who was so weak would have found it to be far better for him to groan and pray in some dark corner than to go into the presence of men. He now undertakes, with great earnestness, the performance of a duty from which Christ had released him; and when he comes to the confession of faith, in which he ought to have persevered even to death, his courage fails. We ought always to consider what the Lord requires from us, that those who are weak may not undertake what is not necessary” (=  karena Kristus telah menyatakan dengan jelas bahwa Ia menyelamatkan Petrus dan murid-murid yang lain, adalah jauh lebih baik bagi dia yang adalah begitu lemah untuk mengerang dan berdoa di suatu pojok yang gelap dari pada untuk pergi ke hadapan banyak orang. Sekarang ia melakukan, dengan kesungguhan yang besar, pelaksanaan dari suatu kewajiban dari mana Kristus telah membebaskan dia; dan pada waktu ia sampai pada pengakuan iman, dalam mana ia seharusnya bertekun bahkan sampai mati, keberaniannya gagal. Kita harus selalu mempertimbangkan apa yang Tuhan kehendaki dari kita, supaya mereka yang lemah tidak melakukan apa yang tidak diharuskan) - hal 199.

Saya setuju dengan Hutcheson dan Calvin yang menyalahkan Petrus, karena:

a)   Ia tidak diperintahkan untuk melakukan hal itu.

b)   Hal itu tidak ada gunanya.

c)   Ia sudah dinubuatkan akan menyangkal Yesus, dan masuknya ia ke halaman imam besar, memberikan peluang terjadinya hal itu.

Penerapan:

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita juga sering menderita akibat ‘salib’ yang kita ciptakan sendiri.

Misalnya:

4)   ‘ke halaman istana Imam Besar’ (ay 15b).

KJV: ‘palace’ (= istana).

RSV/NASB: ‘court’ (= istana).

NIV: ‘courtyard’ (= halaman istana).

Menurut Hendriksen, tidak jelas apakah kata Yunani AULE yang digunakan di sini, menunjuk kepada ‘istana’ atau hanya kepada ‘halaman di sekitar rumah / istana’. Tetapi dari Mat 26:69  Mark 14:66 dan Luk 22:55 kelihatan jelas bahwa yang dimaksud adalah halaman terbuka.

Juga dari Mat 26:57-59 kelihatannya itu adalah halaman dari Kayafas, tetapi dari Yoh 18:13-24 kelihatannya ini adalah halaman dari Hanas. Hendriksen (dan banyak penafsir yang lain) mengharmoniskan kedua hal yang kelihatan kontradiksi ini dengan mengatakan bahwa Kayafas dan Hanas tinggal di istana / rumah yang sama.

Leon Morris (NICNT): “John does not say that Jesus was sent to Caiaphas’s house and as far as the language of this verse is concerned He might have been sent to another room within the same building. ... Annas and Caiaphas may have shared the same residence in which case there would have been one courtyard” (= Yohanes tidak mengatakan bahwa Yesus dikirim ke rumah Kayafas dan dari bahasa / kata-kata dari ayat ini Ia bisa / mungkin telah dikirimkan ke ruangan yang lain dalam bangunan yang sama. ... Hanas dan Kayafas mungkin berbagi tempat tinggal yang sama, dan dalam kasus itu, hanya ada satu halaman istana) - hal 758.

Ay 16: “tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk”.

1)   Petrus mula-mula tidak bisa masuk.

Hutcheson mengatakan (hal 379) bahwa seringkali kalau seorang anak Tuhan berjalan tidak sesuai kehendak Tuhan, maka Tuhan memberikan halangan. Ini seharusnya menjadi sesuatu yang mengingatkan anak Tuhan itu sehingga lalu mengadakan introspeksi, dan kembali ke jalan yang benar. ‘Tidak bisa masuknya Petrus’ merupakan hal seperti itu.

2)   Murid yang lain itu ‘menolong’ Petrus sehingga bisa masuk.

Hutcheson menambahkan (hal 379) bahwa murid yang lain itu lalu ‘menolong’ Petrus sehingga Petrus bisa masuk. Tetapi ini justru menjadi jerat bagi Petrus, karena akhirnya menyebabkan ia menyangkal Yesus 3 x. Karena itu kita harus berhati-hati pada waktu mau berbuat baik kepada seseorang. Kita harus memikirkan lebih dulu apakah kebaikan kita itu betul-betul membawa kebaikan bagi dia, atau sebaliknya menjadi jerat bagi dia. Misalnya:

Semua ini merupakan ‘kebaikan’ yang sebetulnya merupakan jerat.

Ay 17-18: “(17) Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: ‘Bukankah engkau juga murid orang itu?’ Jawab Petrus: ‘Bukan!’ (18) Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.”.

1)   Penyangkalan Petrus termasuk salah satu dari sedikit cerita yang diceritakan oleh keempat kitab Injil (Mat 26:69-75  Mark 14:66-72  Luk 22:54-62  Yoh 18:17-18,25-27).

2)   Saya tidak setuju dengan penafsir-penafsir yang menekankan sifat pengecut Petrus, karena ia menyangkal Yesus, sekalipun yang menanyai dia bukanlah seorang tentara, tetapi seorang hamba perempuan. Mengapa? Karena tidak jadi soal apakah yang menanyai dia itu anak kecil atau orang perempuan, kalau si penanya itu tahu bahwa Petrus memang adalah pengikut Yesus, ia bisa memberitahu orang-orang yang lain. Jadi, siapapun si penanya, itu tetap merupakan keadaan yang membahayakan bagi Petrus.

3)   Tentang kata ‘bukan’ (I am not) yang diucapkan oleh Petrus pada akhir ay 17, Calvin berkomentar:

“This does not seem, indeed, to be an absolute denial of Christ; but when Peter is afraid to acknowledge that he is one of Christ disciples, it amounts to an assertion that he has nothing to do with him. This ought to be carefully observed, that no one imagine that he has escaped by acting the part of the sophist, when it is only in an indirect manner that he shrinks from the confession of his faith” (= Ini memang tidak kelihatan sebagai penyangkalan penuh terhadap Kristus; tetapi pada waktu Petrus takut untuk mengakui bahwa ia adalah salah satu dari murid-murid Kristus, itu sama dengan suatu penegasan bahwa ia tidak mempunyai hubungan dengan Dia. Ini harus diperhatikan dengan seksama, supaya tidak seorangpun membayangkan bahwa ia telah lolos oleh suatu tindakan yang pintar / cerdik, pada waktu ia tidak mau melakukan pengakuan iman hanya dengan cara yang tidak langsung) - hal 200.

Catatan: saya tidak terlalu setuju dengan Calvin yang menyatakan bahwa penyangkalan Petrus bukanlah penyangkalan penuh / langsung. Tetapi saya tetap mengutip kata-kata Calvin di sini karena saya menganggap bahwa hal seperti itu memang sering terjadi.

Penerapan:

Tidak berani berdoa dalam nama Yesus pada waktu berdoa di depan umum, atau sama sekali tidak berdoa pada waktu mau makan di depan orang-orang kafir. Ini memang bukan merupakan penyangkalan langsung, tetapi ini tetap merupakan penyangkalan terhadap Kristus! Bandingkan dengan kedua text di bawah ini.

Mat 10:32-33 - “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.

Mark 8:38 - “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.

Perhatikan bahwa kalau Matius mengatakan ‘barangsiapa menyangkal Aku’ maka Markus mengatakan ‘barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu’. Kalau saudara pergi dengan seseorang dan sedang berada dalam sekumpulan orang kafir, dan teman saudara itu lalu memberitakan Injil kepada orang banyak itu, atau berdoa dalam nama Yesus di depan orang banyak itu, apakah saudara merasa malu? Kalau ya, saudara sudah memenuhi kata-kata Markus tersebut, sekalipun saudara tidak berkata apa-apa!

4)   Petrus duduk atau berdiri?

Ay 18b: “Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.”.

Mat 26:69 - “Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.’”.

Mark 14:54 - “Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh, sampai ke dalam halaman Imam Besar, dan di sana ia duduk di antara pengawal-pengawal sambil berdiang dekat api”.

Luk 22:55 - “Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka”.

Apakah ay 18b yang mengatakan Petrus ‘berdiri’ bertentangan dengan Mat 26:69  Mark 14:54  Luk 22:55 yang mengatakan Petrus ‘duduk’?

Jawab: Tidak, karena:

Ay 18b terjadi setelah penyangkalan pertama, sedangkan Mat 26:69  Mark 14:54  Luk 22:55 terjadi sebelum penyangkalan pertama. Jadi, mungkin tadinya ia ‘duduk’, tetapi setelah penyangkalan pertama itu ia menjadi gelisah dan lalu ‘berdiri’.

5)   Tentang ay 18b, Calvin berkata (hal 200) bahwa ini menunjukkan betapa bodohnya Petrus. Baru saja ia jatuh dalam penyangkalan, sekarang ia berkumpul dengan orang-orang jahat, tanpa memikirkan kemungkinan bahwa ia akan jatuh ke dalam bahaya dan dosa yang sama.

Ay 19: “Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-muridNya dan tentang ajaranNya”.

1)   Yang disebut imam besar di sini adalah Hanas.

Leon Morris (NICNT): “there is evidence that men such as Annas who had once held the office of high priest were still called by that title. This would be all the more likely in the case of Annas in that he was in strictness still the legitimate high priest according to Jewish law” (= ada bukti bahwa orang-orang seperti Hanas yang pernah memegang jabatan imam besar tetap disebut dengan gelar itu. Lebih-lebih dalam kasus Hanas karena secara ketat ia tetap merupakan imam besar yang sah menurut hukum Yahudi) - hal 755.

2)   Penghakiman yang bertentangan dengan hukum.

Adam Clarke: “But all this, with what follows, was transacted by night, and this was contrary to established laws. For the Talmud states, Sanhed. c. iv. s. 1, that - ‘Criminal processes can neither commences nor terminates, but during the course of the day. If the person be acquitted, the sentence may be pronounced during that day; but, if he be condemned, the sentence cannot be pronounced till the next day. But no kind of judgment is to be executed, either on the eve of the Sabbath, or the eve of any festival.’ Nevertheless, to the lasting infamy of this people, Christ was judicially interrogated and condemned during the night; and on the night too of the passover, or, according to others, on the eve of that feast” (= Tetapi semua ini, dengan apa yang selanjutnya terjadi, dilakukan pada malam hari, dan ini bertentangan dengan hukum yang telah ditetapkan. Karena Talmud menyatakan, Sanhed, c. iv. s.1, bahwa - ‘Proses kriminil hanya boleh dimulai atau diakhiri, pada pagi / siang hari. Jika orang itu dibebaskan, keputusannya boleh diumumkan pada hari itu; tetapi, jika ia dihukum / dinyatakan bersalah, keputusannya tidak boleh diumumkan sampai hari berikutnya. Dan tidak boleh ada penghakiman yang dilaksanakan, pada malam Sabat, atau malam dari hari raya apapun’. Sekalipun demikian, sehingga menjadi sesuatu yang memburukkan bangsa ini secara kekal, Kristus diinterogasi / diperiksa dalam pengadilan dan dijatuhi hukuman pada malam itu; dan itu terjadi pada Paskah malam, atau, menurut orang-orang lain, pada malam Paskah) - hal 643.

William Hendriksen: “No trial for life was allowed during the night. Yet, Jesus was tried and condemned during the hours of 1-3 A. M. Friday” (= Tidak ada pengadilan yang menentukan hidup atau matinya seseorang yang boleh dilakukan pada malam hari. Tetapi Yesus diadili dan dijatuhi hukuman pada Jum’at pagi antara pk 1-3) - hal 395.

William Hendriksen: “In cases of capital punishment, Jewish law did not permit the sentence to be pronounced until the day after the accused had been convicted” (= Dalam kasus-kasus hukuman mati, hukum Yahudi tidak mengijinkan hukuman diumumkan sampai satu hari setelah tertuduh dinyatakan bersalah) - hal 395-396.

Penerapan:

Di sini kita melihat orang-orang yang kalau sudah maunya melakukan sesuatu (membunuh Yesus) maka ia melakukannya dengan cara apapun. Karena itu hati-hati supaya saudara tidak terobsesi dengan apa yang harus saudara lakukan / saudara capai, sehingga lalu melakukannya dengan cara apapun!

3)   ‘tentang murid-muridNya dan tentang ajaranNya’.

a)   Hendriksen mengatakan (hal 397) bahwa Hanas menanyai Yesus pertama-tama tentang murid-muridNya dan baru tentang ajaranNya. Ini menunjukkan bahwa ia lebih mempedulikan kesuksesan Yesus, yang berkenaan dengan jumlah pengikutNya (karena ini yang menyebabkan mereka dengki - Yoh 12:19), dari pada benar tidaknya ajaran Yesus.

William Hendriksen: “It is not at all surprising that Annas questioned Jesus first of all concerning his disciples, and then concerning his teaching. At least, the disciples are mentioned before the teaching. This is exactly what one can expect from Annas! He was far more interested in the ‘success’ of Jesus - how large was his following? - than in the truthfulness or untruthfulness of that which he had been teaching. That is ever the way of the world” (= Sama sekali bukan merupakan sesuatu yang mengejutkan bahwa Hanas menanyai Yesus pertama-tama mengenai murid-muridNya, dan lalu mengenai ajaranNya. Setidaknya, murid-murid disebutkan sebelum ajaran. Ini memang persis merupakan apa yang seseorang bisa harapkan dari Hanas! Ia jauh lebih tertarik kepada sukses dari Yesus - berapa banyak pengikutNya? - dari pada kepada kebenaran atau ketidakbenaran dari ajaranNya. Itu selalu merupakan jalan dunia ini) - hal 397.

Hutcheson juga mengatakan (hal 380) bahwa para pemimpin gereja yang brengsek seringkali ribut soal pengajaran seseorang, padahal yang mereka persoalkan sebetulnya adalah murid-murid mereka yang ‘direbut’ oleh orang itu. Jadi ribut soal ajaran tadi hanyalah penyamaran saja.

Misalnya: para pendeta GKI marah / tidak senang kepada Bethany, tetapi waktu praktek nggeblak dan bahasa Roh masuk ke GKI, para pendeta itu tenang-tenang saja. Jelas bahwa yang mereka persoalkan sebetulnya bukanlah ajaran / praktek (karena mereka memang tak peduli ajaran). Yang mereka persoalkan adalah jemaat yang direbut oleh Bethany.

b)   Calvin berkata bahwa dalam ay 19 Yesus ditanyai seakan-akan Ia adalah seorang nabi palsu / pengajar sesat, yang telah memecah gereja dan mengumpulkan pengikut-pengikut untuk diriNya sendiri. Karena itu jangan heran kalau saudara mengajarkan ajaran yang benar, tetapi toh dicap sebagai sesat, seperti Hyper-Calvinisme, dan sebagainya.

Ay 20-21: “(20) Jawab Yesus kepadanya: ‘Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. (21) Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan.’”.

1)   Hendriksen menambahkan bahwa pada waktu Yesus menjawab, Ia sama sekali tidak menyinggung tentang pengikutNya karena Ia tidak mau membahayakan para muridNya (bdk. ay 8-9). Ia menekankan apa yang seharusnya ditekankan yaitu tentang ajaranNya. Jika ajaranNya benar, Ia berhak mengumpulkan murid.

2)   Tentang kata-kata ‘Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi’, apa maksudnya? Padahal kadang-kadang Ia mengajar hanya kepada para muridNya, seperti yang terlihat dari Mat 13:10-13,34.

a)   Calvin mengatakan (hal 201) bahwa maksud Kristus di sini adalah Ia tidak berbicara atau mengajar secara berbeda kepada murid-muridNya dan kepada orang banyak. Bahan yang diajarkan sama.

Leon Morris (NICNT): “He does not mean that He had nothing to say to His followers when they were apart from the crowds. All four Gospels disprove this. What He means is that He did not have two kinds of teaching, a harmless one for the general public and a very different one for the secret revolutionaries” (= Ia tidak memaksudkan bahwa Ia tidak pernah berkata apa-apa kepada para pengikutNya ketika mereka sedang terpisah dari orang banyak. Keempat kitab Injil menentang ini. Apa yang Ia maksudkan adalah bahwa Ia tidak mempunyai 2 jenis ajaran, ajaran yang tidak berbahaya untuk umum dan ajaran yang sangat berbeda untuk para pemberontak yang tersembunyi) - hal 756.

Ini berbeda sekali dengan apa yang dilakukan oleh Bambang Noorsena, dan para nabi palsu lainnya, yang selalu menjadi semacam bunglon, dengan menyesuaikan ajarannya dengan para pendengarnya. Kalau suatu agama / aliran / pengajar harus menutup-nutupi sebagian ajarannya, maka pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan agama / aliran / pengajar tersebut.

Perlu juga diingat bahwa kalaupun Ia kadang-kadang mengajar dalam kelompok kecil kepada para muridNya, tetapi tujuanNya adalah supaya mereka lalu mengajarkan hal itu kepada orang banyak. Mat 10:27 - “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.

b)   Calvin beranggapan bahwa ay 20 ini tidak menunjukkan bahwa kalau negara dikuasai oleh orang-orang yang anti kristen, dan orang-orang kristen terancam nyawanya, mereka tetap harus memberitakan Firman Tuhan secara terbuka.

George Hutcheson setuju dengan Calvin dan berkata:

“his meaning is, not to condemn men’s preaching of truth secretly in a time of violent persecution” (= maksudNya bukanlah mengecam orang-orang yang memberitakan kebe-naran dengan diam-diam pada masa penganiayaan yang hebat) - hal 380.

3)   Barclay mengatakan bahwa pada saat itu ada peraturan yang melarang untuk menanyai seorang tertuduh sesuatu yang akan memberatkan dia. Seseorang tidak akan dihukum oleh pengakuannya sendiri, tetapi harus oleh keterangan saksi-saksi. Hanas melanggar peraturan ini dengan menanyai Yesus (ay 19). Karena itu Yesus menjawab dengan kata-kata dalam ay 20-21. MaksudNya adalah: ‘Buktikanlah kesalahanKu dengan cara yang sah, yaitu dengan menggunakan saksi-saksi. Berhentilah menggunakan cara yang tidak sah, dengan menanyai Aku’. Setelah Yesus mengucapkan kata-kata itu, seorang penjaga menamparNya, dan berkata: ‘Begitukah jawabMu kepada Imam Besar?’ (ay 22). Maksud dari kata-kata penjaga itu adalah: ‘Apakah Engkau mencoba untuk mengajar imam besar bagaimana caranya memimpin suatu pengadilan?’. Yesus menjawab dalam ay 23, dan maksudNya adalah: ‘Jika Aku mengatakan atau mengajarkan sesuatu yang salah, harus dipanggil saksi-saksi. Jika Aku hanya menyatakan hukum, mengapa engkau menamparKu untuk hal itu?’.

Barclay: “Jesus never had any hope of justice. The self-interest of Annas and his colleagues had been touched; and Jesus was condemned before he was tried. When a man is engaged on an evil way, his only desire is to eliminate anyone who opposes him. If he cannot do it by fair means, he is compelled to resort to foul” (= Yesus tidak pernah mempunyai pengharapan tentang keadilan. Kepentingan pribadi Hanas dan teman-teman sejawatnya telah disentuh; dan Yesus telah dihukum sebelum Ia diadili. Pada waktu seseorang terlibat pada suatu jalan yang jahat, satu-satunya keinginannya adalah melenyapkan siapapun yang menentangnya. Jika ia tidak bisa melakukan hal itu dengan cara yang adil, ia terpaksa mengambil jalan yang kotor) - hal 227.

4)   Calvin mengatakan (hal 202-203) bahwa ay 20-21 ini menunjukkan bahwa orang kristen boleh membantah pada waktu mendapat perlakuan yang tidak benar, tetapi hatinya harus bebas dari kebencian dan keinginan balas dendam.

Ay 22-23: “(22) Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar mukaNya sambil berkata: ‘Begitukah jawabMu kepada Imam Besar?’ (23) Jawab Yesus kepadanya: ‘Jikalau kataKu itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kataKu itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?’”.

1)   Penjaga menampar Yesus (ay 22).

Hutcheson berkata (hal 382) bahwa tuan yang jahat seringkali mempunyai pelayan yang jahat. Karena itu kalau saudara bekerja pada seseorang yang jahat, waspadalah supaya saudara tidak menjadi jahat seperti dia!

2)   Sekalipun Yesus tidak membalas tamparan tersebut, tetapi kata-kataNya menunjukkan suatu pembelaan. Ini menunjukkan bahwa:

a)   Tidak salah bagi kita untuk membela nama baik kita kalau difitnah.

Pulpit Commentary: “it is not wrong to defend our innocence of good name” (= tidak salah untuk membela ketidakbersalahan nama baik kita) - hal 400.

b)   Dari sikap Yesus ini terlihat bahwa kata-kata Yesus dalam Mat 5:39 tidak boleh diartikan secara hurufiah, karena Yesus sendiri tidak memberikan pipi satunya untuk ditampar! Jadi artinya hanyalah ‘tidak boleh membalas’.

Ay 24: “Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu”.

KJV menterjemahkannya ke dalam past perfect tense.

KJV: ‘Now Annas had sent him bound unto Caiaphas the high priest’ (= Hanas telah mengirimkan Dia terbelenggu kepada Kayafas imam besar).

Calvin setuju dengan terjemahan KJV ini.

Keberatan terhadap terjemahan KJV tersebut:

Pulpit Commentary mengatakan:

“If John had intended a pluperfect sense to be given to the verb, why not use that tense? ... In other cases the context clearly reveals the occasion of such a sense (see Matt. 16:5; 26:48)” [= Seandainya Yohanes memaksudkan arti past perfect diberikan kepada kata kerja ini, mengapa ia tidak menggunakan tense jenis itu? ... Dalam kasus-kasus yang lain kontextnya menyatakan secara jelas mengapa harus digunakan arti seperti itu (lihat Mat 16:5; 26:48)] - hal 387.

Mat 16:5 - “Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti”.

Mat 26:48 - “Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: ‘Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia.’”.

Kedua kata kerja yang saya garis bawahi dalam ayat-ayat di atas, dalam bahasa Yunaninya ada dalam bentuk aorist (past tense), tetapi kontextnya menunjukkan secara jelas bahwa kata-kata itu harus diterjemahkan ke dalam past perfect tense.

Saya sendiri berpendapat bahwa ay 24 ini harus diterjemahkan ke dalam past tense biasa.

Ay 25-27: “(25) Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: ‘Bukankah engkau juga seorang muridNya?’ (26) Ia menyangkalnya, katanya: ‘Bukan.’ Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: ‘Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?’ (27) Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam”.

1)   Keempat versi penyangkalan Petrus.

Mat 26:69-75 - “(69) Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.’ (70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: ‘Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.’ (71) Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: ‘Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.’ (72) Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang itu.’ (73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: ‘Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu.’ (74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang itu.’ Dan pada saat itu berkokoklah ayam. (75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya”.

Mark 14:66-72 - “(66) Pada waktu itu Petrus masih ada di bawah, di halaman. Lalu datanglah seorang hamba perempuan Imam Besar, (67) dan ketika perempuan itu melihat Petrus sedang berdiang, ia menatap mukanya dan berkata: ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.’ (68) Tetapi ia menyangkalnya dan berkata: ‘Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud.’ Lalu ia pergi ke serambi muka (dan berkokoklah ayam). (69) Ketika hamba perempuan itu melihat Petrus lagi, berkatalah ia pula kepada orang-orang yang ada di situ: ‘Orang ini adalah salah seorang dari mereka.’ (70) Tetapi Petrus menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ berkata juga kepada Petrus: ‘Engkau ini pasti salah seorang dari mereka, apalagi engkau seorang Galilea!’ (71) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!’ (72) Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu menangislah ia tersedu-sedu”.

Luk 22:54-62 - “(54) Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. (55) Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. (56) Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: ‘Juga orang ini bersama-sama dengan Dia.’ (57) Tetapi Petrus menyangkal, katanya: ‘Bukan, aku tidak kenal Dia!’ (58) Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: ‘Engkau juga seorang dari mereka!’ Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak!’ (59) Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: ‘Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.’ (60) Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.’ Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. (61) Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.’ (62) Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya”.

Yoh 18:17-18,25-27 - “(17) Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: ‘Bukankah engkau juga murid orang itu?’ Jawab Petrus: ‘Bukan!’ (18) Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. ... (25) Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: ‘Bukankah engkau juga seorang muridNya?’ (26) Ia menyangkalnya, katanya: ‘Bukan.’ Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: ‘Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?’ (27) Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam”.

2)   Di sini Yohanes menceritakan penyangkalan kedua dan ketiga. Jadi, dalam penceritaan Yohanes penyangkalan pertama dipisahkan dengan penyang-kalan kedua dan ketiga oleh cerita pemeriksaan terhadap Yesus. Sedangkan dalam ketiga Injil yang lain, cerita tentang penyangkalan Petrus itu tidak diinterupsi oleh apapun. Apakah ini merupakan suatu kontradiksi? Tidak, karena:

a)   Bahwa para penulis dari Matius, Markus, dan Lukas menceritakan kejadian itu secara berturut-turut, tidak berarti bahwa tidak ada apapun yang terjadi di antara penyangkalan-penyangkalan tersebut.

Leon Morris (NICNT): “The Synoptists finish off their denial stories once they start. This means neither that there was nor that there was not an interval between the denials. The Synoptists ought not to be pressed as though they meant that the denials followed in quick sequence and that nothing happened in between” (= Penulis-penulis ketiga Injil yang lain, sekali mereka memulai cerita tentang penyangkalan, menyelesaikan cerita itu. Ini bukan berarti bahwa di sana ada atau tidak ada selingan di antara penyangkalan-penyangkalan itu. Penulis-penulis ketiga Injil yang lain tidak boleh ditekan / dituntut seakan-akan mereka memaksudkan bahwa penyangkalan-penyangkalan itu terjadi berturut-turut secara cepat dan tidak ada apapun yang terjadi di antaranya) - hal 751.

b)   Lebih-lebih karena dalam Injil Lukas ditunjukkan adanya selang waktu antara penyangkalan pertama dan kedua (Luk 22:58a - ‘Tidak berapa lama kemudian’), dan demikian juga antara penyangkalan kedua dan ketiga (Luk 22:59a - ‘Dan kira-kira sejam kemudian’).

3)   Dalam ay 25 kata ‘masih’ salah terjemahan karena kata ini sebetulnya sama sekali tidak ada.

Ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan, karena ay 18b mengatakan bahwa ‘Petrus berdiri berdiang’, sehingga kalau ay 25 mengatakan ia masih berdiri berdiang’ maka seakan-akan ia masih ada di tempat yang sama. Padahal sebetulnya tidak demikian, karena di antara penyangkalan pertama dan penyangkalan kedua, Petrus pindah tempat (Mat 26:71 - ‘Ketika ia pergi ke pintu gerbang’; Mark 15:68b - ‘Lalu ia pergi ke serambi muka’; kedua tempat ini tidak perlu terlalu dibedakan, karena baik ‘serambi muka’ maupun ‘pintu gerbang’ letaknya di muka). Jadi ada 2 tempat berdiang, dan dalam ay 25 Petrus berdiang di tempat yang berbeda dari tempat ia berdiang dalam ay 18 (‘Encyclopedia of Bible Difficulties’, hal 340).

4)   Selain itu, ay 25 ini mengatakan ‘orang-orang’ (seharusnya ‘they’ / ‘mereka’); sedangkan Matius mengatakan ‘seorang hamba lain (perempuan) (Mat 26:71), Markus mengatakan ‘hamba perempuan itu’ (Mark 14:69) yang kelihatannya menunjuk kepada hamba perempuan yang pertama menanyai Petrus, tetapi Lukas mengatakan ‘seorang lain (laki-laki) (Luk 22:58).

Ini bukan merupakan suatu kontradiksi, karena baik ‘hamba lain’ dalam Matius, maupun ‘hamba perempuan’ dalam Markus, tidak bertanya kepada Petrus, tetapi berbicara kepada orang-orang yang ada di situ (Mat 26:71  Mark 14:69). Ini menyebabkan ‘seorang lain (laki-laki) yang diceritakan Lukas, dan beberapa orang (‘mereka’) yang diceritakan Yohanes lalu menanyai Petrus.

Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam versi Lukas, Petrus memberikan jawaban / penyangkalannya yang pertama kepada seorang perempuan, tetapi yang kedua kepada seorang laki-laki.

Luk 22:56-58 - “(56) Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: ‘Juga orang ini bersama-sama dengan Dia.’ (57) Tetapi Petrus menyangkal, katanya: ‘Bukan, aku tidak kenal Dia!’ (58) Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: ‘Engkau juga seorang dari mereka!’ Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak!’”. Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!

KJV: ‘(56) But a certain maid beheld him as he sat by the fire, and earnestly looked upon him, and said, This man was also with him. (57) And he denied him, saying, Woman, I know him not. (58) And after a little while another saw him, and said, Thou art also of them. And Peter said, Man, I am not.’ [= (56) Tetapi seorang pelayan wanita melihat dia pada saat ia duduk dekat api, dan memandangnya dengan sungguh-sungguh, dan berkata: ‘Orang ini juga bersama-sama dengan Dia’. (57) Dan ia menyangkalNya, dengan berkata: ‘Perempuan, aku tidak mengenalNya. (58) Dan tidak berapa lama kemudian seorang yang lain melihatnya, dan berkata: ‘Engkau juga seorang dari mereka’. Dan Petrus berkata: ‘Bung, aku bukan seorang dari mereka’.].

Jadi, penyangkalan kedua ini khususnya ditujukan kepada ‘seorang lain (laki-laki) (Luk 22:58), dan karena itu Petrus berkata ‘Man’ (= Bung).

5)   Tuduhan dan penyangkalan yang ke 3 juga diceritakan secara berbeda-beda.

Matius dan Markus mengatakan ‘orang-orang yang ada di situ’ (Mat 26:73  Mark 14:70), tetapi Lukas mengatakan ‘seorang lain’ (Luk 22:59), sedangkan Yohanes mengatakan ‘seorang hamba imam besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus’ (Yoh 18:26).

Ini bukan kontradiksi, tetapi setiap penulis menuliskan secara tidak lengkap, sehingga mereka saling melengkapi satu sama lain. Jadi sama seperti tuduhan kedua, yang ketiga ini juga dilakukan oleh banyak orang.

6)   Komentar Calvin tentang penyangkalan-penyangkalan Petrus ini.

Calvin: “Peter is introduced into the high priest’s hall; but it cost him very dear, for, as soon as he sets his foot within it, he is constrained to deny Christ. When he stumbles so shamefully at the first step, the foolishness of his boasting is exposed. He had boasted that he would prove to be a valiant champion, and able to meet death with firmness; and now, at the voice of a single maid, and that voice unaccompanied by threatening, he is confounded and throws down his arms. Such is the demonstration of the power of man. Certainly, all the strength that appears to be in men is smoke, which a breath immediately drives away. When we are out of the battle, we are too courageous; but experience shows that our lofty talk is foolish and groundless; and, even when Satan makes no attacks, we contrive for ourselves idle alarms which disturb us before the time. The voice of a feeble woman terrified Peter: and what is the case with us? Do we not continually tremble at the rustling of a falling leaf? A false appearance of danger, which was still distant, made Peter tremble; and are we not every day led away from Christ by childish absurdities? In short, our courage is of such a nature, that, of its own accord, it gives way where there is no enemy; and thus does God revenge the arrogance of men by reducing fierce minds to a state of weakness. A man, filled not with fortitude but with wind, promises that he will obtain an easy victory over the whole world; and yet, no sooner does he see the shadow of a thistle, than he immediately trembles. Let us therefore learn not to be brave in any other than the Lord” (= Petrus dimasukkan ke dalam ruangan / aula imam besar; tetapi baginya itu mahal harganya, karena begitu ia menginjakkan kakinya di sana, ia dipaksa untuk menyangkal Kristus. Pada waktu ia tersandung dengan begitu memalukan pada langkah pertama, kebodohan dari sesumbarnya terbuka. Ia telah mengeluarkan sesumbar bahwa ia akan membuktikan diri sebagai pahlawan yang berani, dan mampu untuk menghadapi kematian dengan keteguhan; dan sekarang, karena suara dari seorang hamba perempuan, tanpa disertai dengan ancaman, ia bingung dan menurunkan lengannya / menyerah. Begitulah pertunjukan dari kuasa manusia. Jelas, semua kekuatan yang kelihatannya ada dalam diri manusia adalah asap, yang bisa disingkirkan oleh suatu hembusan nafas. Pada waktu kita ada di luar pertempuran, kita terlalu berani; tetapi pengalaman menunjukkan bahwa kata-kata kita yang tinggi / sombong adalah bodoh dan tak berdasar; dan bahkan pada saat Setan tidak menyerang, kita membuat untuk diri kita sendiri rasa takut yang tak berdasar, yang mengganggu kita sebelum waktunya. Suara seorang perempuan yang lemah menakutkan Petrus; dan bagaimana kasusnya dengan kita? Bukankah kita terus menerus gemetar karena suara jatuhnya sebuah daun? Penampilan yang palsu dari bahaya, yang masih jauh, membuat Petrus gemetar; dan bukankah kita setiap hari diselewengkan dari Kristus oleh hal-hal menggelikan yang kekanak-kanakan? Singkatnya, keberanian kita adalah bersifat sedemikian rupa, sehingga dari persetujuannya sendiri, ia mengalah pada saat tidak ada musuh; dan demikianlah Allah membalas kecongkakan manusia dengan mengurangi pikiran yang galak menjadi suatu keadaan kelemahan. Seorang manusia tidak diisi / dipenuhi dengan ketabahan tetapi dengan angin, menjanjikan bahwa ia akan mendapatkan kemenangan yang mudah atas seluruh dunia; tetapi begitu ia melihat bayangan dari suatu tumbuhan berduri, ia langsung gemetar. Karena itu hendaklah kita belajar untuk berani tidak di dalam hal lain selain di dalam Tuhan) - hal 199-200.

Calvin: “How shocking the stupidity of Peter, who, after having denied his Master, not only has no feeling of repentance, but hardens himself by the very indulgence he takes in sinning! If each of them in his turn had asked him, he would not have hesitated to deny his Master a thousand times. Such is the manner in which Satan hurries along wretched men, after having degraded them. We must also attend to the circumstances which is related by the other Evangelists, (Matth. 26:74; Mark 14:71,) that he began to curse and to swear, saying, that he did not know Christ. Thus it happens to many persons every day. At first, the fault will not be very great; next, it becomes habitual, and at length, after that conscience had been laid asleep, he who has accustomed himself to despise God will think nothing unlawful for him, but will dare to commit the greatest wickedness” [= Alangkah mengejutkannya kebodohan Petrus, yang, setelah menyangkal Tuannya, bukan hanya tidak mempunyai perasaan pertobatan, tetapi mengeraskan dirinya sendiri oleh suatu penurutan hati / sikap menyerah yang ia bawa dalam melakukan dosa! Seandainya setiap orang dari mereka bergantian menanyainya, ia tidak akan ragu-ragu untuk menyangkal Tuannya 1000 x. Demikianlah caranya dalam mana Setan mengajak cepat-cepat orang-orang yang buruk, setelah merendahkan mereka. Kita juga harus memperhatikan fakta-fakta / detail-detail yang diceritakan oleh penulis-penulis Injil yang lain (Mat 26:74  Mark 14:71), bahwa ia mulai mengutuk dan bersumpah, sambil berkata bahwa ia tidak mengenal Kristus. Demikianlah terjadi pada banyak orang setiap hari. Mula-mula kesalahan itu tidaklah terlalu besar; selanjutnya itu menjadi kebiasaan, dan akhirnya, setelah hati nurani telah tertidur, ia yang telah membiasakan dirinya menghina Allah akan berpikir bahwa tidak ada apapun yang salah bagi dia, tetapi akan berani melakukan kejahatan yang terbesar] - hal 203.

Dari komentar-komentar Calvin di atas ini terlihat jelas pandangan Calvin tentang Total Depravity (= Kebejatan total). Kita memang adalah begitu buruk, sehingga kita tidak boleh mempercayai diri kita sendiri. Kita hanya boleh percaya dan bersandar kepada Tuhan.

7)   Komentar Pulpit Commentary tentang kejatuhan Petrus.

Pulpit Commentary: “The narrative is a warning against relying too much upon religious feeling. Peter felt deeply and warmly towards Christ; yet he fell. Many Christians think that they are secure because the gospel touches their emotions. The counsel of Jesus himself must not be forgotten: ‘Watch and pray, lest ye enter into temptation!’” (= Cerita ini merupakan suatu peringatan supaya tidak terlalu bersandar pada perasaan agamawi. Petrus mempunyai perasaan yang dalam dan hangat terhadap Kristus; tetapi ia jatuh. Banyak orang kristen mengira bahwa mereka aman karena injil menyentuh emosi mereka. Nasehat Yesus sendiri tidak boleh dilupakan: ‘Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan masuk / jatuh ke dalam pencobaan!’) - hal 407.

Mungkin kata-kata ini harus diperhatikan khususnya oleh orang-orang Kharismatik yang biasanya terlalu bersandar kepada emosinya sendiri. Mereka mengira bahwa dengan mempunyai emosi seperti itu, mereka sudah betul-betul percaya dan mengasihi Tuhan. Tetapi ini bukan monopoli golongan Kharismatik saja, karena ada orang-orang Protestan yang juga demikian. Mereka pernah menangis pada waktu menyadari dosa-dosanya, dan pada waktu tahu bahwa Yesus mati untuk mereka, dan berdasarkan pengalaman emosional itu mereka menganggap diri mereka pasti sudah kristen. Tetapi ini belum tentu benar, karena ‘tanah berbatu’ menerima firman dengan gembira (ada emosi) tetapi ternyata ‘tahan sebentar saja’, dan murtad pada waktu penindasan / penganiayaan datang (Mat 13:20-21).

Dari pada percaya / bersandar kepada emosi kita yang naik turun tak menentu, kita sebaiknya percaya dan bersandar kepada Tuhan dengan banyak berdoa.

8)   Setelah penyangkalan ketiga, berkokoklah ayam (ay 27b).

Tentang ‘kokok ayam’, Barclay memberikan tafsiran sebagai berikut:

“According to Jewish ritual law, it was not lawful to keep cocks in the holy city, although we cannot be sure whether that law was kept or not. Further, it is never possible to be sure that a cock will crow. But the Romans had a certain military practice. The night was divided into four watches - 6 p.m. to 9 p.m., 9 p.m. to 12 midnight, 12 midnight to 3 a.m., and 3 a.m. to 6 a.m. After the third watch the guard was changed and to mark the changing of the guard there was a trumpet call at 3 a.m. That trumpet call was called in latin gallicinium and in Greek alektrophonia, which both mean cockcrow. It may well be that Jesus said to Peter: ‘Before the trumpet sounds the cockcrow you will deny me three times.’ Everyone in Jerusalem must have known that trumpet call at 3 a.m. When sounded through the city that night Peter remembered” (= Menurut hukum upacara Yahudi, tidak diperbolehkan untuk memelihara ayam di kota kudus, sekalipun kami tidak bisa memastikan apakah hukum ini ditaati atau tidak. Selanjutnya, tidak pernah mungkin untuk memastikan bahwa seekor ayam akan berkokok. Tetapi orang-orang Romawi mempunyai suatu praktek militer tertentu. Malam dibagi menjadi 4 periode penjagaan, yaitu pk 18.00 - pk 21.00, pk 21.00 - pk 24.00, pk 24.00 - pk 3.00, pk 3.00 - pk 6.00. Setelah periode penjagaan yang ketiga penjaga diganti dan untuk menandai pergantian penjaga itu ada bunyi terompet pada pk 3.00 pagi. Bunyi terompet itu disebut dalam bahasa Latin gallicinium, dan dalam bahasa Yunani alektrophonia, yang keduanya berarti ‘kokok ayam’. Mungkin sekali Yesus berkata kepada Petrus: ‘Sebelum terompet membunyikan ‘kokok ayam’ engkau akan menyangkalKu 3 x’. Setiap orang di Yerusalem pasti tahu bahwa terompet berbunyi pada pk 3.00 pagi. Pada saat terompet itu dibunyikan di seluruh kota malam itu, Petrus ingat) - hal 229-230.

Komentar saya berkenaan dengan hal ini:

a)   Kata-kata yang saya garis-bawahi itu kelihatannya menunjukkan bahwa Barclay tidak mempercayai bahwa segala sesuatu (termasuk kokok ayam) ada di tangan Allah, dan bisa Ia gerakkan kemanapun Ia kehendaki. Bandingkan dengan komentar Spurgeon di bawah, yang jelas mempercayai bahwa segala sesuatu ada di tangan Allah, termasuk ayam dan kehendak dari ayam itu, dan Allah bisa menggerakkan ayam itu untuk berkokok, kapanpun Allah menghendakinya. Jadi, bagi Allah tidak ada yang tidak pasti, termasuk kokok ayam tersebut.

b)   Tafsiran Barclay ini jelas bertentangan dengan 2 x kokok ayam dalam:

·        nubuat Tuhan Yesus dalam Mark 14:30 - “Lalu kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’”.

·        Mark 14:68-72 - “(68) Tetapi ia menyangkalnya dan berkata: ‘Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud.’ Lalu ia pergi ke serambi muka [dan berkokoklah ayam]. (69) Ketika hamba perempuan itu melihat Petrus lagi, berkatalah ia pula kepada orang-orang yang ada di situ: ‘Orang ini adalah salah seorang dari mereka.’ (70) Tetapi Petrus menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ berkata juga kepada Petrus: ‘Engkau ini pasti salah seorang dari mereka, apalagi engkau seorang Galilea!’ (71) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!’ (72) Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu menangislah ia tersedu-sedu”.

Catatan: Mark 14:72 mengatakan bahwa ini adalah kokok ayam yang kedua-kalinya, tetapi kata-kata ‘untuk kedua kalinya’ dan ‘dua kali’ itu diperdebatkan keasliannya karena adanya perbedaan manuscript (lihat footnote NIV). Demikian juga dengan kata-kata ‘dua kali’ dalam Mark 14:30.

Tetapi A. T. Robertson mengatakan bahwa yang ada dalam Mark 14:30 dan Mark 14:68 (dalam tanda kurung tegak) itu tidak orisinil, tetapi yang ada dalam Mark 14:72a dan Mark 14:72b itu asli.

Hendriksen bahkan beranggapan bahwa kata-kata yang ada dalam tanda kurung tegak dalam Mark 14:68 itupun asli (‘The Gospel of Mark’, hal 618-619). Tetapi kalau demikian, maka Petrus baru menyangkal 1 x, dan ayam sudah berkokok. Apakah ini bertentangan dengan Mat 26:34 dimana Yesus menubuatkan bahwa ayam baru berkokok setelah Petrus menyangkal 3 x? Hendriksen mengatakan bahwa kata-kata dalam Mat 26:34 itu harus diartikan ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, yaitu, sebelum ayam berkokok 2x, engkau telah menyangkal Aku tiga kali’.

Bruce M. Metzger beranggapan bahwa kata-kata ‘dua kali’ dalam Mark 14:30 itupun asli. Bagian paralelnya, yaitu Mat 26:34  Luk 22:34  Yoh 13:38, memang tidak mempunyai kata-kata itu, dan ini yang menyebab-kan beberapa penyalin menghapuskan kata-kata itu dalam Mark 14:30.

Tentang kata-kata yang ada dalam tanda kurung tegak dalam Mark 14:68, Metzger ragu-ragu, karena ada kemungkinan penyalin menambahkan kata-kata ini untuk menyesuaikan dengan Mark 14:30 dan Mark 14:72, tetapi juga ada kemungkinan penyalin menghapuskan bagian ini untuk menyesuaikan dengan cerita versi Matius, Lukas dan Yohanes.

Dan tentang kata-kata ‘untuk kedua kalinya’ dan ‘dua kali’ dalam Mark 14:72, Metzger menganggapnya sebagai asli. Adanya manuscripts yang tidak mempunyai bagian ini disebabkan karena penyalin-penyalin yang menghapuskannya untuk menyesuaikan dengan ketiga Injil yang lain.

Saya sendiri beranggapan bahwa kalau memang sebetulnya dalam seluruh cerita ini hanya ada satu kokok ayam, maka adalah aneh bahwa tahu-tahu dalam banyak manuscripts versi Markus bisa ditambahkan kata-kata ‘dua kali, ‘yang kedua kalinya’ dan sebagainya. Tetapi kalau sebetulnya kata-kata itu ada, maka bisa saja beberapa penyalin menghapuskannya untuk menyesuaikan dengan versi dari ketiga Injil yang lain. Jadi, untuk penambahan tidak ada alasan / motivasi; tetapi untuk penghapusan, ada. Karena itu lebih masuk akal untuk beranggapan bahwa kata-kata itu asli.

c)   Adanya gereja-gereja yang meletakkan ayam di puncak genteng gereja, konon kabarnya berasal usul dari kokok ayam pada saat penyangkalan Petrus. Juga tradisi mengatakan bahwa sejak saat itu Petrus selalu menangis kalau mendengar kokok ayam.

Leon Morris (hal 760, footnote) menolak pandangan Barclay ini, dan ia menganggap bahwa kokok ayam itu betul-betul adalah kokok ayam.

9)   Beberapa komentar bernada membela dari Barclay terhadap Petrus, yang menunjukkan hal-hal positif dalam diri Petrus, sekalipun ia menyangkal Yesus tiga kali.

a)   Barclay: “The first thing to remember about Peter is not his failure, but the courage which kept him near to Jesus when everyone else had run away. His failure could have happened only to a man of superlative courage. True, he failed; but he failed in a situation which none of the other disciples even dared to face. ... We must remember how much Peter loved Jesus. ... He loved Jesus so much that he could not leave him. True, he failed; but he failed in circumstances which only a faithful lover of Jesus would ever have encountered” (= Hal pertama yang diingat tentang Petrus bukanlah kegagalannya, tetapi keberaniannya yang membuatnya tetap dekat dengan Yesus pada saat setiap orang yang lain telah lari meninggalkanNya. Kegagalannya hanya bisa terjadi pada seorang yang mempunyai keberanian yang sangat baik. Memang ia gagal; tetapi ia gagal dalam suatu situasi yang tak berani dihadapi oleh seorangpun dari murid-murid yang lain. ... Kita harus ingat betapa besar kasih Petrus kepada Yesus. ... Ia begitu mengasihi Yesus sehingga ia tidak bisa meninggalkannya. Memang ia gagal, tetapi ia gagal dalam suatu keadaan yang bisa dialami / dihadapi hanya oleh seorang pecinta Yesus yang setia) - hal 230.

Catatan: Hal yang perlu dipikirkan / diragukan tentang komentar Barclay tentang cinta Petrus yang besar kepada Yesus adalah Yoh 21:15-17 dimana setelah bangkit dari orang mati, Yesus menanyai Petrus sampai 3 x (jumlah yang sama dengan penyangkalannya): ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’. Mungkin Petrus mengikuti Yesus bukan karena cinta yang besar kepada Yesus, tetapi sekedar karena ia sebagai seorang Sanguinis, menuruti impulse yang muncul dalam hatinya tanpa terlalu banyak berpikir.

Tetapi kalau Petrus memang mengikuti Yesus karena kasihnya kepada Yesus, maka memang itu menunjukkan adanya hal yang positif dalam dirinya, dan kata-kata Barclay di atas bisa diterima. Petrus gagal dalam suatu situasi, yang tidak berani dimasuki oleh orang lain.

Illustrasi: orang menertawakan seorang yang ambruk karena tidak kuat mengangkat barbel seberat 150 kg. Tetapi orang yang menenertawakan itu sendiri tidak mau / tidak bisa mengangkat barbel seberat 75 kg sekalipun. Ini menunjukkan bahwa antara yang jatuh dan yang berdiri belum tentu yang jatuh yang lebih jelek. Juga antara yang menertawakan orang yang jatuh dan orang yang ditertawakan karena kejatuhannya, belum tentu yang terakhir yang lebih jelek.

Satu hal yang ingin saya tekankan adalah: orang-orang yang betul-betul berjuang dalam pelayanan dan ternyata jatuh / gagal, masih lebih baik dari pada yang sama sekali tidak berjuang / sedikit berjuang dan berhasil.

Illustrasi: Ada suatu artikel dalam Reader's Digest yang ditulis oleh seorang yang bernama Laurence Shames, yang berbunyi sebagai berikut:

“John Milton was a failure. In writing ‘Paradise Lost’, his aim was to ‘justify the ways of God to men.’ Inevitably, he fell short and wrote only a monumental poem. Beethoven, whose music was conceived to transcend fate, was a failure, as was Socrates, whose ambition was to make people happy by making them reasonable and just. The surest, noblest way to fail is to set one’s standards titanically high. The flip side of that proposition also seems true. The surest way to succeed is to keep one’s striving low. Many people, by external standards, will be ‘successes.’ They will own homes, eat in better restaurants, dress well and, in some instances, perform socially useful work. Yet fewer people are putting themselves on the line, making as much of their minds and talent as they might. Frequently, success is what people settle for when they can’t think of something noble enough to be worth failing at (= John Milton adalah suatu kegagalan. Dalam menulis ‘Paradise Lost’ / Firdaus yang hilang, tujuannya adalah ‘membenarkan jalan-jalan Allah kepada manusia’. Secara tak terelakkan, ia gagal mencapainya dan hanya menulis syair yang besar / penting. Beethoven, yang musiknya dianggap melampaui nasib, adalah sebuah kegagalan, seperti halnya dengan Socrates, yang ambisinya adalah untuk membuat orang-orang bahagia dengan menjadikan mereka waras dan adil / benar. Jalan yang mulia yang paling pasti untuk gagal adalah menempatkan standard seseorang sangat tinggi. Sisi yang lain / sebaliknya dari dalil itu juga kelihatannya benar. Jalan yang paling pasti untuk sukses / berhasil adalah menjaga supaya perjuangannya / apa yang ingin dicapai merupakan sesuatu yang rendah. Banyak orang, dengan standard lahiriah / luar, kelihatan sukses. Mereka memiliki rumah, makan di restoran yang lebih baik, berpakaian bagus, dan kadang-kadang melakukan pekerjaan yang berguna bagi masyarakat. Tetapi lebih sedikit orang berterus terang dengan diri mereka sendiri (?), melakukan sebanyak yang mereka bisa lakukan dengan pikiran dan talenta mereka. Seringkali, sukses adalah apa yang mau diterima oleh orang-orang, pada waktu mereka tidak bisa memikirkan sesuatu yang cukup mulia yang layak untuk gagal dicapai).

Penerapan:

Mungkin banyak dari saudara yang merasa berhasil melakukan pelayanan saudara dengan baik dan bertanggung jawab, karena saudara menempatkan tujuan saudara terlalu rendah, sehingga saudara hanya mengambil sedikit pelayanan yang tidak terlalu berarti. Orang-orang lain menempatkan tujuannya begitu tinggi, sehingga mereka gagal dalam pelayanannya. Dan orang-orang golongan pertama lalu mengkritik orang-orang dari golongan kedua dan menilai mereka tidak / kurang serius dalam pelayanan dan sebagainya. Sebetulnya siapa yang kurang serius?

b)   Barclay: “Things could not have been easy for him. The story of his denial would soon get about, for people love a malicious tale. It may well be, as legend has it, that people imitated the crow of the cock when he passed. But Peter had the courage and the tenacity of purpose to redeem himself, to start from failure and attain greatness” (= Kehidupan tidak akan mudah baginya. Cerita tentang penyangkalannya akan segera tersiar, karena orang-orang menyukai cerita yang jahat. Merupakan sesuatu yang mungkin, seperti dongeng mengatakannya, bahwa orang-orang meniru kokok ayam pada waktu ia lewat. Tetapi Petrus mempunyai keberanian dan kegigihan tujuan untuk menebus dirinya sendiri, untuk mulai dari kegagalan dan mencapai kebesaran) - hal 230-231.

c)   Barclay: “The essence of the matter was that it was the real Peter who protested his loyalty in the upper room; it was the real Peter who drew his lonely sword in the moonlight of the garden; it was the real Peter who followed Jesus, because he could not allow his Lord to go alone; it was not the real Peter who cracked beneath the tension and denied his Lord. And that is just what Jesus could see. A tremendous thing about Jesus is that beneath all our failures he sees the real man. He understands” (= Inti dari persoalan adalah bahwa Petrus yang sejatilah yang memprotes kesetiaannya di ruang atas; Petrus yang sejatilah yang menarik pedangnya dalam cahaya bulan di taman; Petrus yang sejatilah yang mengikuti Yesus, karena ia tidak bisa membiarkan Tuhannya pergi sendiri; bukan Petrus yang sejati yang pecah / retak di bawah ketegangan dan menyangkal Tuhannya. Dan itulah persisnya yang bisa dilihat oleh Yesus. Suatu hal yang besar / hebat sekali tentang Yesus adalah bahwa di bawah semua kegagalan kita Ia melihat orang yang sejati. Ia mengerti) - hal 231.

Kalau penilaian Barclay tentang ‘Petrus sejati’ itu ia pisahkan dari pekerjaan Tuhan / Roh Kudus yang menguduskan Petrus, maka jelas bahwa kata-kata Barclay ini salah dan bertentangan dengan ‘Total Depravity’ (= Kebejatan total).

Tetapi kalau di dalam ‘Petrus sejati’ itu ia mengikutsertakan pekerjaan Tuhan / Roh Kudus dalam diri Petrus, maka mungkin kata-kata Barclay ini sejalan dengan kata-kata Paulus dalam Ro 7:16-20 - “(16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.

Charles Hodge: “This is not said as an exculpation, but to exhibit the extent and power of indwelling sin, which it (?) is beyond our own power, and beyond the power of the law, to eradicate or effectually control. ... They are indeed my own acts, but not being performed with the full and joyful purpose of the heart, are not to be regarded as a fair criterion of character” (= Ini bukan diucapkan untuk membersihkan diri sendiri dari kesalahan, tetapi untuk menunjukkan luasnya dan kekuatan dari dosa di dalam kita, yang melampaui kekuatan kita sendiri, dan melampaui kekuatan dari hukum Taurat, untuk menghapuskan atau mengontrolnya secara effektif. ... Hal-hal itu memang merupakan tindakan-tindakanku sendiri, tetapi karena tidak dilakukan dengan tujuan hati yang penuh dan sukacita, maka hal-hal itu tidak boleh dianggap sebagai suatu testing yang jujur dari suatu karakter) - ‘Romans’, hal 231,234.

Ini memang merupakan suatu hal yang penting. Mengapa? Karena kita cenderung menilai orang lain, dan bahkan kadang-kadang diri kita sendiri dengan cara yang terlalu berat, yaitu dengan hanya menyoroti hal-hal jeleknya saja. Ini merupakan penilaian yang tidak fair / jujur.

10) Yohanes tidak menceritakan kesadaran Petrus dari dosanya.

Ini diceritakan oleh Matius dan Markus, yang mengatakan bahwa pada saat ayam berkokok Petrus lalu teringat kata-kata Yesus.

Mat 26:74-75 - “Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang itu.’ Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya”.

Mark 14:72 - “Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu menangislah ia tersedu-sedu”.

Tetapi Calvin mengatakan bahwa dalam Lukas, Petrus baru sadar pada saat Yesus memandang kepadanya.

Luk 22:60-61 - “Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.’ Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.’”.

Calvin: “Thus, when any persons has once begun to fall through the suggestions of Satan, no voice, no sign, no warning, will bring him back, until the Lord himself cast his eyes upon him” (= Demikianlah pada saat seseorang telah mulai jatuh melalui usul-usul dari Setan, tidak ada suara, tanda, atau peringatan, yang akan membawanya kembali, sampai Tuhan sendiri memandang kepadanya) - hal 204.

Charles Haddon Spurgeon: “When Peter first denied his Master a cock crew. Peter must have heard that crowing, or he would not have communicated the fact to the evangelists who recorded it. But though he heard it, he was an example of those who have ears, but hear not. One would have thought that the warning would have touched his conscience; but it did not; and when the cock crowed a second time, after he had committed three denials, it might not have awakened him from his dreadful sleep if a higher instrumentality had not been used, namely, a look from the Lord Jesus” (= Pada waktu Petrus pertama kalinya menyangkal Tuannya ayam berkokok. Petrus pasti mendengar kokok itu, atau ia tidak akan menyampaikan fakta itu kepada penginjil-penginjil yang mencatatnya. Tetapi sekalipun ia mendengarnya, ia merupakan contoh dari mereka yang mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar. Seseorang mengira bahwa peringatan ini menyentuh hati nuraninya; tetapi ternyata itu tidak menyentuhnya; dan pada waktu ayam berkokok untuk keduakalinya, setelah ia melakukan 3 penyangkalan, itu mungkin tidak membangunkannya dari tidurnya yang menakutkan, seandainya alat pembantu yang lebih tinggi tidak digunakan, yaitu, pandangan dari Tuhan Yesus) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 22.

Catatan: saya berpendapat kata-kata ‘the evangelists’ (= penginjil-penginjil) itu salah, karena satu-satunya penginjil yang menuliskan kokok ayam yang pertama, dan adanya 2 x kokok ayam, adalah Markus (Mark 14:30,68,72).

Mengomentari Luk 22:60-61, Charles Haddon Spurgeon berkata:

“God has all things in his hands, he has servants everywhere, and the cock shall crow, by the secret movement of his providence, just when God wills; and there is, perhaps, as much of divine ordination about the crowing of a cock as about the ascending of an emperor to his throne. Things are only little and great according to their bearings; and God reckoned not the crowing bird to be a small thing, since it was to bring a wanderer back to his Saviour, for, just as the cock crew, ‘The Lord turned, and looked upon Peter.’ That was a different look from the one which the girl had given him, but that look broke his heart” [= Allah mempunyai / memegang segala sesuatu di tanganNya, Ia mempunyai pelayan di mana-mana, dan ayam akan berkokok, oleh gerakan / dorongan rahasia dari providensiaNya, persis pada saat Allah menghendakinya; dan di sana mungkin ada pengaturan / penentuan ilahi yang sama banyaknya tentang berkokoknya seekor ayam seperti tentang naiknya seorang kaisar ke tahtanya. Hal-hal hanya kecil dan besar menurut hubungannya / sangkut pautnya / apa yang diakibatkannya; dan Allah tidak menganggap berkokoknya burung / ayam sebagai hal yang kecil, karena itu akan membawa orang yang menyimpang kembali kepada Juruselamatnya, karena, persis pada saat ayam itu berkokok, ‘berpalinglah Tuhan memandang Petrus’. Ini adalah pandangan yang berbeda dengan pandangan yang tadi telah diberikan seorang perempuan kepadanya (Luk 22:56), tetapi pandangan itu menghancurkan hatinya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 20.



-AMIN-


e-mail us at [email protected]