oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
YOHANES 15:9-17
Ay 9: “Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam
kasihKu itu”.
1)
‘Seperti Bapa telah mengasihi Aku,
demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu’.
Calvin: “they
who think that he now speaks of the sacred love of God the Father, which he
always had towards the Son, philosophise away from the subject; ... the love
which is here mentioned must be understood as referring to us, because Christ
testifies that the Father loves him, as he is the Head of the Church. And
this is highly necessary for us; for he who, without a Mediator, inquires how he
is loved by God, involves him in a labyrinth, in which he will neither discover
the entrance, nor the means of extricating himself. We ought therefore to cast
our eyes on Christ, in whom will be found the testimony and pledge of the love
of God; for the love of God was fully poured on him, that from him it might
flow to his members” (= mereka yang
berpikir bahwa sekarang Ia berbicara tentang kasih yang kudus dari Allah Bapa,
yang selalu Ia miliki terhadap Anak, menyimpang dari pokok pembicaraan; ... kasih
yang disebutkan di sini harus dianggap menunjuk kepada kita / berkenaan dengan
kita, karena Kristus bersaksi bahwa Bapa mengasihiNya, karena Ia adalah kepala
Gereja. Dan ini sangat penting bagi kita karena ia yang tanpa Pengantara
menanyakan bagaimana ia dikasihi Allah, menyangkutkan dirinya dalam suatu
susunan yang ruwet, dalam mana ia tidak akan menemukan jalan masuknya, maupun
cara untuk melepaskan dirinya sendiri. Karena itu kita harus mengarahkan mata
kita kepada Kristus, dalam siapa akan ditemukan kesaksian dan janji tentang
kasih Allah; karena kasih Allah dicurahkan sepenuhnya kepadaNya, sehingga
dari Dia kasih itu bisa mengalir kepada anggota-anggotaNya) – hal 112.
Jadi, Calvin menganggap bahwa bagian ini tidak mempersoalkan kasih
Bapa kepada Kristus, tetapi kepada kita. Bapa mengasihi Kristus sebagai kepala
Gereja, dan kasih itu meluap sampai kepada kita.
2)
‘tinggallah di dalam kasihKu itu’.
Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ‘kasihKu’ adalah ‘kasih kita kepada Kristus’. Jadi maksudnya adalah:
kita harus bertekun dalam mengasihi Kristus.
Tetapi ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ‘kasihKu’ adalah ‘kasih Kristus kepada kita’. Dengan kata lain ini
adalah perintah untuk bertekun dalam ikut Kristus.
Calvin setuju yang kedua ini.
Ay 10: “Jikalau kamu
menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti
perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya”.
Sekarang Ia
menunjukkan kepada kita bagaimana caranya supaya kita tinggal dalam kasihNya,
yaitu dengan mentaatiNya sama seperti Ia mentaati Bapa.
Ada 2 keberatan
terhadap hal ini:
a)
Kalau demikian, maka terus atau tidaknya kita selamat, tergantung pada diri kita
sendiri.
Calvin menjawab ini dengan berkata bahwa kita bisa mentaati
perintah ini, juga karena dipimpin oleh Roh Kudus. Jadi jelas bukan tergantung
kepada kita, tetapi tergantung kepada Allah.
b)
Perintah ini terlalu sukar, karena kata-kata ‘seperti Aku menuruti perintah
BapaKu’ menunjukkan ketaatan sempurna.
Calvin menjawab bahwa pada waktu Kristus membicarakan hal ini, Ia
tentunya tidak membuang doktrin-doktrinNya yang lain, misalnya bahwa kebenaran
Kristus yang diperhitungkan kepada kita yang percaya, pengampunan dosa dalam
Kristus dsb.
Calvin: “Believers,
therefore, are reckoned as keeping the commandments of Christ when they apply
their earnest attention to them, though they be far distant from the object at
which they aim; for they are delivered from that rigorous sentence of the law,
Cursed be he that hath not confirmed all the words of this law to do them, Deut. 27:26”
(= Karena itu, orang percaya dianggap memelihara perintah-perintah Kristus pada
saat mereka memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadapnya, sekalipun
mereka sangat jauh jaraknya dari obyek yang mereka tuju; karena mereka
dibebaskan dari hukuman yang keras dari hukum Taurat: Terkutuklah orang yang
tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan, Ul 27:26)
– hal 114.
Ay 11: “Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh”.
1)
Ini menunjukkan tujuan Kristus dalam mengatakan hal-hal ini, yaitu supaya kita
bersukacita. Segala perintah dan larangan yang Tuhan berikan, seringkali kita
rasakan justru sebagai sesuatu yang menghalangi kesenangan / kebahagiaan kita.
Tetapi ini salah. Tuhan sudah menetapkan suatu hukum / rumus, bahwa kita akan
bersukacita kalau kita hidup sesuai dengan kehendakNya. Jadi semua perintah /
larangan itu, yang kelihatannya merupakan penghalang bagi kebahagiaan kita,
kalau kita taati justru akan mendatangkan sukacita / kebahagiaan yang sejati.
2)
‘sukacitaKu’ (‘My joy’).
Bandingkan Yoh 14:27 - “Damai
sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan
apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.
Arti dari ‘sukacitaKu’ diperkirakan sejalan dengan ‘damai
sejahteraKu’ (‘My peace’) dalam Yoh 14:27 ini. Jadi maksudnya
ini bukan sukacita dari dunia. Dunia memang bisa memberikan sukacita, seperti
yang kita dapatkan melalui pesta, piknik, sex, semua kesenangan duniawi yang
lain, ecstasy, dsb. Tetapi semua ini hanya bersifat semu / palsu, lahiriah, dan
sementara. Sedangkan sukacita yang sejati hanya diberikan oleh Yesus.
3)
‘dan sukacitamu menjadi penuh’.
Calvin: “not
that believers will be entirely free from all sadness, but that the ground for
joy will be far greater, so that no dread, no anxiety, no grief, will swallow
them up; for those to whom it has been given to glory in Christ will not be
prevented, either by life, or by death, or by any distresses, from bidding
defiance to sadness” (= bukan berarti bahwa orang percaya akan bebas sepenuhnya dari semua
kesedihan, tetapi bahwa dasar dari sukacita akan jauh lebih besar, sehingga
tidak ada ketakutan, kekuatiran, kesedihan yang akan menelan mereka; karena
mereka kepada siapa telah diberikan untuk bermegah dalam Kristus tidak akan
dihalangi, baik oleh kehidupan atau kematian atau kesusahan apapun, untuk
menolak kesedihan) –
hal 115.
Jadi, bisa saja kita mengalami kesedihan, tetapi kesedihan itu
tidak akan bisa menelan / menghancurkan kita. Ini berbeda dengan orang dunia,
yang tentu bisa saja dihancurkan oleh kesedihan.
Leon Morris (NICNT): “He looks for their joy
to be filled, i.e. be complete. It is no cheerless barren existence that Jesus
plans for His people. But the joy of which He speaks comes only as they are
wholehearted in their obedience to His commands. To be halfhearted is to get the
worst of both worlds” (= Ia menghendaki
supaya sukacita mereka penuh, yaitu lengkap. Bukanlah keberadaan yang tandus dan
tanpa kegembiraan yang Yesus rencanakan bagi umatNya. Tetapi sukacita yang Ia
bicarakan, datang hanya pada saat mereka mentaati perintahNya dengan segenap
hati. Bersikap setengah hati berarti mendapatkan yang terburuk dari kedua dunia)
– hal 673-674.
Ay 12: “Inilah perintahKu,
yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”.
Sekarang di sini
Yesus menunjukkan perintah apa yang Ia inginkan untuk mereka taati, yaitu saling
mengasihi, seperti Kristus telah mengasihi mereka.
Ay 13: “Tidak ada kasih
yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya”.
1)
Kalau tadi dalam ay 12 Yesus mengatakan bahwa mereka harus saling
mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi mereka, maka sekarang Ia menunjukkan
bagaimana Ia mengasihi mereka, yaitu dengan memberikan nyawaNya bagi mereka.
2)
‘memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya’.
Banyak orang mempertanyakan bagaimana mengharmoniskan bagian ini
dengan Ro 5:10 - “Sebab jikalau kita, ketika
masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih
kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh
hidupNya!”.
Calvin: “But
a question is put, How did Christ die for friends, since we were enemies, before
he reconciled us, (Rom. 5:10;) for, by expiating our sins through the sacrifice
of his death, he destroyed the enmity that was between God and us? ... in
reference to us, there is a state of variance between us and God, till our sins
are blotted out by the death of Christ; but that the cause of this grace, which
has been manifested in Christ, was the perpetual love of God, with which he
loved even those who were his enemies. In this way, too, Christ laid down his
life for those who were strangers, but whom, even while they were strangers, he
loved, otherwise he would not have died for them”
[= Tetapi dipertanyakan bagaimana Kristus mati untuk sahabat-sahabat, karena
kita adalah musuh-musuh sebelum Ia mendamaikan kita (Ro 5:10); karena,
dengan menebus dosa kita melalui pengorbanan kematianNya, Ia menghancurkan
permusuhan yang tadi ada di antara Allah dengan kita? ... berkenaan dengan kita,
ada keadaan berselisih antara kita dengan Allah, sampai dosa kita dihapuskan
oleh kematian Kristus; tetapi penyebab dari kasih karunia ini, yang telah
dinyatakan dalam Kristus, adalah kasih yang kekal dari Bapa, dengan mana Ia
mengasihi bahkan mereka yang adalah musuh-musuhNya. Dengan cara yang sama
Kristus juga menyerahkan nyawaNya bagi mereka yang adalah orang asing, tetapi
yang sekalipun adalah orang asing tetap dikasihiNya, karena kalau tidak Ia tidak
akan mati bagi mereka]
– hal 116-117.
Jadi mungkin yang dimaksud oleh Calvin adalah: mereka itu memang
musuh / orang asing, tetapi tetap dikasihiNya. Karena itu mereka juga bisa
disebut sahabatNya.
Kebanyakan penafsir lain mengatakan bahwa di sini dikatakan bahwa
Kristus menyerahkan nyawaNya untuk sahabatNya, karena kontexnya berbicara
tentang para murid yang adalah sahabatNya.
Ay 14: “Kamu adalah
sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”.
Ini tidak
berarti bahwa kita menjadi sahabat Kristus karena jasa ketaatan kita sendiri. Di
sini Kristus hanya mengingatkan syarat yang Ia katakan dalam ay 10: ‘Jikalau
kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal dalam kasihKu’.
Calvin:
“But ungodly men, who, through wicked
contempt of the Gospel, wantonly oppose Christ, renounce his friendship”
(= Tetapi orang jahat, yang dengan tanpa alasan menentang Kristus melalui
kejijikan yang jahat terhadap Injil, menyangkal / menolak persahabatanNya)
– hal 117.
Ay 15: “Aku tidak menyebut kamu
lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku
menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala
sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu”.
1)
‘Aku tidak menyebut kamu lagi hamba ... Aku menyebut kamu sahabat’.
Ini tak berarti mulai saat ini Yesus tak pernah menyebut mereka
hamba (bdk ay 20).
Ia berkata demikian karena pada saat ini Yesus menekankan hubungan
mereka dengan diriNya sebagai sahabat, dan karena itu pada saat ini Ia tidak
menyebut mereka hamba.
2)
William Hendriksen: “Clearly
implied in these words of Jesus is the thought that he is not satisfied with
merely servile obedience. His friends are motivated by friendship when they do
his bidding. Obedience is an expression of their love”
(= Dalam kata-kata Yesus ini tersirat secara jelas pemikiran bahwa Ia tidak puas
dengan ketaatan seorang budak semata-mata. Sahabat-sahabatNya dimotivasi oleh
persahabatan pada waktu mereka melakukan perintahNya. Ketaatan merupakan
perwujudan dari kasih mereka) – hal 307.
Kalau kita mentaati dan melayani Dia, hanya karena takut dihukum
atau takut tidak diberkati, maka itu adalah ketaatan dan pelayanan seorang
budak. Seharusnya kita mentaati dan melayaniNya karena kasih ataupun
persahabatan denganNya.
3)
‘Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
BapaKu’.
Calvin mengatakan bahwa ini dibatasi pada pribadi dan jabatan dari
Sang Pengantara. Memang pembatasan ini penting, karena kalau Kristus ditinjau
sebagai Allah, maka Ia maha tahu. Tidak mungkin Ia memberitahukan segala sesuatu
yang Ia ketahui, karena itu akan menjadikan kita juga maha tahu.
Sebagai Pengantara Ia telah menerima dari Bapa hal-hal yang harus
Ia sampaikan kepada kita. Dan tidak ada satu halpun dari hal-hal itu yang tidak
Ia sampaikan kepada kita.
Ay 16: “Bukan kamu yang memilih
Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu
pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu”.
1)
‘Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu’.
a)
Yang Yesus maksudkan di sini adalah pemilihan untuk selamat (predestinasi), atau
pemilihan menjadi rasul?
Hendriksen menganggap bahwa pemilihan yang dibicarakan di sini
bukanlah pemilihan pada suatu jabatan / pelayanan, tetapi pemilihan dalam
persoalan keselamatan (predestinasi).
William Hendriksen: “We agree entirely with
Dr. F. W. Grosheide that the election of which the present passage speaks is not
that unto office but that which pertains to every Christian. All believers are
chosen out of the world (verse 19) to bear fruit (verse 2,4,5,8). Though this is
an act which takes place in time, it has its basis in election ‘before the
foundation of the world’ (Eph. 1:4; cf. John 17:24)”
[= Kami setuju sepenuhnya dengan Dr. F. W. Grosheide bahwa pemilihan yang
dibicarakan oleh text ini bukanlah pemilihan kepada jabatan tetapi pemilihan
yang berkenaan dengan setiap orang kristen. Semua orang percaya dipilih dari
dunia (ay 19) untuk menghasilkan buah (ay 2,4,5,8). Sekalipun ini merupakan
tindakan yang terjadi dalam waktu, tetapi itu mempunyai dasarnya dalam pemilihan
‘sebelum dunia dijadikan’ (Ef 1:4; bdk. Yoh 17:24)]
– hal 308.
Calvin: “True,
the subject now in hand is not the ordinary election of believers, by which they
are adopted to be the children of God, but that special election, by which he
set apart his disciples to the office of preaching the Gospel. But if it was by
free gift, and not by their own merit, that they were chosen to the apostolic
office, much more is it certain that the election, by which, from being the
children of wrath and an accursed seed, we become the children of God, is of
free grace” (= Memang benar bahwa subyek saat ini bukanlah pemilihan orang percaya
biasa, dengan mana mereka diadopsi menjadi anak-anak Allah, tetapi pemilihan
khusus, dengan mana Ia memisahkan murid-muridNya bagi tugas pemberitaan Injil.
Tetapi jika pemilihan mereka pada jabatan rasul adalah karunia cuma-cuma, dan
bukan oleh jasa mereka sendiri, lebih-lebih lagi adalah hal yang pasti bahwa
pemilihan, dengan mana dari anak-anak kemurkaan dan benih yang terkutuk, kita
menjadi anak-anak Allah, adalah karunia cuma-cuma)
– hal 119.
b)
Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa manusia tidak mempunyai jasa apapun.
Calvin: “He
declares still more clearly that it must not be ascribed to their own merit, but
to his grace, that they have arrived at so great an honour; for when he says
that he was not chosen by them, it is as if he had said, that whatever they have
they did not obtain by their own skill or industry. Men commonly imagine some
kind of concurrence to take place between the grace of God and the will of men;
but that contrast, I chose you, I was not chosen by you, claims, exclusively,
for Christ alone what is usually divided between Christ and man; as if he had
said, that a man is not moved of his own accord to seek Christ, until he has
been sought by him” (= Ia menyatakan dengan lebih jelas lagi bahwa itu tidak boleh dianggap
berasal dari jasa mereka sendiri tetapi dari kasih karuniaNya, sehingga mereka
telah mencapai kehormatan yang begitu besar; karena pada waktu Ia berkata bahwa
mereka tidak memilih Dia, maka seakan-akan Ia telah berkata bahwa apapun yang
mereka miliki tidak mereka dapatkan oleh keahlian atau kerajinan mereka. Pada
umumnya manusia mengkhayalkan sejenis kerja sama yang terjadi antara kasih
karunia Allah dan kehendak manusia; tetapi kontras antara ‘Aku yang memilih
kamu’, dan ‘bukan kamu yang memilih Aku’, mengclaim secara exclusif untuk
Kristus saja apa yang biasanya dibagi antara Kristus dan manusia; seakan-akan Ia
telah berkata bahwa manusia tidak digerakkan oleh kehendaknya sendiri untuk
mencari Kristus, sampai ia telah dicari olehNya)
– hal 118-119.
Pulpit Commentary: “Whether the election is
to salvation or apostleship, the ground or cause was not in man”
(= Apakah pemilihan kepada keselamatan atau kepada kerasulan, dasar atau
sebabnya tidak ada di dalam manusia)
– hal 278.
2)
‘Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah’.
Kelihatannya ‘buah’ di sini berbeda dengan ‘buah’ dalam Yoh 15:1-8,
karena di sini ‘buah’ kelihatannya adalah hasil pelayanan, seperti dalam Yoh 4:36
dan 1Kor 9:1.
3)
‘dan buahmu itu tetap’.
a)
Kata ‘buahmu’ tak berarti bahwa mereka sendiri yang menghasilkan buah dalam
pelayanan mereka (bdk. 1Kor 3:6-7).
b)
Apa artinya kalau dikatakan bahwa ‘buahmu itu tetap’?
Calvin: “A
question now arises, why does Christ say that this fruit will be perpetual? As
the doctrine of the Gospel obtains souls to Christ for eternal salvation, many
think that this is the perpetuity of the fruit. But I extend the statement much
farther, as meaning that the Church will last to the very end of the world; for
the labour of the apostles yields fruit even in the present day, and our
preaching is not a single age only, but will enlarge the Church, so that new
fruit will be seen to spring up after our death”
(= Sekarang muncul suatu pertanyaan, mengapa Kristus berkata bahwa buah ini akan
tetap? Karena doktrin Injil mendapatkan jiwa bagi Kristus untuk keselamatan
kekal, banyak orang berpikir bahwa inilah yang dimaksudkan dengan kekalnya /
menetapnya buah. Tetapi saya meluaskan pernyataan itu lebih jauh lagi, sehingga
berarti bahwa Gereja akan tetap ada sampai saat terakhir dunia ini; karena jerih
payah dari rasul-rasul menghasilkan buah bahkan pada jaman ini, dan pemberitaan
kita bukan hanya pada satu jaman saja, tetapi akan membesarkan Gereja, sehingga
buah yang baru akan terlihat muncul setelah kematian kita)
– hal 121.
Jadi, sebetulnya Calvin setuju bahwa bagian ini menunjukkan bahwa
keselamatan dari orang yang kita pertobatkan itu tidak bisa hilang. Tetapi ia
lalu meluaskan arti bagian ini sehingga artinya adalah bahwa Gereja tidak bisa
musnah, dan rasul-rasul (dan kita) akan berbuah sampai selamanya.
4)
‘supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya
kepadamu’.
Calvin berkata bahwa Kristus menambahkan ini karena dalam pelayanan
ada begitu banyak problem / kesukaran dari setan, sehingga mereka harus berdoa
kepada Bapa.
Memang, kalau saudara betul-betul melayani Tuhan dengan motivasi
dan cara yang benar, maka tidak bisa tidak setan pasti akan menyerang saudara
habis-habisan. Ini semua harus dilawan, bukan dengan kekuatan kita sendiri, yang
pasti tidak akan ada artinya bagi setan, tetapi dengan banyak berdoa / bersandar
kepada Tuhan. Makin banyak saudara melayani, makin banyak saudara harus berdoa.
Calvin: “And,
indeed, that the greater part of teachers either languish through indolence, or
utterly give way through despair arises from nothing else than that they are
sluggish in the duty of prayer” (= Dan
memang, bahwa sebagian besar pengajar-pengajar, atau layu / kendor melalui
kemalasan, atau menyerah total melalui keputus-asaan, ditimbulkan bukan oleh
apapun selain bahwa mereka malas / lamban dalam kewajiban berdoa)
– hal 122.
Ay 17: “Inilah perintahKu
kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.’”.
Calvin
mengatakan bahwa ini ditambahkan untuk mempererat hubungan antara para pelayan
Tuhan dalam membangun gereja.
Calvin:
“This, too, was appropriately added,
that the Apostles might know that mutual love among ministers is demanded above
all things, that they may be employed, with one accord, in building up the
Church of God; for there is no greater hindrance than when every one labours
apart, and when all do not direct their exertions to the common good. If then,
ministers do not maintain brotherly intercourse with each other, they may
possibly erect some large heaps, but utterly disjointed and confused; and, all
the while, there will be no building of a Church”
(= Ini juga ditambahkan secara tepat, supaya rasul-rasul mengetahui bahwa saling
mengasihi di antara pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dituntut di atas segala
sesuatu, sehingga mereka bisa bekerja dengan satu hati dalam membangun Gereja
Allah; karena tidak ada halangan yang lebih besar dari pada pada saat setiap
orang bekerja terpisah / sendiri-sendiri, dan pada waktu semua tidak mengarahkan
tenaga mereka pada kepentingan bersama. Jadi jika pelayan-pelayan /
pendeta-pendeta tidak memelihara hubungan persaudaraan satu dengan yang lain,
mereka mungkin mendirikan gundukan yang besar, tetapi sepenuhnya
terpotong-potong dan kacau; dan sementara itu tidak ada pembangunan Gereja)
– hal 123.
Apakah ada
hubungan yang kacau antara saudara dengan jemaat atau pelayan yang lain? Bawalah
hal itu kepada Tuhan dalam doa, dan usahakanlah untuk memperbaikinya. Kalau
tidak, ini akan merusak pembangunan gereja.
-AMIN-
e-mail us at [email protected]