Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


Yohanes 12:37-50

Ay 37-41:

1)   Ay 37: ‘meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya’.

a)   Kata ‘mujizat’ seharusnya adalah ‘tanda’.

‘Tanda’ adalah mujizat yang menandakan / membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias.

b)   ‘tidak percaya’.

NIV: would not believe (= tidak mau percaya).

c)   Banyaknya mujijat / tanda ini menyebabkan dosa ketidakpercayaan mereka makin berat / makin tidak bisa dimaafkan (bdk. Luk 12:47-48).

2)   Ay 37b-38a: ‘mereka tidak percaya kepadaNya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya’.

a)   Kata ‘supaya’ menterjemahkan kata Yunani HINA yang artinya memang adalah ‘in order that’ (= supaya). Di sini penafsir Arminian dan Reformed bentrok. Penafsir-penafsir Arminian tidak mau mengartikan ayat ini sebagaimana adanya.

Barnes’ Notes (non Reformed): “Might be fulfilled. That the same effect should occur as did in time of Isaiah. This does not mean that the Pharisees rejected Christ in order that the prophecy of Isaiah should be fulfilled, but that by their rejection of him the same thing had occurred which took place in the time of Isaiah” (= Supaya genaplah. Supaya hasil yang sama terjadi seperti pada jaman Yesaya. Ini tidak berarti bahwa orang-orang Farisi menolak Kristus supaya nubuat Yesaya tergenapi, tetapi bahwa oleh penolakan mereka terhadapNya hal yang sama terjadi seperti yang terjadi pada jaman Yesaya).

Jadi kata-kata ‘mereka tidak percaya kepadaNya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya’ dalam ay 37b-38a ini diartikan ‘mereka tidak percaya kepadaNya, seperti orang Israel tidak percaya pada jaman Yesaya’.

Pikirkan sendiri apakah penafsiran seperti ini bisa dipertanggung-jawabkan!

William Hendriksen (Reformed): “Attempts to weaken the sense of HINA ... cannot be considered successful. In order that the divine moral order, as decreed from eternity and as described by the prophets, might be fulfilled, the Jewish multitudes, through their own fault, failed to accept Christ by genuine faith” (= Usaha untuk melemahkan arti dari HINA ... tidak bisa dianggap sukses. Supaya urut-urutan moral ilahi, seperti yang ditetapkan dari kekekalan dan seperti digambarkan oleh nabi-nabi digenapi, orang-orang Yahudi itu, oleh kesalahan mereka sendiri, gagal menerima Kristus dengan iman yang sejati).

Ada 2 hal yang perlu ditekankan:

1.   Memang menggenapi nubuat Firman Tuhan sama saja dengan menggenapi ketetapan kekal Allah, karena sesuatu dinubuatkan hanya kalau hal itu sudah ditetapkan dalam kekekalan. Ini terlihat dari:

·        Yes 46:10-11 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.

Kata-kata ‘memberitahukan’ dan ‘mengatakannya’ jelas menunjuk pada nubuat Firman Tuhan, tetapi kata-kata ‘keputusanKu’, ‘kehendakKu’, ‘putusanKu’, ‘merencanakannya’ menunjuk pada ketetapan kekal dari Allah. Dan jelas bahwa dua hal itu diidentikkan oleh text ini.

·        membandingkan Luk 22:22 dan Mat 26:24 yang adalah ayat-ayat paralel.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.

Ayat ini menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus, yang jelas adalah suatu dosa, telah ditetapkan oleh Allah.

Tetapi ayat paralel dari Luk 22:22 itu, yaitu Mat 26:24, berbunyi sebagai berikut: “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”.

Jadi terlihat jelas bahwa tertulisnya pengkhianatan Yudas dalam Kitab Suci (Mat 26:24) berarti bahwa hal itu memang telah ditetapkan oleh Allah (Luk 22:22). Jadi, kalau dalam Kitab Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa Allah hanya tahu hal itu akan terjadi dan lalu memberitahukan hal itu kepada manusia, tetapi berarti bahwa Allah sudah menetapkan hal itu!

2.   Sekalipun ketidakpercayaan orang-orang itu sudah ditetapkan dan dinubuatkan, tetapi mereka tidak percaya oleh kesalahan mereka sendiri, dan tetap bertanggungjawab atas hal itu!

b)   Ini merupakan penghiburan untuk murid-murid pada waktu mereka melihat orang-orang Yahudi menolak Kristus. Penolakan Israel itu tidak menghancurkan Rencana Allah, tetapi justru sesuai dengan Rencana Allah.

c)   Ini juga menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu tidak percaya bukan karena kesalahan Kristus. Ketidakpercayaan itu sudah dinubuatkan / ditetapkan oleh Tuhan, sehingga pasti terjadi.

3)   Ay 38:

a)   Ay 38 ini dikutip dari Yes 53:1.

Kontex Yesaya: Yes 52:13-15 - Yesaya bicara tentang Kristus, lalu Yes 53:1 ia bertanya: Siapa yang akan percaya pada berita ini? Yes 53:1 yang dikutip dalam ay 38 ini merupakan jawaban dari pertanyaan itu. Hanya orang, kepada siapa tangan Tuhan dinyatakan, yang bisa percaya.

b)   ‘tangan kekuasaan Tuhan’.

Kata ‘kekuasaan’ seharusnya tidak ada, baik di sini maupun dalam Yes 53:1. Kata ‘tangan / arm’ artinya adalah ‘power / kuasa’. ‘Tangan Allah’ di sini berhubungan dengan ‘menarik’ dalam ay 32. Kalau tidak ada tangan Allah yang menarik mereka, mereka tidak bisa percaya (bdk. Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku”).

4)   Ay 39-40.

a)   Yohanes mengulangi / menekankan lagi apa yang sudah ia katakan dalam ay 37-38.

Tetapi kalau tadi dalam ay 37 ia mengatakan ‘tidak percaya’ [NIV: would not believe (= tidak mau percaya)], maka sekarang dalam ay 39 ia menggunakan ‘tidak dapat percaya’. Dan kalau tadi dalam ay 38 ia mengutip Yes 53:1, maka sekarang dalam ay 40 ia mengutip Yes 6:10.

b)   William Barclay: “The terrible and the troubling thing is that it seems to say that man’s unbelief is due to God’s action; that God has ordained that certain people must not and will not believe. Now in whatever way we explain this passage, we cannot believe that the God whom Jesus told us about would make it impossible for his children to believe” (= Hal yang mengerikan dan mengganggu adalah bahwa ayat ini kelihatannya mengatakan bahwa ketidakpercayaan manusia disebabkan tindakan Allah; bahwa Allah telah menetapkan bahwa orang-orang tertentu tidak boleh dan tidak akan percaya. Bagaimanapun kami menjelaskan text ini, kami tidak bisa percaya bahwa Allah yang diceritakan Yesus kepada kita membuat mustahil bagi anak-anakNya untuk percaya).

Tanggapan saya:

·        dalam membuat orang tidak percaya, Allah cuma bekerja pasif yaitu dengan tidak memberi kasih karunia untuk bisa percaya, dan membiarkan setan menggoda orang itu.

·        orang-orang Yahudi itu bukan God’s children / anak-anak Allah!

·        mengapa tidak mau percaya penetapan binasa kalau ayat-ayat itu memang kelihatannya menunjuk pada penetapan binasa? Dimana otoritas Firman Tuhan?

William Barclay melanjutkan penafsirannya sebagai berikut:

“We must try to think ourselves back into Isaiah’s heart and mind. He had proclaimed the word of God and put everything he had into his message. And men had refused to listen. In the end he was forced to say: ‘For all the good I have done I might as well never have spoken. Instead of making men better my message seems to have made them worse. They might as well never heard it, for they are simply confirmed in their lethargy and their disobedience and their unbelief. You would think that God had meant them not to believe.’ Isaiah’s words spring from a broken heart. They are the words of a man bewildered by the fact that his message seemed to make men worse instead of better. To read them with cold literalness is completely to misunderstand” (= Kita harus mencoba untuk berpikir dengan meletakkan diri kita dalam hati dan pikiran Yesaya. Ia telah menyatakan Firman Allah dan memasukkan apapun yang ada padanya ke dalam beritanya. Dan orang-orang menolak untuk mendengarkan. Pada akhirnya ia terpaksa berkata: ‘Untuk semua hal baik yang aku telah lakukan aku seakan-akan tidak pernah mengatakan apa-apa. Bukannya membuat mereka jadi baik, tetapi sebaliknya beritaku kelihatannya membuat mereka jadi makin jelek. Mereka sama saja seperti tidak pernah mendengarnya, karena mereka diteguhkan dalam kelesuan, ketidaktaatan, dan ketidakpercayaan mereka. Engkau akan berpikir bahwa Allah tidak menghendaki mereka untuk percaya’. Kata-kata Yesaya keluar dari hati yang hancur. Itu adalah kata-kata seorang manusia yang bingung oleh fakta bahwa beritanya kelihatannya membuat manusia bukannya makin baik tetapi makin jelek. Membaca kata-kata itu dengan kehurufiahan yang dingin menyebabkan kesalah-mengertian secara total).

Tanggapan saya:

Penafsiran bodoh ini mencakup beberapa kesalahan:

·        Yes 6:9-10 bukan terjadi pada akhir pelayanan Yesaya, tetapi terjadi sebelum Yesaya memulai pelayanannya / pemberitaan Firmannya. Baca Yes 6:8 yang menunjukkan Yesaya baru saja mendapat panggilan Allah dan lalu menyatakan kesediaannya untuk diutus oleh Allah. Juga Yes 6:9a (‘Pergilah dan katakanlah kepada bangsa ini’) menunjukkan bahwa Allah mengutus Yesaya untuk memberitakan Firman.

·        kata-kata dalam Yes 6:9-10 itu bukan kata-kata Yesaya tetapi kata-kata Allah!

Akhirnya William Barclay menyimpulkan:

“We must understand this passage to mean, not that God predestined certain people to unbelief, but that even man’s unbelief can be used to further God’s eternal purpose” (= Kita harus mengartikan text ini, bukan bahwa Allah mempredestinasikan orang-orang tertentu pada ketidakpercayaan, tetapi bahwa ketidakpercayaan manusia bisa dipakai untuk memajukan rencana kekal Allah).

Tanggapan saya:

Ini pernyataan yang kontradiksi! Kalau ketidakpercayaan orang-orang itu tidak direncanakan oleh Allah, dan hal itu tetap terjadi, maka itu berarti telah terjadi sesuatu di luar rencana Allah. Lalu bagaimana hal itu memajukan rencana Allah?

c)   Barnes’ Notes menafsirkan bagian ini sebagai berikut:

“The words ‘can’ and ‘could’ are often used in the Bible to denote the existence of such obstacles as to make a result certain; or affirming that while one thing exists, another thing cannot follow. ... In this case, it means that there was some obstacle or difficulty that made it certain that, while it existed, they would not believe. What that was is stated in the next verse; and while that blindness of mind, and that hardness of heart existed, it was impossible that they should believe, for the two things were incompatible. But this determines nothing about their power of removing that blindness, or of yielding their heart to the gospel. It simply affirms, that while one exists the other cannot follow” [= Kata-kata ‘can’ (= dapat) dan ‘could’ (= dapat) sering dipakai dalam Alkitab untuk menunjukkan keberadaan suatu halangan yang menyebabkan suatu akibat pasti terjadi; atau menegaskan bahwa sementara suatu hal ada, hal yang lain tidak bisa terjadi. ... Dalam kasus ini, itu berarti bahwa disana ada suatu halangan atau kesukaran yang membuat pasti bahwa sementara hal itu ada, mereka tidak akan percaya. Apa hal itu dinyatakan dalam ayat selanjutnya; dan sementara kebutaan pikiran dan kekerasan hati itu ada, mereka tidak mungkin percaya, karena 2 hal itu tidak cocok. Tetapi ini tidak menentukan apa-apa tentang kekuatan mereka untuk membuang kebutaan itu, atau untuk menyerahkan hati mereka pada Injil. Itu hanya menegaskan bahwa sementara yang satu ada yang lain tidak bisa terjadi].

Ia juga memberikan beberapa ayat untuk mendukung pandangannya. Mark 6:5 - Yesus tidak bisa melakukan mujijat karena tidak ada iman. Jadi, karena adanya yang satu maka yang tidak bisa terjadi. Juga Yoh 5:44 - karena mereka mencari hormat manusia bukan hormat Allah maka mereka tidak bisa percaya.

Tanggapan saya:

·        Kitab Suci dalam banyak tempat secara jelas menunjukkan bahwa manusia, tanpa pekerjaan Tuhan, tidak bisa percaya (Yoh 6:44,65  1Kor 12:3).

·        yang ia maksudkan dengan ‘ayat selanjutnya’, yaitu ay 40, bukan hanya berbicara tentang kebutaan dan kekerasan hati, tetapi menunjukkan bahwa Allah mengerjakan hal itu (secara pasif), sehingga mereka tidak percaya dan tidak sembuh / selamat!

·        halangan untuk percaya selalu ada, yaitu orangnya mati secara rohani / mati dalam dosa (Ef 2:1  Yoh 10:10). Hanya kalau Allah menyingkirkan halangan ini dengan melahirbarukan orang itu / menghidupkan orang itu secara rohani, barulah orangnya bisa percaya.

d)   Ay 40: ‘telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka’.

Dalam Yes 6:9-10 ini dalam bentuk imperative / kata perintah (‘Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup’).

Jadi, ada perubahan dari kalimat perintah menjadi kalimat positif. Mengapa? Untuk menyesuaikan dengan sikon, karena sekarang hal itu sudah tergenapi.

5)     Tentang ketidakpercayaan orang-orang Yahudi dalam ay 37-40 ini Pulpit Commentary mengatakan:

 “Let not ministers be surprised that their Gospel is neglected or refused, for their Master encountered a similar disappointment” (= Biarlah para pendeta / pelayan tidak kaget kalau Injil mereka diabaikan atau ditolak, karena Guru / Tuan mereka mengalami kekecewaan yang sama).

6)   Ay 41: Bdk. Yes 6:9-10 - Yesaya melihat YAHWEH. Tetapi dalam ay 41 ini rasul Yohanes menerapkan hal itu kepada Yesus; Yesaya melihat kemuliaan Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus adalah YAHWEH.

Ay 42-43:

1)   Bagaimana Yohanes tahu tentang hal ini?

Mungkin dari Nikodemus / Yusuf dari Arimatea. Ingat bahwa tidak seluruh Kitab Suci adalah wahyu. Dalam persoalan wahyu, ilham, dan penulisan Kitab Suci, perlu kita ketahui bahwa tidak semua penulis Kitab Suci mendapatkan wahyu, tetapi semua penulis mendapatkan ilham, karena ilham itu yang menjaganya dari kesalahan, sehingga yang ditulis betul-betul adalah Firman Tuhan.

2)   Ay 42: ‘dikucilkan’. Bdk. Yoh 9:22.

a)   Pengucilan terhadap orang benar dalam gereja sudah ada sejak dulu. Ini akibatnya kalau orang brengsek menjadi penguasa gereja: orang benar yang dikucilkan!

b)   Mengapa mereka takut dikucilkan oleh gereja sesat? Ini bodoh. Bdk. Luk 6:22-23.

c)   Kata ‘kehormatan’ dalam ay 43 seharusnya adalah ‘kemuliaan’. Ini menunjuk pada pujian, penghargaan, persetujuan, restu.

d)   Calvin:

·        “earthly honours may be said to be golden fetters, which bind a man, so that he cannot perform his duty with freedom” (= kehormatan duniawi bisa dikatakan sebagai belenggu emas, yang mengikat seseorang sehingga ia tidak dapat melakukan kewajibannya dengan bebas).

·        “the great and noble ought to struggle against their high rank, that it may not hinder them from submitting to Christ” (= orang besar dan mulia harus bergumul melawan kedudukan mereka yang tinggi, supaya itu tidak menghalangi mereka untuk tunduk kepada Kristus).

e)   William Barclay: “These people were seeking to carry out the impossible; they were trying to be secret disciples. Secret discipleship is a contradiction in terms for, ‘either the secrecy kills the discipleship, or the discipleship kills the secrecy’” (= Orang-orang ini sedang berusaha melaksanakan sesuatu yang tidak mungkin; mereka mencoba untuk menjadi murid secara rahasia. Kemuridan yang rahasia adalah suatu istilah yang kontradiksi karena, ‘atau kerahasiaan itu membunuh kemuridannya, atau kemuridannya membunuh kerahasiaannya’).

Ay 44-50:

1)   Ay 44-50 menurut Hendriksen hanya ringkasan ajaran Yesus.

2)   Ay 44-45:

a)   Ay 44 - Yesus berkata: “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku”.

Maksud Yesus adalah: Barangsiapa yang percaya kepadaKu, bukan percaya kepadaKu saja, tetapi juga kepada Bapa yang mengutus Aku.

Tetapi Calvin menafsirkan berbeda: percaya kepada Kristus bukan percaya kepada manusia, tetapi kepada Allah.

b)   Ay 45: ‘melihat’ artinya ‘mengenal’. Jadi, orang yang mengenal Yesus, mengenal Allah.

c)   William Barclay: “To listen to him is to listen to God; to see him is to see God. In him God meets man, and man meets God” (= Mendengarkan Dia adalah mendengarkan Allah; melihat Dia adalah melihat Allah. Dalam Dia Allah bertemu manusia dan manusia bertemu Allah).

3)   Ay 46: yang percaya kepada terang tidak tinggal di dalam gelap.

Ini keuntungan percaya, tetapi ini juga tanggung jawab orang percaya: harus membuang dosa!

4)   Ay 47: ini dikatakan karena kedatangan Kristus yang pertama memang bukan sebagai Hakim tetapi sebagai penyelamat.

5)   Ay 48:

a)   Artinya: karena Aku sangat ingin menyelamatkan kamu, Aku tidak menggunakan hak untuk menghakimi. Tetapi kalau kamu tidak percaya, jangan mengira kamu akan luput dari tangan Allah, karena Firman akan menghakimi.

b)   Ay 48a menunjukkan bahwa menolak Kristus sama dengan menolak perkataan Kristus. Bandingkan dengan orang Liberal yang meninggikan Kristus tetapi merendahkan Firman.

6)   Ay 49: Kristus membedakan diri dengan Bapa karena Ia menyoroti diriNya sebagai manusia. bdk. 7:16.

7)   Ay 50:

a)   Ay 50a - “perintahNya itu adalah hidup yang kekal”.

Ini menunjukkan pentingnya Firman Tuhan!

b)   Ay 50b menunjukkan bahwa ajaran Yesus datang dari Bapa.



-AMIN-


e-mail us at [email protected]