(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu, tgl 18 Mei 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Yoh 14:1-6 - “(1)
‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. (2) Di
rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan
ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau
pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’ (6) Kata Yesus kepadanya:
‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
1) Setelah Yesus berbicara tentang surga, terjadi
pembicaraan tentang ‘jalan ke surga’.
Ay
4-5: (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas
kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami
tahu jalan ke situ?’
Yesus
berkata para murid tahu jalan ke sana, tetapi Tomas mengatakan ia tidak tahu.
a)
Kalau demikian, apakah kata-kata Yesus dalam ay 4 tadi salah? Ia
berkata ‘kamu tahu’ padahal Tomas tidak tahu. Untuk menjawab ini, ada
beberapa penafsiran:
1.
Dalam ay 4, Yesus memaksudkan: ‘Kamu seharusnya tahu’.
2.
Mereka (para murid) memang mempunyai pengetahuan, tetapi agak kabur /
tidak pasti.
3.
Yesus mengatakan ‘kamu tahu’ hanya untuk merangsang mereka
untuk berusaha mengetahui hal itu, sehingga Ia lalu bisa menjelaskannya kepada
mereka (Jamieson, Fausset & Brown).
b)
Ini menunjukkan kejujuran Tomas, seperti yang juga terlihat dalam Yoh 20:25.
Dia tidak mau berpura-pura percaya atau berpura-pura tahu.
Bdk.
Yoh 20:25 - “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah
melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat
bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku
itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan
percaya.’”.
Mungkin
ia berpikir: ‘Tadi Engkau sendiri mengatakan bahwa ke tempat dimana Engkau
akan pergi, kami tidak bisa datang (13:33); lalu bagaimana mungkin Engkau
sekarang berkata bahwa kami tahu jalan ke sana?’.
Bdk.
Yoh 13:33 - “Hai anak-anakKu, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama
kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang
Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku
mengatakannya sekarang juga kepada kamu”.
William
Barclay: “There was one among them who
could never say that he understood what he did not understand, and that was
Thomas. He was far too honest and far too much in earnest to be satisfied with
any vague pious expressions. Thomas had to be sure. So he expressed his doubts
and his failure to understand, and the wonderful thing is that it was the
question of a doubting man which provoked one of the greatest things Jesus ever
said. No one need be ashamed of his doubts; for it is amazingly true that he who
seeks will in the end find” (= Ada satu di antara mereka yang tidak pernah
bisa berkata bahwa ia tahu / mengerti apa yang ia tidak tahu / mengerti, dan itu
adalah Tomas. Ia terlalu jujur dan terlalu bersungguh-sungguh untuk dipuaskan
dengan pernyataan-pernyataan saleh yang kabur. Tomas harus yakin. Jadi ia
menyatakan keraguannya dan kegagalannya untuk tahu / mengerti, dan hal yang
sangat bagus adalah bahwa pertanyaan dari seseorang yang ragu-ragulah yang
menimbulkan salah satu hal terbesar yang pernah diucapkan oleh Yesus. Tak
seorangpun perlu malu tentang keraguannya; karena merupakan sesuatu yang benar
bahwa ia yang mencari pada akhirnya akan mendapatkan / menemukan)
- hal
156-157.
c) Ketidak-tahuan Tomas
merupakan suatu ketidak-tahuan yang salah / patut dicela.
Ada
ketidak-tahuan yang tidak bisa disalahkan, misalnya ketidak-tahuan dari orang
yang baru saja menjadi orang Kristen. Atau orang Kristen yang hidup di
pedalaman, sehingga tidak memungkinkan mereka belajar Firman Tuhan dengan baik,
dan sebagainya.
Tetapi
ada ketidak-tahuan yang memang salah / patut dicela. Misalnya, kalau seseorang
sudah lama ikut Kristus, dan sebetulnya ada banyak tempat dimana ia bisa belajar
dan menjadi tahu tetapi ia tidak mau menggunakannya, sehingga ia tidak tahu
apa-apa, maka tentu saja ini merupakan suatu ketidak-tahuan yang salah. Juga
kalau ia sebetulnya banyak belajar, tetapi tak mau menerima kebenaran yang
dipelajarinya, karena ia sudah mempunyai konsep yang lain. Yang terakhir ini
mungkin merupakan alasan ketidak-tahuan Tomas.
Barnes’
Notes: “‘We
know not whither thou goest.’ Though Jesus had so often told them of his
approaching death and resurrection, yet it seems they did not understand him,
nor did they fully comprehend him until after his resurrection. See Luke 24:21.
They entertained the common notions of a temporal kingdom; they supposed still
that he was to be an earthly prince and leader, and they did not comprehend the
reason why he should die. Thomas confessed his ignorance, and the Saviour again
patiently explained his meaning. All this shows the difficulty of believing
when the mind is full of prejudice and of contrary opinions. If Thomas had laid
aside his previous opinions - had he been willing to receive the truth as Jesus
plainly spoke it, there would have been no difficulty. Faith would have been
an easy and natural exercise of the mind. And so with the sinner. If he were
willing to receive the plain and unequivocal doctrines of the Bible, there would
be no difficulty; but his mind is full of opposite opinions and plans, occupied
with errors and vanities, and these are the reasons, and the only reasons, why
he is not a Christian” (= ‘Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi’.
Sekalipun Yesus telah begitu sering memberitahu mereka tentang kematian dan
kebangkitanNya yang mendekat, tetapi kelihatannya mereka tidak mengertiNya, juga
mereka tidak sepenuhnya mengertiNya sampai setelah kebangkitanNya. Lihat Luk
24:21. Mereka mempunyai pikiran yang umum tentang suatu kerajaan yang sementara;
mereka tetap menganggap bahwa Ia akan menjadi pangeran / raja dan pemimpin
duniawi, dan mereka tidak mengerti alasan mengapa ia harus mati. Tomas mengakui
ketidak-tahuannya, dan sang Juruselamat dengan sabar menjelaskan lagi maksudNya.
Semua ini menunjukkan kesukaran untuk percaya pada saat pikiran penuh dengan
prasangka dan pandangan-pandangan yang bertentangan. Seandainya Tomas
mengesampingkan pandangan-pandangan terdahulunya, seandainya ia mau menerima
kebenaran sebagaimana Yesus mengatakannya secara jelas, maka tidak akan ada
kesukaran. Iman akan merupakan suatu gerakan yang mudah dan alamiah dari
pikiran. Dan demikian juga dengan orang berdosa. Jika ia mau menerima
ajaran-ajaran yang sederhana dan jelas dari Alkitab, maka tidak akan ada
kesukaran; tetapi pikirannya dipenuhi dengan rencana dan pandangan yang
bertentangan, terisi dengan kesalahan dan kesia-siaan, dan ini adalah alasan,
satu-satunya alasan, mengapa ia bukan orang Kristen).
Luk 24:21
- “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak
semuanya itu terjadi”.
2) Jawaban Yesus kepada Tomas.
Ay 6:
“Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
a)
Satu hal yang perlu diperhatikian adalah: dari ketidak tahuan Tomas, yang
ia nyatakan secara terus terang, lalu muncul salah satu kata-kata terindah,
teragung, dan terpenting dari Yesus!
b)
‘Akulah jalan ... Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.
1.
Kata-kata ‘Akulah jalan’ menyebabkan dalam Kitab Kisah Para Rasul
kekristenan sering disebut dengan istilah ‘jalan’
(Bdk. Kis 9:2 19:9,23
24:14,22).
Bdk.
Ibr 10:20 - “karena Ia telah
membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya
sendiri”.
2.
William Hendriksen: “‘I
am the way.’ Jesus does not merely show the way; he is himself the way. It is
true that he teaches the way (Mark 12:14; Luke 20:21), guides us in the way
(Luke 1:79), and has dedicated for us a new and living way (Heb. 10:20); but all
this is possible only because he is himself the way” [= ‘Aku adalah
jalan’. Yesus tidak semata-mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan
itu. Adalah benar bahwa Ia mengajarkan jalan itu (Mark 12:14; Luk 20:21),
memimpin kita di dalam jalan itu (Luk 1:79), dan telah memberikan kita jalan
yang baru dan hidup (Ibr 10:20); tetapi semua ini memungkinkan hanya karena Ia
sendiri adalah jalan itu] - hal 267.
Dalam
hal ini Yesus berbeda dengan semua pendiri agama lain. Mereka paling-paling
menunjukkan jalan, tetapi mereka tidak pernah mengatakan: ‘Akulah jalan’.
Dan
pada waktu mereka menunjukkan jalan, kita perlu mengingat kata-kata Kitab Suci: “Ada
jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal
14:12).
3.
Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Yoh 14:6 ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
a. Kitab
Sucinya salah. Yesus sebetulnya tidak pernah mengucapkan kata-kata ini.
b. Kitab
Sucinya benar. Yesus memang mengucapkan kata-kata ini, tetapi pada saat Yesus
mengucapkan kata-kata ini, Ia tidak mengucapkan kebenaran. Dengan kata lain
Yesus berdusta!
c. Kitab
Sucinya benar dan Yesusnya tidak berdusta. Jadi Ia memang adalah satu-satunya
jalan ke surga.
Kalau saudara menerima salah satu dari 2 kemungkinan
pertama, maka saudara seharusnya berhenti jadi orang kristen. Merupakan suatu
kegilaan kalau seseorang tetap menjadi orang kristen padahal ia percaya Kitab
Sucinya salah atau Yesusnya berdusta! Kalau saudara menolak 2 kemungkinan
pertama itu, maka hanya kemungkinan terakhirlah yang menjadi pilihan saudara!
Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga!
Jelas
bahwa yang ditekankan dalam Yoh 14:6 ini adalah persoalan masuk surga,
karena kontex (ay 2-4) membicarakan rumah Bapa / surga. Jadi bagian ini
secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Bandingkan
dengan:
Kis 4:12
- “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.
1Yoh 5:11-12
- “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang
kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki
Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki
hidup”.
Siapapun
yang menafsirkan bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan bahwa orang beragama lain
tidak bisa masuk surga, adalah orang kurang ajar / nabi palsu, yang telah
memutar-balikkan Kitab Suci.
Bdk.
2Pet 3:16 - “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia
berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal
yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak
teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama
seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Contoh:
orang-orang Liberal mengatakan bahwa Yoh 14:6 ini hanya berlaku untuk orang
kristen. Ini membuat kata-kata Yesus ini menjadi tidak ada artinya /
kehilangan maknanya sama sekali. Apa gunanya kata-kataNya ini kalau itu hanya
berlaku untuk orang kristen?
Ada
lagi orang Liberal yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘way’
adalah jalan besar. Kalau itu memang hanya ada satu yaitu Yesus. Tetapi kalau
jalan kecil (= path) ada banyak! Bagaimana mungkin kegilaan seperti ini
bisa diharmoniskan dengan kata-kata ‘Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’ dalam ay 6b?
Tetapi
sekalipun penekanan Yoh 14:6 ini adalah dalam persoalan masuk surga, jelas
bahwa:
·
kita bisa
berkenan pada Bapa, juga hanya kalau kita menerima jasa penebusan Yesus melalui
iman (Yoh 3:36 Ibr 11:6).
·
pada
waktu kita berdoa, Yesus juga adalah satu-satunya jalan / pengantara kepada
Bapa. Karena itulah kita berdoa ‘dalam nama Yesus’ (Yoh 14:13-14
Yoh 16:23-24 bdk. Ibr 10:19-22).
Ayat
ini jelas menentang:
¨
Universalisme,
yaitu pandangan yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang akan masuk
surga.
¨
Pandangan
yang mengatakan bahwa orang yang beragama lain tetap bisa masuk surga sekalipun
tidak percaya kepada Yesus.
Berdasarkan ayat ini kita harus menyimpulkan bahwa bagaimanapun baiknya
hidup seseorang, dan agama apapun yang ia anut, kalau ia tidak mempunyai Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tetap akan pergi ke neraka. Mengapa?
Karena ia tetap adalah orang berdosa, sehingga tanpa Penebus / Juruselamat
dosa maka ia harus membayar sendiri hutang dosanya di dalam neraka.
Beberapa
komentar tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan:
*
Barnes’ Notes: “‘No man cometh to the Father but by me.’ To
come to the Father is to obtain his favor, to have access to his throne by
prayer, and finally to enter his kingdom. No man can obtain any of these things
except by the merits of the Lord Jesus Christ. By coming by him is meant coming
in his name and depending on his merits. We are ignorant, and he alone can guide
us. We are sinful, and it is only by his merits that we can be pardoned. We are
blind, and he only can enlighten us. God has appointed him as the Mediator, and
has ordained that all blessings shall descend to this world through him”
(= ‘Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. Datang kepada Bapa berarti
mendapatkan perkenanNya, mendapatkan jalan masuk ke tahtaNya melalui doa, dan
akhirnya memasuki kerajaanNya. Tidak seorangpun bisa mendapatkan yang manapun
dari hal-hal ini kecuali oleh jasa Tuhan Yesus Kristus. Yang dimaksud dengan
datang melaluiNya / olehNya adalah datang dalam namaNya, dan bergantung /
bersandar pada jasaNya. Kita bodoh / tidak mempunyai pengetahuan, dan hanya Dia
yang bisa membimbing kita. Kita adalah orang berdosa dan hanya oleh jasaNya kita
bisa diampuni. Kita buta, dan hanya Dia yang bisa menerangi kita. Allah telah
menetapkanNya sebagai Pengantara, dan telah menentukan bahwa semua berkat akan
turun kepada dunia ini melalui Dia) - hal 333.
*
Calvin:
“men
contrive for themselves true labyrinth, whenever, after having forsaken Christ,
they attempt to come to God. ... Wherefore all theology, when separated from
Christ, is not only vain and confused, but is also mad, deceitful, and
spurious” (= manusia mengusahakan / membuat bagi diri mereka sendiri suatu
susunan yang membingungkan, pada waktu, setelah meninggalkan Kristus, mereka
berusaha untuk datang kepada Allah. ... Karena itu, semua theologia, pada waktu
dipisahkan dari Kristus, bukan hanya sia-sia dan kacau, tetapi juga gila,
bersifat penipu, dan palsu) - hal 85.
*
Calvin:
“it
is a foolish and pernicious curiosity, when men, not satisfied with him, attempt
to go to God by indirect and crooked path” [= merupakan keingin-tahuan
yang bodoh dan jahat, pada waktu manusia, tidak puas dengan Dia
(Yesus), berusaha untuk pergi kepada Allah melalui jalan yang tidak langsung
dan bengkok / berliku-liku] - hal 86.
*
Charles Haddon Spurgeon: “There
is no getting to God except through Christ. Those who say that we can go to
heaven without a Mediator know not what they say, or say what they know to be
false. There can be no acceptable approach to the Father except by Jesus Christ
the Son” (= Tidak ada yang sampai kepada Allah kecuali melalui Kristus.
Mereka yang berkata bahwa kita dapat pergi ke surga tanpa seorang Pengantara,
tidak tahu apa yang mereka katakan, atau mengatakan apa yang mereka tahu sebagai
sesuatu yang salah. Tidak ada tindakan mendekat kepada Bapa yang bisa diterima,
kecuali oleh Yesus Kristus sang Anak) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 8, hal 67.
*
Pulpit Commentary: “Those who want to be with Jesus hereafter must be with him here. And
those who want to be with the Father hereafter, having knowledge of him, and
receiving of his fulness, can only gain this through Jesus. There is no other
name given whereby men are to be saved” (= Mereka yang ingin bersama
dengan Yesus di alam baka harus bersama dengan Dia di sini. Dan mereka yang
ingin bersama dengan Bapa di alam baka, mengenal Dia dan menerima kepenuhanNya,
hanya bisa mendapatkan ini melalui Yesus. Tidak ada nama lain yang diberikan
dengan mana manusia bisa diselamatkan) - hal 261.
*
A. T. Robertson: “There is no use for the Christian to wince at these words of Jesus.
If he is really the Incarnate Son of God (1:1,14,18), they are necessarily
true” [= Tidak ada gunanya bagi orang Kristen untuk berbalik / mundur pada
kata-kata Yesus ini. Jika Ia betul-betul adalah Anak Allah yang berinkarnasi
(1:1,14,18), kata-kataNya itu pasti benar] - hal 250.
*
F. F. Bruce: “he is himself the way to the Father. He is, in fact, the only way by
which men and women may come to the Father; there is no other way. If this seems
offensively exclusive, let it he borne in mind that the one who makes this claim
is the incarnate Word, the revealer of the Father” (= Ia sendiri adalah
jalan kepada Bapa. Dalam faktanya Ia adalah satu-satunya jalan dengan mana orang
laki-laki dan perempuan bisa datang kepada Bapa; tidak ada jalan yang lain. Jika
ini kelihatannya bersifat exklusif dan menghina, baiklah dicamkan bahwa yang
membuat pernyataan ini adalah Firman yang berinkarnasi, yang menyatakan Bapa)
- hal 298.
*
J. C. Ryle: “We should mark, ... in these verses, how expressly the Lord
Jesus shuts out all ways of salvation but Himself. ‘No man,’ He declares,
‘No man cometh unto the Father but by Me.’ It avails nothing that a man is
clever, learned, highly gifted, amiable, charitable, kind-hearted, and zealous
about some sort of religion. All this will not save his soul, if he does not
draw near to God by Christ’s atonement, and make use of God’s own Son as his
Mediator and Saviour. ... Let us beware, if we love life, of supposing that mere
earnestness will take a man to heaven, though he know nothing of Christ. The
idea is a deadly and ruinous error. Sincerity will never wipe away our sins. It
is not true that every man will be saved by his own religion, no matter what he
believes, provided he is diligent and sincere. We must not pretend to be wiser
than God. Christ has said, and Christ will stand to it, ‘No man cometh unto
the Father but by Me.’” (= Kita harus memperhatikan, ... dalam ayat-ayat
ini, bagaimana dengan jelas Tuhan Yesus menutup semua jalan-jalan keselamatan
kecuali diriNya sendiri. ‘Tak seorangpun’, Ia menyatakan, ‘Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. Tak ada gunanya
bahwa seseorang itu pandai, terpelajar, sangat berkarunia, ramah, murah hati,
baik hati, dan bersemangat tentang sejenis agama. Semua ini tidak akan
menyelamatkan jiwanya, jika ia tidak mendekat kepada Allah oleh penebusan
Kristus, dan menggunakan nak Allah sendiri sebagai Pengantara dan
Juruselamatnya. Jika kita mencintai hidup, hendaklah kita hati-hati, tentang
anggapan bahwa sekedar kesungguhan akan membawa manusia ke surga, sekalipun ia
tidak mengetahui apapun tentang Kristus. Gagasan itu merupakan kesalahan yang
mematikan dan menghancurkan. Kesungguhan / ketulusan tidak akan pernah menghapus
dosa-dosa kita. Tidak benar bahwa setiap orang akan diselamatkan oleh agamanya
sendiri, tak peduli apa yang ia percayai, asal ia rajin dan sungguh-sungguh /
tulus. Kita tidak boleh berpura-pura lebih bijaksana dari Allah. Kristus telah
mengatakan, dan Kristus akan mempertahankannya, ‘Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.) - ‘Expository Thoughts
on the Gospels’, (John volume III), hal 66-67.
*
Vincent mengutip kata-kata Thomas Kempis:
“‘I am the way, the truth, and the life. Without the way there is no
going; without the truth there is no knowing; without the life there is no
living. I am the way which thou shouldst pursue; the truth which thou shouldst
believe; the life which thou shouldst hope for.’” (= ‘Akulah jalan,
dan kebenaran, dan hidup. Tanpa jalan tidak ada kepergian; tanpa kebenaran tidak
ada pengetahuan; tanpa hidup tidak ada kehidupan. Akulah jalan yang harus engkau
ikuti; kebenaran yang harus engkau percayai; hidup yang harus engkau
harapkan’.).
4.
Karena ayat ini mengajarkan Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga,
maka konsekwensinya adalah: setiap orang harus percaya kepada Kristus kalau ia
mau masuk ke surga. Dan setelah ia percaya kepada Kristus, ia harus memberitakan
Injil, supaya orang-orang di sekitarnya bisa percaya kepada Yesus dan
diselamatkan (bdk. Ro 10:13-15).
c) ‘Akulah
... kebenaran’.
1. Yesus adalah kebenaran.
Pulpit
Commentary: “it is observable that Jesus
does not say, ‘I teach the truth;’ he says, ‘I am the Truth.’”
(=
perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak berkata: ‘Aku mengajarkan kebenaran’;
Ia berkata: ‘Aku adalah kebenaran’) - hal 239.
Catatan:
Yesus memang pernah berkata: Aku mengatakan kebenaran (Yoh 8:40,45,46). Tetapi
perlu diingat bahwa Ia bukan hanya mengatakan kebenaran, tetapi Ia sendiri
adalah kebenaran.
Ini
sama seperti Roh Kudus, yang sekalipun dikatakan menginsyafkan dunia akan
kebenaran (Yoh 16:8), memimpin orang ke dalam kebenaran (Yoh 16:13),
tetapi juga disebut sebagai Roh Kebenaran (Yoh 14:17
15:26 16:13).
2.
Bahwa Yesus adalah kebenaran, menjamin bahwa kata-kataNya yang menyatakan
diriNya sebagai satu-satunya jalan ke surga, adalah benar!
d) ‘Akulah
... hidup’.
Pulpit
Commentary: “if we truly have Jesus,
whatever we may lack, we shall not lack life” (= jika kita betul-betul
mempunyai Yesus, dalam hal apapun kita kekurangan, kita tidak akan kekurangan
hidup / kehidupan) - hal 261.
e)
‘Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.
1.
Kata-kata ini kelihatannya menggelikan / merupakan kebodohan. Mengapa?
Leon
Morris (NICNT):
“‘I am the Way’, said One
who would shortly hang impotent on the cross. ‘I am the Truth’, when the
lies of evil men were about to enjoy a spectacular triumph. ‘I am the Life’,
when within a few hours His corpse would be placed in a tomb”
(= ‘Akulah
jalan’, kata Orang yang sebentar lagi tergantung tak berdaya pada salib.
‘Akulah kebenaran’, pada waktu dusta orang-orang jahat akan menikmati
kemenangan yang spektakuler. ‘Akulah hidup’, pada saat dalam beberapa jam
lagi mayatNya akan diletakkan dalam sebuah kubur)
- hal 641.
Memang
Injil adalah ‘kebodohan’, tetapi “Allah
berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil”
(1Kor 1:21b)!
1Kor 1:18,21-24
- “(18) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi
mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu
adalah kekuatan Allah. ... (21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak
mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang
percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (22) Orang-orang Yahudi
menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi
untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi,
Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”.
2. Kata-kata ini harus kita tanggapi.
Kita
harus menanggapinya dengan iman kepada Kristus, dan membuktikan iman itu dengan
tindakan mengikuti Dia.
Ada
kata-kata indah yang berbunyi sebagai berikut:
You
call Me the way but you do not follow Me, (=
Engkau menyebutKu jalan tetapi engkau tidak mengikutKu,)
You
call Me the light but you do not see Me,
(=
Engkau menyebutKu terang tetapi engkau tidak melihatKu,)
You
call Me the teacher but you do not listen to Me,
(=
Engkau menyebutKu guru tetapi engkau tidak mendengarkanKu,)
You
call Me the Lord but you do not serve Me, (=
Engkau menyebutKu Tuhan tetapi engkau tidak melayaniKu,)
You
call Me the truth but you do not believe in Me, (=
Engkau menyebutKu kebenaran tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,)
Do
not be surprised if one day I don’t know you. (=
Janganlah terkejut jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu.)
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali