oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1)
Orang Saduki (ay 23):
Ini adalah suatu golongan yang kecil, tetapi kaya dan berpengaruh.
Kebanyakan imam-imam, bahkan imam besar dan anggota-anggota mahkamah agama /
Sanhedariin, adalah orang Saduki (bdk. Kis 5:17). Berbeda dengan orang Farisi,
orang Saduki mau bekerja sama dengan orang Roma.
Perbedaan kepercayaan mereka dengan kepercayaan orang Farisi:
2)
Pertanyaan orang Saduki (ay 24-28).
a) Pertanyaan / cerita mereka ini didasarkan pada Ul 25:5.
Dalam Kitab Suci ada 2 cerita yang berhubungan dengan Ul 25:5,
yaitu:
· Kej 38:8-10
- dimana Tuhan membunuh Onan karena tidak mau memberi keturunan kepada istri
kakaknya.
· Rut 2-4
- cerita tentang Boas dan Rut.
b)
Cerita mereka ini sengaja dibuat-buat. Sebetulnya 2 saudara sudah cukup untuk
menunjukkan maksud mereka, tetapi sengaja mereka buat 7 saudara, supaya doktrin
tentang kebangkitan orang mati makin terlihat menggelikan dan tidak masuk
akal.
c)
Tujuan pertanyaan mereka ini: atau Yesus menyetujui bahwa tidak ada kebangkitan,
atau Yesus harus malu karena tak bisa menjawab pertanyaan mereka.
d)
Kalau pertanyaan ini diberikan kepada para rabi Yahudi, maka mereka akan
menjawab bahwa suami pertamalah yang berhak atas istri itu
3)
Jawaban Yesus (ay 29-32).
a) Yesus menegur mereka (ay 29).
· ‘tak
mengerti Kitab Suci’ adalah sesuatu yang sangat berbahaya! Ini menyebabkan
orang jadi sesat (bdk. Hos 4:6,14b).
Penerapan:
Apakah saudara tidak mengerti Kitab Suci, atau hanya mengerti
sedikit sekali tentang Kitab Suci? Jangan anggap enteng hal itu karena hal itu
bisa menyesatkan saudara! Karena itu berusahalah untuk belajar Kitab Suci dengan
serius!
· Yesus
menambahkan ‘kuasa Allah’ (ay 29), karena orang-orang Saduki itu tak
percaya kebangkitan karena mereka anggap mustahil / tidak masuk akal. Mereka
tidak bisa percaya bahwa Allah bisa melakukan hal itu, karena mereka bersandar
pada logika / otak mereka. Ini juga menyebabkan kesesatan mereka!
Penerapan:
Hati-hatilah pada logika / otak saudara. Saudara boleh / harus
memakainya, tetapi saudara tidak boleh bersandar kepadanya. Jangan membiarkan
otak / logika menjadi penghalang di dalam mempercayai Allah / kuasaNya.
b) Yesus menjawab pertanyaan mereka (ay 30).
· Di
sini Yesus membetulkan pemikiran mereka yang begitu duniawi tentang kehidupan di
surga. Dengan kata-kata ini Yesus memaksudkan bahwa di surga tidak ada
pernikahan, hubungan sex, dan perkembang-biakan (tetapi bukan tidak ada jenis
kelamin!). Dengan demikian, jelaslah bahwa pertanyaan orang Saduki itu adalah
sesuatu yang tidak relevan!
· Dengan
kata-kata ini jelas bahwa Yesus mempercayai adanya malaikat, dan kebangkitan
orang mati.
c) Yesus menyerang ketidak-percayaan mereka pada
kebangkitan (ay 31-32).
· Yesus
mengutip dari Kel 3:6. Ini aneh! Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat lain yang
secara lebih jelas menunjukkan tentang adanya kebangkitan orang mati. Misalnya:
Yes 26:19 & Dan 12:2. Lalu mengapa Yesus mengutip Kel 3:6?
* Ada
yang berkata: karena orang Saduki hanya mempercayai 5 kitab Musa.
* Ada
juga yang berkata: karena mereka menanyakan berdasarkan suatu ayat dalam 5
kitab Musa (yaitu Ul 25:5), maka Yesuspun menjawab dengan menggunakan suatu
ayat dalam 5 kitab Musa.
· Yesus
memaksudkan: kalau memang tidak ada kebangkitan orang mati, maka itu berarti
bahwa dalam Kel 3:6 Allah memperkenalkan diriNya kepada Musa sebagai Allah
orang mati (saat itu Abraham, Ishak, Yakub sudah mati). Ini tidak mungkin! Ini
sama dengan raja tanpa rakyat atau bapa tanpa anak!
Seseorang mengatakan:
“The
Lord cannot be called the God of any but the living”
(= Tuhan tidak bisa disebut sebagai Allah dari apapun kecuali yang hidup).
· Ada
orang yang lalu berkata: bukankah kata-kata Yesus ini hanya membuktikan
kekekalan dari jiwa (immortality of the soul), dan bukan kebangkitan
tubuh?
Jawab: Ya, tetapi karena manusia adalah tubuh dan jiwa, maka tidak
mungkin bahwa akhirnya hanya jiwa saja yang tertinggal. Jadi, dengan membuktikan
kekekalan jiwa, maka Yesus sekaligus membuktikan kebangkitan tubuh.
1)
Mat 22:34-40 paralel dengan Mark 12:28-34, tetapi tidak dengan Luk 10:25-37.
Alasannya:
2)
Ay 34-35:
a)
Seharusnya orang-orang Farisi senang karena Yesus bisa mengalahkan orang Saduki,
dan dengan demikian mempertahankan kebenaran. Tetapi ternyata tidak. Kebencian
mereka kepada Yesus menyebabkan mereka tak senang melihat kebenaran menang
Penerapan:
Pikirkan tentang seorang pendeta / pengkhotbah yang tidak saudara
senangi (pribadinya, bukan ajarannya) Kalau ternyata orang itu bisa sukses dalam
mengadakan suatu KKR, bagaimana perasaan saudara?
b)
Ahli Taurat ini juga adalah orang Farisi (kebanyakan ahli Taurat adalah orang
Farisi, tetapi tidak semua orang Farisi adalah ahli Taurat).
c)
Kata ‘mencobai’ dalam bahasa Yunaninya bisa mempunyai arti yang negatif,
seperti dalam ay 18. Tetapi bisa juga mempunyai arti yang positif sehingga
harus diterjemahkan ‘menguji’.
Di sini tidak jelas apakah ahli Taurat itu mencobai (untuk
menjatuhkan), atau menguji.
3)
Ay 36: ‘hukum yang terutama’.
NIV : ‘the greatest’ ( = yang terbesar).
NASB: ‘the great’ (= yang besar).
Orang-orang Yahudi membeda-bedakan hukum. Ada hukum yang mereka
anggap besar / berat, dan ada juga yang mereka anggap kecil / ringan. Ini benar.
Tetapi mereka lalu menganggap bahwa kalau yang besar-besar bisa dilakukan, maka
yang kecil-kecil boleh diabaikan. Ini jelas merupakan sesuatu yang salah!
Bandingkan dengan:
Ayat ini tidak berarti bahwa semua dosa sama berat. Yakobus
memaksudkan: hukum Tuhan adalah satu kesatuan. Kalau mau taat, harus taat pada
semua, tidak boleh pilih-pilih!
4)
Ay 37-38.
a) Ay 37 merupakan kutipan dari Ul 6:5.
Ini merupakan ringkasan / inti dari hukum Taurat. Kita tak mungkin
bisa mentaati hukum yang manapun dengan benar, kalau dalam diri kita tidak ada
kasih kepada Tuhan.
Sebaliknya, Agustinus berkata:
“love
God, and do what you like!” (= kasihilah
Allah, dan lakukanlah apa yang engkau senangi).
Renungkan hukum ini: saudara mungkin sudah aktif dalam gereja,
rajin berbakti, ikut Pemahaman Alkitab, melayani Tuhan, memberikan persembahan
dsb. Tetapi, apakah saudara mengasihi Allah?
Ingat bahwa ini adalah hukum yang terutama!
b) Ay 37: hati, jiwa, akal budi.
Ul 6:5: hati, jiwa, kekuatan.
Mark 12:30 / Luk 10:27: hati, jiwa, akal budi, kekuatan.
· Kita
tidak perlu mengartikan setiap kata, dan kita tidak perlu membeda-bedakan arti
setiap kata tersebut di atas. Kata- kata itu jelas sekali overlap satu
sama lain, karena jiwa jelas sudah mencakup hati maupun pikiran, sedangkan
sekalipun hati dan pikiran sering dibedakan, tetapi Kitab Suci sendiri juga
sering mencampuradukkan kedua hal itu.
Tujuan dari penggunaan kata-kata itu adalah menekankan
‘keseluruhan diri kita tanpa ada yang dikecualikan’ (bdk. 1Tes 5:23
yang juga menekankan keseluruhan diri kita).
· Mengasihi
Tuhan dengan akal budi / pikiran, hanya bisa terjadi kalau kita mengerti /
mengenal Allah dengan benar (khususnya tentang kasihNya yang Ia tunjukkan di
atas kayu salib bagi kita). Jadi, jelas bahwa belajar tentang Allah dari Kitab
Suci adalah sesuatu yang sangat penting!
· Ajaran
Trichotomy mempercayai bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dan
mereka mengatakan bahwa ‘jiwa’ adalah kehidupan binatang dalam diri manusia.
Sedangkan ‘roh’ adalah sesuatu yang membedakan manusia dari binatang, dan
‘roh’ adalah suatu elemen yang menghubungkan Allah dengan manusia.
Tetapi, Mat 22:37 yang memerintahkan kita untuk mengasihi
Allah, ternyata tidak mengandung kata-kata ‘dengan segenap roh’! Ini
membuktikan bahwa ajaran Trichotomy itu salah!
c) Ada 3 x kata ‘segenap’ (= all).
Ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh membagi kasih kita! Kita
harus menyerahkannya sepenuhnya kepada Allah! Jangan ingin mengasihi Allah dan
dunia, atau Allah dan uang! (Mat 6:24 Yak 4:4 1Yoh 2:15).
Tetapi, kita boleh / harus mengasihi sesama kita (ay 39),
karena kasih kepada sesama adalah perwujudan dari kasih kepada Allah. Tetapi,
bagaimanapun juga, kita tak boleh mengasihi sesama lebih dari Allah (Mat 10:37).
d) Kasih kepada Allah harus diwujudkan dengan ketaatan
(Yoh 14:15).
Jadi, kasih ini bukanlah sekedar suatu perasaan belaka, tetapi
harus ada wujudnya yaitu ketaatan! Orang yang taat, belum tentu mengasihi Allah
(bdk. Wah 2:1-7), tetapi orang yang mengasihi Allah, pasti akan
mentaatiNya!
5)
Ay 39-40.
a)
‘hukum yang ke dua yang sama dengan itu’ (ay 39). Ini salah
terjemahan!
NIV: ‘and the second is like it’ (= dan yang
kedua mirip dengan itu).
Dua hukum ini memang mirip, karena dua-dua tentang kasih dan
dua-dua merupakan ringkasan / inti hukum Taurat.
b) Ay 39 dikutip dari Im 19:18 (bdk. Roma 13:10).
c)
Orang yang mengasihi Allah, akan mengasihi sesama, dan orang yang tidak
mengasihi sesama, tidak mungkin mengasihi Allah (1Yoh 4:20-21).
d) Ay 39 juga mengajarkan kasih kepada diri sendiri!
Semua tindakan yang membahayakan diri sendiri / merusak kesehatan
diri sendiri tanpa ada gunanya, merupakan pelanggaran terhadap hukum ini!
Contoh:
· merokok,
mengisap ganja, menjadi morfinist dan sebagainya.
· bunuh
diri.
· ngebut.
· menjadi
peminum / pemabuk.
· tidak
menjaga kesehatan, tidak mau olah raga.
· tak
mau pantang (gula, garam, lemak) padahal diharuskan oleh dokter.
6)
Mark 12:32-34.
a)
Ay 32,33: tadinya ahli Taurat itu mencobai (ini kalau kita mengambil arti
yang negatif dari kata ‘mencobai’), tetapi ia lalu sadar bahwa Yesus
betul-betul mengajarkan Firman Tuhan. Dan ia menghormati semua itu!
b) Ay 32: kasih lebih penting dari persembahan!
(bdk. 1Sam 15:22 Hos 6:6).
Kita bisa memberi persembahan tanpa kasih (bdk. Kej 4:3-4 Kis 5:1-11
1Kor 13:3), tapi kita tak bisa mengasihi Allah tanpa memberikan
persembahan. Bahkan orang yang betul-betul mengasihi Allah pasti mau memberikan
persembahan yang disertai dengan pengorbanan (bdk. Luk 21:1-4 2Sam 24:18-25).
Penerapan:
Pada saat saudara memberikan persembahan, apakah saudara
memberikannya dengan kasih? Adakah pengorbanan dalam persembahan itu? Atau
saudara sekedar memberi ‘uang lebih’ kepada Tuhan? Ingatlah bahwa Ia sudah
memberikan yang terbaik kepada saudara, yaitu nyawaNya! Tak ada persembahan
apapun dari kita yang terlalu besar untuk kita berikan kepada Tuhan!
c) Ay 34: ‘Engkau tidak jauh dari Kerajaan
Allah’.
Sekalipun kata-kata ini merupakan suatu pujian, tetapi kata-kata
ini juga merupakan suatu peringatan. Yesus berkata bahwa orang itu
‘tidak jauh’ dari Kerajaan Allah, berarti orang itu belum masuk / ada di
dalam Kerajaan Allah. Jadi, dengan kata-kata ini Yesus ingin mendorong orang itu
supaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak senang melihat seseorang
‘hampir selamat’!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali