(Rungkut
Megah Raya Blok D No 16)
Minggu,
tgl 8 Desember 2013, pk 08.00
Pdt. Budi Asali. M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331 /
0819-455-888-55)
http://golgothaministry.org
KEJADIAN
38:1-30
I) Yehuda berkeluarga (ay 1-5).
1)
Yehuda meninggalkan saudara-saudaranya dan menumpang pada seorang Adulam
yang bernama Hira (ay 1).
Ay
1: “Pada
waktu itu Yehuda meninggalkan saudara-saudaranya dan menumpang pada seorang
Adulam, yang namanya Hira.”.
a)
Dengan demikian Yehuda meninggalkan persekutuan dengan ‘gereja’ (bdk.
Ibr 10:25).
Ibr
10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”.
Penerapan:
Saudara bisa meninggalkan persekutuan dengan ‘gereja’ bukan hanya kalau
saudara bolos ke gereja / berhenti ke gereja, tetapi juga kalau saudara pergi ke
gereja tetapi tidak melakukan persekutuan (pergi ke gereja seperti pergi
ke bioskop).
b)
Yehuda bukan hanya meninggalkan persekutuan dengan ‘gereja’, tetapi
lebih dari itu ia bersekutu dengan orang kafir. Perlu diketahui bahwa orang
Adulam adalah orang Kanaan. Perhatikan juga bahwa ay 12,20 menyebut Hira
sebagai ‘sahabat
Yehuda’.
Bdk.
1Kor 15:33 - “Janganlah
kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”.
Penerapan:
Adalah sesuatu yang aneh bahwa banyak orang kristen (anak Tuhan) yang lebih
senang bersekutu / bersahabat dengan orang kafir (anak setan) dari pada dengan
sesama orang kristen. Orang seperti ini perlu dicurigai imannya!
2)
Yehuda kawin dengan anak perempuan Syua, yang adalah orang Kanaan (ay 2).
Ay
2: “Di
situ Yehuda melihat anak perempuan seorang Kanaan; nama orang itu ialah Syua.
Lalu Yehuda kawin dengan perempuan itu dan menghampirinya.”.
Hubungan
dekat / pergaulan dengan orang Kanaan menyebabkan Yehuda kawin dengan orang
Kanaan (Bdk. Ul 7:1-4 2Kor 6:14).
Ul
7:1-4 - “(1) ‘Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri,
ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa
dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang
Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih
kuat dari padamu, (2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu,
sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama
sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah
engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan
mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka,
ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; (4) sebab
mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari padaKu, sehingga mereka
beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia
akan memunahkan engkau dengan segera.”.
2Kor 6:14
- “Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.
Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”.
Penerapan:
Sekalipun kita memang boleh bergaul dengan orang kafir supaya bisa memberitakan
Injil kepada mereka, tetapi kalau mayoritas pergaulan kita adalah dengan orang
kafir, maka ada kemungkinan besar akan terjadi kawin campur (mungkin kita atau
anak kita yang kawin campur)! Karena itu, kita harus berpikir 12 kali kalau mau:
a)
Tinggal di daerah yang pengaruh agama lainnya sangat kuat.
b)
Menyekolahkan anak kita di sekolah Katolik / negri.
3) Dari
pernikahan ini Yehuda mendapatkan 3 orang anak laki-laki yaitu Er, Onan, dan
Syela (ay 3-5).
II) Yehuda dan
Tamar (ay 6-30).
1)
Yehuda lalu menikahkan anak sulungnya, yaitu Er, dengan seorang perempuan
yang bernama Tamar (ay 6). Tetapi sebelum mereka mempunyai anak, Tuhan
membunuh Er karena Er jahat di hadapan Tuhan (ay 7).
Yehuda lalu memberikan Tamar kepada anak keduanya, yaitu Onan, supaya Er
bisa mendapatkan keturunan darinya (ay 8). Hal ini memang belum ada hukumnya
pada saat itu, tetapi rupanya sudah menjadi tradisi. Pada jaman Musa hal itu
lalu dijadikan hukum (Ul 25:5-dst).
2) Tetapi
Onan tidak mau memberikan keturunan kepada Er dan karena itu setiap kali ia
bersetubuh dengan Tamar, ia membiarkan air maninya terbuang, supaya ia jangan
memberi keturunan kepada kakaknya itu (ay 9).
Ay
9: “Tetapi
Onan tahu, bahwa bukan ia yang empunya keturunannya nanti, sebab itu setiap
kali ia menghampiri isteri kakaknya itu, ia membiarkan maninya
terbuang, supaya ia jangan memberi keturunan kepada kakaknya.”.
Jahatnya tindakan Onan terlihat dari:
a)
Onan sebetulnya tidak rugi apa-apa kalau memberi anak, tetapi toh ia
tidak mau memberi anak.
b)
Pada saat ia melakukan hal itu (menumpahkan air maninya di luar), Tamar
pasti menyadari hal itu, dan Onan pasti tahu bahwa Tamar menyadari hal itu,
tetapi ia tidak sungkan kepada Tamar. Lalu mengapa ia tidak sekalian saja
menolak hubungan sex dengan Tamar? Rupanya ia mau sexnya, tetapi tidak mau
memberi anak! Ini betul-betul egoisme yang luar biasa!
c)
Kata-kata ‘setiap
kali’ (ay 9) menunjukkan bahwa ia melakukan hal itu
berulang kali.
Tindakan
Onan menumpahkan air maninya di luar ini menimbulkan istilah Onani. Dalam Kamus
Webster dikatakan bahwa istilah ‘Onanism’ berasal dari nama Onan dalam Kej
38:9 ini, yang diartikan:
1.
Withdrawal in coition before ejaculation [= penghentian persetubuhan sebelum
penyemburan (air mani)].
2.
Masturbation (= masturbasi).
3)
Tindakan Onan ini dianggap jahat oleh Tuhan sehingga akhirnya Tuhan
membunuh dia juga (ay 10).
Perlu
diketahui bahwa yang dianggap jahat bukanlah tindakan menumpahkan air mani di
luar. Karena itu kalau sepasang suami istri mau mencegah kehamilan dengan cara
ini, itu bukan dosa (tetapi perlu diingat bahwa cara ini tidak efektif untuk
mencegah kehamilan!). Yang dianggap jahat oleh Tuhan adalah ketidak-mauan Onan
untuk memberi keturunan kepada kakaknya.
4) Pada
waktu Onan mati, seharusnya Yehuda memberikan Tamar kepada anak bungsunya, yaitu
Syela.
Tetapi
Yehuda, yang melihat bahwa 2 anaknya mati setelah menikah dengan Tamar,
menganggap bahwa Tamar adalah pembawa sial, dan ia tidak mau memberikan Syela
kepada Tamar.
Belum
cukupnya umur Syela dijadikan alasan oleh Yehuda untuk menyuruh Tamar pulang ke
rumah ayahnya, menunggu Syela besar (ay 11). Tetapi setelah Syela besar,
Yehuda tetap tidak memberikannya kepada Tamar (ay 14b).
Kesalahan
Yehuda adalah:
a)
Percaya pada tahyul.
b)
Yehuda menyalahkan Tamar, padahal 2 anaknya mati karena kesalahan mereka
sendiri.
c)
Yehuda ‘mengikat’ Tamar sehingga ia tidak bisa menikah dengan orang
lain, tetapi ia tidak mau memberikan Syela kepada Tamar.
5) Tamar
yang tahu bahwa Syela sudah besar tetapi tetap tidak diberikan kepadanya, lalu
mengatur siasat. Ia berpura-pura menjadi seorang pelacur dan duduk di tempat
yang akan dilalui Yehuda (ay 14), yang baru kematian istri (ay 12).
Tujuannya adalah untuk mendapat anak dari Yehuda! Jadi pemikirannya adalah:
pokoknya harus dapat anak, kalau tidak bisa dari Syela, dari Yehudapun jadilah!
Mungkin sekaligus ia juga bertujuan untuk membuat Yehuda tahu rasa karena telah
mendustai / menyakiti hatinya.
Calvin:
“This ought carefully to be observed,
that they who are injured should not hastily rush to unlawful remedies”
(= Ini perlu diperhatikan baik-baik, supaya mereka yang disakiti / dirugikan
tidak cepat-cepat lari pada obat yang tidak sah).
6)
Yehuda tidak bisa melihat muka dari Tamar karena telekung / cadar yang
dipakai oleh Tamar, tetapi ia tetap mau melakukan hubungan sex dengan perempuan
itu, tanpa peduli cantik tidaknya perempuan itu (ay 15-16). Ingat bahwa ia
baru kematian istri (ay 12). Tamar menanyakan ‘bayaran’nya (ay 16b),
tetapi tujuan sebenarnya adalah untuk mendapatkan tanggungan / jaminan yang bisa
dijadikan bukti (ay 17-18).
Ay
16-18: “(16) Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang di pinggir
jalan itu serta berkata: ‘Marilah, aku mau menghampiri engkau,’ sebab ia
tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu: ‘Apakah yang
akan kauberikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?’ (17) Jawabnya: ‘Aku
akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari kambing dombaku.’ Kata
perempuan itu: ‘Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau
mengirimkannya kepadaku.’ (18) Tanyanya: ‘Apakah tanggungan yang harus
kuberikan kepadamu?’ Jawab perempuan itu: ‘Cap meteraimu serta kalungmu dan
tongkat yang ada di tanganmu itu.’ Lalu diberikannyalah semuanya itu
kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya.”.
7)
Yehuda lalu mengirimkan ‘bayaran’ yang ia janjikan dengan perantaraan
sahabatnya, orang Adulam itu (ay 20), tetapi ‘pelacur’ itu tidak bisa
dijumpai (ay 20-23).
Ay 20-23:
“(20)
Adapun Yehuda, ia mengirimkan anak kambing itu dengan perantaraan sahabatnya,
orang Adulam itu, untuk mengambil kembali tanggungannya dari tangan perempuan
itu, tetapi perempuan itu tidak dijumpainya lagi. (21) Ia bertanya-tanya di
tempat tinggal perempuan itu: ‘Di manakah perempuan jalang, yang duduk tadinya
di pinggir jalan di Enaim itu?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada di sini perempuan
jalang.’ (22) Kembalilah ia kepada Yehuda dan berkata: ‘Tidak ada kujumpai
dia; dan juga orang-orang di tempat itu berkata: Tidak ada perempuan jalang di
sini.’ (23) Lalu berkatalah Yehuda: ‘Biarlah barang-barang itu dipegangnya,
supaya kita jangan menjadi buah olok-olok orang; sungguhlah anak kambing itu
telah kukirimkan, tetapi engkau tidak menjumpai perempuan itu.’”.
Hal yang perlu diperhatikan di sini:
a)
Yehuda memang malu kalau sampai menjadi ‘buah olok-olok orang’ (ay
23b), tetapi ia tidak merasa malu bahwa sahabatnya tahu ia telah berzinah! Jelas
bahwa ia juga tidak malu / takut kepada Tuhan!
b)
Hiram juga kelihatan kebrengsekannya karena ia mau dimintai tolong untuk
memberikan bayaran kepada seorang pelacur.
8)
Yehuda mendengar bahwa Tamar mengandung, dan ia menuntut supaya Tamar
dihukum mati dengan dibakar (ay 24).
Ay 24:
“Sesudah
kira-kira tiga bulan dikabarkanlah kepada Yehuda: ‘Tamar, menantumu,
bersundal, bahkan telah mengandung dari persundalannya itu.’ Lalu kata Yehuda:
‘Bawalah perempuan itu, supaya dibakar.’”.
Yehuda
menuntut hukuman mati untuk menantunya yang berzinah, padahal ia sendiri juga
berzinah! Dan pada waktu terbukti bahwa ialah yang berzinah dengan Tamar,
mengapa ia tidak mempertahankan hukuman mati itu?
Penerapan:
Ini menunjukkan bahwa kita cenderung untuk keras terhadap kesalahan orang lain,
tetapi lunak / penuh belas kasihan terhadap kesalahan kita sendiri.
Bdk.
Mat 7:1-5 - “(1)
‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan
penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang
kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau
melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau
ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku
mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5)
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan
melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
9) Tetapi
Tamar lalu menunjukkan ‘tanggungan’ dari laki-laki yang menghamilinya, dan
ternyata itu adalah barang milik Yehuda (ay 25-26a).
Ay
25-26: “(25) Waktu dibawa, perempuan itu menyuruh orang kepada mertuanya
mengatakan: ‘Dari laki-laki yang empunya barang-barang inilah aku
mengandung.’ Juga dikatakannya: ‘Periksalah, siapa yang empunya cap meterai
serta kalung dan tongkat ini?’ (26) Yehuda memeriksa barang-barang itu, lalu
berkata: ‘Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku
tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.’ Dan ia tidak bersetubuh lagi
dengan perempuan itu.”.
Pengakuan
Yehuda dan juga tindakannya untuk tidak lagi bersetubuh dengan Tamar (ay 26b)
menunjukkan pertobatan Yehuda.
10)
Tamar melahirkan anak kembar yaitu Peres dan Zerah (ay 27-30).
Ay
27-30: “(27) Pada waktu perempuan itu hendak bersalin, nyatalah ada anak
kembar dalam kandungannya. (28) Dan ketika ia bersalin, seorang dari anak itu
mengeluarkan tangannya, lalu dipegang oleh bidan, diikatnya dengan benang
kirmizi serta berkata: ‘Inilah yang lebih dahulu keluar.’ (29) Ketika anak
itu menarik tangannya kembali, keluarlah saudaranya laki-laki, dan bidan itu
berkata: ‘Alangkah kuatnya engkau menembus ke luar,’ maka anak itu dinamai
Peres. (30) Sesudah itu keluarlah saudaranya laki-laki yang tangannya telah
berikat benang kirmizi itu, lalu kepadanya diberi nama Zerah.”.
Pengikatan
dengan benang kirmizi terhadap bayi yang tangannya keluar dulu, menunjukkan
pentingnya kesulungan pada jaman itu!
III) Tujuan dan
pentingnya Kej 38.
1)
Mengapa cerita ini harus diletakkan di sini, menginterupsi cerita Yusuf
yang dimulai dalam Kej 37?
a)
Karena chronologynya
(urut-urutan waktunya) memang begitu.
Ada
yang tidak menyetujui hal ini dengan alasan bahwa selang waktu antara Yusuf
dijual ke Mesir dan pindahnya Yakub sekeluarga ke Mesir tidak cukup untuk
dimasuki Kej 38 ini.
Untuk
itu mari kita melihat penjelasan di bawah ini:
1. Yakub
pindah ke Mesir sekitar 22 tahun setelah Yusuf dijual.
Cara
mendapatkan bilangan ini adalah sebagai berikut: Yusuf dijual pada usia 17 tahun
(37:2), dan ia menghadap Firaun pada usia 30 tahun (41:46). Yakub dan
keluarganya pindah ke Mesir 9 tahun setelah Yusuf menghadap Firaun (7 tahun
kelimpahan dan 2 tahun kekurangan telah lewat - 41:53 & 45:6,11). Jadi pada saat Yakub pindah ke Mesir, Yusuf
berusia 39 tahun, atau 22 tahun setelah ia dijual ke Mesir.
2. Apakah
Kej 38 ini bisa terjadi dalam jangka waktu 22 tahun ini?
Kalau Yehuda kawin
langsung setelah Yusuf dijual, maka dalam 1 tahun ia sudah bisa mendapatkan Er,
dan dalam 4 tahun ia sudah bisa mendapatkan 3 anak laki-lakinya. Kalau Er
menikah dalam usia 15 tahun, dan 1 tahun berikutnya Onan mengawini Tamar, maka
ini baru mencapai tahun ke 17. Waktu 5 tahun yang tersisa cukup untuk kelahiran
anak kembar Yehuda dan Tamar, dan juga untuk 2 x perjalanan Yehuda ke Mesir
dalam Kej 42,43.
3. Satu-satunya
‘ganjelan’ yang tidak memungkinkan chronology
ini adalah bahwa dalam Kej 46:8-12 dikatakan bahwa cucu-cucu Yehuda /
anak-anak Peres, yaitu Hezron dan Hamul, termasuk keturunan Yakub yang datang ke
Mesir. Mengapa? Karena tak ada waktu dalam 22 tahun itu untuk kelahiran
cucu-cucu Yehuda di Kanaan. Untuk memecahkan ini bisa ditafsirkan bahwa Kej
46:12b yang berbunyi ‘dan
anak-anak Peres ialah Hezron dan Hamul’
merupakan suatu keterangan tambahan, tapi tidak berarti bahwa mereka termasuk
keturunan Yakub yang pindah ke Mesir.
Catatan:
Perlu diingat bahwa kalaupun diambil pandangan bahwa Kej 38 terjadi sebelum
penjualan Yusuf ke Mesir (Kej 37), tetap belum memungkinkan kelahiran
cucu-cucu Yehuda di Kanaan, mengingat Yehuda lebih tua dari Yusuf paling banyak
3-4 tahun (lihat penjelasan dari Kej 30).
b)
Untuk mengkontraskan kejahatan Yehuda dengan kebaikan / kesalehan Yusuf,
yang justru menolak perzinahan dengan istri Potifar (Kej 39).
c)
Supaya bisa terasa berlalunya waktu sementara Yusuf ada di rumah Potifar
(37:36 39:1-dst).
2)
Kelahiran Peres dari Yehuda dan Tamar ini penting karena Peres ini
akhirnya menurunkan Kristus (bdk. Mat 1:3
Luk 3:33). Diceritakannya skandal dan kebrengsekan Yehuda dalam
Kitab Suci menunjukkan:
a)
Kitab Suci tidak diedit / diubah oleh para ahli Taurat, seperti yang
dituduhkan oleh orang-orang agama lain!
Kalau
memang Kitab Suci diedit, maka pastilah bagian yang menceritakan tindakan
memalukan dari nenek moyang mereka ini (juga pembunuhan dan perampokan oleh
Simeon dan Lewi dalam Kej 34, dan incest
Ruben dengan Bilha dalam Kej 35:22) akan mereka hapuskan.
b)
Dengan demikian terlihat bahwa Yehuda dipilih untuk menurunkan Kristus,
bukan karena ia baik tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah!
Calvin:
“It was fitting that the race from
which he sprang should be dishonoured by reproaches, that we, being content with
him alone, might seek nothing besides him” (= Adalah cocok bahwa suku dari mana Ia
keluar dinodai dengan celaan, supaya kita puas hanya dengan Dia, dan tidak
mencari apapun selain Dia).
-AMIN-
e-mail us at [email protected]
http://golgothaministry.org