(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu, tgl 11 April 2010, pk 17.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
Yak 5:1-6 - “(1) Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya,
menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! (2)
Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! (3) Emas dan
perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan
akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada
hari-hari yang sedang berakhir. (4) Sesungguhnya telah terdengar teriakan
besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil
ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang
menyabit panenmu. (5) Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di
bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. (6)
Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat
melawan kamu”.
Bagian
ini jelas sekali menyerang orang-orang kaya. Tetapi perlu diingat bahwa Kitab
Suci tidak menyerang semua orang kaya. Dalam Luk 16:19-31 memang
dikatakan bahwa Lazarus yang miskinlah yang masuk ke surga, sedangkan orang
kayanya masuk ke neraka (itupun karena Lazarusnya beriman dan orang kayanya
tidak). Tetapi juga dikatakan dalam bagian itu bahwa di surga juga ada Abraham
yang juga adalah orang kaya.
Jadi,
kalau saudara adalah orang kaya, jangan cepat-cepat tersinggung pada waktu
mendengar / membaca / mempelajari bagian ini. Tetapi sebaliknya, juga jangan
cepat-cepat mengabaikan bagian ini dan beranggapan bahwa bagian ini tidak
menyerang saudara.
Dalam
bagian ini Yakobus mengecam dosa-dosa tertentu dari orang-orang kaya pada saat
itu, dan kalau dosa-dosa itu ada pada saudara, maka saudara termasuk orang
yang dikecam / diserang oleh Yakobus!
Bible
Knowledge Commentary: “The
rich people, so often the object of envy, were the object of James’ scorn and
condemnation” (= Orang-orang kaya, yang begitu
sering merupakan obyek dari iri hati, adalah obyek dari cemoohan dan kecaman
dari Yakobus).
The
Biblical Illustrator (New Testament): “The
three most important things about a man’s wealth are these: How it was
obtained; how it was enjoyed; how it is used” (= Tiga
hal terpenting tentang kekayaan seseorang adalah: Bagaimana mendapatkannya;
bagaimana menikmatinya; bagaimana menggunakannya).
1)
Mengumpulkan harta pada hari-hari terakhir.
Ay
3: “Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian
terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan
harta pada hari-hari yang sedang berakhir”.
a)
Yang dimaksud dengan ‘mengumpulkan
harta / uang’ di sini tidak sama dengan bekerja mencari nafkah! Kitab Suci
mengharuskan kita bekerja untuk mencari nafkah.
2Tes 3:10
- “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan
ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.
Kej 3:17-19
- “(17) Lalu firmanNya kepada manusia itu: ‘Karena engkau mendengarkan
perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan
kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau;
dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
(18) semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; (19) dengan berpeluh engkau
akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi
debu.’”.
Dan
karena itu, bekerja mencari nafkah jelas bukan dosa, bahkan merupakan sesuatu
yang harus dilakukan. bukanlah dosa. Bahkan kalau kita bekerja untuk
mengumpulkan uang untuk tujuan tertentu (yang bisa dipertanggung-jawabkan),
seperti ingin membeli rumah dsb, itu tentu tidak bisa disalahkan! Yang dikecam
oleh Yakobus di sini adalah orang yang mengumpulkan harta / uang, demi harta
itu sendiri. Jadi harta adalah tujuan akhir dari orang itu. Ini adalah cinta
uang / harta dan ini adalah dosa.
1Tim 6:10
- “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu
uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka”.
Mat 6:19-21
- “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan
karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak
merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana
hartamu berada, di situ juga hatimu berada”.
Amsal
23:4 - “Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini”.
b)
Yang dimaksud dengan harta belum tentu berbentuk uang.
Ay
2-3: “(2) Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan
ngengat! (3) Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi
kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah
mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir”.
Dalam
ay 2-3 ada kata ‘busuk’ yang jelas menunjuk pada makanan (gandum, jagung); juga
disebut tentang ‘pakaian’ karena
pada saat itu harta memang sering ada dalam bentuk pakaian; dan juga disebutkan
tentang ‘emas dan perak’. Karena
itu kalau saudara tidak menimbun uang, tetapi menimbun mobil, rumah / tanah,
permata / perhiasan, dsb, maka itu termasuk menimbun harta juga!
c)
Orang-orang kaya itu mengumpulkan uang pada hari-hari terakhir.
Ay 3:
‘hari-hari yang sedang berakhir’.
Ini salah terjemahan.
NIV/NASB:
in the last days (= pada hari-hari
terakhir).
Sebetulnya
hari-hari terakhir adalah saat dimana manusia harus lebih mendekat kepada Tuhan,
bersiap sedia menghadapi kedatangan Kristus yang keduakalinya, menyucikan
dirinya, melayani Tuhan, belajar Firman Tuhan, berdoa dan sebagainya.
Ibr 10:24-25
- “(24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. (25) Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat”.
Tetapi
orang-orang kaya ini justru menimbun harta untuk dirinya sendiri pada hari-hari
terakhir!
2)
Menahan upah buruh (ay 4).
Ay
4: “Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu
tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga
Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu”.
Bdk.
Ul 24:14-15 - “(14) Janganlah engkau memeras pekerja harian yang miskin
dan menderita, baik ia saudaramu maupun seorang asing yang ada di negerimu,
di dalam tempatmu. (15) Pada hari itu juga haruslah engkau membayar upahnya
sebelum matahari terbenam; ia mengharapkannya, karena ia orang miskin;
supaya ia jangan berseru kepada TUHAN mengenai engkau dan hal itu menjadi dosa
bagimu”.
Dalam
Ul 24:14-15 terdapat:
a)
Larangan memeras buruh / pekerja.
b)
Perintah untuk membayar upah buruh tepat pada waktunya, karena sebagai
orang miskin ia mengharapkan dan membutuhkan uang itu.
Tetapi
orang-orang kaya ini tidak mempedulikan hukum Tuhan, dan mereka menahan upah
buruh. Ada penafsir yang mengatakan bahwa kata ‘menahan upah’ di sini bukan
sekedar terlambat memberi upah, tetapi tidak memberi / membayar upah buruh itu
(The Bible Exposition Commentary: New Testament).
Bdk.
Yer 22:13 - “Celakalah dia yang membangun istananya berdasarkan
ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman, yang mempekerjakan sesamanya
dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya”.
Jadi,
dalam usaha mereka untuk menjadi lebih kaya, mereka tidak segan-segan menindas
dan merugikan orang lain / buruh mereka. Mereka berusaha mendapatkan harta
dengan cara yang tidak adil dan tidak halal.
Penerapan:
1.
Apakah saudara sering terlambat membayar gaji pegawai / pembantu saudara?
Dan apakah saudara memperhitungkan bahwa dengan gaji itu pegawai saudara itu
bisa hidup layak? Jangan hanya memperhatikan standard gaji, tetapi perhatikan
juga hukum kasih kepada sesama manusia!
2.
Apakah dalam usaha saudara untuk menjadi lebih kaya, saudara sering
merugikan orang lain? Apakah dalam berdagang saudara berusaha menghancurkan
saingan saudara?
Sebetulnya,
berdasarkan Yak 4:17, orang kaya yang tidak menolong orang miskin /
menderita, sudah dianggap berdosa. Apalagi mereka yang bukan hanya tidak
menolong, tetapi bahkan menindas! Sebaliknya dari menindas, orang kaya yang
beriman dan saleh, seharusnya menggunakan miliknya untuk memuliakan Allah dan
menolong orang lain, khususnya saudara-saudara seimannya. Perhatikan beberapa
kutipan berkenaan dengan hal ini.
Thomas
Aquinas: “Man
should not consider his outward possessions as his own, but as common to all, so
as to share them without hesitation when others are in need” (= Manusia
tidak boleh menganggap harta / milik lahiriahnya sebagai miliknya sendiri,
tetapi umum bagi semua, sedemikian rupa sehingga membagikan miliknya tanpa
ragu-ragu pada waktu orang lain ada dalam kebutuhan)
- ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 494.
Houston
(Texas) Times, All-Church Press:
“Use
everything as if it belongs to God. It does. You are His steward”
(= Gunakan segala sesuatu seakan-akan itu adalah milik
Allah. Itu memang milik Allah. Engkau adalah pengurusNya)
- ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 495.
Dorothy
Dix: “Make
no mistake about it, responsibilities toward other human beings are the greatest
blessings God can send us” (= Jangan salah
tentang hal ini, tanggung jawab terhadap orang-orang lain merupakan berkat
terbesar yang bisa Allah kirimkan kepada kita) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 59.
Heinrich
Heine: “Money
spent on myself may be a millstone about my neck; money spent on others may give
me wings like the angels” (= Uang yang dihabiskan
/ digunakan untuk diriku sendiri bisa seperti sebuah batu kilangan di sekeliling
leherku; uang yang dihabiskan / digunakan untuk orang-orang lain bisa memberiku
sayap seperti malaikat-malaikat) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 463.
Billy
Graham:
“God has given us two hands - one to receive with and the other to give
with. We are not cistern made for hoarding; we are channels made for sharing”
(= Allah
telah memberi kita dua tangan - satu digunakan untuk menerima dan yang lain
untuk memberi. Kita bukanlah tangki / bak air yang dibuat untuk menimbun; kita
adalah saluran yang dibuat untuk membagikan) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 241.
William
Penn:
“Do good with what thou hast; or it will do thee no good” (= Lakukanlah
yang baik dengan apa yang engkau miliki; atau itu tidak melakukan apapun yang
baik bagimu) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 243.
Richard
Braunstein:
“It is possible to give without loving, but it is impossible to love
without giving” (= Adalah mungkin untuk memberi tanpa mengasihi, tetapi adalah tidak mungkin
untuk mengasihi tanpa memberi) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 240.
Anonymous:
“Charity is injurious unless it helps the recipient to become
independent of it” (= Amal
itu merugikan / berbahaya kecuali itu menolong si penerima untuk menjadi tidak
tergantung padanya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 69.
3)
Hidup berfoya-foya (ay 5).
Ay 5:
“Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah
memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan”.
Kitab
Suci memang tidak menyuruh kita untuk hidup sebagai pertapa. Kitab Suci tidak
melarang kita untuk berpesta / bersenang-senang. Tetapi orang kaya di sini,
melakukannya secara kelewat batas. Mereka berpesta pora dan memuaskan hati
mereka setiap hari.
Kata-kata
‘hari penyembelihan’ menunjuk
pada hari raya orang Yahudi (semacam Thanksgiving
Day di Amerika), dimana mereka menyembelih binatang, sebagian dagingnya
untuk korban dan sebagian lagi untuk dimakan dalam pesta. Orang-orang kaya ini
hidup seakan-akan setiap hari adalah hari penyembelihan.
Bdk.
Luk 21:34 - “‘Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta
pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan
jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”.
Penerapan:
Apakah saudara termasuk orang yang hidup berfoya-foya dan senang menghamburkan
uang tanpa penguasaan diri? Bertobatlah dan gunakan uang itu untuk hal-hal yang
lebih memuliakan Tuhan.
4)
Menghukum dan membunuh orang benar (ay 6).
Ay
6: “Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia
tidak dapat melawan kamu”.
Ada
2 faktor yang memberatkan kesalahan mereka:
a)
Yang dihukum dan dibunuh adalah ‘orang
yang benar’.
Tentang
siapa yang dimaksud dengan ‘orang yang
benar’ di sini, ada yang mengatakan Yesus, Yohanes Pembaptis, Stefanus,
atau orang kristen.
b)
Yang dibunuh tidak melawan, karena memang tidak dapat melawan.
The
Bible Exposition Commentary: New Testament (tentang Yak 5:6):
“‘What
is the Golden Rule?’ asked a character in a comic strip. His friend answered,
‘Whoever has the gold makes the rules!’” (= ‘Apa
Peraturan Emas itu?’ tanya seorang pemeran dalam suatu potongan komik.
Temannya menjawab, ‘Siapapun yang mempunyai emas adalah yang membuat
peraturan!’).
Catatan:
Yang disebut ‘Golden Rule’ (=
Peraturan Emas) adalah Mat 7:12a - “‘Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”.
Ini
lelucon, tetapi juga merupakan fakta dimana-mana. Orang kaya berkuasa, dan bisa
berbuat apa saja, termasuk melanggar hukum, dan menindas, dan bahkan membunuh
orang miskin yang tidak bersalah!
Renungkan:
Seringkah saudara menindas / berlaku sewenang-wenang terhadap orang yang miskin?
Ay 4
diterjemahkan secara kurang benar oleh Kitab Suci Indonesia.
Ay
4: “Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu
tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga
Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu”.
Bandingkan
dengan terjemahan NIV di bawah ini.
NIV:
‘Look! The wages you failed to pay the
workmen who mowed your fields are crying out against you. The cries
of the harvesters have reached the ears of the Lord Almighty’ (= Lihat!
Upah yang tidak engkau bayarkan kepada pekerja-pekerja yang memotong ladangmu berteriak
menentang engkau. Teriakan dari para penuai telah mencapai telinga Tuhan
yang mahakuasa).
Jadi
dalam terjemahan NIV ini terlihat bahwa ada 2 teriakan (hal ini tidak terlihat
dalam Kitab Suci Indonesia):
a)
Teriakan dari upah yang tidak dibayar.
Ini
jelas bukan teriakan sungguh-sungguh, tetapi suatu kiasan yang artinya adalah
bahwa Allah melihat ketidak-adilan itu. Bandingkan dengan teriakan darah Habil
dalam Kej 4:10 - “FirmanNya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah
adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah”.
Ini
menunjukkan bahwa sekalipun orang yang ditindas itu tidak berteriak kepada
Allah, tetapi Allah tetap melihat penindasan itu.
b)
Teriakan dari buruh yang tertindas.
Ini
teriakan yang sungguh-sungguh, karena para buruh yang tertindas itu berteriak
kepada Allah dalam doa, dan Allah mendengar doa mereka.
Dua
hal ini menyebabkan Allah bertindak terhadap orang-orang kaya itu. Apa tindakan
Allah?
1)
Memberi kesengsaraan kepada orang-orang kaya itu.
Ay
1: “Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah
atas sengsara yang akan menimpa kamu!”.
Jangan
mengira bahwa orang kaya tidak bisa sengsara! Mereka bisa mengalami
ketidak-damaian, kegelisahan, kekuatiran, kekosongan dalam hati, kesumpekan,
stress karena pekerjaan, penyakit dan macam-macam problem yang lain.
2)
Menghancurkan kekayaan mereka.
Ay
2-3: “(2) Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! (3)
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap
kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada
hari-hari yang sedang berakhir”.
Kalau
setan bisa menghancurkan harta dan anak-anak Ayub dalam 1 hari, maka Allah pasti
lebih berkuasa untuk menghancurkan harta dari orang-orang kaya itu.
Kata-kata
‘busuk’, ‘ngengat’,
dan ‘karat’ menunjukkan bahwa Allah bisa menghancurkan kekayaan
mereka dengan bermacam-macam cara. Dan kalau dikatakan bahwa emas dan perak
mereka berkarat, ini tidak berarti bahwa Kitab Suci betul-betul mempercayai
bahwa emas dan perak bisa berkarat. Artinya adalah bahwa bagaimanapun hebatnya
pengamanan mereka terhadap harta mereka, Allah bisa menghancurkannya! Karena
itu kalau saudara menyimpan uang saudara di bank (bank luar negeri sekalipun!),
atau menyimpannya dalam bentuk emas dan permata, atau menyimpannya dalam bentuk
US $, atau menyimpannya dalam bentuk rumah atau tanah, atau menyimpannya
dengan cara apapun yang saudara anggap paling aman, ingatlah bahwa kalau Allah
mau, Ia tetap bisa menghancurkannya dalam sekejap mata!
Kehancuran
kekayaan mereka adalah penderitaan yang terhebat bagi orang-orang yang cinta
uang! Mungkin mula-mula hal ini hanya menimbulkan penderitaan batin, tetapi lalu
bisa menjadi penderitaan jasmani, seperti pusing, sakit jantung, tekanan darah
tinggi, sakit maag, dsb. Ini ditunjukkan oleh ay 3b yang berkata ‘karatnya
akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti
api’.
Sebetulnya
bagian ini tidak ditujukan kepada orang-orang kaya, tetapi kepada orang-orang
miskin yang tertindas. Calvin mengatakan bahwa bagian ini bukanlah suatu seruan
untuk bertobat bagi orang-orang kaya itu. Calvin menafsirkan bahwa kata-kata ‘menangis
dan merataplah’ dalam ay 1, artinya bukan ‘bertobatlah’, tetapi ‘celakalah’.
Alasan Calvin: dalam ay 1 dikatakan ‘atas
sengsara yang akan menimpa kamu’, bukan ‘supaya sengsara tidak menimpa kamu’.
Kalau
demikian, apa artinya bagian ini untuk orang miskin yang tertindas?
1)
Janganlah menginginkan nasib orang kaya.
Ada
banyak orang kristen miskin yang iri hati melihat nasib orang kafir yang kaya.
Kalau saudara adalah orang yang seperti ini, bacalah dan renungkanlah Maz 73!
Ada
banyak orang miskin, yang menderita karena kemiskinannya, dan berangan-angan
untuk menjadi kaya, karena mereka mengira bahwa kalau mereka menjadi kaya maka
pasti semua penderitaan mereka akan beres.
Bagi
banyak orang, kaya atau miskin, uang adalah hal yang terpenting, yang bisa
memberikan segala sesuatu kepada mereka. Tetapi apakah uang adalah hal yang
terpenting? Dan apakah uang bisa memberikan segala sesuatu? Mari kita perhatikan
beberapa kutipan di bawah ini.
What
money cannot buy.
“Money
will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite;
finery but not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries
but not culture; amusements but not happiness; religion but not salvation; a
passport to everywhere but heaven”
(= Uang bisa membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli
tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi tidak nafsu makan; pakaian
bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi tidak suasana rumah yang
menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan; barang-barang lux / kemewahan tetapi
tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak
keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali ke surga).
The
Bible Exposition Commentary: New Testament:
“It
is good to have the things that money can buy, provided you also have the things
that money cannot buy. What good is a $500,000 house if there is no home? Or a
million-dollar diamond ring if there is no love?” (= Adalah
baik untuk mempunyai hal-hal yang bisa dibeli dengan uang, asal engkau juga
mempunyai hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Apa bagusnya sebuah rumah
seharga 500.000 dilar jika di sana tidak ada suasana rumah yang baik? Atau
sebuah cincin berlian segarga 1 juta dolar jika di sana tidak ada cinta?).
The
Biblical Illustrator (New Testament): “A
philosopher has said, ‘Though a man without money is poor, a man with nothing
but money is still poorer.’” (= Seorang ahli
filsafat pernah mengatakan: ‘Sekalipun seseorang tanpa uang adalah miskin,
seseorang tanpa apapun kecuali uang adalah lebih miskin’.).
Pulpit
Commentary: “Men who sacrifice everything for money soon find that they have lost
things which money cannot buy” (= Orang-orang
yang mengorbankan segala sesuatu untuk uang akan segera mendapati bahwa mereka
telah kehilangan hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang) - 2Raja
1:1-18, hal 9.
George
Horace Lorimer: “It’s
good to have money and the things that money can buy, but it’s good, too, to
check up once in a while and make sure that you haven’t lost the things that
money can’t buy” (= Adalah baik untuk mempunyai
uang dan hal-hal yang bisa dibeli dengan uang, tetapi juga baik untuk
kadang-kadang mengecheck dan memastikan bahwa engkau tidak kehilangan hal-hal
yang tidak bisa dibeli dengan uang) -
‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 463.
The
will of Patrick Henry:
“I
have now disposed of all my property to my family; there is one thing more I
wish I could give them, and that is the Christian religion. If they had this,
and I had not given them one shilling, they would be rich; but if they had not
that, and I have given them all the world, they would be poor” (= Sekarang
aku telah memberikan semua milikku kepada keluargaku; ada satu hal lagi yang aku
berharap bisa memberikannya kepada mereka, dan itu adalah agama Kristen. Jika
mereka mempunyai ini, dan aku tidak memberikan mereka satu senpun, mereka adalah
orang kaya; tetapi jika mereka tidak mempunyai ini, dan aku memberikan seluruh
dunia kepada mereka, mereka adalah orang miskin) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotations’, hal 497.
Benjamin
Franklin: “Money never made a man happy yet, nor will it. There is nothing in
its nature to produce happiness. The more a man has, the more he wants. Instead
of its filling a vacuum, it makes one. If it satisfies one want, it doubles and
trebles that want another way. That was a true proverb of a wise man, rely upon
it: ‘Better is little with the fear of the Lord, than great treasure, and
trouble therewith’” (= Uang tidak pernah dan
tidak akan membuat orang berbahagia. Dalam uang tidak ada apapun yang
menghasilkan kebahagiaan. Makin banyak yang dimiliki seseorang, makin banyak
yang ia inginkan. Bukannya mengisi kekosongan tetapi sebaliknya uang membuat
suatu kekosongan. Jika uang memuaskan suatu kebutuhan, maka uang lalu
melipatgandakan kebutuhan itu dengan cara lain. Ini adalah amsal yang benar dari
orang yang bijaksana: ‘Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan
TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan’) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 462-463.
Catatan:
bagian terakhir itu dikutip dari Amsal 15:16.
Martin
Luther:
“Riches are the least worthy gifts which God can give man. What are they
to God’s word, to bodily gifts, such as beauty and health, or to the gifts of
the mind, such as understanding, skill, wisdom! Yet men toil for them day and
night, and take no rest. Therefore God commonly gives riches to foolish people,
to whom he gives nothing else” (= Kekayaan adalah pemberian / karunia yang bernilai paling
rendah yang Allah bisa berikan kepada manusia. Apakah kekayaan itu dibandingkan
dengan Firman Allah, pemberian / karunia yang berkenaan dengan tubuh, seperti
kecantikan dan kesehatan, atau dibandingkan dengan pemberian / karunia pikiran,
seperti pengertian, keahlian, hikmat! Tetapi manusia berjerih payah untuk
kekayaan siang dan malam, dan tidak beristirahat. Karena itu Allah biasanya
memberi kekayaan kepada orang-orang tolol, kepada siapa Ia tidak memberikan
apapun yang lain) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 242.
Matthew
Henry:
“There is a burden of care, in getting riches; fear in keeping them;
temptation in using them; guilt in abusing them; sorrow in losing them; and a
burden of account at last to be given concerning them” (= Ada suatu beban kekuatiran, dalam
mendapatkan kekayaan; ketakutan dalam mempertahankan / menyimpan mereka;
pencobaan dalam menggunakan mereka; kesalahan dalam menyalah-gunakan mereka;
kesedihan dalam kehilangan mereka; dan suatu beban pertanggung-jawaban pada
akhirnya diberikan berkenaan dengan mereka) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 571.
Seseorang
memberikan komentar tentang uang / harta sebagai berikut: “Prize them less; when you possess them, let them not possess you”
(= Hargailah mereka lebih rendah; kalau engkau memiliki
mereka, jangan biarkan mereka memiliki engkau).
William
Blake:
“Since all the riches of this world, May be gifts from the devil and
earthly kings, I should suspect that I worshipped the devil, If I thanked my God
for worldly things” (= Karena semua kekayaan dari dunia ini, Bisa merupakan
pemberian dari setan dan raja-raja duniawi, Aku harus mencurigai bahwa aku
menyembah setan, Jika aku berterima kasih kepada Allahku untuk hal-hal duniawi)
- ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 570.
Karena
itu tinggalkan keinginan untuk menjadi kaya dan kalau saudara berdoa, berdoalah
seperti Amsal 30:8-9 yang berbunyi: “(8)
Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati
makanan yang menjadi bagianku. (9) Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak
menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri,
dan mencemarkan nama Allahku”.
2)
Pada saat ditindas, ada 2 hal yang perlu saudara ingat:
a)
Bukanlah hal yang aneh kalau orang yang hidup benar itu mengalami
penindasan (bdk. ay 6).
Seseorang
bahkan mengatakan: “I would suspect him not to be
Abel that hath not Cain” (= Aku akan
mencurigainya bukan sebagai Habil kalau ia tidak mempunyai Kain).
b)
Percayalah bahwa Allah melihat ketidakadilan itu (bdk. ay 4a) dan
bahwa Allah yang adil itu pasti akan bertindak pada waktuNya.
3)
Berdoalah dan percayalah bahwa Allah mendengar doa saudara (bdk. ay 4b).
Dalam
ay 4 Allah disebut dengan istilah ‘Tuhan
semesta alam’, yang dalam bahasa Yunani adalah KURIOU SABAOTH (Ibrani:
YAHWEH TSEBAOTH), dan dalam bahasa Inggris adalah The
Lord of hosts / army. Ini menunjukkan Allah sebagai penguasa seluruh alam
semesta dan sebagai panglima balatentara surga (malaikat).
Kepada
Allah yang seperti itulah kita berdoa, bukan kepada Allah yang tidak bisa
berbuat apa-apa! Karena itu percayalah bahwa Ia mendengar doa saudara dan akan
menolong saudara!
Maukah
saudara melakukan ke 3 hal ini?
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali