(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Rabu, tgl 27 April 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan
suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’
Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
Mat 27:50 - “Yesus berseru pula dengan suara
nyaring lalu menyerahkan nyawaNya”.
Mark 15:37 - “Lalu berserulah Yesus dengan
suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya (EXEPNEUSEN)”.
Yoh 19:30 - “Sesudah Yesus meminum anggur
asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya
dan menyerahkan nyawaNya”.
‘nyawa’ (Mat 27:50 Luk 23:46a
Yoh 19:30) ®
‘roh’ (Yunani: PNEUMA).
‘menyerahkan nyawaNya’
(Mark 15:37 Luk 23:46b) ®
EXEPNEUSEN.
EXEPNEUSEN ®
EKPNEO ® PNEUMA.
1) Ada 7 kalimat yang Yesus ucapkan di kayu salib.
Jamieson, Fausset & Brown: pasti ada
sesuatu yang sangat menyolok dalam fakta bahwa Tuhan kita mengucapkan pada kayu
salib persis 7 kalimat - bilangan yang seluruh Kitab Suci ajarkan kepada kita
untuk dianggap sebagai bilangan yang keramat dan sempurna; dan pada waktu kita
memperhatikan bahwa dari Empat Penginjil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes)
tidak seorangpun yang melaporkan seluruhnya, tetapi setiap orang dari mereka
memberikan beberapa / sebagian dari 7 kalimat itu, kita tidak bisa tidak melihat
pada mereka - bersama Bengel - sebagai 4 suara yang bersama2 membentuk satu
Simfoni yang besar / agung.
2) Kalimat ini merupakan bagian dari Kitab Suci (Perjanjian Lama).
Maz 31:6
- “Ke dalam tanganMulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku,
ya TUHAN, Allah yang setia”.
Matthew
Henry: Ia
meminjam kata2 ini dari nenek moyangNya, Daud (Maz 31:6); bukan bahwa Ia butuh
kata2 untuk diletakkan ke dalam mulutNya, tetapi Ia memilih untuk menggunakan
kata2 Daud untuk menunjukkan bahwa adalah Roh Kristus yang bersaksi dalam nabi2
PL, dan bahwa Ia datang untuk menggenapi Kitab Suci. Kristus mati dengan Kitab
Suci di mulutNya. Demikianlah Ia mengarahkan kita untuk menggunakan bahasa /
kata2 dari Kitab Suci dalam berbicara kepada Allah.
Barnes:
ini tidak membuktikan bahwa mazmur itu dari semula mempunyai hubungan
dengan Dia, atau bahwa Ia memaksudkan untuk menunjukkan bahwa kata-kata itu dari
semula merupakan suatu nubuat. Bahasa / kata2 itu cocok bagi Dia, seperti
itu cocok bagi semua orang lain pada saat kematian; dan penggunaan kata2 ini
olehNya memberikan ilustrasi tertinggi tentang kecocokan kata2 itu pada saat
itu. Tindakan dari si pemazmur merupakan tindakan dari keyakinan yang kuat
kepada Allah di tengah2 bahaya dan kesukaran; tindakan dari sang Juruselamat
merupakan tindakan yang sifatnya sama, menyerahkan rohNya kepada Allah pada saat
yang khidmat dari kematian.
Perbedaan
Daud dan Yesus, dalam mengucapkan kata2 ini:
a)
Yesus menambahkan kata ‘Bapa’, yang tidak ada dalam Maz 31:6.
b)
Daud mengucapkan kata2 itu supaya ia luput dari kematian. Kristus
mengucapkan kata-kata itu bukan supaya diluputkan dari kematian.
c)
Daud mengucapkan kata-kata itu pada saat ia sedang ada dalam kesukaran.
Kristus mengucapkan kata-kata itu, setelah kesukaran yang Ia alami lewat.
Lenski:
Karena itu, kecocokan kata2 Daud pada pihak Yesus harus dimengerti hanya
dalam arti yang terbatas, dan tidak boleh ditekankan melebihi batasan yang
sempit ini.
1)
Ayat2 di atas mengatakan bahwa Yesus ‘menyerahkan nyawa / rohNya’.
a) KematianNya merupakan tindakan aktif.
Kata2
Yesus berbeda dengan kata2 Stefanus: “Tuhan Yesus, terimalah
rohku” (Kis 7:59).
Arthur
W. Pink: Keunikan
dari tindakan Tuhan kita bisa terlihat dengan membandingkan kata2Nya di kayu
salib dengan kata2 dari Stefanus yang sedang sekarat. Pada waktu martir Kristen
pertama itu sampai di tepi sungai, ia berseru: ‘Tuhan Yesus, terimalah
rohku’ (Kis 7:59). Tetapi kontras dengan ini Kristus berkata: ‘Bapa, ke
dalam tanganMu Kuserahkan rohKu’. Roh Stefanus diambil dari dia. Tidak
demikian dengan sang Juruselamat. Tidak seorangpun bisa mengambil nyawaNya dari
Dia. Ia ‘menyerahkan’ rohNya.
b) Ia mati karena kehendakNya sendiri.
Bdk.
Yoh 10:17-18 - “(17)
Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya
kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku
berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang
Kuterima dari BapaKu.’”.
William
Hendriksen: Ia
menyerahkannya. Tidak seorangpun yang mengambilnya dari Dia. Ia menyerahkan
nyawaNya.
A. T. Robertson mengutip kata2 Agustinus: “He gave up his life because he willed it, when he willed it, and as
he willed it” (= Ia menyerahkan nyawaNya karena Ia menghendakinya, pada
saat Ia menghendakinya, dan sebagaimana Ia menghendakinya).
Arthur
W. Pink: Kematian
Kristus merupakan sesuatu yang bersifat supra natural. Dengan ini kami
memaksudkan bahwa kematianNya itu berbeda dengan setiap kematian yang lain.
Dalam segala hal Ia mempunyai keunggulan. KelahiranNya berbeda dengan semua
kelahiran yang lain. KehidupanNya berbeda dengan semua kehidupan yang lain. Dan
kematianNya berbeda dengan semua kematian yang lain. Ini dengan jelas
ditunjukkan dalam ucapanNya sendiri tentang hal ini - ‘Bapa
mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali.
(18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya
menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya
kembali’ (Yoh 10:17-18).
Adam
Clarke: “as
giving up the spirit, ghost, or soul, is an act not proper to man, though
commending it to God, in our last moments, is both an act of faith and piety;
and as giving up the ghost, i. e. dismissing his spirit from his body, is
attributed to Jesus Christ, to whom alone it
is proper, I therefore object against its use in every other case” (=
karena penyerahan roh atau jiwa bukanlah suatu tindakan yang cocok bagi manusia,
sekalipun tindakan mempercayakannya kepada Allah, pada saat terakhir kita,
merupakan suatu tindakan iman dan kesalehan; dan karena penyerahan roh, yaitu
pembubaran / pembebasan rohNya dari tubuhNya, dihubungkan dengan Yesus Kristus, bagi
siapa itu cocok, maka karenanya saya menentang penggunaannya dalam setiap
kasus yang lain).
Wycliffe:
Semua Injil sinoptik menunjukkan bahwa kematian Kristus bukanlah karena
kehabisan tenaga karena penyaliban, tetapi merupakan suatu penyerahan yang
sukarela dari nyawaNya.
Leon
Morris: Yohanes
melanjutkan ‘dan menyerahkan nyawa / rohNya’. Ini bukan suatu cara yang
biasa untuk menunjuk pada kematian. Dalam keempat Injil tidak ada ungkapan biasa
untuk menggambarkan cara kematian dari Yesus. HubunganNya dengan kematian
tidaklah sama dengan hubungan orang-orang lain dengan kematian. Mungkin terlalu
jauh untuk mengatakan bahwa Ia ‘membubarkan rohNya’, tetapi memang
kelihatannya ada suatu unsur kesengajaan / kesukarelaan yang tidak ditemukan
dalam kasus orang2 lain.
2)
Kata2 ‘menyerahkan nyawa / roh’ itu bukan merupakan imperfect
tense, tetapi aorist tense.
Wycliffe:
‘Menyerahkan rohNya’. Kata Yunaninya adalah EXEPNEUSEN ... Itu bukanlah
suatu pergumulan yang berkepanjangan, seperti seandainya digunakan imperfect
tense
untuk menggambarkan hal itu. Sebaliknya, digunakan aorist
/ past tense yang menggambarkan suatu kejadian yang singkat / sebentar.
Ia menghembuskan rohNya dan pergi.
3) Ia mengucapkan kata-kata dalam Luk 23:46 itu dengan suara nyaring.
Luk 23:46
- “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring:
‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata
demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
A. T. Robertson: Yesus tidak mati karena pelan2 kehabisan tenaga, tetapi dengan teriakan
yang nyaring.
Arthur
W. Pink: Mengapa
Roh Kudus memberitahu kita bahwa sang Juruselamat mengucapkan teriakan yang
dahsyat itu ‘dengan suara yang nyaring’? ... Bukankah ini menunjukkan bahwa
kekuatanNya belum meninggalkanNya? bahwa Ia masih tetap merupakan tuan dari
diriNya sendiri, dan bukannya dikalahkan oleh kematian, tetapi Ia hanya
menyerahkan diriNya sendiri kepada kematian itu?
4) Ia menundukkan kepalaNya, lalu menyerahkan nyawa / rohNya.
Yoh 19:30
- “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah
selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
a) Ia menundukkan kepala dengan sengaja.
Arthur
W. Pink: Apa
yang dimaksudkan untuk kita pelajari dari kata2 ini? Apa yang ditunjukkan di
sini oleh tindakan sang Juruselamat ini? Jelas bahwa jawabannya tidak usah
dicari terlalu jauh. Maksud / pengertiannya jelas. Sebelum ini kepala Tuhan kita
tetap tegak. Itu bukanlah seorang penderita yang tidak bertenaga yang tergantung
di sana dengan lemah. Seandainya itu merupakan kasusnya maka kepalaNya telah
bersandar tak berdaya di dadaNya, dan adalah tidak mungkin bagiNya untuk
menundukkannya. Dan perhatikanlah dengan penuh perhatian kata kerja yang
digunakan di sini: bukan bahwa kepalaNya ‘jatuh’, tetapi Ia, dengan sadar,
dengan pelan2 / tenang, dengan hormat, menundukkan kepalaNya.
b)
Ia menundukkan kepala dulu, baru menyerahkan nyawa / roNya.
Matthew
Henry: ‘Ia
menundukkan kepalaNya’. Mereka yang disalibkan, pada saat mati menjulurkan
kepala mereka ke atas untuk mengambil nafas, dan tidak menjatuhkan kepala mereka
sampai mereka telah menghembuskan nafas terakhir mereka; tetapi Kristus, untuk
menunjukkan diriNya sendiri aktif dalam matiNya, menundukkan kepalaNya lebih
dulu, menyusun / mengatur tubuhNya sendiri, seakan2 jatuh tertidur.
Matthew
Henry: Allah
telah meletakkan padaNya kejahatan kita sekalian, meletakkannya pada kepala dari
Korban agung ini; dan beberapa orang menganggap bahwa dengan menundukkan
kepalaNya ini Ia menunjukkan perasaanNya tentang berat dari beban itu padaNya.
5) Bukti2 dari bagian2 lain dari Kitab Suci:
a)
Pada waktu Ia tahu bahwa waktunya sudah tiba bagiNya untuk mati, Ia
sengaja pergi ke Yerusalem (Mat 16:21-24).
b)
Pada waktu ditangkap, Ia tidak melawan / lari (Yoh 18:1-11).
c)
KematianNya yang terjadi begitu ‘cepat’ (hanya dalam 6 jam) pada
waktu disalibkan, sehingga membuat Pontius Pilatus menjadi heran (Mark 15:44).
1) Ini menunjukkan roh / jiwa tetap ada pada saat terpisah dari tubuh.
Matthew
Henry: Dengan
ini terlihat bahwa Tuhan kita Yesus, sebagaimana Ia mempunyai tubuh yang
sungguh2, demikian juga Ia mempunyai jiwa yang bisa berpikir, yang tetap ada
dalam keadaan terpisah dari tubuh.
Adam
Clarke: Bukti
yang lain dari jiwa yang bukan bersifat materi, dan tentang keberadaannya yang
terpisah pada waktu tubuh mati.
2)
Kematian Yesus tidak mempengaruhi persatuan LOGOS dengan hakekat manusia
Yesus.
Lenski:
Kematian Yesus tidak mempengaruhi dengan cara apapun persatuan Logos dengan
hakekat manusia. Kematian ini hanya mempengaruhi hakekat manusia, karena olehNya
saja Anak bisa mati. Anak Allah mati dalam hakekat manusiaNya, dan hanya dalam
hakekat manusia saja.
3) Kematian Kristus ini sudah ditetapkan dalam rencana kekal dari Allah.
Arthur
W. Pink: Kematian
Yesus bersifat preter-natural. Dengan ini kami
memaksudkan bahwa hal itu telah ditandai dan ditentukan bagiNya sebelumnya. Ia
adalah Anak Domba yang disembelih sebelum dunia dijadikan (Wah 13:8).
Sebelum Adam diciptakan, kejatuhan ke dalam dosa telah diantisipasi. Sebelum
dosa masuk ke dalam dunia, keselamatan dari dosa telah direncanakan oleh Allah.
Dan rencana kekal Allah ditentukan lebih dulu bahwa harus ada seorang
Juruselamat bagi orang2 berdosa, seorang Juruselamat yang harus mati supaya kita
bisa hidup. ... Dengan memandang pada Kematian yang mendekat inilah Allah
‘dengan adil membiarkan dosa2 yang terjadi dahulu’ (Ro 3:25). Seandainya
dalam perhitungan Allah, Kristus bukanlah Anak Domba yang telah disembelih sejak
penciptaan dunia, maka setiap orang yang berbuat dosa dalam jaman PL akan sudah
turun ke neraka pada saat ia berbuat dosa!
Wah 13:8 (KJV): ‘And all that dwell upon the earth shall worship
him, whose names are not written in the book of life of the Lamb slain from
the foundation of the world’ (= Dan semua yang diam di bumi akan
menyembahnya, yang nama-namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan dari Anak
Domba yang disembelih sejak penciptaan dunia).
Ro 3:25
- “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena
iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia
telah membiarkan dosa2 yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya”.
4) Yesus adalah Anti Type dari anak domba Paskah.
Luk 23:44-46
- “(44) Ketika itu hari sudah kira2 jam 12, lalu kegelapan meliputi seluruh
daerah itu sampai jam tiga, (45) sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir
Bait Suci terbelah dua. (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya
Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawaNya”.
Kel 12:6
- “Kamu harus mengurungnya sampai hari yang ke 14 bulan ini; lalu seluruh
jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja”.
1Kor 5:7b
- “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”.
6)
Yesus memang harus betul2 mati untuk memikul hukuman dosa yaitu kematian
/ maut.
Pulpit
Commentary: peristiwa
yang paling mengagumkan / menakjubkan, menyedihkan, dan penting, yang telah
disaksikan oleh dunia ini. Makhluk / Orang yang adalah ‘hidup’
menundukkan kepalaNya dalam kematian.
Matthew
Henry: Bahwa
lalu Ia menyerahkan rohNya. ... JiwaNya terpisah dari tubuhNya, dan dengan
demikian tubuhNya ditinggalkan dan betul-betul mati. Adalah pasti bahwa Ia
memang mati, karena memang dibutuhkan bahwa Ia harus mati; ... Kematian
merupakan hukuman dari pelanggaran dari perjanjian pertama (pastilah
engkau mati), sang Pengantara dari perjanjian yang baru harus membuat
penebusan dengan cara / melalui kematian, karena kalau tidak, maka tidak ada
pengampunan, Ibr 9:15.
Ibr
9:15 - “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru,
supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan,
sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan
selama perjanjian yang pertama”.
Kej 2:17
- “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah
engkau mati.’”.
George
Hutcheson: Kematian, dan
tidak kurang dari kematian, merupakan upah dari dosa; karena itu, setelah
penderitaan-penderitaan sebelumnya, Penanggung kita juga perlu untuk menyerahkan
rohNya, untuk menyelesaikan pekerjaanNya.
George
Hutcheson: Kristus, dengan
mengalami kematian jasmani bagi umatNya, telah dengan ini membeli, sehingga
bagaimanapun mereka harus mati, tetapi kematian itu bukanlah hukuman dosa bagi
mereka; karena penderitaan kematianNya telah mengambil sengat dari kematian itu.
Ibr
2:14-15 - “(14) Karena anak2 itu adalah anak2 dari darah dan daging, maka
Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas
maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur
hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube: