(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Rabu, tgl 5 Maret 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Yoh 19:25-27:
“(25) Dan
dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan
Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di
sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27)
Kemudian kataNya kepada muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid
itu menerima dia di dalam rumahnya.”.
1)
“Dan
dekat salib Yesus”.
Apakah
Yohanes bertentangan dengan Matius dan Markus? Injil Yohanes mengatakan bahwa
perempuan-perempuan itu berada dekat dengan salib Yesus, tetapi Matius
dan Markus mengatakan bahwa perempuan-perempuan itu melihat semua itu dari
jauh.
Mat 27:55
- “Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu
perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia”.
Mark 15:40
- “Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya
Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome”.
Penjelasan
/ pengharmonisan:
Ini sama sekali bukan kontradiksi. Bisa saja mula-mula mereka melihat dari jauh,
tetapi lalu mendekat, atau sebaliknya.
Thomas Whitelaw: “the women, though afar off at first, may
have gradually approached, ... Or, they may have been at first near the cross
and afterwards withdrawn to a distance when John, with Jesus’s mother, had
departed” (= perempuan-perempuan itu, sekalipun mula-mula ada di kejauhan,
mungkin / bisa telah mendekat secara perlahan-lahan, ... Atau, mungkin mereka
mula-mula dekat dengan salib dan setelah itu menarik diri pada suatu jarak, pada
saat Yohanes meninggalkan tempat itu dengan ibu Yesus) - hal 407.
2)
‘berdiri
ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena’.
Bandingkan
dengan:
a) ‘saudara ibuNya’.
Calvin:
“He says, that she was the sister of the mother of Jesus, and, in saying
so, he adopts the phraseology of the Hebrew language, which includes cousins,
and other relatives, under the term ‘brothers’” (= Ia berkata bahwa ia
adalah saudara perempuan dari ibu Yesus, dan dengan berkata demikian, ia
mengadopsi suatu istilah dalam bahasa Ibrani, yang mencakup saudara sepupu, dan
anggota-anggota keluarga yang lain, dalam istilah ‘saudara-saudara’) -
hal 232.
Penjelasan
seperti ini juga sering dipakai oleh Gereja Roma Katolik untuk menjelaskan
tentang ‘saudara-saudara Yesus’ (Mat 13:55-56). Tetapi perlu
diketahui bahwa dalam bahasa Yunani ada istilah ‘saudara sepupu’,
yaitu ANEPSIOS, yang muncul dalam Kol 4:10.
Kol 4:10
- “Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan
(saudara sepupu) Barnabas - tentang dia kamu telah menerima pesan;
terimalah dia, apabila dia datang kepadamu”.
KJV: ‘sister’s son’ (= anak dari saudara perempuan). Ini juga
sama salahnya.
RSV/NIV/NASB:
‘cousin’ (= saudara sepupu).
Barclay dan beberapa penafsir lain menganggap bahwa kata ‘saudara’
di sini betul-betul berarti ‘saudara’. Jadi, Yesus adalah saudara
sepupu dari Yohanes dan Yakobus.
b)
‘Maria, istri Klopas’.
Kata-kata
‘Maria, istri Klopas’ secara hurufiah adalah ‘Mary of Clopas’.
Jadi sebetulnya ia belum tentu adalah ‘istri dari Klopas’, tetapi bisa
‘ibu dari Klopas’, atau ‘saudara perempuan dari Klopas’.
Adam
Clarke: “‘Mary
the wife of Cleophas.’ She is said, in Matt. 27:56 (see the note there), and
Mark 15:40, to have been the mother of James the Less, and of Joses; and this
James her son is said, in Matt. 10:3, to have been the son of Alpheus; hence, it
seems that Alpheus and Cleopas were the same person. To which may be added, that
Hegesippus is quoted by Eusebius, Hist. Eccles. l. 3 c. 11, as saying that
Cleopas was the brother of Joseph, the husband of the virgin. Theophylact says
that Cleopas, (brother of Joseph, the husband of the virgin), having died
childless, his brother Joseph married his widow, by whom he had four sons,
called by the evangelists the brothers of our Lord, and two daughters, the one
named Salome, the other Mary, the daughter of Cleopas, because she was his
daughter according to law, though she was the daughter of Joseph according to
nature. There are several conjectures equally well founded with this last to be
met with in the ancient commentators; but, in many cases, it is very
difficult to distinguish the different Marys mentioned by the evangelists”
[= ‘Maria istri Klopas’. Ia dikatakan, dalam Mat 27:56 (lihat catatan di
sana), dan Mark 15:40, sebagai ibu dari Yakobus Muda dan Yoses; dan Yakobus
anaknya ini dikatakan dalam Mat 10:3 sebagai anak dari Alfeus; dan karena itu
kelihatannya Alfeus dan Clopas adalah orang yang sama. Terhadap mana bisa
ditambahkan, bahwa Hegesippus dikutip oleh Eusebius, Hist. Eccles. l. 3 c. 11,
sebagai mengatakan bahwa Klopas adalah saudara dari Yusuf, suami dari sang
perawan (Maria). Theophylact mengatakan bahwa Klopas, (saudara dari
Yusuf, suami dari sang perawan), mati tanpa anak, dan saudaranya Yusuf menikahi
jandanya, dari siapa ia mendapatkan 4 anak laki-laki, yang disebut oleh para
penginjil sebagai saudara-saudara laki-laki dari Tuhan kita, dan 2 anak
perempuan, yang satu bernama Salome dan yang lain Maria, anak perempuan dari
lopas, karena ia adalah anak perempuannya berdasarkan hukum, sekalipun ia adalah
anak perempuan dari Yusuf secara alamiah. Ada beberapa dugaan yang mempunyai
dasar yang sama baiknya dengan yang terakhir ini yang ditemui dalam
penafsir-penafsir kuno; tetapi, dalam banyak kasus, adalah sangat sukar untuk
membedakan Maria-Maria yang berbeda yang disebutkan oleh penginjil-penginjil
itu].
A. T. Robertson: “It is not clear whether the
sister of the mother of Jesus is Salome the mother of the sons of Zebedee or the
wife of Clopas. If so, two sisters have the name Mary and James and John are
cousins of Jesus. The point cannot be settled with our present knowledge”
(= Tidak jelas apakah saudara perempuan dari ibu Yesus adalah Salome, ibu dari
anak-anak Zebedeus, atau istri dari Klopas. Jika demikian, 2 saudara perempuan
mempunyai nama ‘Maria’, dan Yakobus dan Yohanes adalah saudara sepupu dari
Yesus. Hal ini tidak bisa ditentukan dengan pengetahuan kita pada saat ini).
c) ‘Maria Magdalena’.
1.
Entah dari mana asal usulnya, tetapi ada banyak orang yang menganggap
bahwa Maria Magdalena adalah perempuan berdosa yang mengurapi Yesus, yang
diceritakan dalam Luk 7:36-50. William Hendriksen mengatakan bahwa Maria
Magdalena bukanlah perempuan yang diceritakan dalam Luk 7:36-50, dan jelas
bahwa kata-katanya benar.
Pdt.
Yesaya Pariadji dari GBI Tiberias bahkan menganggap bahwa pelacur yang dibawa
kepada Yesus dalam Yoh 8:1-11 adalah Maria Magdalena (Majalah
‘Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 18, kolom 2,3). Ini ngawur, dan merupakan
fitnahan!
2.
Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang pernah dilepaskan oleh
Yesus dari tujuh setan (Mark 16:9 Luk
8:2).
Luk 8:2
- “dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh
jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah
dibebaskan dari tujuh roh jahat”.
Calvin:
“We see that it was not in vain that Mary Magdalene was delivered from
seven devils, (Mark 16:9; Luke 8:2;) since she showed herself, to the last, to
be so faithful a disciple to Christ” [= Kita melihat bahwa tidaklah
sia-sia bahwa Maria Magdalena dibebaskan dari tujuh setan (Mark 16:9; Luk 8:2);
karena ia menunjukkan dirinya sendiri, sampai akhir, sebagai murid yang begitu
setia dari Kristus] - hal 232.
Penerapan: saudara mungkin tidak pernah dibebaskan dari 7 setan
seperti Maria Magdalena, tetapi kalau saudara betul-betul adalah orang kristen
yang sejati, maka saudara sudah dibebaskan dari neraka. Bukankah juga seharusnya
saudara mempunyai kesetiaan seperti Maria? Cobalah periksa / introspeksi
bagaimana kesetiaan saudara dalam hal:
·
belajar
Firman Tuhan.
·
bersaat
teduh.
·
berdoa.
·
menguduskan
diri / menahan diri dari dosa.
·
melayani.
·
memberitakan
Injil.
·
memberi
persembahan persepuluhan.
d) Pujian bagi 4 perempuan di dekat salib.
Barclay
mengatakan (hal 255) bahwa ada penafsir-penafsir yang mengatakan bahwa pada
jaman itu perempuan begitu tidak penting sehingga tidak seorangpun akan
mempedulikan kehadiran para perempuan ini di dekat salib, dan dengan demikian
tidak ada resiko terhadap kehadiran mereka di sana. Barclay tidak setuju dengan
penafsiran tersebut.
William
Barclay: “It
was always a dangerous thing to be an associate of a man whom the Roman
government believed to be so dangerous that he deserved a Cross. It is always a
dangerous thing to demonstrate one’s love for someone whom the orthodox regard
as a heretic. The presence of these women at the Cross was not due to the fact
that they were so unimportant that no one would notice them; their presence was
due to the fact that perfect love casts out fear” (= Selalu merupakan
sesuatu yang berbahaya untuk menjadi teman / rekan dari seseorang yang dipercaya
oleh pemerintah Romawi sebagai begitu berbahaya sehingga Ia layak mendapatkan
salib. Selalu merupakan sesuatu yang berbahaya untuk menunjukkan kasih seseorang
untuk seseorang yang dianggap sebagai sesat oleh orang-orang yang ortodox.
Kehadiran dari perempuan-perempuan ini pada salib bukanlah disebabkan karena
fakta bahwa mereka adalah begitu tidak penting sehingga tidak seorangpun akan
memperhatikan mereka; kehadiran mereka disebabkan oleh fakta bahwa kasih yang
sempurna membuang ketakutan) - ‘The Gospel of John’, vol 2, hal
255.
Catatan:
kalimat terakhir kelihatannya dikutip dari 1Yoh 4:18, dan kalau itu benar,
maka saya berpendapat bahwa ayat itu digunakan secara ‘out of context’,
karena rasa takut yang dibicarakan dalam 1Yoh 4:18 itu adalah rasa takut
terhadap penghakiman pada akhir jaman.
1Yoh 4:17-18
- “(17) Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau
kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama
seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. (18) Di dalam kasih tidak ada
ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan
mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam
kasih”.
Tentang
perempuan-perempuan yang tetap mengikut Kristus sampai pada kayu salib ini
Calvin memberikan komentar sebagai berikut: “How shameful will it be, if
the dread of the cross deters us from following Christ, when the glory of his
resurrection is placed before our eyes, whereas the women beheld in it nothing
but disgrace and cursing!” (= Alangkah memalukannya jika rasa takut
terhadap salib menahan kita dari mengikuti Kristus, pada waktu kemuliaan dari
kebangkitanNya diletakkan di depan mata kita, sedangkan perempuan-perempuan itu
tidak melihat apapun di dalamnya selain aib dan kutuk!) - hal 232.
Penjelasan:
maksud Calvin adalah: pada saat itu perempuan-perempuan itu belum melihat
kebangkitan Kristus. Yang terlihat hanya aib dan kutuk pada diri Kristus. Tetapi
mereka toh menunjukkan kesetiaan dan keberanian yang luar biasa dalam mengikut
Kristus. Sedangkan kita pada jaman ini, kita sudah melihat bahwa setelah Kristus
mati, Ia bangkit, naik ke surga dan sebagainya. Kalau kita ternyata tidak
mempunyai keberanian / kesetiaan dalam mengikut Kristus, maka itu betul-betul
memalukan!
Renungkan:
dalam hal apa rasa takut menahan diri saudara dalam ikut Kristus?
Jamieson, Fausset & Brown: “These
dear women clustered around the cross; and where else should one expect them?
The male disciples might be consulting for their own safety (though John was
not); but those precious women would have died sooner than be absent from this
scene” [= Perempuan-perempuan yang kekasih ini berkerumun di sekitar
salib; dan dimana lagi seseorang mengharapkan mereka berada? Murid-murid
laki-laki mungkin berkonsultasi dengan keamanan mereka sendiri (sekalipun
Yohanes tidak); tetapi perempuan-perempuan yang berharga itu lebih baik mati
lebih cepat dari pada absen dari adegan / peristiwa ini].
Pulpit
Commentary: “It
was one thing to stand by him in his hour of joy and triumph, in the day of his
power and the exploits of his loving strength, when the heaven opened and
streamed upon him its glory; ... when at his bidding diseases fled, and demons
quitted their dark haunts; when the storm was hushed, and the waves crouched at
his voice; when food increased under his hands, and even Death gave up his prey
when he spoke. But it is another thing to stand by him on a cross, when hell
besieged him with its torments, heaven seemed closed to his breathing, and
Divinity itself seemed to have deserted him. ... It is one thing to stand by
Jesus, one of many; but it is another to stand by him, one of four. It is one
thing to follow him with faithful disciples and a jubilant crowd; but it is
another to stand alone by his cross” (= Berdiri di dekatNya pada saat
sukacita dan kemenangan, pada saat kuasaNya dan kekuatanNya yang penuh kasih
dimanfaatkan, pada waktu langit terbuka dan mengalirkan kemuliaannya kepadaNya;
... pada waktu atas permintaanNya penyakit hilang, dan setan-setan meninggalkan
tempat-tempat gelap yang sering mereka kunjungi; pada waktu badai ditenangkan,
dan gelombang meringkuk oleh suaraNya; pada waktu makanan bertambah banyak dalam
tanganNya, dan bahkan Kematian menyerahkan mangsanya pada waktu Ia berbicara,
sangat berbeda dengan berdiri di dekatNya pada salib, pada saat neraka
mengepungNya dengan siksaannya, langit kelihatannya tertutup terhadap
kata-kataNya, dan keIlahian sendiri kelihatannya meninggalkan Dia. .... Berdiri
di dekat Yesus, satu dari banyak orang; sangat berbeda dengan berdiri di
dekatNya, satu dari empat. Mengikut Dia bersama-sama dengan murid-murid yang
setia dan orang banyak yang bergembira, sangat berbeda dengan berdiri sendirian
pada salib) - hal 452.
Penerapan: mungkin saudara tetap setia, beriman, berani dalam
keadaan enak dan banyak teman. Tetapi bagaimana kalau keadaan menjadi tidak
enak, membahayakan dan saudara sendirian? Apakah saudara tetap mau setia,
beriman dan berani dalam mengikut Kristus?
e)
Kadang-kadang apa yang dilakukan oleh 4 perempuan ini merupakan hal
maximal yang bisa kita lakukan.
Pulpit
Commentary: “They
were helpless, and could render no assistance. They could make no progress;
still they stood their ground, and manifested their undying and unconquerable
attachment. They clung to Jesus for his own sake apart from circumstances. Like
them, let us do what we can, and advance as far as possible, and, when we cannot
go any further, let us stand; and, indeed, in the hour of direst temptation the
utmost we can do is to stand our ground” (= Mereka tidak berdaya, dan
tidak bisa memberikan pertolongan. Mereka tidak bisa membuat kemajuan; tetapi
mereka tetap berdiri di tempat mereka / mempertahankan posisi mereka, dan
menyatakan kasih mereka yang tidak bisa mati dan tidak bisa dikalahkan. Mereka
berpegang erat-erat kepada Yesus demi Dia tak peduli bagaimana keadaannya.
Seperti mereka, marilah kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, dan maju
sejauh mungkin, dan pada waktu kita tidak bisa maju lebih jauh lagi, biarlah
kita tetap berdiri, dan memang, pada saat pencobaan yang paling menakutkan, hal
terbesar yang bisa kita lakukan adalah berdiri di tempat kita / mempertahankan
posisi kita) - hal 453.
Penerapan: kalau saudara sedang terbelit problem-problem yang
banyak dan besar, sehingga rasanya sudah tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan
tidak bisa belajar Firman Tuhan, berdoa, melayani dsb, maka yang bisa dilakukan
hanyalah berdiam diri, dan berpegang kepada Yesus. Maka lakukan itu, sampai
Tuhan berkenan menolong / memberikan kelegaan kepada saudara!
3)
“Ketika
Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia
kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ Kemudian kataNya kepada muridNya:
‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya’”.
a)
Penterjemahan ‘ibu’.
Dalam
kata-kata Yesus kepada Maria,
kata ‘ibu’ salah terjemahan, seharusnya adalah terjemahannya adalah ‘woman’
(= perempuan).
Semua
kata ‘ibu’ dalam Yoh 19:25-27 ini menggunakan kata METER yang
memang berarti ‘ibu / mama’, kecuali kata ‘ibu’ dalam
kalimat yang diucapkan Yesus kepada Maria. Di situ digunakan kata Yunani
GUNAI, yang sebetulnya berarti ‘perempuan’. Bandingkan dengan
terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Now there stood by the cross of Jesus his mother, and his mother’s
sister, Mary the wife of Cleophas, and Mary Magdalene. When Jesus therefore saw
his mother, and the disciple standing by, whom he loved, he saith unto
his mother, Woman, behold thy son!
Then saith he to the disciple, Behold thy mother! And from that
hour that disciple took her unto his own home’ (= Di dekat salib Yesus berdiri ibuNya, dan saudara perempuan
ibuNya, Maria istri Kleopas / Klopas, dan Maria Magdalena. Pada waktu Yesus
melihat ibuNya, dan murid yang dikasihiNya berdiri di dekatnya, Ia
berkata kepada ibuNya: Perempuan,
lihatlah anakmu! Lalu Ia berkata kepada murid itu: Lihatlah ibumu! Dan
sejak jam / saat itu murid itu membawanya ke rumahnya sendiri).
Mengapa
Yesus tidak menyebut nama Maria ataupun memanggil ‘ibu / mama’,
tetapi ‘woman’ (= perempuan)? Calvin mengatakan ada
penafsir-penafsir yang mengatakan bahwa Yesus di sini tidak menggunakan kata ‘ibu
/ mama’ supaya tidak makin menyakiti hati Maria, yang pada saat itu memang
sudah sangat sakit melihat Anaknya menderita seperti itu. Salah satu dari para
penafsir yang mempunyai pandangan seperti itu adalah Matthew Henry.
Matthew
Henry: “he
calls her ‘woman,’ not ‘mother,’ not out of any disrespect to her, but
because ‘mother’ would have been a cutting word to her that was already
wounded to the heart with grief” (= Ia memanggilnya ‘perempuan’, bukan
‘ibu / mama’, bukan karena rasa tidak hormat kepadanya, tetapi karena kata
‘ibu / mama’ akan merupakan suatu kata yang melukai / mengiris baginya yang
sudah dilukai sampai pada hatinya dengan kesedihan).
Menurut
saya kata-kata seperti ini tidak punya dasar, karena:
1.
Disebut ‘mama’ atau tidak, tidak akan mengurangi kesadaran Maria
bahwa yang sedang terpaku di atas kayu salib itu adalah Anaknya!
2.
Bukan hanya dalam bagian ini saja, tetapi juga dalam seluruh Kitab Suci,
Yesus tidak pernah memanggil Maria dengan sebutan ‘ibu / mama’. Juga
dalam perjamuan di Kana, Yesus sudah menyebut Maria dengan sebutan ‘perempuan’.
Yoh 2:4
- “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu (perempuan)?
SaatKu belum tiba.’”.
Calvin
sendiri tidak menolak pandangan itu, tetapi ia beranggapan bahwa ada dugaan lain
yang juga memungkinkan.
Calvin:
“Christ intended to show that, after having completed the course of
human life, he lays down the condition in which he had lived, and enters into
the heavenly kingdom, where he will exercise dominion over angels and men; for
we know that Christ was always accustomed to guard believers against looking at
the flesh, and it was especially necessary that this should be done at his
death” (= Kristus bermaksud untuk menunjukkan bahwa setelah menyelesaikan
perjalanan hidupNya sebagai manusia, Ia meletakkan keadaan dalam mana Ia telah
hidup, dan masuk ke dalam kerajaan surga, dimana Ia akan berkuasa atas
malaikat-malaikat dan manusia; karena kita tahu bahwa Kristus selalu terbiasa
untuk menjaga orang-orang percaya terhadap pandangan kepada daging, dan
merupakan sesuatu yang perlu secara khusus bahwa hal ini dilakukan pada
kematianNya) - hal 233.
Jadi,
maksudnya supaya manusia tidak memandang Kristus secara daging, yaitu sekedar
sebagai ‘anak dari Maria’.
William
Hendriksen mempunyai pandangan yang mirip, tetapi ia menujukan itu kepada Maria.
William
Hendriksen: “the
use of the word ‘woman’ ... Mary must no longer think of him as being merely
her son; ... Mary must begin to look upon Jesus as her Lord” (= penggunaan
kata ‘perempuan’ ... Maria tidak boleh berpikir tentang Dia sebagai
semata-mata Anaknya; ... Maria harus mulai memandang kepada Yesus sebagai
Tuhannya) - hal 433.
Saya
lebih setuju dengan pandangan lain lagi, yang saya berikan di bawah ini.
J.
C. Ryle: “I
firmly believe that, even on the cross, Jesus foresaw the future heresy of
‘Mary-worship.’ Therefore He said ‘Woman,’ and did not say
‘Mother.’” (= Saya percaya dengan teguh bahwa, bahkan di kayu salib,
Yesus melihat lebih dulu kesesatan yang akan datang tentang penyembahan terhadap
Maria. Karena itu Ia berkata ‘Perempuan’, dan bukannya berkata ‘Ibu /
Mama’) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume
III), hal 352.
Arthur
W. Pink: “So
far as the record of the four Gospels go, never once did He call her
‘Mother.’ For us who live today, the reason for this is not hard to discern.
Looking down the centuries with His omniscient foresight and seeing the awful
system of Mariolatry so soon to be erected, He refrained from using a word which
would in any wise countenance this idolatry - the idolatry of rendering to Mary
the homage which is due alone her Son; the idolatry of worshipping her as ‘The
Mother of God.’” (= Sejauh dari yang ada dalam catatan dari ke empat
Injil, tidak sekalipun Ia menyebutnya ‘Ibu / Mama’. Bagi kita yang hidup
pada jaman sekarang, alasannya tidak sukar untuk dilihat. Melihat pada abad-abad
yang akan datang dengan penglihatan / pengetahuan lebih duluNya yang maha tahu,
dan melihat sistim yang mengerikan dari penyembahan kepada Maria yang akan
ditegakkan dengan begitu cepat, Ia menahan diri dari menggunakan suatu kata yang
dengan cara apapun akan menyetujui / mendukung pemberhalaan ini - pemberhalaan
dari pemberian kepada Maria penghormatan yang seharusnya hanya adalah milik dari
Anaknya; pemberhalaan dari penyembahan terhadapnya sebagai ‘Ibu / Bunda
Allah’) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal
53.
Catatan:
Perlu ditekankan bahwa istilah ‘bunda Allah’ dipertahankan oleh
sidang gereja di Efesus pada tahun 431 M., bukan untuk meninggikan /
memuliakan Maria, tetapi untuk menunjukkan persatuan yang tidak
terpisahkan antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam diri Kristus.
Jadi kalau setelah itu gereja Roma Katolik menggunakan istilah ‘bunda
Allah’ itu untuk meninggikan / memuliakan Maria, maka itu adalah sesuatu
yang salah, yang sama sekali tidak dimaksudkan oleh sidang gereja di Efesus itu.
b)
Penafsiran salah / sesat dari Gereja Roma Katolik tentang penderitaan
Maria pada saat itu.
Pada
saat Maria melihat Anaknya menderita dan mati di salib, jelas ia sangat
menderita.
1. Ini merupakan
penggenapan nubuat.
Pulpit
Commentary (hal 438) dan beberapa penafsir lain secara benar mengatakan bahwa
pada saat ini Maria mengalami penggenapan nubuat Simeon dalam Luk 2:35 - “-
dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri -, supaya menjadi nyata pikiran
hati banyak orang.’”.
Matthew
Henry: “we
may easily suppose what an affliction it was to these poor women to see him thus
abused, especially to the blessed virgin. Now was fulfilled Simeon’s word, A
sword shall pierce through thy own soul, Lu. 2:35. His torments were her
tortures; she was upon the rack, while he was upon the cross; and her heart bled
with his wounds; and the reproaches wherewith they reproached him fell on those
that attended him” [= kita bisa menduga dengan mudah penderitaan apa hal
itu bagi perempuan-perempuan ini yang melihatNya diperlakukan seperti itu,
khususnya bagi perawan yang diberkati (Maria). Sekarang tergenapi nubuat
Simeon, ‘suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri’, Luk 2:35. SiksaanNya
merupakan siksaan Maria; ia sedang tersiksa sementara Ia ada di kayu salib; dan
hatinya berdarah oleh luka-lukaNya; dan cela dengan mana mereka mencela Dia
jatuh kepada mereka yang menyertaiNya].
2.
Sekalipun kita memang setuju bahwa Maria memang menderita pada saat itu,
tetapi kita menolak pandangan sesat yang mengatakan bahwa dengan penderitaannya
itu Maria ikut menebus dosa manusia.
Asal
usul ajaran sesat ini:
a.
Justin Martyr (mati pada tahun 165 M) membandingkan Maria dengan
Hawa, dan Ireneaus (mati pada tahun 202 M) berkata bahwa ketidak-taatan
perawan Hawa ditebus oleh ketaatan perawan Maria (Loraine Boettner, ‘Roman
Catholicism’, hal 136).
b.
Ajaran Justin Martyr dan
Ireneaus ini dikembangkan lagi, sehingga Gereja Roma Katolik lalu berkata bahwa
sebagaimana dosa pertama masuk ke dalam dunia melalui seorang perempuan (yaitu
Hawa), demikian juga keselamatan itu datang melalui seorang perempuan (yaitu
Maria).
c.
Paus Benedict XV (1914-1922) & Paus Pius XI (1923) mengatakan bahwa
pada waktu Tuhan Yesus menderita dan mati, Maria juga menderita, dan karena
itu, bersama-sama dengan Tuhan
Yesus, Maria adalah penebus dosa [Kalau Yesus adalah Redeemer
(= Penebus), maka Maria adalah Co-redeemer (= Rekan penebus)] - Loraine Boettner, ‘Roman
Catholicism’, hal 151.
Gereja Roma Katolik memang menganggap Maria sebagai ‘pengantara’ dan
‘mempunyai peranan dalam menyelamatkan kita’, dan ini terlihat dari ‘Catechism
of the Catholic Church’ yang dikeluarkan tahun 1992.
·
No 968: “Her
role in relation to the Church and to all humanity goes still further. ‘In a
wholly singular way she cooperated by her obedience, faith, hope, and
burning charity in the Savior’s work of restoring supernatural life to
souls. For this reason she is a mother to us in the order of grace.’”
(= Peranannya berhubungan dengan Gereja dan dengan seluruh kemanusiaan masih
lebih jauh lagi. ‘Dengan cara yang sepenuhnya istimewa, ia bekerja sama
oleh ketaatannya, imannya, pengharapannya, dan kasihnya yang berkobar-kobar dalam
pekerjaan sang Juruselamat untuk memulihkan kehidupan dari jiwa-jiwa. Untuk
alasan ini ia adalah seorang ibu bagi kita dalam urutan kasih karunia).
·
No 969: “This
motherhood of Mary in the order of grace continues uninterruptedly from the
consent which she loyally gave at the Annunciation and which she sustained
without wavering beneath the cross, until the eternal fulfilment of all the
elect. Taken up to heaven she did not lay aside this saving office but by her
manifold intercession continues to bring us the gifts of eternal salvation
.... Therefore the Blessed Virgin is invoked in the Church under the titles of
Advocate, Helper, Benefactress, and Mediatrix” [= Keibuan dari
Maria dalam urutan kasih karunia berlanjut secara tak terganggu dari persetujuan
yang dengan setia ia berikan pada saat pengumuman / pemberitaan (oleh
Gabriel) dan yang ia teruskan tanpa ragu-ragu di bawah kayu salib, sampai
penggenapan kekal dari semua orang-orang pilihan. Pada waktu diangkat ke surga, ia
tidak mengesampingkan tugas penyelamatan ini tetapi oleh syafaatnya yang
bermacam-macam ia melanjutkan untuk membawa kepada kita karunia-karunia
keselamatan yang kekal ... Karena itu, Perawan yang terpuji / diberkati
disebut di dalam Gereja dengan gelar-gelar Advokat, Penolong, Dermawan, dan Pengantara].
·
No 970: “Mary’s
function as mother of men in no way obscures or diminishes this unique mediation
of Christ, but rather shows its power. But the Blessed Virgin’s salutary
influence on men . . . flows forth from the superabundance of the merits of
Christ, rests on his mediation, depends entirely on it, and draws all its power
from it. ‘No creature could ever be counted along with the Incarnate Word and
Redeemer; but just as the priesthood of Christ is shared in various ways both by
his ministers and the faithful, and as the one goodness of God is radiated in
different ways among his creatures, so also the unique mediation of the Redeemer
does not exclude but rather gives rise to a manifold cooperation which is but a
sharing in this one source.’” (= Fungsi dari Maria sebagai ibu dari
manusia sama sekali tidak mengaburkan atau mengurangi pengantaraan yang unik
dari Kristus, tetapi sebaliknya menunjukkan kuasanya. Tetapi pengaruh yang
bermanfaat dari Perawan yang terpuji / diberkati pada manusia ... mengalir dari
kelimpahan dari jasa Kristus, bersandar pada pengantaraanNya, bergantung
sepenuhnya padanya, dan mendapatkan semua kuasanya darinya. ‘Tidak ada makhluk
ciptaan pernah bisa diperhitungkan bersama dengan Firman yang berinkarnasi dan
Penebus; tetapi sama seperti keimaman Kristus juga dimiliki dalam bermacam-macam
cara di antara makhluk-makhluk ciptaanNya, demikian pula pengantaraan yang unik
dari sang Penebus tidak membuang tetapi sebaliknya menyebabkan suatu kerja sama
yang bermacam-macam yang hanya merupakan suatu sharing dalam sumber yang
satu ini’).
Karena
itu Loraine Boettner berkata:
¨
“in
the Roman Church Mary has come to be looked upon the instrumental cause of
salvation”
[= dalam Gereja Roma (Katolik)
Maria telah dipandang sebagai alat yang menyebabkan keselamatan] - ‘Roman
Catholicism’, hal 150.
¨
“Roman
Catholics are taught that all grace necessarily flows through Mary”
(= Orang-orang Roma Katolik diajar bahwa semua kasih karunia harus mengalir
melalui Maria)
- ‘Roman Catholicism’, hal 151.
Matthew
Henry: “It
is an impious and blasphemous construction which some of the popish writers put
upon the virgin Mary standing by the cross, that thereby she contributed to
the satisfaction he made for sin no less than he did, and so became a joint-mediatrix
and co-adjutrix in our salvation” (= Merupakan suatu pendirian /
penyusunan yang jahat dan bersifat menghujat yang diberikan oleh beberapa
penulis Katolik kepada perawan Maria yang berdiri di dekat salib, bahwa dengan
itu ia ikut memberikan sumbangsih pada pemuasan / pelunasan yang Dia (Yesus)
lakukan untuk dosa, tidak lebih sedikit dari yang Ia lakukan, dan
dengan demikian menjadi seorang pengantara bersama dan rekan penolong
dalam keselamatan kita).
Lenski:
“Alas, what has the Roman Catholicism made of this scene! Some of it is
like blasphemy of Christ in the very hour of his atoning death. Catholics books
are full of this derogation of Christ and the exaltation of Mary. We are told
that with her passion Mary comes to the aid of her son on the cross. Alone
he could not have accomplished the task; he could never have borne the sins of
the world and made atonement for them by himself. ‘The Mother of God’ had to
cooperate with the Son of God. This summarizes the Catholic teaching. It
invents two mediators where God had only one. It robs Christ in order to deify
and to glorify Mary. In doing this blasphemous thing it destroys the real
atonement and invents another which does not atone. ... There is one Mediator
between God and man, the man Christ Jesus, 1Tim. 2:5,6” (= Aduh, apa yang
telah dilakukan oleh Roma Katolik tentang adegan / peristiwa ini! Beberapa
darinya adalah seperti penghujatan terhadap Kristus, persis di saat kematianNya
yang menebus. Buku-buku Katolik penuh dengan penghinaan kepada Kristus dan
pemuliaan / peninggian terhadap Maria. Kami diberitahu bahwa dengan
penderitaannya Maria datang untuk menolong Anaknya pada kayu salib. Sendirian
Ia tidak bisa menyelesaikan tugas itu; Ia tidak pernah bisa memikul dosa-dosa
dunia dan membuat penebusan bagi mereka dari diriNya sendiri. ‘Bunda Allah’
harus bekerja sama dengan Anak Allah. Ini merupakan ringkasan dari ajaran
Katolik. Ajaran itu menemukan / menciptakan dua
pengantara dimana Allah hanya mempunyai satu. Itu merampok Kristus untuk
memuja / mendewakan dan memuliakan Maria. Dengan melakukan hal yang bersifat
menghujat ini, itu menghancurkan penebusan yang sejati dan menemukan /
menciptakan penebusan yang lain yang tidak menebus. ... Hanya ada satu
Pengantara antara Allah dan manusia, manusia Kristus Yesus, 1Tim 2:5,6) -
hal 1297.
1Tim 2:5-6
- “(5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah
menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian
pada waktu yang ditentukan”.
Tanggapan
terhadap ajaran Roma Katolik ini:
a.
Kitab Suci membandingkan Adam dan Kristus (Adam merupakan TYPE dari
Kristus).
·
Ro 5:15-19
- “(15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam.
Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa
maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang
dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.
(16) Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab
penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi
penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.
(17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu
orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih
karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu
orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu
pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu
perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi
sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi
orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi
orang benar”.
·
1Kor 15:21-22
- “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia,
demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22)
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam,
demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.
Jadi,
dosa memang masuk ke dalam dunia melalui Adam (karena Adam adalah wakil seluruh
umat manusia), dan keselamatan datang melalui Kristus.
Tetapi
Kitab Suci tidak pernah membandingkan Hawa dan Maria! Jadi ajaran Roma Katolik
ini sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci.
b.
Kitab Suci berkata bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus (Mat 1:21
Kis 4:12). Dialah satu-satunya Juruselamat / Penebus dosa!
Mat 1:21
- “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’”.
Kis 4:12
- “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.
c.
Sekalipun Maria memang pasti
menderita waktu melihat Anaknya menderita di atas kayu salib, tetapi Kitab Suci
tidak pernah berkata bahwa dengan penderitaannya itu, Maria juga menjadi penebus
dosa.
Bahwa
Maria, yang adalah manusia biasa dan berdosa, bisa menjadi Penebus dosa,
merupakan ajaran yang bertentangan dengan Maz 49:8-9. Karena terjemahan
Kitab Suci Indonesia dalam hal ini adalah salah, maka saya memberikan terjemahan
dari NIV.
Maz 49:8-9
(NIV - Ps 49:6-7): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for
him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” (= Tidak
seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah
tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran
yang bisa mencukupi).
-bersambung-
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ