By Pdt. Budi Asali MDIV.

 

I SAMUEL 9:26-10:27

 

I) Pengurapan dan tanda.

 

1)   Paginya Samuel mengantarkan Saul untuk pulang, dan ia menyuruh Saul memerintahkan bujangnya untuk mendahului mereka, supaya ia bisa sendirian dengan Saul dan mengurapinya menjadi raja (9:26-27). Dan Samuel lalu mengurapi Saul menjadi raja (10:1).

10:1b - “Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas umatNya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan (atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja) atas milikNya sendiri”.

 

a)   Bagian yang saya letakkan dalam tanda kurung, tidak ada dalam KJV, NIV, NASB, karena Kitab-kitab Suci ini menterjemahkan dari manuscript Ibrani. Sedangkan RSV dan Kitab Suci Indonesia mempunyai bagian ini karena mengambilnya dari Septuaginta / LXX.

 

b)   Dalam 10:1b itu ada kata-kata ‘atas milikNya sendiri’.

KJV/NIV/NASB: over his inheritance (= atas warisanNya).

RSV: over his heritage (= atas warisanNya).

Ini ditekankan untuk memberikan tanggung jawab kepada Saul. Sekalipun Saul menjadi raja atas Israel, itu tidak berarti bahwa Israel adalah milik Saul. Israel tetap adalah milik Allah, dan Saul harus bertanggung jawab kepada Allah dalam memerintah Israel.

Penerapan: Pendeta / guru sekolah minggu, penatua / penilik Jemaat, juga menggembalakan domba-domba Tuhan, bukan domba mereka, dan dalam menggembalakan domba-domba itu mereka bertanggung jawab kepada Tuhan.

 

2)   Supaya Saul percaya bahwa pengurapan dirinya menjadi raja itu betul-betul datang dari Tuhan, maka Samuel menubuatkan akan adanya 3 tanda (10:1b-6). Dan tanda-tanda itu semuanya terjadi persis seperti yang dikatakan oleh Samuel (10:9-10).

Catatan:

 

a)   Kata-kata ‘kepenuhan seperti nabi’ (10:5,6,10,13) salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘bernubuat’.

 

b)   Rupanya kata ‘bernubuat’ di sini mempunyai arti yang berbeda dengan biasanya, yaitu:

·        menyanyikan mazmur / pujian. Bdk. 1Taw 25:1-3.

Ini mungkin, mengingat bahwa dalam peristiwa ini ada penggunaan bermacam-macam alat musik (10:5b).

Catatan: hati-hati menafsirkan 1Taw 25:1-3 ini! Ini tidak berarti bahwa kita boleh mengiringi khotbah dengan musik. Doa diiringi musik sudahlah merupakan hal yang salah, apalagi khotbah yang diiringi musik. Nubuat dalam 1Taw 25:1-3 berupa nyanyian (ini terlihat dari ay 3b), dan karena itu boleh diiringi dengan musik.

·        berdoa. Bdk. 1Raja 18:29 (NIV) yang berbunyi:

“Midday passed, and they continued their frantic prophesying until the time of evening sacrifice” (= Tengah hari berlalu, dan mereka terus bernubuat seperti orang gila sampai pada waktu korban petang).

Ayat ini ada dalam kontex ketika nabi-nabi Baal minta api dari langit dalam pertandingan dengan Elia. Jelas bahwa bernubuat di sini tidak bisa diartikan seperti bernubuat pada umumnya, yaitu memberitakan Firman Tuhan, tetapi harus diartikan sebagai ‘berdoa’.

 

c)   Sebagian dari tanda ke 3 adalah bahwa Roh TUHAN akan berkuasa atas Saul (10:6,10).

10:10 (NIV): the Spirit of God came upon him in power (= Roh Allah datang atasnya dengan kuasa).

2 hal yang perlu dibahas di sini:

·        Saul tidak rebah / nggeblak! Kalau dalam 1Sam 19:23-24 ia rebah, itu karena pada saat itu Roh Kudus bukan datang kepadanya demi / untuk dia, tetapi menentang dia (baca seluruh kontex 1Sam 19!).

·        Roh Kudus datang kepada Saul untuk memperlengkapinya dalam tugasnya sebagai raja. Perlu diketahui bahwa fungsi Roh Kudus dalam Perjanjian Lama berbeda dengan dalam Perjanjian Baru.

 

Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus:

*        diberikan kepada semua anak-anak Allah / orang yang percaya kepada Yesus (Ef 1:13).

*        diberikan untuk selama-lamanya (Yoh 14:16), dan karena itu tidak mungkin dicabut kembali.

*        diberikan dengan tujuan untuk memimpin orang itu dalam mengikut Kristus. Penyertaan dan pimpinan Roh Kudus ini menyebabkan orang kristen yang sejati tidak bisa murtad, dan karena itu Roh Kudus disebut sebagai ‘jaminan’ (Ef 1:14).

 

Tetapi dalam jaman Perjanjian Lama, Roh Kudus:

¨      diberikan hanya kepada orang-orang tertentu saja (dan mereka ini belum tentu adalah anak Allah).

¨      diberikan untuk memperlengkapi mereka dalam tugas pelayanan (bdk. Kel 35:30-36:2). Kalau pelayanan selesai atau kalau Tuhan tidak lagi mau memakai orang itu dalam pelayanan itu, maka Roh Kudusnya dicabut kembali. Dan ini terjadi dalam kasus Saul ini (1Sam 16:14), dan juga dalam Bil 11:25 dan Hak 16:20 (Simson).

 

Jadi, sekalipun Saul menerima Roh Kudus, itu tidak menunjukkan bahwa ia adalah anak Allah, sehingga nanti pada waktu Saul ditinggal oleh Roh Allah, sehingga akhirnya sesat dan binasa, itu tidak boleh diartikan bahwa anak Allah bisa murtad sampai kehilangan keselamatannya!

 

3)   Samuel juga berkata: kalau semua tanda itu sudah terjadi, Saul boleh melakukan apa saja yang didapat oleh tangannya, sebab Allah menyertai dia (10:7).

Kata-kata ‘apa saja’ tentu tidak boleh dimutlakkan. Maksudnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan jabatannya sebagai raja.

Jadi, setelah tanda-tanda terjadi, dan ia yakin bahwa Tuhan memang menghendaki dia menjadi raja, maka ia harus melakukan tugasnya sebagai raja dengan keyakinan bahwa Tuhan berserta dia.

Penerapan: Kalau mau melakukan pelayanan, harus ada keyakinan apakah itu kehendak Allah atau tidak. Kita memang mungkin sekali tidak akan menerima tanda seperti Saul, tetapi kalau kita menggumulkannya, Tuhan bisa menunjukkan kehendakNya kepada kita. Keyakinan akan kehendak Tuhan ini penting, karena berhubungan dengan keyakinan akan penyertaan Tuhan dalam pelayanan tersebut!

 

4)   Hal yang terakhir dikatakan oleh Samuel adalah 10:8. Ini adalah ayat yang membingungkan.

 

a)   Ada yang mengatakan bahwa 10:8 ini tidak berhubungan dengan 13:8-10. Yang dilanggar oleh Saul dalam 13:8-10 itu adalah perjanjian yang lain, yang tidak diceritakan dalam Kitab Suci. Alasannya:

·        13:8-10 itu terjadi 2 tahun setelah itu (13:1).

·        11:14-15 sudah ada pertemuan di Gilgal, dan 10:8 ini dianggap berhubungan dengan 11:14-15 ini.

Keberatan: dalam 11:14-15 Saul pergi bersama-sama dengan Samuel, sehingga tentu saja Saul tidak perlu menunggu Samuel.

 

b)         Ada yang berpendapat bahwa 10:8 ini berhubungan dengan 13:8-10.

 

II) Pengundian.

 

1)   Sekalipun tidak disebutkan secara explicit / jelas, tetapi saya percaya bahwa pemilihan raja di sini dilakukan dengan undian (seperti pada peristiwa Akhan dalam Yos 7:17-18).

Memang pada jaman Perjanjian Lama, Tuhan sering menunjukkan kehendaknya dengan menggunakan undian (bdk. Amsal 16:33).

Tetapi ini tidak berarti bahwa pada jaman sekarangpun kita boleh menggunakan undian untuk mencari kehendak Tuhan. Sekalipun Tuhan memang tidak berubah, tetapi Ia sering melakukan sesuatu pada jaman dahulu, yang tidak lagi dilakukannya pada jaman sekarang. Ada banyak cara Tuhan menunjukkan kehendakNya dalam Perjanjian Lama yang sekarang tidak dipakai lagi, seperti penggunaan tiang awan dan tiang api. Mengapa? Karena sekarang sudah ada Kitab Suci / Firman Tuhan yang lengkap, sehingga sekarang pada umumnya Tuhan menyatakan kehendakNya melalui Firman Tuhan. Jadi, kalau saudara mau mengerti kehendak Tuhan, banyaklah belajar Firman Tuhan!

 

2)   Mengapa suku Benyamin yang terpilih (10:20)? Bukankah ini tidak sesuai dengan nubuat Yakub dalam Kej 49:8-10, yang menyatakan bahwa suku Yehudalah yang akan menjadi raja? Ini disebabkan karena pemberian raja ini terjadi karena bangsa Israel memaksakan kehendaknya kepada Tuhan dan menolak Tuhan sebagai Raja mereka, sehingga Tuhan memberi raja dalam murkaNya.

Hos 13:10b-11 berbunyi: “... hai, engkau yang berkata: ‘Berilah kepadaku seorang raja dan pemuka-pemuka!’ Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu”.

Tetapi nanti Saul digantikan oleh Daud, yang berasal dari keturunan Yehuda.

 

III) Dua macam sikap terhadap Saul.

 

1)   Ini terlihat dalam 10:11-12.

a)   Golongan pertama dengan mengejek menanyakan pertanyaan dalam 10:11b: ‘Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kisy itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?’. Ini jelas adalah golongan yang menentang Saul.

b)   Tetapi ada yang lalu menjawab dengan berkata: ‘Siapakah bapa mereka’? LXX dan Vulgate menterjemahkan ‘Siapakah bapanya?’ (kata ‘nya’ menunjuk kepada Saul). Tetapi ini salah. Seharusnya bukan ‘nya’ tetapi ‘mereka’, dan kata ‘mereka’ ini menunjuk kepada rombongan nabi-nabi itu.

Apa arti pertanyaan ini?

·        Pertanyaan ini menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengejek Saul dalam 10:11b. Jadi maksudnya adalah: kamu mempersoalkan bagaimana Saul, anak Kisy, bisa seperti nabi? Siapa bapa dari rombongan nabi itu? Mereka juga bukan siapa-siapa, sama seperti Kisy. Kalau mereka bisa menjadi nabi, mengapa Saul tidak bisa?

·        Ada juga yang menafsirkan bahwa kata ‘bapa’ di sini artinya adalah ‘guru / pengajar’. Jadi maksud kata-kata ini adalah: siapa guru / pengajar dari nabi-nabi itu? Bukankah guru mereka adalah Allah? Lalu mengapa Saul tidak bisa seperti mereka? Tidak bisakah Allah, yang menjadi guru nabi-nabi itu, mengajar Saul, sehingga menjadi seperti nabi?

Yang manapun yang benar dari 2 penafsiran ini, tetap menunjukkan bahwa ini adalah golongan yang mendukung Saul.

 

2)   Ini terlihat lagi dalam 10:24-27.

Pada waktu undian menunjuk kepada Saul, maka:

a)         Ada orang-orang yang mendukung Saul, yaitu:

·        orang banyak yang berteriak ‘hidup raja’ (10:24).

·        orang-orang gagah perkasa yang hatinya telah digerakkan oleh Allah (10:26). Mereka ini lalu menyertai Saul pulang.

b)         Ada orang-orang yang menentang Saul (10:27).

Kata-kata ‘orang-orang dursila’ terjemahan hurufiahnya adalah seperti dalam KJV, yaitu ‘the children of Belial’ / ‘anak-anak Belial’ (bdk. 1:16  2:12).

Kata ‘Belial’ bisa diartikan:

·        sebagai nama, dan ini menunjuk kepada setan (bdk. 2Kor 6:15).

·        wickedness (= kejahatan).

Orang-orang ini tidak mau memberi persembahan kepada Saul, dan itu menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai dia sebagai raja.

 

Jadi dari sini bisa disimpulkan bahwa sekalipun Saul diangkat menjadi raja karena kehendak Tuhan sendiri, tetap ada orang-orang yang menentangnya. Karena itu, kalau saudara merasa yakin bahwa saudara dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan sesuatu, janganlah merasa heran kalau ada orang-orang yang menentang saudara! Tetaplah mentaati panggilan Tuhan itu.

 

 

-o0o-

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali