By Pdt. Budi Asali MDIV.

 

I SAMUEL 1:20-2:10

 

Pada waktu Yesus mengabulkan doa dari 10 orang yang sakit kusta, maka 9 diantaranya melupakan Tuhan secara total (Luk 17:11-19). Cerita hari ini menunjukkan bahwa Hana (dan juga Elkana) bukanlah orang seperti itu. Dalam 1Sam 1:19-20 kita melihat bahwa Tuhan mengabulkan doa / keinginan mereka dengan memberikan kepada mereka seorang bayi laki-laki. Apa yang lalu dilakukan oleh Hana (dan Elkana)?

 

I) Memberi nama ‘Samuel’ kepada bayinya (1:20).

 

Nama ‘Samuel’ berarti ‘asked of God’ (= diminta dari Allah).

Memang orang bisa saja memberi suatu nama kepada anaknya tanpa mempedulikan artinya, tetapi disini Hana memberikan nama Samuel “sebab katanya: ‘Aku telah memintanya dari pada TUHAN’” (ay 20).

Jadi, pemberian nama ini sudah menunjukkan bahwa pada waktu Hana mendapatkan apa yang diinginkannya / dikabulkan doanya ia tidak lupa kepada Tuhan, dan ia sadar / percaya bahwa bayi itu memang merupakan pemberian Tuhan sebagai jawaban doanya.

 

Penerapan: pada waktu kita menerima berkat Tuhan / jawaban doa, bagaimana kita menyebut berkat itu bisa menunjukkan apakah kita percaya bahwa itu adalah pemberian Allah atau tidak.

 

Misalnya kita pergi ke luar kota dan berdoa supaya Tuhan melindungi. Di tengah jalan kita nyaris mengalami kecelakaan, dan kita menyebutnya sebagai ‘hokgi’ / nasib mujur. Ini tidak menunjukkan bahwa kita menyadari bahwa luputnya kita dari kecelakaan itu adalah berkat dari Tuhan!

 

II) Menepati nazar kepada Tuhan (1:21-28).

 

1)   Elkana menepati nazarnya kepada Tuhan (1:21).

Kata-kata ‘korban nazarnya’ dalam KJV/RSV/NIV/NASB adalah his vow’. Jadi jelas bahwa ini tidak mempersoalkan nazar Hana (karena tidak dikatakan her vow’), tetapi nazar Elkana sendiri (yang tidak diceritakan sebelumnya).

 

2)   Hana mengambil keputusan untuk menepati nazarnya dengan menyerahkan Samuel kepada Tuhan seumur hidupnya (1:21-22 bdk. 1:11).

Kalau dalam 1:22 dikatakan bahwa Hana tidak ikut pergi ke Kemah Suci, jangan menganggap bahwa ini menunjukkan bahwa setelah menerima berkat dari Tuhan, Hana justru berbuat dosa / menjauhkan diri dari Tuhan. Juga jangan menganggap ini sebagai ijin bagi ibu yang melahirkan untuk tidak berbakti kepada Tuhan. Mengapa? Karena pada jaman itu, pergi ke Kemah Suci / Bait Allah 3 x dalam setahun, hanya diperintahkan kepada orang Israel laki-laki saja (Kel 23:17)! Perempuan boleh ikut, tetapi tidak diharuskan!

 

3)   Elkana menyetujui keputusan istrinya untuk menepati nazarnya (1:23a).

Dalam Bil 30:6-7 dikatakan bahwa nazar seorang istri harus disetujui oleh suami, kalau tidak maka nazar itu batal.

Kata-kata ‘Tuhan kiranya menepati janjiNya’ mungkin menunjuk pada janji Tuhan kepada mereka tentang Samuel yang tidak tercatat dalam Kitab Suci (yang terjadi antara saat Hana berdoa di Kemah Suci dan saat dia mendapatkan anak).

 

4)   Setelah penyapihan anak, Hana tetap tidak berubah dari keputusannya itu dan ia menyerahkan anaknya kepada Tuhan seumur hidupnya (1:23b-28).

 

a)   Kalau dilihat dari kitab Apocrypha, maka dikatakan dalam 2Makabe 7:27 bahwa pada saat itu, penyapihan dilakukan pada saat anak berusia 3 tahun.

Catatan: saya menggunakan Apocrypha, bukan berarti bahwa saya menerima Apocrypha sebagai Firman Tuhan. Saya hanya menggunakannya sebagai suatu kitab kuno melalui mana kita bisa mempelajari tradisi jaman dahulu. Tetapi tentu saja otoritas maupun tingkat kebenarannya tidak bisa disamakan dengan Alkitab.

 

b)   Setelah waktu yang begitu lama, dan pada saat anak itu sedang lucu-lucunya, sehingga tentu berat bagi Hana untuk memberikan anak itu kepada Tuhan, Hana tetap tidak berubah dari keputusannya dan ia menyerahkan anaknya kepada Tuhan untuk seumur hidupnya.

 

c)   1:24 - ‘lembu jantan berusia 3 tahun’.

Ada manuscript yang menuliskan ‘3 lembu jantan’.

Kalau dilihat dari banyaknya tepung, yaitu 1 efa, maka mungkin yang benar adalah 3 lembu jantan (bdk. Bil 15:8-10 yang menunjukkan bahwa tepung yang dibutuhkan untuk 1 ekor lembu seharusnya hanya 0,3 efa).

 

Kesimpulan: baik Hana maupun Elkana menepati nazarnya kepada Tuhan (Bdk. Pengkhotbah 5:4-6).

 

Dalam Maz 116:17-19 ditunjukkan tentang orang yang menepati nazar dengan pujian kepada Tuhan, dan ini menunjukkan bahwa ia menepati nazarnya kepada Tuhan bukan dengan perasaan terpaksa, getun dsb, tetapi dengan syukur, pujian dan sukacita. (bdk. 1Sam 2:1 yang menunjukkan Hana berdoa memuji Tuhan, sehingga jelas menunjukkan bahwa ia menepati nazar dengan sukacita / syukur).

 

III) Berdoa / menyanyi memuji Tuhan (2:1-10).

 

Apa saja yang ia ucapkan dalam doa / nyanyian pujian ini?

 

1)   Pengakuan bahwa Tuhanlah yang memberikan berkat / pertolongan itu kepada Dia (2:1).

Ini terlihat dari kata-kata ‘oleh TUHAN’ (2:1a) dan ‘pertolonganMu’ (2:1b).

Sadarlah bahwa Tuhan memang menghendaki pengakuan kita! Bdk. Amsal 3:6 - “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”.

 

2)   Pujian kepada Tuhan (2:2,3b,10).

·        Tuhan itu kudus (2:2a).

·        Tuhan itu unik (2:2b).

·        Tuhan itu perlindungan kita (2:2c).

·        Tuhan itu maha tahu (2:3b).

·        Tuhan itu mahakuasa dan adil (2:10).

 

3)   Tuhan sering membalik nasib manusia (2:3-8).

Bandingkan dengan ucapan bahagia dalam Luk 6:20-26.

 

·        Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa semua orang yang sekarang kaya nantinya akan menderita, dan semua orang yang sekarang miskin nantinya akan enak.

Yang dimaksud dengan orang yang mula-mula menderita, jelas adalah orang yang percaya. Sedangkan yang dimaksud dengan orang yang sekarang enak, tetapi nanti menderita, jelas adalah orang fasik yang tidak percaya kepada Tuhan. Ini terlihat dengan jelas dari 2:9-10.

 

Calvin: “These passages show the ancient fathers to have known well that, however the saints were buffeted about, their final end was to be life and salvation, while the way of the wicked is a pleasant felicity by which they gradually slip into the whirlpool of death” (= Text-text ini menunjukkan bahwa bapa-bapa kuno mengetahui benar bahwa, bagaimanapun orang-orang kudus dipukuli, tujuan akhir mereka adalah kehidupan dan keselamatan, sementara jalan orang fasik adalah kebahagiaan yang menyenangkan dengan mana mereka perlahan-lahan meluncur ke dalam pusaran air kematian) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter X, no 18. Bdk. Mat 7:13-14  Maz 73:1-20  Yer 12:1-4.

 

·        Ini menunjukkan bahwa orang percaya yang ikut Tuhan memang sering ada dalam penderitaan, kemiskinan, kesukaran, dsb. Sebaliknya, orang fasik yang tidak percaya kepada Tuhan seringkali justru mengalami nasib yang baik. Tetapi keadaan tidak akan selama-lamanya seperti itu. Ada waktunya Tuhan akan membalik nasib mereka, kalau tidak dalam hidup yang sekarang ini (misalnya kehidupan Daud), pastilah dalam kehidupan yang akan datang (bdk. Luk 16:19-31). Bdk. juga dengan Maz 73!

 

·        Pengertian dan kesadaran tentang hal ini penting, karena kalau tidak kita mungkin sekali akan hidup dalam sungut-sungut, kekecewaan, kesedihan, bahkan kejengkelan terhadap Tuhan! Tetapi kalau kita mengerti hal ini, dalam penderitaanpun kita bisa tetap percaya, berha-rap, bahkan memuji dan bersyukur kepada Tuhan!

 

Kesimpulan.

 

Hana (dan Elkana) menanggapi berkat dari Tuhan dengan cara yang benar. Bagaimana sikap saudara dan apa yang saudara lakukan kalau saudara menerima berkat / jawaban doa dari Tuhan?

 

 

 

 

 

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali