By Pdt. Budi Asali MDIV.

 

I SAMUEL 1:1-20

 

I) Orang tua Samuel.

 

1)   Ay 1-2 menceritakan tentang sepasang suami istri yang bernama Elkana dan Hana.

 

2)   Ay 1 mengatakan bahwa Elkana berasal dari Ramataim Zofim, dari pegunungan Efraim. Ada banyak perdebatan tentang kota ini, tetapi banyak penafsir yang berpendapat bahwa ini adalah kota Rama di Benyamin. Lalu mengapa dikatakan ‘pegunungan Efraim’ (ay 1)? Karena pegunungan Efraim itu memang meluas sampai daerah Benyamin (bdk. Hak 4:5). Jadi, kota Rama ini terletak di pegunungan Efraim yang terletak di daerah suku Benyamin.

 

3)   Ay 1 akhir: Elkana ini adalah ‘seorang Efraim’.

 

a)   Elkana tidak mungkin dari suku Efraim, tetapi pasti dari suku Lewi.

Alasannya:

·        Samuel, anak Elkana, nanti menjadi imam, dan karenanya ia pasti dari suku Lewi. Jadi Elkana pasti juga dari suku Lewi.

·        Ini juga didukung oleh 1Taw 6:22-28 dan 1Taw 6:33-38 yang me-nunjukkan bahwa Samuel / Elkana adalah keturunan Kehat, anak Lewi (1Taw 6:1).

Catatan: kalau melihat perbedaan dalam silsilah-silsilah ini maka ingat bahwa:

*        silsilah bisa meloncat, karena istilah ‘memperanakkan’ seringkali artinya adalah ‘menurunkan’.

*        satu orang sering punya lebih dari 1 nama, sehingga bisa saja pada silsilah yang satu digunakan nama pertama, sedangkan pada silsilah yang lain digunakan nama yang kedua. Ini bisa menyebabkan seolah-olah ada perbedaan / pertentangan.

*        satu nama yang sama bisa dimiliki oleh dua orang atau lebih.

 

b)   Kalau Elkana adalah seorang dari suku Lewi, lalu mengapa ay 1 me-nyebut dia ‘seorang Efraim’? Karena orang Lewi sering disebut dengan nama suku dimana mereka tinggal. Ingat bahwa pada pembagian tanah Kanaan, orang Lewi tidak mendapat daerah tertentu, tetapi hanya diberi kota-kota di daerah suku-suku yang lain, sehingga mereka tinggal di antara suku-suku yang lain (Bil 35:1-8  Yos 14:4  18:7  21:1-42).

 

Keil & Delitszch: “The Levites were reckoned as belonging to those tribes in the midst of which they lived, so that there were Judean Levites, Ephraimitish Levites, and so on” (= Orang Lewi dianggap sebagai milik / termasuk suku dimana mereka tinggal, sehingga ada orang Lewi Yehuda, orang Lewi Efraim, dsb).

 

Bdk. Hak 17:7 - “Maka ada seorang muda dari Betlehem - Yehuda, dari kaum Yehuda; ia seorang Lewi dan tinggal di sana sebagai pendatang”.

KJV: “And there was a young man out of Bethlehem-judah of the family of Judah, who was a Levite ...” (= Dan di sana ada seorang muda dari Betlehem-Yehuda dari keluarga Yehuda, yang adalah seorang Lewi ...).

 

c)   Tetapi, mengapa disebut ‘orang Efraim’ bukannya ‘orang Benyamin’? Bukankah ia tinggal di Rama di Benyamin?

Jawab: mungkin saja tadinya ia tinggal dan dibesarkan di Efraim (sehingga disebut orang Efraim), tetapi lalu pindah ke Benyamin.

 

4)   Tiap-tiap tahun Elkana dan keluarganya pergi ke Silo untuk mempersembahkan korban (ay 3 bdk. Ul 16:16). Korban yang dimaksud mungkin sekali adalah korban keselamatan (Im 7:11-21), sehingga daging korban dimakan bersama-sama (ay 4-5).

 

Dalam pembagian daging korban itu, dalam Kitab Suci Indonesia dikatakan bahwa Hana mendapat ‘hanya satu bagian’ (ay 5).

NIV/NASB/NKJV: a double portion (= porsi dobel).

KJV: a worthy portion (= porsi yang berharga).

RSV: only one portion (= hanya satu porsi).

Literal: one portion of two faces (= satu porsi yang bermuka dua).

Adanya kata-kata ‘of two faces’ (= yang bermuka dua), menyebabkan saya lebih setuju dengan terjemahan NIV/NASB/NKJV.

Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa dalam pembagian daging korban itu, Hana diistimewakan.

 

II) Penderitaan Hana.

 

1)   Elkana mempunyai istri kedua yaitu Penina (ay 2).

Ini jelas merupakan hal yang menyakitkan bagi Hana. Sekalipun dalam Kitab Suci ada istri-istri yang memberikan seorang perempuan untuk menjadi istri tambahan bagi suaminya (seperti Sara memberikan Hagar kepada Abraham, Rahel dan Lea memberikan Bilha dan Zilpa kepada Yakub), tetapi ini jelas merupakan hal yang tidak umum. Pada umumnya, seorang istri pasti akan menderita / sakit hati kalau suaminya kawin lagi.

 

2)   Hana tidak mempunyai anak, tetapi Penina mempunyai banyak anak (ay 2b).

 

a)   Pada saat itu, bagi orang Israel adalah sesuatu yang hina kalau seorang perempuan tidak bisa mempunyai anak. Mengapa? Adam Clarke menjawab: karena setiap perempuan ingin Mesias diturunkan dari dia. Kalau ia tidak bisa mempunyai anak, maka harapan ini tidak mungkin terlaksana. Memang ini aneh, karena Mesias pasti muncul dari suku Yehuda (Kej 49:10), sehingga perempuan dari suku yang lain tidak mungkin bisa menurunkan Mesias. Tetapi mungkin pada saat itu mereka belum tahu bahwa Mesias harus muncul dari suku Yehuda.

 

b)   Andaikata Penina juga tidak mempunyai anak, maka mungkin sekali Hana tidak terlalu menderita. Tetapi ternyata saingannya ini mempunyai anak, dan bahkan mempunyai banyak anak. Ini tentu menyebabkan ia makin menderita, dan makin merasa tidak berharga di hadapan suaminya.

 

3)   Penina terus menghina Hana (ay 6,7).

 

a)   Dari ay 6-7 ini terlihat bahwa Hana adalah seorang yang sabar dan berhati lembut; ia tidak menjadi marah lalu melabrak Penina.

 

b)   Hana juga tidak lalu menyalahkan Elkana.

Bandingkan ini dengan Kej 16:5, dimana Sara menyalahkan Abraham dengan mengatakan bahwa penderitaannya adalah tanggung jawab Abraham, padahal ia sendiri yang menyuruh Abraham mengambil Hagar.

 

c)   Elkana tidak menegur Penina.

Ia cuma menghibur Hana dengan hiburan kosong (ay 8). Bagaimana mungkin bagi Hana ia bisa lebih berharga dari 10 anak laki-laki kalau ia ternyata kawin lagi?

Bahwa Elkana tidak menegur Penina, tentu merupakan penderitaan tambahan bagi Hana, dan juga menyebabkan Penina makin berani menghina Hana.

 

Penerapan:

Kalau hal itu ada dalam kuasa saudara, jangan membiarkan penindasan / penghinaan terhadap seseorang. Adalah sesuatu yang salah kalau kita hanya menghibur orang yang dihina / ditindas, tetapi membiarkan / tidak menegur orang yang menindas / menghina. Hal ini bisa saudara terapkan terhadap anak-anak saudara atau pegawai-pegawai saudara, jika yang satu menghina / menindas yang lain.

 

4)   Penderitaan Hana berlangsung lama.

Ay 7: ‘dari tahun ke tahun’.

Anak Tuhan memang bisa saja mengalami penderitaan yang banyak, berat dan lama, sekalipun hidupnya benar di hadapan Tuhan. Karena itu, kalau saudara betul-betul beriman dan mengikut Tuhan dengan setia, janganlah terlalu heran kalau saudara mengalami penderitaan yang hebat, banyak dan berlarut-larut.

 

III) Doa dan nazar Hana.

 

1)   Hana berdoa kepada ‘TUHAN semesta alam’ untuk meminta seorang anak laki-laki (ay 11).

Istilah ‘TUHAN semesta alam’ oleh NIV diterjemahkan dengan istilah ‘The LORD Almighty’. Ini sebetulnya salah, karena dalam bahasa Ibrani kata-kata yang dipakai adalah YAHWEH TSEBAOTH yang artinya adalah ‘The LORD of hosts’ (Dalam ay 3 istilah itu keluar untuk pertama-kalinya dalam Kitab Suci). Istilah ‘hosts’ (= rombongan besar) bisa menunjuk pada 2 hal:

·        matahari, bulan, bintang (bdk. Yes 14:26).

Kalau dipilih arti ini, maka istilah ini menunjukkan Yahweh sebagai penguasa semua benda angkasa yang disembah agama kafir.

·        malaikat (bdk. Kej 32:2).

Bdk. Maz 148:2-3 (‘segala tentaraNya’ = his hosts).

Yang manapun arti yang benar, istilah ini tetap menunjukkan kehebatan, kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan.

 

Jadi, pada waktu Hana berdoa untuk problem yang besar, ia menggunakan sebutan yang menunjukkan kehebatan, kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan. Ini sesuatu yang penting dalam doa! Dari pada selalu menyebut ‘Tuhan’ atau ‘Bapa’ atau ‘Allah’, lebih baik gunakanlah sebutan untuk Tuhan yang sesuai dengan kebutuhan saudara. Tentu saja jangan menggunakan sembarang sebutan, tetapi gunakanlah sebutan yang Alkitabiah.

Misalnya:

¨      kalau saudara sedang membutuhkan bimbingan untuk memilih jalan yang benar, sebutlah Dia dengan sebutan ‘Gembala yang baik’.

¨      kalau iman saudara sedang goncang karena adanya bahaya, sebutlah Dia dengan sebutan ‘batu karang’ atau ‘kota benteng’.

¨      kalau saudara sedang membutuhkan kesembuhan dari penyakit, sebutlah Dia dengan sebutan ‘Dokter di atas segala dokter’.

¨      kalau saudara sedang membutuhkan kasih sayang, pengampunan dosa, sebutlah Dia dengan sebutan ‘Bapa’.

Memang kalau saudara belum terbiasa, maka saudara harus berpikir pada waktu berdoa, sehingga kelihatannya mengganggu doa saudara. Tetapi lama kelamaan saudara tidak lagi membutuhkan waktu untuk berpikir.

Jangan menganggap bahwa menyebut seperti ini tidak ada gunanya. Karena pada waktu saudara menggunakan sebutan yang cocok untuk kebutuhan saudara, maka saudara seolah-olah sedang berkhotbah kepada diri saudara sendiri melalui doa itu. Ini bisa menguatkan iman saudara, sehingga dalam menaikkan doa itu saudara bisa lebih beriman.

 

2)   Doanya disertai suatu nazar bahwa ia akan menyerahkan anak itu menjadi nazir Allah yang melayani Tuhan seumur hidupnya (ay 11 bdk. Bil 6:1-21).

Sekalipun saya percaya bahwa di sini nazar Hana ini sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi saya tidak percaya bahwa kita boleh meniru nazar seperti ini.

Alasannya:

·        nazar seharusnya hanya melibatkan diri saudara sendiri, bukan orang lain. Bandingkan dengan nazar Yefta yang akhirnya mengorbankan anak perempuan tunggalnya (Hak 11:29-40).

·        seseorang menjadi hamba Tuhan kalau ada panggilan Tuhan. Bagai-mana kalau kita bernazar akan menyerahkan anak kita menjadi hamba Tuhan, tetapi ternyata Tuhan tidak memanggil anak itu menjadi ham-baNya?

 

3)   Hana berdoa dalam hati, sambil menangis (ay 10,12-13).

Ini tidak lazim, karena pada saat itu biasanya orang berdoa dengan suara keras. Ini menyebabkan imam Eli mengira bahwa Hana sedang mabuk, dan ia lalu menegur Hana (ay 14).

 

a)   Bahwa Eli bisa mengira Hana sedang mabuk (padahal Hana ada di Kemah Suci), menunjukkan bahwa mungkin pada saat itu sering ada orang yang pergi ke Kemah Suci dalam keadaan mabuk, dan ini me-nunjukkan kebobrokan rohani pada saat itu. Tidak heran, karena saat itu anak-anak Eli yang brengsek sedang jadi imam (ay 3b  2:29  3:13).

 

b)   Ini adalah tindakan menghakimi, karena Eli menegur Hana tanpa me-ngetahui duduk perkaranya dengan jelas.

Seseorang mengatakan: “There should be proof before reproof” (= Harus ada bukti sebelum teguran / celaan).

Catatan: dalam bahasa Inggris ada permainan kata antara ‘proof’ (= bukti) dan ‘reproof’ (= teguran / celaan), tetapi permainan kata ini hilang pada waktu kalimat ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

 

c)   Eli buta terhadap kesalahannya sendiri (2:29 bdk. Mat 7:1-5) dan lemah terhadap kesalahan anak-anaknya (2:22-25,29  3:13), tetapi keras terhadap kesalahan orang lain (Hana).

Ini sikap yang tidak adil / tidak benar, dan karenanya jangan meniru sikap seperti ini.

 

d)   Dalam keadaan sedih seperti itupun, Hana tetap menunjukkan diri sebagai orang yang sabar, lembut dan bisa menguasai dirinya, pada waktu menghadapi teguran Eli yang tidak pada tempatnya itu. Tanpa marah, dan tetap dengan hormat, ia menjelaskan persoalannya kepada Eli (ay 15-16). Perhatikan sebutan ‘hambamu’ untuk dirinya sendiri (ay 16,18), dan ‘tuanku’ untuk imam Eli (ay 15), yang jelas menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap Eli, sekalipun Eli baru saja menuduhnya secara sembarangan.

 

Renungkan: Kalau ada seorang hamba Tuhan (bukan nabi palsu) melakukan kesalahan kepada saudara, apakah saudara mempunyai sikap yang sama dengan sikap Hana?

 

IV) Pengabulan doa Hana (ay 17-20).

 

1)   Mendengar penjelasan Hana itu, Eli lalu memberikan janji bahwa doa Hana akan dikabulkan (ay 17). Tidak jelas apakah ini ia berikan sekedar untuk menutupi rasa malunya, atau karena ia betul-betul mendapatkannya dari Tuhan.

 

2)   Hana tidak sedih lagi, dan ia mau makan (ay 18b).

Ini suatu contoh yang baik, dimana setelah berdoa dan menyerahkan be-bannya kepada Tuhan, ia tidak sedih lagi.

Seringkali orang kristen berdoa, dan menyerahkan beban kepada Tuhan, tetapi setelah selesai berdoa, bebannya diambil kembali, sehingga ia tetap sedih. Ini salah! Bandingkan dengan 1Pet 5:7 dimana dikatakan ‘serahkanlah’ bukan ‘titipkanlah’!

 

3)   Tuhan membuat Hana mengandung lalu melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Samuel (ay 19-20).

 

a)   Adanya janji Tuhan (ay 17) maupun iman (ay 18), tidak menyebabkan mereka tidak berusaha. Mereka berusaha untuk membuat Hana mengandung dengan jalan melakukan persetubuhan (ay 19 - ‘Elkana bersetubuh dengan Hana’).

 

b)   Sekalipun mereka berusaha, jelas bahwa keberhasilan mereka adalah karena berkat dari Tuhan.

Ay 19 yang mengatakan ‘TUHAN ingat kepadanya’, juga ay 5b yang menyatakan bahwa ‘TUHAN telah menutup kandungannya’, menun-jukkan bahwa berhasil atau tidaknya mereka mendapatkan anak, sepenuhnya tergantung dari ada atau tidaknya berkat dari Tuhan. Bandingkan dengan Maz 127:1-3 berbunyi: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah - sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur. Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah”.

 

Penerapan: kalau saudara menginginkan sesuatu, maka lakukanlah usaha maximal (sepanjang usaha itu bukan dosa), tetapi setelah itu janganlah bersandar pada usaha saudara itu, tetapi bersandarlah kepada Tuhan!

 

V) Tujuan penderitaan Hana.

 

Melalui cerita ini kita bisa melihat bahwa segala penderitaan Hana ada maksudnya, dan berguna untuk kebaikan Hana sendiri.

Apa gunanya penderitaannya itu?

 

1)   Supaya Hana berdoa dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.

Karena itu, kalau saudara mengalami problem / penderitaan, anggaplah itu sebagai panggilan dari Tuhan untuk berdoa / mendekat kepada Dia.

 

2)   Supaya ada sukacita yang luar biasa.

Andaikata mereka punya anak biasa maka memang akan ada sukacita, tetapi ini sukacita yang biasa-biasa saja. Tetapi kalau mereka baru mendapatkan anak setelah lama menunggu, maka akan ada sukacita yang lebih besar. Dan kalau mereka baru mendapatkan anak setelah lama menunggu, dan anak itu merupakan jawaban doa, maka mereka mendapat sukacita yang lebih besar lagi.

Bandingkan ini dengan Yoh 16:24 yang berbunyi: “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.

Karena itu, kalau saudara ingin mempunyai sukacita yang lebih banyak dan lebih besar, lebih banyaklah dalam berdoa / meminta sesuatu kepada Tuhan.

 

3)   Supaya ia bernazar, lalu memberikan Samuel kepada Tuhan, sehingga menjadi imam dan hakim atas Israel.

 

Kesimpulannya: penderitaan selalu ada maksudnya dan pasti berguna untuk kebaikan saudara sendiri. Ini sesuai dengan Ro 8:28 yang berbunyi: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

 

Karena itu janganlah kecewa, sedih, putus asa, atau mundur dari Tuhan pada waktu menghadapi penderitaan! Sebaliknya tetaplah percaya, tetaplah bersukacita, dan mendekatlah kepada Tuhan dengan banyak berdoa.

 

 

 

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali