Khotbah Eksposisi

1 PETRUS 2:9-10

 Pdt. Budi Asali, M.Div.

 

Ay 9: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib:”.

 

1)  ‘Tetapi kamulah ...’.

Setelah membicarakan mereka yang meremehkan / menolak Kristus (ay 7-8), Petrus kembali membicarakan keadaan dari orang pilihan / percaya.

 

2)   ‘bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri’.

a)   ‘bangsa yang terpilih’.

Bahwa seseorang percaya kepada Kristus, membuktikan bahwa dia adalah orang pilihan.

 

Pulpit Commentary: “The Corner-stone is elect, precious: the living stone built thereupon are elect likewise” (= Batu penjuru itu pilihan dan berharga: batu hidup yang dibangun di atasnya juga pilihan) - hal 71.

 

Barclay: “Privilege brings with it responsibility. The Christian is chosen in order that he may become the obedient child of God. He is chosen not to do as he likes but to do as God likes” (= Hak membawa dengannya tanggung jawab. Orang Kristen dipilih supaya ia bisa menjadi anak yang taat dari Allah. Ia dipilih bukan untuk melakukan seperti yang diingininya, tetapi untuk melakukan seperti yang diingini Allah) - hal 199.

 

b)   ‘imamat yang rajani’.

 

1.   Barclay: “this means that every Christian has the right of access to God” (= ini berarti bahwa setiap orang Kristen mempunyai hak masuk kepada Allah) - hal 199.

 

2.   Apa maksudnya kata ‘rajani’ bagi orang kristen? Ada 2 pandangan:

 

a.   Dalam arti rohani, orang kristen memang adalah raja.

Wah 3:21 - Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhtaKu, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhtaNya”.

Wah 5:10 - “Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’”.

 

b.   Orang kristen disebut imamat yang rajani, karena orang kristen melayani Raja di atas segala raja.

 

c)   ‘bangsa yang kudus’.

Perlu diingat bahwa arti yang utama dari kata ‘kudus’ adalah ‘berbeda dengan / dari’.

Barclay: “The Christian has been chosen that he may be different from other men. That difference lies in the fact that he is dedicated to God’s will and to God’s service” (= Orang kristen telah dipilih supaya ia bisa berbeda dari orang-orang lain. Perbedaan itu terletak dalam fakta bahwa ia didedikasikan pada kehendak Allah dan pada pelayanan Allah) - hal 199.

 

Renungkan: apakah hidup saudara didedikasikan pada kehendak Allah dan pelayanan Allah? Atau pada pekerjaan, uang, keduniawian, kesenangan, dan sebagainya?

 

d)   ‘umat kepunyaan Allah sendiri’.

Barclay mengatakan bahwa seringkali sesuatu menjadi penting dan berharga karena sesuatu itu menjadi milik dari seseorang yang penting / terkenal. Orang Kristen menjadi penting karena ia menjadi milik Allah.

 

e)   ‘bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri’.

 

1.   Sebutan-sebutan yang terhormat ini dulunya diberikan kepada bangsa Israel.

Kel 19:6 - Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.’”.

Ul 7:6-7 - “(6) Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayanganNya. (7) Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu - bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?”.

 

2.         Sekarang sebutan-sebutan tersebut diberikan kepada Gereja.

 

Barclay: “The great promises which God made to his people Israel are being fulfilled to the Church, the new Israel” (= Janji-janji yang besar yang dibuat oleh Allah kepada umatNya Israel digenapi pada Gereja, Israel yang baru) - hal 198.

 

Pulpit Commentary: “The apostle’s mind is full of the Old Testament representation of the sacred office and dignity of Israel as a royal priesthood and God’s chosen possession, and he transfers the whole without hesitation to the Christian Church, which like all the New Testament writers, regards as the heir of Israel’s forfeited position” (= Pikiran sang rasul penuh dengan gambaran Perjanjian Lama tentang jabatan dan martabat yang kudus dari Israel sebagai imamat yang rajani dan milik pilihan dari Allah, dan ia, seperti semua penulis Perjanjian Baru, mentransfer seluruhnya tanpa ragu-ragu kepada Gereja Kristen, yang dianggap sebagai pewaris dari posisi / kedudukan Israel yang hilang) - hal 92.

 

Calvin: “he sanctifies us, who are by nature polluted; he chose us, when he could find nothing in us but filth and vileness; he makes his peculiar possession from worthless dregs; he confers the honour of the priesthood on the profane; he brings the vassals of Satan, of sin, and of death, to the enjoyment of royal liberty” (= Ia menguduskan kita, yang secara alamiah terpolusi; Ia memilih kita, pada waktu kita tidak bisa mendapatkan apapun dalam kita kecuali kotoran dan kebusukan / kehinaan; Ia membuat milikNya yang istimewa dari sampah / ampas yang tak berharga; Ia menganugerahkan kehormatan imam pada orang yang duniawi; Ia membawa budak / pengikut setan, dosa dan kematian, kepada penikmatan dari kebebasan rajani) - hal 75.

 

3.   Mengapa / untuk apa Petrus membicarakan pentransferan gelar-gelar Israel kepada Gereja di sini?

Calvin mengatakan bahwa Petrus seakan-akan mengatakan: semua gelar-gelar Israel sekarang menjadi milikmu, dan karena itu berhati-hatilah supaya jangan ketidak-percayaanmu merampok semua itu darimu.

 

4.   Barclay: “the Christian is called out of insignificance into significance. It continually happens in this world that a man’s greatness lies not in himself but in what has been given him to do. The Christian’s greatness lies in the fact that God has chosen him to be his man and to do his work in the world” (= orang Kristen dipanggil keluar dari keremehan menjadi sesuatu yang penting / berarti. Terus menerus terjadi dimana kebesaran / keagungan seseorang tidak terletak dalam dirinya sendiri tetapi dalam apa yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukan. Kebesaran / keagungan orang Kristen terletak dalam fakta dimana Allah telah memilihnya untuk menjadi orangNya dan untuk melakukan pekerjaanNya dalam dunia ini) - hal 197-198.

Renungkan: apakah saudara melakukan pekerjaan Allah?

 

3)   ‘supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.

KJV: ‘the praises of him’ (= puji-pujian tentang Dia).

Pulpit Commentary (hal 92) mengatakan bahwa kata ‘praise’ (= pujian) artinya sebetulnya adalah ‘virtue’ (= kebaikan / kebajikan).

 

Barnes’ Notes: “The Greek word (areth) means properly ‘good quality’, ‘excellence’ of any kind. It means here the excellence of God - his goodness, his wondrous deeds, or those things which make it proper to praise him. This shows one great object for which they were redeemed” [= Kata Yunani (areth) sebetulnya berarti ‘kwalitet yang baik’, ‘mutu yang baik / keunggulan’ dari segala jenis. Di sini itu berarti keunggulan Allah - kebaikanNya, perbuatan-perbuatanNya yang ajaib, atau hal-hal yang membuatNya layak dipuji. Ini menunjukkan satu tujuan / obyek yang besar untuk mana mereka ditebus] - hal 1409.

 

Bandingkan dengan Yes 43:21 - umat yang telah Kubentuk bagiKu akan memberitakan kemasyhuranKu.’”.

Kata ‘kemasyhuranKu’ oleh KJV/RSV/NIV diterjemahkan ‘my praise’ (= pujianKu). Disamping itu pengalimatan dari RSV dan NIV agak berbeda.

RSV: ‘the people whom I formed for myself that they might declare my praise’ (= bangsa yang Kubentuk untuk diriKu sendiri supaya mereka bisa menyatakan pujianKu).

NIV: ‘the people I formed for myself that they may proclaim my praise’ (= bangsa yang Kubentuk untuk diriKu sendiri supaya mereka bisa memproklamirkan pujianKu).

 

Bandingkan dengan Ef 2:10 - Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

 

Renungkan: apakah tujuan pemilihan / penebusan / penyelamatan, yaitu memuliakan Allah melalui kehidupan dan pelayanan kita, tercapai dalam hidup saudara?

 

4)         ‘yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib’.

 

a)   ‘Memanggil kamu’.

Kalau tadi disebut ‘bangsa yang terpilih’, maka sekarang dikatakan bahwa mereka ‘dipanggil’. Bandingkan dengan Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

 

b)   ‘dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib’.

‘Kegelapan’ menunjuk kepada ketidak-tahuan / kebodohan, kesalahan, kesengsaraan, dosa, keadaan tanpa harapan; sedangkan ‘terang’ menunjuk kepada kebenaran, kemurnian, sukacita, dan sebagainya.

Orang yang tanpa Injil sering disebut sebagai berada dalam kegelapan. Bandingkan dengan:

·         Mat 4:16 - bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.’”.

·         Luk 1:79 - “untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.’”.

 

Ay 10: “kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

 

1)         Kata-kata Petrus dalam ay 10 ini menunjuk kepada ayat-ayat di bawah ini:

·         Hos 1:6,9,10 - “(6) Lalu perempuan itu mengandung lagi dan melahirkan seorang anak perempuan. Berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: ‘Berilah nama Lo-Ruhama kepada anak itu, sebab Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka. ... (9) Lalu berfirmanlah Ia: ‘Berilah nama Lo-Ami kepada anak itu, sebab kamu ini bukanlah umatKu dan Aku ini bukanlah Allahmu.’ (10) Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: ‘Kamu ini bukanlah umatKu,’ akan dikatakan kepada mereka: ‘Anak-anak Allah yang hidup.’”.

·         Hos 2:1,23 - “(1) Katakanlah kepada saudara-saudaramu laki-laki: ‘Ami!’ dan kepada saudara-saudaramu perempuan: ‘Ruhama!’ ... (23) Aku akan menaburkan dia bagiKu di bumi, dan akan menyayangi Lo-Ruhama, dan Aku berkata kepada Lo-Ami: UmatKu engkau! dan ia akan berkata: Allahku!’”.

Catatan: Lo-Ruhama artinya ‘not loved’ (= tidak dikasihi); Lo-Ami artinya ‘not my people’ (= bukan bangsaku); Ami artinya ‘my people’ (bangsaku); Ruhama artinya ‘My loved one’ (= kekasihku / orang yang kukasihi).

 

Nubuat Hosea ini digenapi dalam jaman Perjanjian Baru dalam diri dari Gereja. Paulus menerapkan nubuat Hosea ini terhadap orang-orang non Yahudi.

Ro 9:24-26 - “(24) yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, (25) seperti yang difirmankanNya juga dalam kitab nabi Hosea: ‘Yang bukan umatKu akan Kusebut: umatKu dan yang bukan kekasih: kekasih.’ (26) Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: ‘Kamu ini bukanlah umatKu,’ di sana akan dikatakan kepada mereka: ‘Anak-anak Allah yang hidup.’”.

 

Calvin: “Paul, in Rom. 9:26, applies also this prophecy to the Gentiles, and not without reason; for from the time the Lord’s covenant was broken, from which alone the Jews derived their superiority, they were put on a level with the Gentiles” (= Paulus, dalam Ro 9:26, juga menerapkan nubuat ini kepada orang-orang non Yahudi, dan bukannya tanpa alasan; karena sejak saat perjanjian Tuhan hancur, dari mana orang-orang Yahudi mendapatkan kesuperioran mereka, mereka diletakkan pada posisi yang sama dengan orang-orang non Yahudi) - hal 77.

 

2)   Ay 10 ini menunjukkan bahwa:

 

a)   Orang yang bukan umat Allah tidak mendapatkan belas kasihan dari Allah! Memang sebetulnya sekalipun Allah itu kasih, tetapi sifat adilNya tidak memungkinkan Ia berbelas kasihan / mengampuni, kecuali orang tersebut menerima jasa penebusan Kristus.

Karena itulah dalam Maz 7:12 dikatakan bahwa Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.

 

b)   Orang yang adalah umat Allah (karena percaya kepada Kristus), mendapatkan belas kasihan Allah.

Maz 103:8-14 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”.

Maz 103:17 - “Tetapi kasih setia [KJV: ‘mercy’ (= belas kasihan)] TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu”.

Yes 54:7-8 - “(7) Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. (8) Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajahKu terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu”.

 

Barclay: “The great characteristic of non-Christian religion is the fear of God. The Christian has discovered the love of God and knows that he need no longer fear him, because it is well with his soul” (= Ciri yang besar dari agama non-Kristen adalah rasa takut kepada Allah. Orang Kristen telah menemukan kasih Allah dan tahu bahwa ia tidak lagi perlu takut kepadaNya, karena jiwanya baik-baik saja) - hal 198.

 

3)         Membandingkan masa lalu dan sekarang.

 

a)   Kita bisa melakukan perbandingan dahulu dan sekarang secara salah, seperti:

·         Pkh 7:10 - Janganlah mengatakan: ‘Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?’ Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu”.

·         Bil 11:4-6 - “(4) Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: ‘Siapakah yang akan memberi kita makan daging? (5) Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (6) Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.’”.

 

Ini salah karena mereka mengingat enaknya masa lalu dan membandingkan dengan tidak enaknya masa sekarang.

 

b)   Dalam hal-hal tertentu kita harus melupakan masa lalu, khususnya kebanggaan yang sia-sia dan salah, seperti apa yang Paulus lakukan dalam Fil 3:14 - “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”.

 

Bandingkan dengan Luk 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.

 

Contoh yang salah adalah istri Lot, yang menoleh ke belakang, mengingat sesuatu yang seharusnya ia lupakan (Kej 19:26).

 

c)   Tetapi dalam ay 10 ini ada cara yang benar dalam membandingkan masa lalu dan sekarang.

Ay 10:kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan’.

Ini mirip dengan Ef 2:1-5 - “(1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. (4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, (5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan”.

 

Ini merupakan cara membandingkan yang benar, karena kita meninjau enaknya masa sekarang, dibandingkan dengan tidak enaknya masa lalu.

Tujuannya adalah:

·         menyebabkan kita bersyukur.

·         memberikan kita kerendahan hati, karena mengingat asal usul kita yang buruk.

·         memberikan sikap waspada, supaya tidak kembali pada masa lalu yang buruk itu.

 

-o0o-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali